Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013 - 2015

(1)

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR), UKURAN PERUSAHAAN (SIZE), LEVERAGE, RETURN ON

ASSET (ROA) DAN KEPEMILIKAN KELUARGA TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013 - 2015)

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

NONA FAJAR RINA NIM. 12.22.2.1.087

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA


(2)

ii

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR), UKURAN PERUSAHAAN (SIZE), LEVERAGE, RETURN ON

ASSET (ROA) DAN KEPEMILIKAN KELUARGA TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013 - 2015)

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Dalam Bidang Ilmu Akuntansi Syariah

Oleh:

NONA FAJAR RINA NIM: 12.22.2.1.087

Surakarta, 31 Oktober 2016

Disetujui dan disahkan oleh: Dosen Pembimbing Skipsi

Helmi Haris, S.H.I., M.S.I NIP. 19810228 200801 1 005


(3)

iii

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR), UKURAN PERUSAHAAN (SIZE), LEVERAGE, RETURN ON

ASSET (ROA) DAN KEPEMILIKAN KELUARGA TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013 - 2015)

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Dalam Bidang Ilmu Akuntansi Syariah

Oleh:

NONA FAJAR RINA NIM: 12.22.2.1.087

Surakarta, 18 Januari 2017

Disetujui dan disahkan oleh: Biro Skripsi

Dita Andraeny, S.E., M.Si NIP. 198806028 201403 2 005


(4)

iv

SURAT PRNYATAAN BUKAN PLAGIASI

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Yang bertanda tangan dibawah ini: NAMA : NONA FAJAR RINA NIM : 12.22.2.1.087

JURUSAN : AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS : EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

Menyatakan bahwa penelitian skripsi Berjudul “PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR), UKURAN PERUSAHAAN (SIZE), LEVERAGE, RETURN ON ASSET (ROA) DAN KEPEMILIKAN KELUARGA TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013 - 2015)”.

Benar-benar bukan merupakan plagiasi dan belum pernah diteliti sebelumnya. Apabila di kemudian hari diketahui bahwa skripsi ini merupakan plagiasi, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Demikian surat ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, 31 Oktober 2016


(5)

v Helmi Haris, S.H.I., M.S.I

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Surakarta NOTA DINAS

Hal : Skripsi

Sdr : Nona Fajar Rina Kepada Yang Terhormat

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Surakarta Di Surakarta

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan hormat, bersama ini kami sampaikan bahwa setelah menelaah dan mengadakan perbaikan seperlunya, kami memutuskan bahwa skripsi saudari Nona Fajar Rina NIM: 12.22.2.1.087 yang berjudul:

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR), UKURAN PERUSAHAAN (SIZE), LEVERAGE, RETURN ON ASSET (ROA) DAN KEPEMILIKAN KELUARGA TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013 - 2015)

Sudah dapat dimunaqasahkan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.Akun) dalam bidang ilmu Akuntansi Syariah.

Oleh karena itu kami mohon agar skripsi tersebut segera dimunaqasahkan dalam waktu dekat.

Demikian, atas dikabulkannya permohonan ini disampaikan terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Sukoharjo, 31 Oktober 2016 Dosen Pembimbing Skripsi

Helmi Haris, S.H.I., M.S.I NIP. 19810228 200801 1 005


(6)

vi

PENGESAHAN

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR), UKURAN PERUSAHAAN (SIZE), LEVERAGE, RETURN ON

ASSET (ROA) DAN KEPEMILIKAN KELUARGA TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013 - 2015)

Oleh:

NONA FAJAR RINA NIM. 12.22.2.1.087

Telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah

Pada hari Rabu tanggal 23 November 2016/ 23 Shafar 1438 dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Dewan Penguji: Penguji I: (Merangkap Ketua Sidang)

Marita Kusuma Wardani, SE., M.Si., AK., CA

NIP. 19740302 200003 2 003

Penguji II:

Budi Sukardi, S.E.I., M.S.I NIP. 19791111 200604 1 003 Penguji III:

Fitri Laela Wijayati, SE., M.Si NIP. 19860625 201403 2 001

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Surakarta

Drs. H. Sri Walyoto, MM., Ph.D NIP: 19561011 198303 1 002


(7)

vii MOTTO

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu

urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain” (QS Al-Insyirah 5-8)

“Setiap kegagalan dalam hidup, selalu ada HAL BARU yang bisa dijadikan pelajaran. Tanyakan pada diri sendiri dan renungkan „Apa yang Tuhan mau saya

pelajari dari kegagalan ini supaya saya menjadi lebih baik?‟” -Ken Hendersen-

Man jadda wajada man shabara zhafira

“ Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil dan barang siapa yang bersabar pasti akan beruntung”


(8)

viii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan dengan segenap cinta dan doa Karya yang sederhana ini untuk:

Ibu dan Bapak, yang telah bekerja keras untukku dan mendidikku. Beliau yang tak

pernah putus memberikan do‟a dan semangat yang tulus dan tiada ternilai

besarnya.

Adikku serta segenap keluarga besar yang tiada henti memberikan doa, semangat dan dukungannya.

Teman-teman AKS Seangkatan 2012


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR), Ukuran Perusahaan (Size), Leverage, Return On Asset (ROA) dan Kepemilikan Keluarga terhadap Agresivitas Pajak (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015)”. Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan Studi Jenjang Strata 1 (S1) Jurusan Akuntansi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri Surakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya, telah banyak mendapatkan dukungan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak yang telah menyumbangkan pikiran, waktu, tenaga, dan sebagainya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan setulus hati penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Dr. H. Mudofir, S.Ag., M.Pd., Rektor Institut Agama Islam Negeri Surakarta. 2. Drs. H. Sri Walyoto, MM., Ph.D., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. 3. Marita Kusuma Wardani, S.E., M.Si., Ak., CA., Ketua Jurusan Akuntansi

Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

4. Meika Riba‟ati, S.E., M.Si., Dosen Pembimbing Akademik Jurusan Akuntansi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang telah memberikan motivasi, dorongan sehingga dapat terselesaikannya skripsi penulis.


(10)

x

5. Helmi Haris, S.H.I., M.S.I., dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan banyak perhatian dan bimbingan selama penulis menyelesaikan skripsi.

6. Dita Andraeny, S.E., M.Si., Biro Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam atas bimbingannya dalam menyelesaikan skripsi.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

8. Ibuku (Saparni) dan Bapakku (Paryono), terimakasih atas doa, cinta dan pengorbanan yang tak pernah ada habisnya, kasih sayangmu tak akan pernah kulupakan.

9. Adikku Rafly Septianto, yang memberikan keceriaan disaat penulis mulai jenuh, sehingga bias terselesaikannya skripsi ini.

10. Sahabat-sahabatku Ilham Hikmatullah, Novi, Laila, Widi, Laili, Niati, yang selalu menanyakan perkembangan skripsi penulis serta memberi semangat sehingga dapat terselesaikannya skripsi penulis.

11. Teman-teman angkatan 2012 yang telah memberikan keceriaan dan semangat kepada penulis selama penulis menempuh studi di FEBI.

Terhadap semuanya tiada kiranya penulis dapat membalasnya, hanya doa serta puji syukur kepada Allah SWT, semoga memberikan balasan kebaikan kepada semuanya. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Sukoharjo, 31 Oktober 2016 Penulis


(11)

xi ABSTRACT

This research aims to determine the effect of Corporate Social Responsibility’s disclosure (CSR), size, leverage, return on assets (ROA) and family ownership on tax aggressiveness of manufacturing companies listed in Indonesian Stock Exchange period 2013-2015.

Type of this research is quantitative study with secondary data. Population of this research is all manufacturing companies that listed in Indonesian Stock Exchange (BEI) period 2013-2015. Samples selected by using purposive sampling method it is obtained 27 companies with 81 observations. This research analyzed by using multiple linear regression analysis and processed by using SPSS 20.

The results of this research shows that Return On Asset (ROA) and family ownership variable have significant effect on tax aggressiveness, but Corporate

Social Responsibility’s disclosure (CSR), size and leverage variable didn’t have significant to tax aggressiveness. And Corporate Social Responsibility’s (CSR), size, leverage, return on assets (ROA) and family ownership simultaneously the tax aggressiveness of manufacturing companies listed in Indonesian Stock Exchange period 2013-2015.

Keywords: Corporate social responsibility, size, leverage, ROA, and tax aggressiveness


(12)

xii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR), ukuran perusahaan (size), leverage, Return On Asset (ROA) dan kepemilikan keluarga terhadap agresivitas pajak pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2015. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dan didapat 27 perusahaan dengan 81 pengamatan. Teknik analisis data dalam penelitian menggunakan analisis regresi linier berganda dan diolah dengan menggunakan SPSS 20.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Return On Asset (ROA) dan kepemilikan keluarga berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak, sedangkan variabel pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR), ukuran perusahaan (size) dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak. Dan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR), ukuran perusahaan (size), leverage, Return On Asset (ROA) dan kepemilikan keluarga bersama-sama mempengaruhi agresivitas pajak pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015.

Kata kunci : Corporate social responsibility, size, leverage, ROA, agresivitas pajak


(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN BIRO SKRIPSI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN BUKAN PLAGIASI ... iv

HALAMAN NOTA DINAS ... v

HALAMAN PENGESAHAN MUNAQASAH ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRACT ... xi

ABSTRAK ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 14

1.3. Batasan Masalah ... 14

1.4. Rumusan Masalah ... 15

1.5. Tujuan Penelitian ... 15


(14)

xiv

1.7. Jadwal Penelitian ... 17

1.8. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II LANDASAN TEORI ... 19

2.1. Kajian Teori ... 19

2.1.1.Teori Legitimasi ... 19

2.1.2.Teori Stakeholder ... 21

2.1.3.Agresivitas Pajak ... 22

2.1.4.Corporate Social Responsibility (CSR) ... 32

2.1.5.Ukuran Perusahaan (Size)... 41

2.1.6.Leverage ... 43

2.1.7.Return On Asset (ROA) ... 45

2.1.8.Kepemilikan Keluarga... 47

2.2. Hasil Penelitian yang Relevan ... 48

2.3. Kerangka Berfikir... 51

2.4. Hipotesis ... 52

BAB III METODE PENELITIAN... 59

3.1. Waktu dan Wilayah Penelitian ... 59

3.2. Jenis Penelitian ... 59

3.3. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 59

3.3.1. Populasi ... 59

3.3.2. Sampel ... 60

3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel... 61


(15)

xv

3.5. Variabel Penelitian ... 63

3.6. Definisi Operasional Variabel ... 64

3.7. Teknik Analisis Data ... 68

3.7.1. Statistik Deskriptif ... 68

3.7.2. Uji Asumsi Klasik ... 68

3.7.3. Uji Ketepatan Model ... 71

3.7.4. Analisis Linier Berganda ... 73

3.7.5. Uji Statistik t... 73

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 75

4.1. Gambaran Umum Penelitian ... 75

4.2. Pengujian dan Hasil Analisis Data ... 77

4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif ... 77

4.2.2. Uji Asumsi Klasik ... 79

4.2.3. Uji Ketepatan Model ... 85

4.2.4. Uji Analisis Regresi Linier Berganda ... 88

4.2.5. Uji Statistik t ... 90

4.3. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 92

BAB V PENUTUP ... 99

5.1. Kesimpulan ... 99

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 100

5.3. Saran-saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 102


(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Hasil Penelitian yang Relevan ... 47

Tabel 3.1. Hasil Pemilihan Sampel ... 61

Tabel 3.2. Daftar Nama Perusahaan Sampel ... 62

Tabel 4.1. Hasil Penentuan Sampel ... 77

Tabel 4.2. Hasil Pengujian Statistik Deskriptif ... 78

Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas ... 81

Tabel 4.4. Hasil Uji Multikolinearitas ... 83

Tabel 4.5. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 84

Tabel 4.6. Hasil Uji Autokorelasi ... 86

Tabel 4.7. Pengujian Signifikan Simultan (Uji F) ... 87

Tabel 4.8. Hasil Analisis Koefisien Determinasi ... 88

Tabel 4.9. Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 89

Tabel 4.10. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) ... 91


(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Grafik Penerimaan APBN yang Bersumber dari Pajak ... 2 Gambar 2.1. Kerangka Berfikir ... 51


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian ... 106

Lampiran 2 : Daftar Perusahaan Sampel ... 107

Lampiran 3 : Hasi Perhitungan Effective Tax Rate (ETR) ... 108

Lampiran 4 : Item-item Pengungkapan CSR ... 111

Lampiran 5 : Cek List Item Pengungkapan CSR ... 114

Lampiran 6 : Hasi Perhitungan Size, Leverage dan ROA ... 120

Lampiran 7 : Data Penelitian ... 123

Lampiran 8 : Hasil Regress Statistik Deskriptif, Uji Asumsi Klasik Uji Ketepatan Model (Uji F, Koefisien Determinasi) dan Uji statistik t ... 126


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pendapatan utama suatu negara berasal dari berbagai sektor, salah satunya berasal dari sektor pajak. Menurut Soemitro (2007) dalam Mardiasmo (2009: 1) pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Fitriandi, et al, 2011: 4)

Perusahaan termasuk dalam salah satu kriteria badan, dimana menjadi salah satu penyumbang terbesar penerimaan pajak (Fitriandi, et al, 2011: 4). Badan dalam UU Nomor 16 Tahun 2009 adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik,


(20)

atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

Penetapan tarif pajak penghasilan bagi badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Tarif pajak badan mulai tahun 2010 yang diatur dalam UU No.36 tahun 2008 Pasal 17 ayat 2a adalah sebesar 25% dari laba bersih kena pajak tanpa dikurangi oleh Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

Dalam periode 2013-2015 penerimaan negara dari sektor perpajakan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dalam periode ini pemerintah berhasil meningkatkan penerimaan perpajakan dari Rp 1.077,3 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp 1.489,3 triliun pada tahun 2015, seperti terlihat dalam grafik I (Kementerian Keuangan, 2015).

Gambar 1.1

Grafik Penerimaan APBN yang Bersumber dari Pajak

Sumber : Kementerian Keuangan RI, 2015 0

200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600

2010 2011 2012 2013 2014 2015

723

873

980

1,077 1,146

1,489

Triliun


(21)

Data Badan Pusat Statistik (2015) menyebutkan bahwa komposisi penerimaan dalam negeri pada tahun 2013 sebesar 75,2% berasal dari pajak sedangkan 24,8% berasal dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan pada tahun 2015 komposisi penerimaan dalam negeri berasal dari pajak sebesar 84,7% sedangkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar 15,3%.

Dilihat dari persentase pajak dalam penerimaan dalam negeri, dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan pendapatan terbesar bagi negara. Oleh karena itu, pemerintah harus membuat kebijakan di bidang pendapatan negara khususnya perpajakan yang menjadi kontributor utama bagi penerimaan dalam negeri.

Perusahaan sebagai wajib pajak badan, mempunyai kewajiban untuk membayar pajak bagi negara sebagaimana telah diatur dalam undang-undang. Pajak bagi perusahaan sendiri dihitung melalui laba bersih perusahaan di dalam laporan laba-rugi di laporan keuangan perusahaan. Ketika perusahaan mempunyai laba bersih yang tinggi, maka pendapatan negara atas pajak pun akan meningkat, begitu pun sebaliknya (Purwanggono, 2013: 3).

Dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan kepentingan antara wajib pajak dengan pemerintah. Wajib pajak berusaha untuk membayar pajak sekecil mungkin karena dengan membayar pajak berarti mengurangi kemampuan ekonomis wajib pajak. Di lain pihak, pemerintah memerlukan dana untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah, yang sebagian besar berasal dari penerimaan pajak. Perbedaan kepentingan ini menyebabkan wajib pajak


(22)

cenderung untuk mengurangi jumlah pembayaran pajak, baik secara legal maupun illegal (Suandy, 2011: 1-2).

Berbagai upaya manajemen perusahaan yang dirancang khusus untuk meminimalkan beban pajak secara agresif merupakan fenomena yang umum di seluruh negara. Agresivitas pajak dapat didefinisikan sebagai semua upaya yang dilakukan oleh manajemen untuk menurunkan jumlah beban pajak dari yang seharusnya dibayar oleh perusahaan (Lanis dan Richardson, 2012: 87).

Menurut Frank et al (2009) dalam Suyanto dan Supramono (2012: 167), agresivitas pajak perusahaan adalah suatu tindakan merekayasa pendapatan kena pajak yang dilakukan perusahaan baik dengan cara yang legal (tax avoidance) maupun dengan cara ilegal (tax evasion). Sedangkan menurut Yoehana (2013: 5) agresivitas pajak merupakan keinginan perusahaan untuk meminimalkan beban pajak melalui aktivitas tax planning dengan tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan.

Effective Tax Rates (ETR) merupakan salah satu proksi yang digunakan untuk mengukur agresivitas pajak perusahaan. ETR pada dasarnya adalah sebuah besaran tarif pajak yang ditanggung oleh perusahaan (Ardyansah dan Zulaikha, 2014 dalam Muzakki, 2015: 22).

Pada awal tahun 2013 Indonesia dikejutkan dengan putusan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung yang telah memberikan vonis kepada 14 perusahaan Asian Agri Group (AAG), hal ini diakibatkan terungkapnya penggelapan pajak yang dilakukan oleh Grup Asian Agri pada tahun 2006.


(23)

Penggelapan yang dilakukan oleh Asian Agri Group adalah dengan melakukan transfer pricing. Dengan cara menjual produk minyak sawit mentah (Crude Palm Oil) PT AAG ke perusahaan afiliasi di luar negeri dengan harga di bawah harga pasar, dan kemudian dijual kembali ke pembeli riil dengan harga tinggi, maka beban pajak di dalam negeri bisa ditekan. Selain itu, rekanan PT AAG sebagian besar adalah perusahaan fiktif. Diduga penggelapan pajak yang dilakukan AAG diperkirakan telah merugikan negara sejumlah Rp 1,3 triliun.

Bukan hanya itu saja, kepala kantor wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatra Utara (Kakanwill Ditjen Pajak Sumut) I Medan Harta Indra Tarigan mengungkapkan satu kasus penghindaran pajak (Tax Avoidance) yang ditemukan pihaknya saat bertugas di Kanwil Pajak Sumut II Pematangsiantar. Dirjen pajak menemukan tujuh modus yang dilakukan para pengembang property dalam melakukan penghindaran pajak (Tax Avoidance).

Ditahun 2013 juga terjadi penghindaran pajak (Tax Avoidance) yang dilakukan oleh PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN). Kasus TMMIN ini terjadi karena pemisahan perusahaan perakitan mobil (manufacturing) bendera TMMIN, sedangkan bagian distribusi dan pemasaran di bawah bendera TAM. Mobil-mobil yang diproduksi oleh TMMIN dijual dulu ke TAM, lalu dari TAM dijual ke Auto 2000. Dari Auto 2000, mobil-mobil itu dijual ke konsumen. Karena pemisahan ini, menyebabkan penurunan gross margin sebesar 7% yang seharusnya jika digabungkan akan mendapatkan gross margin sebesar 14%. Hal ini membuat Dirjen Pajak mempertanyakan kemana larinya 7% dari gross margin ini.


(24)

Perusahaan yang melakukan berbagai upaya yang termasuk dalam kategori agresivitas pajak dapat menyebabkan citra negatif di mata masyarakat (Ratmono dan Sagala, 2015: 17). Menurut Freedman, et al (2003) dalam Ratmono dan Sagala (2015: 17) tindakan perusahaan dalam hal meminimalkan pembayaran pajak tidak sesuai dengan harapan masyarakat karena pembayaran pajak perusahaan memiliki impikasi penting bagi masyarakat dalam hal pendanaan barang publik seperti pendidikan, pertahanan nasional, kesehatan masyarakat dan hukum.

Menurut Lanis dan Richardson (2012: 87) pandangan masyarakat mengenai perusahaan yang melakukan tindakan agresivitas dianggap telah membentuk suatu kegiatan yang tidak bertanggung jawab secara sosial dan tidak sah. Dalam Undang-Undang RI No. 40 tahun 2007 pasal 74 mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan, tertulis bahwa “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan”. Sebutan lain bagi tanggung jawab sosial perusahaan adalah corporate social responsibility (Suharto, 2010: 12).

Perusahaan yang melakukan pengungkapan corporate social responsibility tentunya memberikan dampak yang positif bagi perusahaannya, karena dianggap telah berkontribusi kepada sosial dan lingkungan, serta memberikan anggapan bahwa perusahaan tersebut tidak hanya menggunakan sumber daya saja. Pengungkapan corporate social responsibility adalah proses pengkomunikasian efek-efek sosial dan lingkungan atas tindakan ekonomi


(25)

perusahaan pada kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat secara keseluruhan (Rosmasita, 2007 dalam Jessica dan Toly, 2014: 3).

Lanis dan Richardson (2012: 87) berargumen bahwa corporate social responsibility dianggap sebagai faktor kunci dalam keberhasilan dan kelangsungan hidup perusahaan karena pada hakekatnya aktivitas perusahaan tidak terlepas dari kontrak sosial dengan masyarakat.

Watson (2012) dalam Purwanggono (2015: 6) menjelaskan bahwa perusahaan dengan tingkat corporate social responsibility yang rendah merupakan perusahaan yang tidak bertanggungjawab secara sosial sehingga akan melakukan tindakan perencanaan pajak yang lebih agresif dibandingkan perusahaan yang sadar sosial atau memiliki tingkat corporate social responsibility yang lebih tinggi.

Menurut Dharma dan Ardiana (2016: 590), pengaruh perusahaan dalam membayar pajak juga dipengaruhi oleh ukuran perusahaan. Semakin besar aset yang dimiliki perusahaan maka semakin besar ukuran perusahaan. Besar kecilnya aset juga memengaruhi jumlah produktifitas perusahaan, sehingga laba yang dihasilkan perusahaan juga akan terpengaruh. Laba yang dihasilkan oleh perusahaan yang memiliki aset besar akan memengaruhi tingkat pembayaran pajak perusahaan.

Perusahaan yang tergolong perusahaan kecil tidak dapat mengelola pajak dengan optimal dikarenakan kekurangan ahli dalam hal perpajakan, berbeda dengan perusahaan yang tergolong perusahaan besar yang memiliki sumber daya


(26)

yang lebih besar sehingga dapat dengan mudah mengelola pajak (Dharma dan Ardiana, 2016: 590).

Menurut Ardyansah dan Zulaikha (2014) dalam Muzakki (2015: 22) size atau ukuran perusahaan diartikan sebagai sebuah skala dimana perusahaan dapat dikategorikan besar dan kecil dengan berbagai cara, salah satunya adalah dilihat dari besar kecilnya aset yang dimiliki. Size atau ukuran perusahaan dapat mempengaruhi Effective Tax Rates (ETR) sebuah perusahaaan.

Semakin besar perusahaan maka akan semakin rumit dan kompleks transaksi yang ada didalam perusahaan. Sehingga perusahaan dapat memanfaatkan banyak celah yang ada untuk meminimalkan ETR mereka. ETR merupakan salah satu proksi yang digunakan untuk mengukur agresivitas pajak perusahaan. ETR pada dasarnya adalah sebuah besaran tarif pajak yang ditanggung oleh perusahaan (Ardyansah dan Zulaikha, 2014 dalam Muzakki, 2015: 22).

Lanis dan Richardson (2012: 95) mengatakan bahwa perusahaan yang lebih besar memiliki tingkat penghindaran pajak yang lebih besar dibanding dengan perusahaan yang lebih kecil. Karena perusahaan besar memiliki kekuatan ekonomi dan politik yang lebih besar yang memungkinkan untuk mengurangi beban pajak mereka.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi agresivitas pajak perusahaan adalah leverage. Leverage atau solvabilitas merupakan suatu ukuran seberapa besar aset yang dimiliki perusahaan dibiayai oleh utang. Leverage menunjukkan penggunaan utang untuk membiayai investasi (Sartono, 2008).


(27)

Perusahaan mengunakan hutang akan menimbulkan adanya bunga yang harus dibayar. Semakin tinggi leverage maka semakin tinggi pula resiko perusahaan, karena perusahaan harus membayar bunga hutang yang tinggi menggunakan hasil usahanya, sehingga mempengaruhi laba bersih perusahaan. Terdapat hubungan positif antara ETR dengan leverage karena perusahaan menggunakan beban bunga perusahaan untuk menggurangi laba bersih perusahaan, sehingga beban bunga juga mengurangi penghasilan kena pajak perusahaan (Hadi dan Mangoting, 2014: 6).

Keadaan diatas sesuai dengan penelitian Richardson dan Lanis (2012) yang menyatakan bahwa biaya bunga dapat mengurangi besarnya beban pajak, sehingga semakin tinggi tingkat leverage akan menyebabkan Effective Tax Rate (ETR) menjadi lebih kecil.

Riyanto (2001) dalam Octaviana (2014) mendefinisikan Leverage sebagai rasio yang timbul apabila dalam kegiatan opersionalnya perusahaan menggunakan dana pinjaman atau menggunakan dana yang memiliki beban bunga. Gupta dan Newberry (1997) dalam Jessica dan Toly (2014: 6) menyatakan bahwa keputusan pembiayaan perusahaan dapat berdampak pada ETR karena ketetapan pajak biasanya memungkinkan perlakuan pajak yang berbeda untuk keputusan struktur modal perusahaan.

Dalam Hanafi dan Halim (2007) disebutkan bahwa ROA memperhitungkan kemampuan perusahaan menghasilkan suatu laba terlepas dari pendanaan yang dipakai. Dengan kata lain ROA termasuk dalam proksi


(28)

profitabilitas. ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan perusahaan dalam suatu periode.

Semakin tinggi nilai ROA, semakin tinggi keuntungan perusahaan sehingga semakin baik pengelolaan aset suatu perusahaan. Semakin tinggi nilai ROA, maka semakin besar juga laba yang diperoleh perusahaan. Ketika laba yang diperoleh meningkat, maka jumlah pajak penghasilan akan meningkat sesuai dengan peningkatan laba perusahaan sehingga perusahaan cenderungan untuk melakukan tax avoidance (Dewinta dan Setiawan, 2016: 1590).

Menurut Chent et al (2010) profitabilitas perusahaan keluarga dan perusahaan non-keluarga berbeda. Profitabilitas perusahaan keluarga lebih tinggi dibandingkan perusahaan non-keluarga. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tinggi mampu menjalankan bisnis perusahaannya dengan berbagai metode dalam rangka menghindari pajak, dan adanya indikasi adanya laba-laba dari perusahaan merupakan hasil dari aggressive tax avoidance memiliki kecenderungan untuk di terima (Sari dan Martani, 2010).

Perusahaan dengan proporsi kepemilikan yang dimiliki oleh mayoritas baik perorangan melalui perusahaan non publik maupun keluarga juga berperngaruh pada tindakan agresivitas pajak yang dilakukan suatu perusahaan. Menurut Chen et al dalam Utami dan Setyawan (2015: 413) adanya keluarga pemilik dalam struktur kepemilikan perusahaan menghadirkan latar belakang yang unik dalam penelitian mengingat masalah keagenan yang diakibatkan olehnya. Kepemilikan keluarga akan menyebabkan konflik keagenan yang lebih besar pada hubungan antara pemilik mayoritas dengan pemilik minoritas serta


(29)

masalah keagenan yang lebih kecil pada hubungan antara pemilik dengan manajer. Besar kecilnya konflik keagenan ini dapat mempengaruhi tingkat agresivitas pajak perusahaan.

Hak pemegang saham tunggal diatas 50% membuat pemegang saham ini secara efektif mengendalikan manajemen perusahaan. Pemegang saham mayoritas mempunyai hak suara untuk mempengaruhi manajer agar bertindak selaras dengan kepentingan pemegang saham, karena jika tidak pemegang saham pengendali dapat mengganti manajer bila manajer tersebut tidak mengikuti kehendaknya (Hadi dan Mangoting, 2014:4).

Masalah keagenan dalam perusahaan tidak selalu sama tingkatannya. Menurut Sari dan Martani (2010: 3) perbandingan tingkat keagresifan pajak perusahaan keluarga dengan perusahaan non-keluarga tergantung dari seberapa besar efek manfaat atau biaya yang timbul dari tindakan pajak agresif tersebut terhadap pemilik perusahaan yang berasal dari keluarga pendiri (family owners), atau efek yang diterima manajer dalam perusahaan non-keluarga.

Hasil penelitian Chen et al (2010) menunjukkan bahwa ternyata tingkat keagresifan pajak perusahaan keluarga lebih kecil daripada perusahaan non-keluarga. Hal ini terjadi karena diduga family owners lebih rela membayar pajak lebih tinggi, daripada harus membayar denda pajak dan menghadapi kemungkinan rusaknya reputasi perusahaan akibat audit dari fiskus pajak.

Menurut Chen et al (2010) dalam Purwanggono (2015: 3), perusahaan non-mayoritas mempunyai presentase lebih tinggi dalam melakukan tindakan agresivitas pajak dibandingkan dengan perusahaan dengan kepemilikan mayoritas


(30)

baik dari perusahaan non publik dan keluarga, hal ini terjadi karena pada perusahaan non-mayoritas akan lebih banyak timbul masalah keagenan. Pemisahan antara kepemilikan dan manajemen akan menimbulkan kesempatan bagi manajer untuk bersikap oportunitis dengan mementingkan kepentingan individu sehingga menimbulkan permasalahan dan tindakan agresivitas pajak (Sari dan Martani, 2010: 4).

Beberapa peneliti melakukan penelitian mengenai pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR), ukuran perusahaan (size), leverage, Return On Assets (ROA) dan kepemilikan keluarga terhadap agresivitas pajak. Jessica dan Toly (2014), melakukan penelitian pada 56 perusaahaaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2013, menunjukkan bahwa pengungkapan Corporate Social Responsibility, ukuran perusahaan dan return on asset tidak berpengaruh secara signifikan terhadap agresivitas pajak, sedangkan leverage berpengaruh secara signifikan terhadap agresivitas pajak.

Hadi dan Mangoting (2014), melakukan penelitian dengan sampel 62 perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa SIZE berpengaruh terhadap agresivitas pajak, sedangkan LEV dan ROA tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

Wijayanti, et al (2016), melakukan penelitian dengan sampel 21 perusahaan perbankan tahun 2012-2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage, dan Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak, sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak.


(31)

Dewinta dan Setiawan (2016), melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh positif terhadap tax avoidance, sedangkan leverage tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

Penelitian mengenai pengaruh kepemilikan keluarga terhadap tindakan pajak agresif juga sudah dilakukan salah satunya penelitian Utami dan Setyawan (2015). Hasil dari penelitian ini menujukkan bahwa kepemilikan keluarga tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak.

Hasil penelitian tersebut konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayanti (2013). Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dikaji oleh Chen et al (2010) yang menunjukkan bahwa tingkat agresivitas pajak perusahaan keluarga (family firm) lebih kecil daripada perusahaan non-keluarga (non-family firms) serta penelitian Sari dan Martani (2010) yang menunjukkan bahwa perusahaan keluarga berpotensi melakukan pajak agresif lebih tinggi dibanding perusahaan non-keluarga.

Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jessica dan Toly (2014). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu peneliti menambahkan satu variabel independen yaitu kepemilikan keluarga. Periode yang digunakan pada penelitian sebelumnya adalah 2012-2013, sedangkan dalam penelitian ini 2013-2015.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Pengungkapan Corporate Social


(32)

(ROA) dan Kepemilikan Keluarga terhadap Agresivitas Pajak (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015)”.

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapan diatas, maka masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:

1. Pajak merupakan sumber pendapatan utama bagi pemerintah. Sebaliknya bagi perusahaan, pajak merupakan beban yang akan mengurangi laba bersih. Hal inilah yang menyebabkan tujuan dari perusahaan sebagai wajib pajak bertentangan dengan tujuan pemerintah untuk memaksimalkan penerimaan dari sektor pajak, sehingga banyak perusahaan yang berusaha meminimalisasi beban pajak baik secara legal maupun ilegal.

2. Kepemilikan keluarga akan menyebabkan konflik keagenan yang lebih besar pada hubungan antara pemilik mayoritas dengan pemilik minoritas serta masalah keagenan yang lebih kecil pada hubungan antara pemilik dengan manajer. Besar kecilnya konflik keagenan ini dapat mempengaruhi tingkat agresivitas pajak perusahaan.

1.3.Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian hanya dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2013-2015.


(33)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi agresivitas perusahaan dalam penelitian ini adalah Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR), ukuran perusahaan (size), leverage, Return On Assets (ROA) dan kepemilikan keluarga.

3. Penulis hanya menggunakan proksi ETR (Effective Tax Rate) untuk mengukur tingkat agresivitas pajak perusahaan.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkaan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti dituangkan dalam pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap agresivitas pajak?

2. Apakah ukuran perusahaan (size) berpengaruh terhadap agresivitas pajak? 3. Apakah leverage berpengaruh terhadap agresivitas pajak?

4. Apakah Return On Assets (ROA) berpengaruh terhadap agresivitas pajak? 5. Apakah kepemilikan keluarga berpengaruh terhadap agresivitas pajak?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap agresivitas pajak.


(34)

2. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan (size) terhadap agresivitas pajak.

3. Untuk menganalisis pengaruh leverage terhadap agresivitas pajak.

4. Untuk menganalisis pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap agresivitas pajak.

5. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan keluarga terhadap agresivitas pajak.

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan referensi bagi pihak akademis dan dapat berkontribusi terhadap literatur terkait penelitian tentang agresivitas pajak.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat menunjukkan bahwa perusahaan sebaiknya berhati-hati menentukan kebijakan khususnya mengenai pajak agar tidak tergolong dalam agresivitas pajak karena memiliki dampak yang sangat luas, tidak hanya kinerja perusahaan tetapi kepercayaan masyarakat. b. Bagi investor, bermanfaat sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi tanggung jawab sosial suatu perusahaan yang dapat mempengaruhi sustainability dan image perusahaan tersebut.

c. Bagi pihak regulator, seperti Direktorat Jenderal Pajak dapat memberikan masukan dalam membuat kebijakan dan regulasi mengenai tindakan


(35)

agresivitas pajak mengingat masih tingginya kegiatan agresivitas pajak di Indonesia.

1.7. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian terlampir.

1.8. Sistematika Penulisan Skripsi

Dalam penyajian dan pembahasan hasil penelitian ini akan disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, jadwal penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Sehingga akan diketahui fenomena apa yang terjadi dan permasalahan apa yang timbul yang membuat penelitian ini perlu untuk dilakukan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang kajian teori, hasil penelitian yang relevan, kerangka berfikir, dan hipotesis yang dibangun oleh peneliti. Teori-teori yang dijelaskan adalah teori yang mendasari penelitian dan teori yang berkaitan dengan pembahasan dalam skripsi ini yang akan digunakan sebagai pedoman dalam menganalisis permasalahan yang ada.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang waktu dan wilayah penelitian, jenis penelitian, populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, data, sumber data, teknik


(36)

pengumpulan data, variabel penelitian, definisi operasional variabel, hingga teknik analisis data. Sehingga dengan demikian, metode penelitian akan dapat diketahui dan dijalankan dengan baik.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian tentang gambaran umum penelitian, pengujian dan hasil analisis data serta pembahasan hasil analisis data. Dengan demikian, bab ini akan menjadi pembuktian dari hipotesis yang dibangun oleh peneliti.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan, keterbatasan dalam penelitian dan saran-saran untuk pihak perusahaan yang bersangkutan maupun pihak lain yang berkepentingan dengan penelitian ini.


(37)

BAB II

LANDASAN TEORI

1.1.Kajian Teori

1.1.1. Teori Legitimasi

Menurut Ratmono dan Sagala (2015: 11), teori legitimasi didasarkan pada adanya fenomena kontrak sosial antara sebuah organisasi dengan masyarakat, dimana diperlukan sebuah tujuan organisasi tersebut seharusnya kongruen dengan nilai-nilai yang ada didalam sebuah masyarakat. Menurut teori ini, tindakan organisasi haruslah mempunyai aktivitas dan kinerja yang dapat diterima oleh masyarakat.

Sedangkan menurut Gray, et al (1996) dalam Octaviana (2014: 12), teori legitimasi merupakan sistem pengelolaan perusahaan yang berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat (society), pemerintah, individu, dan kelompok masyarakat. O’Donovan (2002) dalam Hadi (2011: 87) menyatakan bahwa legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Dengan demikian, legitimasi merupakan manfaat atau sumber daya potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup (going concern).

Dowling dan Preffer (1975) dalam Hadi (2011: 91) menyatakan bahwa aktivitas organisasi perusahaan hendaknya sesuai dengan nilai sosial lingkungannya. Lebih lanjut dinyatakan bahwa terdapat dua dimensi agar perusahaan memperoleh dukungan legistimasi, yaitu: (1) aktivitas organisasi


(38)

perusahaan harus sesuai (congruence) dengan sistem nilai di masyarakat; (2) pelaporan aktivitas perusahaan juga hendaknya mencerminkan nilai sosial.

Ghozali dan Chariri (2007: 412) menjelaskan bahwa teori legitimasi sangat bermanfaat dalam menganalisis perilaku organisasi, karena teori legitimasi adalah hal yang paling penting bagi organisasi. Batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial serta reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan.

Aktivitas CSR dilakukan perusahaan untuk menunjukkan sistem nilai perusahaan telah selaras dengan sistem sosial dimana perusahaan tersebut beroperasi. Berdasarkan teori ini dapat diajukan argumen bahwa pengungkapan CSR dilakukan perusahaan untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat dimana perusahaan berada. Legitimasi ini menyebabkan perusahaan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan dan dapat meningkatkan nilai perusahaan tersebut. Teori legitimasi menyatakan organisasi bukan hanya memperhatikan hak-hak investor tetapi juga memperhatikan hak publik (Deegan dan Brown, 1996 dalam Ratmono dan Sagala, 2015: 19).

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan dan diungkapkan dalam laporan tahunannya dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk memenuhi harapan-harapan masyarakat terhadap perusahaan. Dengan adanya kegiatan CSR, perusahaaan dapat memberikan kontribusi positif kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat menerima baik keberadaan perusahaan di lingkungannya.


(39)

Salah satu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan adalah melalui pemerintah. Perusahaan bisa bertanggungjawab sosial kepada masyarakat melalui pemerintah dengan cara membayar beban pajak sesuai dengan ketentuan, dan juga tidak melakukan penghindaran pajak. Karena dana pajak akan digunakan oleh pemerintah untuk melaksanakan tugas Negara di berbagai sektor kehidupan untuk mencapai kesejahteraan umum (Yoehana, 2013).

Agresivitas pajak perusahaan merupakan salah satu tindakan yang tidak bertanggung jawab sosial oleh perusahaan. Oleh karena itu agresivitas pajak tidak sesuai dengan prinsip CSR yang dilakukan perusahaan dalam upaya untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat.

1.1.2. Teori Stakeholder

Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun juga harus mampu memberikan manfaat bagi stakeholdernya (pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis, dan pihak lain). Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder perusahaan tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007: 409).

Perusahaan akan berupaya memuaskan stakeholder yang memiliki andil mengendalikan sumber ekonomi yang penting bagi perusahaan, salah satunya yaitu investor yang memiliki power berupa kemampuan untuk membatasi pemakaian sumber ekonomi yang terbatas (modal) (Deegan, 2000 dalam Ghozali dan Chariri, 2007: 410).


(40)

Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab sosial yang mengharuskan mereka untuk mempertimbangkan kepentingan semua pihak yang terkena dampak tindakan mereka. Manajemen seharusnya tidak hanya mempertimbangkan pemegang saham dalam proses pengambilan keputusan, tetapi juga siapa saja yang dipengaruhi oleh keputusan bisnis (Branco dan Rodrigues, 2007 dalam Yoehana, 2013: 16).

Gray, et al (1994) dalam Ghozali dan Chariri (2007: 411) mengatakan bahwa kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Semakin powerful stakeholder maka semakin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa menurut teori stakeholder perusahaan harus bertanggung jawab terhadap semua pihak yang terkena dampak dari kegiatannya. CSR merupakan salah satu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan kepada semua stakeholdernya.

Pemerintah sebagai regulator, merupakan salah satu stakeholder perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus memperhatikan kepentingan pemerintah. Salah satunya adalah dengan cara mengikuti semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah, ketaatan membayar pajak, dan tidak melakukan tindakan pajak agresif karena dianggap tidak bertanggung jawab sosial.

1.1.3. Agresivitas Pajak

Agresivitas pajak dapat didefinisikan sebagai semua upaya yang dilakukan oleh manajemen untuk menurunkan jumlah beban pajak dari yang


(41)

seharusnya dibayar oleh perusahaan (Lanis dan Richardson, 2012: 87). Hlaing (2012) dalam Jessica dan Toly (2014: 5) mendefinisikan agresivitas pajak sebagai kegiatan perencanaan pajak semua perusahaan yang terlibat dalam usaha mengurangi tingkat pajak yang efektif.

Menurut Frank et al (2009) dalam Suyanto dan Supramono (2012: 167), agresivitas pajak perusahaan adalah suatu tindakan merekayasa pendapatan kena pajak yang dilakukan perusahaan baik dengan cara yang legal (tax avoidance) maupun dengan cara ilegal (tax evasion). Sedangkan menurut Yoehana (2013: 5) agresivitas pajak merupakan keinginan perusahaan untuk meminimalkan beban pajak melalui aktivitas tax planning dengan tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan.

Perencanaan pajak menurut Suandy (2014: 21) adalah sebagai berikut: 1. Penghindaran pajak (tax avoidance), merupakan suatu usaha pengurangan

secara legal yang dilakukan dengan cara memanfaatkan ketentuan-ketentuan di bidang perpajakan secara optimal seperti, pengecualian dan pemotongan-pemotongan yang diperkenankan maupun manfaat hal-hal yang belum diatur dan kelemahan-kelemahan yang ada dalam peraturan perpajakan yang berlaku.

2. Penggelapan pajak (tax evasion), merupakan pengurangan pajak yang dilakukan dengan melanggar peraturan perpajakan seperti memberi data-data palsu atau menyembunyikan data. Dengan demikian, penggelapan pajak dapat dikenakan sanksi pidana.


(42)

Zuber (2013) dalam Jessica dan Toly (2014: 2) menyatakan di antara penghindaran dan penggelapan pajak, terdapat grey area yang potensial untuk agresivitas. Grey area ini ada karena ada tax shelter (usaha untuk meminimalkan pajak yang harus dibayar atas penghasilan saat ini) diluar semua transaksi pajak baik yang diijinkan menurut hukum perpajakan maupun tidak. Tidak ada garis yang jelas di antara penghindaran dan penggelapan pajak karena tidak ada penjelasan yang cukup untuk semua transaksi. Disamping itu, transaksi agresif dan pembuatan keputusan dapat berpotensi sebagai penghindaran pajak maupun penggelapan pajak.

Keadaan-keadaan tersebut menyebabkan munculnya perbedaan persepsi antara satu pihak dengan pihak lain. Kondisi ini menjadi peluang wajib pajak untuk melakukan penghindaran pajak dengan menggunakan kelemahan hukum sebagai argument pembenaran atas penggelapan pajak (Hadi dan Mangoting, 2014: 3).

Menurut Hidayanti (2013: 14) terdapat keuntungan dan kerugian dari tindakan agresivitas pajak. Keuntungan dari melakukan agresivitas pajak, yaitu: 1. Penghematan pajak yang akan dibayarkan perusahaan kepada negara,

sehingga jumlah kas yang dinikmati pemilik atau pemegang saham dalam perusahaan menjadi lebih besar.

2. Secara langsung maupun tidak langsung manajer mendapatkan kompensasi atau bonus dari pemilik/pemegang saham atas tindakan agresivitas pajak yang dilakukan.


(43)

1. Kemungkinan perusahaan mendapatkan sanksi atau penalti dari fiskus pajak. 2. Rusaknya reputasi perusahaan akibat audit dari fiskus pajak, yang

menyebabkan turunnya harga saham perusahaan.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa agresivitas pajak merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk meminimalkan beban pajak yang akan dibayar dengan cara yang legal, ilegal, maupun keduanya.

Salah satu cara untuk mengukur perusahaan yang melakukan agresivitas pajak yaitu dengan menggunakan proksi Effective Tax Rates (ETR). Effective Tax Rates (ETR) pada dasarnya adalah sebuah besaran tarif pajak yang ditanggung oleh perusahaan. Lanis dan Richardson (2012) menyatakan bahwa ETR merupakan proksi yang paling banyak digunakan pada penelitian terdahulu. Semakin rendah nilai ETR yang dimiliki perusahaan maka semakin tinggi tingkat agresivitas pajak. ETR yang rendah menunjukkan beban pajak penghasilan lebih kecil nominalnya dibandingkan penghasilan sebelum pajak.

2.1.3.1 Perpajakan di Indonesia

Menurut Soemitro (2007) dalam Mardiasmo (2009: 1) pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Sedangkan definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa


(44)

berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki kegunaan dan manfaat pokok dalam meningkatkan kesejahteraan umum. Suatu negara tidak akan mungkin menghendaki merosotnya kehidupan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu berdasarkan definisi-definisi yang telah dijelaskan diatas, terlihat adanya dua fungsi pajak menurut Waluyo (2010: 6) yaitu:

1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Pajak mempunyai fungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

2. Fungsi Regulerend (Mengatur)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.

Sebagai penyumbang pendapatan terbesar di Indonesia, sudah sewajarnya jika pemerintah mengatur ketentuan umum dan tata cara perpajakan secara ketat demi memaksimalkan penerimaan dari pajak. Keseriusan pemerintah dapat dilihat dari perubahan-perubahan yang telah dilakukan untuk menyesuaikan peraturan dengan perkembangan jaman. Perubahan dilakukan pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menjadi UU Nomor 9 Tahun 1994, UU Nomor 16 Tahun 2000, UU Nomor 28 Tahun 2007, dan perubahan yang terbaru adalah UU Nomor 16 Tahun 2009.


(45)

Perusahaan termasuk dalam salah satu kriteria badan, dimana menjadi salah satu penyumbang terbesar penerimaan pajak. Badan dalam UU Nomor 16 Tahun 2009 adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

Pajak penghasilan di Indonesia sendiri diatur didalam UU No.36 Tahun 2008 yang merupakan revisi dari UU No.17 Tahun 2000, UU No.7 Tahun 1991 dan UU No.7 Tahun 1983. Tarif pajak badan mulai tahun 2010 yang diatur dalam UU No.36 tahun 2008 Pasal 17 ayat 2a adalah sebesar 25% dari laba bersih kena pajak tanpa dikurangi oleh Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

Dalam rangka meningkatkan pendapatan dari pajak, pemerintah memberikan insentif pajak agar pengusaha dalam negeri giat dalam mengembangkan usahanya. Insentif pajak ini tertuang dalam UU No.36 Tahun 2008 Pasal 17 ayat 2b.

Wajib pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah


(46)

daripada tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Sementara kegiatan CSR yang dapat menjadi tax deductible terbatas hanya untuk jenis kegiatan tertentu sebagaimana diatur dalam UU No. 36 tahun 2008. UU No. 36 Tahun 2008 tidak secara khusus mengatur perlakuan perpajakan untuk kegiatan CSR, akan tetapi ada beberapa aturan terkait tentang biaya-biaya yang bisa dikurangkan dari penghasilan bruto yaitu yang berkaitan dengan isu konsumen, pengembangan masyarakat, lingkungan, ketenagakerjaan, dan hak asasi manusia (Yoehana, 2013: 30).

Biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto antara lain biaya promosi, biaya beasiswa, biaya magang dan pelatihan, biaya kupon makanan dan minuman bagi pegawai kriteria dan daerah tertentu, beban pengolahan limbah, cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan, cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan, dan cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri.

2.1.3.2. Tinjauan Syariah

Menurut Undang-Undang baru yang terjadi pada tahun 2007, setelah diundangkannya UU No. 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) UU ini mendefinisikan bahwa (Gusfahmi, 2011: 25):

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.


(47)

Beberapa ulama berpendapat tentang pengertian pajak (tax/dharibah). Salah satunya yaitu menurut Abdul Qodim Zallum (2004) dalam Gusfahmi (2011: 31) berpendapat bahwa:

Pajak adalah harta yang diwajibkan Allah SWT, kepada kaum Muslim untuk membiayai berbagai kebutuhan dan pos-pos pengeluaran yang memang diwajibkan atas mereka, pada kondisi Baitul Mal tidak ada uang/harta.

Berdasarkan definisi tersebut tercantum lima unsur pokok yang merupakan unsur penting yang harus terdapat dalam ketentuan pajak menurut syariat (Gusfahmi, 2011: 31-32), yaitu:

1. Diwajibkan oleh Allah SWT 2. Objeknya adalah harta (al-Maal)

3. Subjeknya kaum Muslim yang kaya (ghaniyyun) saja, dan tidak termasuk non-muslim

4. Tujuannya hanya untuk membiayai kebutuhan mereka (kaum Muslim) saja 5. Diberlakukan hanya karena adanya kondisi darurat (khusus), yang harus

segera diatasi oleh Ulil Amri.

Kelima unsur dasar tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip penerimaan negara menurut Sistem Ekonomi Islam, yaitu harus memenuhi empat unsur: 1. Harus adanya nash (Al-Qur’an dan Hadits) yang memerintahkan setiap

sumber pendapatan dan pemungutannya.

2. Adanya pemisahan sumber penerimaan dari kaum Muslim dan non-Muslim 3. Sistem pemungutan zakat dan pajak harus menjamin bahwa hanya golongan

kaya dan golongan makmur yang mempunyai kelebihan saja yang memikul beban utama


(48)

4. Adanya Tuntunan Kemaslahatan Umum

Dari penjelasan tersebut sangat jelas bahwa pajak adalah kewajiban yang datang secara temporer untuk semua orang terutama umat Muslim, pajak harus dibayarkan sesuai dengan syariah, dan tidak boleh menghindar atau mencurangi pajak itu sendiri.

Menurut Lanis dan Richardson (2012: 87), agresivitas pajak dapat didefinisikan sebagai semua upaya yang dilakukan oleh manajemen untuk menurunkan jumlah beban pajak dari yang seharusnya dibayar oleh perusahaan. Sedangkan menurut Frank, et al (2009) dalam Suyanto dan Supramono (2012: 167), agresivitas pajak perusahaan adalah suatu tindakan merekayasa pendapatan kena pajak yang dilakukan perusahaan baik dengan cara yang legal (tax avoidance) maupun dengan cara ilegal (tax evasion).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tindakan perusahaan dalam merekayasa pendapatan kena pajak tidak dibenarkan menurut syariat. Islam sebagai agama yang mengatur segala aspek kehidupan yang tidak memisahkan antara sisi religius (agama) dan duniawi. Sehingga pajak dalam pandangan Islam termasuk dalam hubungan manusia dengan manusia lainya (mu’amalah). Allah

memerintahkan kita untuk mencatat dengan “benar” saat bermuamalah supaya

tidak merugikan orang lain. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al Baqarah ayat 282:














































(49)

























































































































































































































Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)


(50)

kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

Dalam Al-Quran Allah SWT juga telah menyuruh kita sebagai khalifah di bumi untuk menetapkan hukum/aturan secara adil (Gusfahmi, 2007: 217). Dalam hal ini terkait dengan pajak sebagai penerimaan negara yang bertujuan untuk kesejahteraan rakyat. Firman Allah SWT dalam Surat An-Nisa: 58

اوُمُكََْ ْنَأ ِساّنلا ََْْ ب ْمُتْمَكَح اَذِإَو اَهِلْهَأ ََِإ ِتاَناَمأا اوّدَؤُ ت ْنَأ ْمُكُرُمْأَي َهّللا ّنِإ

اّمِعِن َهّللا ّنِإ ِلْدَعْلاِب

اًرِصَب اًعيََِ َناَك َهّللا ّنِإ ِهِب ْمُكُظِعَي

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Dalam membayar pajak, kejujuran adalah suatu kewajiban yang tidak bias dijalankan kecuali dengan prinsip transparansi.

Nabi Muhammad saw bersabda: “Janganlah kamu memperhatikan banyaknya solat dan puasanya, jangan pula kamu perhatikan banyaknya haji dan kesalehannya, tetapi perhatikanlah kujujurannya dalam menyampaikan informasi

dan menjalankan amanat”. Ali Bin Abi Thalib berkata: “Kejujuran akan menyelamatkan kamu walaupun kamu takut kepadanya dan kebohongan mencelakan kamu walaupun tenteram karenanya”.

1.1.4. Corporate Social Responsibility (CSR)

CSR merupakan konsep yang terus berkembang. Ia belum memiliki sebuah definisi standar maupun seperangkat kriteria spesifik yang diakui secara penuh oleh pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Corporate Social


(51)

Responsibility adalah cara perusahaan dalam mengelola aktivitas bisnisnya baik secara sebagian maupun secara keseluruhan memiliki dampak positif bagi dirinya dan lingkungan (Hadi, 2011: 46). David (2008) mengatakan bahwa CSR adalah perhatian terhadap atau hubungan antara perusahaan global, pemerintahan, dan masyarakat.

Perusahaan pada saat ini seharusnya tidak hanya berorientasi pada hal menghasilkan banyak uang untuk menguntungkan bagi perusahaan dan pemilik (single bottom line) tetapi juga harus memperhatikan aspek lain yang sesuai dengan konsep triple bottom line dimana perusahaan harus memperhatikan aspek keuangan, sosial dan lingkungan (Purwanggono, 2015: 24).

Menurut Suharto (2010: 5) CSR adalah kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan professional. Sedangkan menurut Hoi et al (2013) dalam Wahyudi (2015: 134) CSR adalah keyakinan tentang tindakan-tindakan yang dianggap benar yang mempertimbangkan tidak hanya masalah ekonomi tetapi juga masalah sosial, lingkungan dan dampak eksternalitas lain dari tindakan-tindakan perusahaan.

Definisi CSR yang dikemukakan oleh World Bank yang memandang CSR sebagai komitmen perusahaan untuk berkontribusi terhadap bekerjanya pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan karyawan dan perwakilan mereka dalam komunitas setempat dan masyarakat secara luas untuk


(1)

5. Berdasarkan hasil uji t variabel kepemilikan keluarga dengan tingkat signifikansi 0,009 < 0,05, jadi secara parsial variabel kepemilikan keluarga berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengalami keterbatasan yang menghambat hasil penelitian agar sesuai dengan hipotesis yang diajukan, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti berikutnya. Keterbatasan tersebut, antara lain:

1. Penelitian hanya dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2013-2015.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi agresivitas perusahaan dalam penelitian ini adalah Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR), ukuran perusahaan (size), leverage, Return On Aset (ROA) dan kepemilikan keluarga. 3. Penulis hanya menggunakan proksi ETR (Effective Tax Rate) untuk

mengukur tingkat agresivitas pajak perusahaan.

5.3. Saran-saran

Terikat dengan keterbatasan penelitian yang sudah disebutkan sebelumnya, berikut adalah beberapa saran untuk penelitian selanjutnya:

1. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis diharapkan dapat menambahkan atau mengganti variabel lain seperti Good Corporate Governance, kepemilikan pemerintah, kepemilikan manajerial. Penelitian selanjutnya juga bisa mengganti obyek penelitian yang berbeda.


(2)

untuk mengukur tingkat agresivitas pajak perusahaan

3. Bagi manajemen perusahaan sebaiknya lebih memperhatikan setiap tindakan yang akan dilakukan serta risiko yang akan ditanggung terkait dengan kewajiban beban pajaknya.


(3)

103

DAFTAR PUSTAKA

Adisamartha, I.B.P.F., dan Noviari, N. (2015). Pengaruh likuiditas, leverage, intensitas persediaan dan intensitas asset tetap pada tingkat agresivitas wajib pajak badan. ISSN: 2303-1018, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol.13.3 Desember (2015): 973-1000.

Ahsan, M.K. (2016). Pengaruh size, leverage, profitabilitas, komite audit, komisaris independen dan investor konstitusional terhadap Effective Tax Rate (ETR). (Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Surakarta) Cahyono, D.D., Andini, R., dan Raharjo K. 2016. Pengaruh komite audit,

kepemilikan institusional, dewan komisaris, ukuran perusahaan (size), leverage (der) dan profitabilitas (roa) terhadap tindakan penghindaran pajak (tax avoidance). Journal Of Accounting, Volume 2 No.2 Maret 2016. Chen, S, Chen, X, Cheng, Q, dan Shevlin, T. (2010). Are family firms more tax

aggressive than non- family firms?. Journal of Financial Economics Volume 95, Issue 1, January 2010, Pages 41–61.

David, C. (2008). Corporate social responsibility. Guler Aras & Ventus Publishing.

Dharma, I.M.S., dan Ardiana, P.A. 2016. Pengaruh leverage, intensitas asset tetap, ukuran perusahaan, dan koneksi politik terhadap tax advoidance. ISSN: 2302-8556, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.15.1 April (2016): 584-613.

Dewinta, I.A.R., dan Setiawan P.E. 2016. Pengaruh ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, leverage dan pertumbuhan penjualan terhadap tax advoidance. ISSN: 2302-8556, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.14.3. Maret (2016): 1584-1613.

Effendi, M.A. (2007). The power of good corporate governance: Teori dan implementasi. Jakarta: Salemba Empat.

Fitriandi, P., Aryanto, Y dan Priyono, A.P. (2011). Kompilasi undang-undang perpajakan terlengkap. Jakarta: Salemba Empat.

Ghozali, I dan Chariri, A. (2007). Teori akuntansi (Ed.Ke-3). Badan Penerbit Undip: Semarang.

Ghozali, I. (2006). Statistik non-parametrik, teori dan aplikasi dengan program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro.

Ghozali, I. (2011). Aplikasi analisis multivariate dengan program IBM SPSS 19. . Semarang: Universitas Diponegoro.


(4)

Hadi, J dan Mangoting, Y. (2014). Pengaruh struktur kepemilikan dan karakteristik dewan terhadap agresivitas pajak. Tax & Accounting Review, Vol. 4, No. 2, 2014.

Hadi, N. (2011). Corporate social responsibility. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hidayanti, A.N. (2013). Pengaruh antara kepemilikan keluarga dan corporate governance terhadap tindakan pajak agresif. (Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang).

Indriantoro, N. dan Supomo, B. (2012). Metodologi penelitian bisnis: Untuk akuntansi dan manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Jessica, dan Toly, A.A. (2014). Pengaruh pengungkapan corporate sosial responsibility terhadap agresivitas pajak. Tax & Accounting Review, Vol. 4, No. 1, 2014.

Jogiyanto, H. M. (2000). Teori portofolio dan analisis investasi. Yogyakarta: BPFE.

Jogiyanto, (2011). Metodologi penelitian bisnis. Yogyakarta: BPFE.

Lanis, R dan Richardson, G. (2012). Corporate social responsibility and tax aggressiveness: An empirical analysis. J. Account. Public Policy 31 (2012) 86–108.

Mardiasmo. (2009). Perpajakan. Jakarta: Andi.

Muhammad. (2005). Metodologi penelitian ekonomi islam. Yogyakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Munawir, S. (2004). Analisis laporan keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Muzakki, M.R. (2015). Pengaruh corporate social responsibility dan capital intensity terhadap penghindaran pajak. (Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang).

Nugraha, N.B. (2015). Pengaruh corporate social responsibility, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan capital intensity terhadap agresivitas pajak. (Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang).

Octaviana, M.E. (2014). Pengaruh agresivitas pajak terhadap corporate social responsibility : Untuk menguji teori legitimasi. (Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang).

Purwanggono, E.A. (2015). Pengaruh corporate social responsibility dan kepemilikan mayoritas terhadap agresivitas pajak. (Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang).


(5)

105

Ratmono, D, dan Sagala, W.M. (2015). Pengungkapan corporate social responsibility (csr) sebagai sarana legitimasi: dampaknya terhadap tingkat agresivitas pajak. Jurnal nominal/volume IV nomor 2/tahun 2015.

Resmi, S. (2016). Perpajakan: Teori dan kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Richardson, G, dan Lanis, R. (2007). Determinants of the variability in corporate effective tax rates and tax reform: Evidence from Australia. Journal of Accounting and Public Policy 26 (2007) 689–704.

Sari, D.K, dan Martani, D. (2010). Ownership characteristics, corporate governance, and tax aggressiveness. Paper presented at The 3rd Accounting & The 2nd Doctoral Colloquium Bridging the Gap between Theory, Research and Practice: IFRS Convergence and Application Faculty of Economics Universitas Indonesia.

Sartono, A. (2010). Manajemen keuangan teori dan aplikasi (Ed. Ke-4) Yogyakarta. BPFE.

Sawir, A. (2000). Analisis kinerja keuangan dan perencanaan keuangan perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Sembiring, E. R. (2005). Karakteristik perusahaan dan pengungkapan tanggung jawab sosial: Study empiris pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo.

Sofiyan. (2013). Metode penelitian kuantitatif: Dilengkapi dengan perbandingan perhitungan manual dan SPSS. Jakarta: Kencana Penada Media Group. Suandy, E. (2011). Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.

Suandy, E. (2011). Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat.

Sudana, I.M, dan Arlindania, P.A. (2011). Corporate governance dan pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan go-public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan, Tahun 4, No. 1, April 2011.

Sugiyono. (2012). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suharto, E. (2010). CSR & COMDEV investasi kreatif perusahaan di era globalisasi. Bandung: Alfabeta.

Sukma, M dan Teguh, E. (2014). Pengaruh earning per share (EPS), ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage terhadap nilai perusahaan pada BEI tahun 2009-2011. Jurnal Akuntansi. Vol.2 No.2.

Sulaiman, Wahid. (2004). Analisis regresimenggunakan SPSS contoh kasus dan pemecahannya. Yogyakarta: Penerbit Andi.


(6)

Suyanto, K.D., dan Supramono. (2012). Likuiditas, leverage, komisaris independen, dan manajemen laba terhadap agresivitas pajak perusahaan. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.16, No.2 Mei 2012, hlm. 167–177. Tandelilin, E. (2001). Analisis investasi dan manajemen portofolio. Yogyakarta:

BPFE.

Utami, W.T, dan Setyawan, H. (2015). Pengaruh kepemilikan keluarga terhadap tindakan pajak agresif dengan corporate governance sebagai variabel moderating. ISSN 2302-9791, Vol. 2, No. 1, 1 May 2015.

Wahyudi, D. (2015). Analisis empiris pengaruh aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap penghindaran pajak di Indonesia. Proceeding Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Nasional ke-2, Ikatan Widyaiswara Indonesia (IWT) Provinsi Banten, Pandeglang, 3-4 Desember 2015.

Waluyo. (2010). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Wijayanti, A., Wijayanti, A dan Samrotun, Y.C. (2016). Pengaruh karakteristik perusahaan, GCG dan CSR terhadap penghindaran pajak. Seminar nasional IENACO 2016. ISSN: 2337-4349.

Winarsih, R., Prasetyono, dan Kusufi, M.S. (2014). Pengaruh good corporate governance dan corporate sosial responsibility terhadap tindakan pajak agresif. SNA 17 Universitas Mataram, Lombok.

Yoehana, M. (2013). Analisis pengaruh corporate social responsibility terhadap agresivitas pajak. (Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang).

http://ari-wirawinata.blogspot.com/2011/10/makalah-kasus-penggelapan-pajak-oleh-pt.html Diakses 26 Desember 2016.

http://medanbisnisdaily.com/news/read/2013/09/11/50052/ditjen_pajak_temukan_

7modus_penghindaran_pajak_properti/#.U49CVCiosgM Diakses 26

Desember 2016.

http://nasional.kontan.co.id/news/sengketa-pajak-toyota-motor-menanti-palu-hakim Diakses 26 Desember 2016.

http://www.idx.co.id. Diakses 24 September 2016.