Pengaruh Tax Avoidance Jangka Panjang Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Karakter Eksekutif Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2014).

(1)

1

PENGARUH TAX AVOIDANCE JANGKA PANJANG TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KARAKTER EKSEKUTIF SEBAGAI VARIABEL

PEMODERASI (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2014)

SKRIPSI

Oleh:

NI MADE AMPRIYANTI NIM: 1215351166

PROGRAM EKSTENSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR


(2)

i

PENGARUH TAX AVOIDANCE JANGKA PANJANG TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KARAKTER EKSEKUTIF SEBAGAI VARIABEL

PEMODERASI (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2014)

SKRIPSI

Oleh:

NI MADE AMPRIYANTI NIM: 1215351166

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

Denpasar 2016


(3)

(4)

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pengaruh Tax Avoidance Jangka Panjang Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Karakter Eksekutif Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2014)” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa SE., M.Si Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa SE., M.S Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Bapak Dr. A.A.G.P. Widanaputra SE., M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan dan Bapak Dr. I Dewa Nyoman Badera SE., M.Si., Ak selaku Sekertaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Bapak Drs. I Ketut Suardhika Natha M.Si. selaku Ketua Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

5. Ibu Ni Gusti Putu Wirawati SE., M.Si.,Ak selaku Koordinator Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

6. Ibu I Gst. Ayu Eka Damayanthi SE., M.Si selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan petunjuk dan nasihat selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

7. Ibu Dra. Ni Kt. Lely Aryani M. M.Si., Ak., CA selaku dosen pembimbing atas waktu, bimbingan, masukkan serta motivasinya selama penyelesaian skripsi ini. 8. Ibu Naniek Noviari SE., M.Si., Ak selaku dosen pembahas dan dosen penguji yang

telah memberikan banyak masukan sehingga membuat skripsi ini menjadi skripsi yang lebih baik.


(6)

v

9. Bapak Dr. Drs. Bambang Suprasto H. M.Si., Ak, CA selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan sehingga membuat skripsi ini menjadi skripsi yang lebih baik.

10.Keluarga tercinta Bapak I Ketut Kantia dan Ibu Ni Nengah Sorti atas dukungan dan doanya yang tulus dan tiada hentinya selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

11.I Putu Merta Sedana selaku teman dekat yang selalu memberikan motivasi dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

12.Teman-teman akuntansi ekstensi angkatan 2012 yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan motivasi.

13.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut memberikan dukungan, masukan, dan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, 01 April 2016


(7)

vi

Judul : Pengaruh Tax Avoidance Jangka Panjang Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Karakter Eksekutif Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2014)

Nama : Ni Made Ampriyanti NIM : 1215351166

ABSTRAK

Nilai perusahaan merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai perusahaan adalah dengan menekan beban perusahaan salah satunya meminimalkan beban pajak perusahaan melalui tax avoidance. Tax avoidance merupakan salah satu cara untuk menghindari pajak secara legal yang tidak melanggar peraturan perpajakan. Tax avoidance yang dilakukan perusahaan tentunya melibatkan pemimpin perusahaan dalam pengambilan keputusan, dimana pemimpin perusahaan bisa saja memiliki karakter risk taker atau risk aserve yang dapat dilihat dari tingkat risiko perusahaan. Semakin tinggi risiko suatu perusahaan, maka eksekutif cenderung bersifat risk taker. Sebaliknya, semakin rendah risiko suatu perusahaan, maka eksekutif cenderung bersifat risk averse. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tax avoidance jangka panjang terhadap nilai perusahaan dengan karakter eksekutif sebagai variabel pemoderasi.

Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2014. Metode penentuan sampel dilakukan dengan metode nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi non participant dan metode kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan adalah moderated regression analysis dengan 17 perusahaan sebagai sampel.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tax avoidance jangka panjang berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan dengan tingkat signifikansi (0,047<0,05). Hal ini berarti tax avoidance jangka panjang dapat menyebabkan nilai perusahaan mengalami penurunan. Karakter eksekutif tidak mampu memperkuat pengaruh tax avoidance jangka panjang terhadap nilai perusahaan dengan tingkat signifikansi (0,766>0,05) dan nilai koefisien sebesar 17,330.

Kata Kunci : Tax Avoidance Jangka Panjang, Karakter Eksekutif, Nilai Perusahaan, Perusahaan Manufaktur.


(8)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………... i

HALAMAN PENGESAHAAN/PERSETUJUAN SKRIPSI………. ii

PERNYATAAN ORISINALITAS………... iii

KATA PENGANTAR………... iv

ABSTRAK………... vi

DAFTAR ISI………... vii

DAFTAR TABEL……….. ix

DAFTAR GAMBAR………. x

DAFTAR LAMPIRAN………. xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian………... 7

1.3 Tujuan Penelitian………... 8

1.4 Kegunaan Penelitian………... 8

1.5 Sistematika Penulisan………... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep……….. 11

2.1.1 Teori Signal (Signaling Teory)………... 11

2.1.2 Perencanaan Pajak……….. 12

2.1.3 Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)……….... 14

2.1.4 Nilai Perusahaan………. 19

2.1.5 Karakter Eksekutif………... 21

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya……….... 23

2.3 Hipotesis Penelitian………... 33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian………... 38

3.2 Lokasi Penelitian………... 39

3.3 Objek Penelitian………... 39

3.4 Identifikasi Variabel………. 39


(9)

viii

3.6 Jenis dan Sumber Data………... 43

3.6.1 Jenis Data……… 43

3.6.2 Sumber Data……… 44

3.7 Populasi, Sampel dan Metode Pengumpulan Sampel…………... 44

3.7.1 Populasi………... 44

3.7.2 Sampel……….... 45

3.7.3 Metode Penentuan Sampel………... 45

3.8 Metode Pengumpulan Data……….. 46

3.9 Teknik Analisis Data……… 47

3.9.1 Statistik Deskriptif……….. 47

3.9.2 Uji Asumsi Klasik………... 48

3.9.3 Moderated Regression Analysis (MRA)……….. 50

3.9.4 Koefisien Determinasi (R2)………. 51

3.9.5 Uji Kelayakan Model (Uji F)……….. 52

3.9.6 Uji Signifikansi Individual ( Uji t)………. 53

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian………... 54

4.1.1 Gambaran umum wilayah penelitian……….... 54

4.1.2 Profil perusahaan yang menjadi sampel………... 56

4.2 Analisis dan Pembahasan………. 58

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif………. 58

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik………. 60

4.2.3 Analisis Regresi……… 63

4.2.4 Uji Hipotesis Penelitian……… 65

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian………... 68

4.3.1 Pengaruh Tax Avoidance Jangka Panjang terhadap Nilai Perusahaan………... 68

4.3.2 Pengaruh Tax Avoidance Jangka Panjang terhadap Nilai Perusahaan yang dimoderasi oleh Karakter Eksekutif... 69

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan………... 71

5.2 Saran……….. 71

DAFTAR PUSTAKA……… 73


(10)

ix

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

2.1 Tabel Pengukuran Penghindaran Pajak………... 17

2.2 Ringkasan Penelitian Sebelumnya………... 30

3.1 Tabel Keputusan Uji Durbin-Waston... 49

4.1 Sub Sektor Indrustri untuk Perusahaan Manufaktur……… 55

4.2 Hasil Pemilihan Sampel………... 56

4.3 Hasil Statistik Deskriptif ……….……… 58

4.4 Hasil Uji Normalitas ………... 61

4.5 Hasil Uji Autokorelasi ……… 61

4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ……….. 62

4.7 Hasil Uji Multikolinearitas……….. 63

4.8 Hasil Moderated Regression Analiysis (MRA)………... 64

4.9 Hasil Uji F……… 66


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman


(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Halaman

1 Daftar Perusahaan Manufaktur……… 78

2 Hasil Tabulasi Data ………..………... 83

3 Analisis Deskriptif………... 84

4 Hasil Uji Normalitas ……….. 85

5 Hasil Uji Autokorelasi ………..……….. 86

6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ………...………... 87

7 Hasil Uji Multikolinearitas………. 88


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Perusahaan umumnya berupaya meningkatkan nilai perusahaan setiap periode karena tingginya nilai perusahaan yang tercermin dalam harga saham akan dapat meningkatkan kemakmuran bagi para pemegang saham. Hal ini memberi dampak para pemegang saham tetap mempertahankan investasinya dan calon investor tertarik menginvestasikan modalnya kepada perusahaan tersebut (Ilmiani dan Sutrisno, 2013). Nilai perusahaan merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan atau dapat dikatakan nilai perusahaan merupakan harga yang dibayar oleh calon pembeli jika perusahaan tersebut dijual (Utami, 2011). Berbagai upaya dilakukan pihak manajemen untuk meningkatkan nilai perusahaan yaitu salah satu cara yang dapat dilakukan dengan mengefisienkan beban pajak melalui penghindaran pajak (tax avoidance) (Ilmiani dan Sutrisno, 2013).

Penghindaran pajak (tax avoidance) adalah salah satu cara untuk menghindari pajak secara legal yang tidak melanggar peraturan perpajakan. Penghindaran pajak merupakan persoalan yang rumit karena di satu sisi diijinkan, tetapi tidak diinginkan oleh pemerintah, sehingga muncul perbedaan kepentingan antara perusahaan dengan pemerintah dimana perusahaan selalu berusaha untuk menekan beban pajaknya serendah mungkin, sedangkan pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan


(14)

2

penerimaan pajak negara semaksimal mungkin setiap periode yang telah ditargetkan sesuai Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Berdasarkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP) penerimaan perpajakan pada tahun 2014 diperkirakan mencapai Rp1.246.107,0 miliar, atau turun 2,7 persen dari target yang telah ditetapkan dalam APBN tahun 2014. Selain itu, realisasi penerimaan perpajakan tahun 2013 yang tidak mencapai target juga menyebabkan basis perhitungan untuk perhitungan penerimaan perpajakan tahun 2014 menjadi lebih rendah (Nota Keuangan dan APBNP, 2014). Penerimaan pajak yang belum mencapai target pada tahun 2014 menunjukkan bahwa upaya pemerintah dalam meningkatkan penerimaan pajak masih belum optimal. Salah satu kendala yang dihadapi oleh pemerintah dalam meningkatkan penerimaaan pajak negara adalah tindakan penghindaran pajak (tax avoidance), karena dengan adanya tindakan penghindaran pajak berpotensi mengurangi penerimaan negara dari sektor pajak.

Upaya penghindaran pajak di Indonesia bukanlah hal yang baru lagi. Adapun kasus penghindaran pajak yang terjadi melibatkan 2000 perusahaan Penanam Modal Asing (PMA). Kementerian Keuangan sudah berkoordinasi dengan Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) terkait 2.000 perusahaan PMA yang terindikasi menggunakan modus membentuk badan dengan tujuan khusus atau Special Purpose Vihicle (SPV) untuk menghindari pajak. Perusahaan PMA tersebut akan menerima konsekuensi, termasuk risiko pencabutan ijin usaha. Perusahaan-perusahaan tersebut tidak membayar pajak penghasilan (PPh) Pasal 25/29 terus-menerus dengan dalih merugi. Ada tiga hal yang membuat 2.000 perusahaan tersebut diduga melakukan


(15)

3

penghindaran pajak. Pertama, merupakan perusahaan afiliasi yang induknya berada di luar negeri sehingga rawan proses transfer pricing karena ada perbedaan tarif antara Indonesia dengan negara partner, sehingga mereka menjual dengan harga murah dan mereka membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi sehingga menyebabkan perusahaan di Indonesia mengalami kerugian, sementara perusahaan asing yang untung.

Kedua, banyak perusahaan yang waktu pengajuan ijinnya mendapatkan fasilitas tax allowance maupun tax holiday. Saat mengajukan fasilitas tersebut, PMA membesar-besarkan biaya pembelian barang modal. Ketika masa berlaku fasilitas habis, biaya pembelian barang modal menjadi lebih tinggi sehingga menyebabkan besarnya depresiasi penyusutan. Ketiga, indikasi penggantian nama perusahaan yang telah mendapatkan fasilitas tax allowance dan tax holiday. Hal tersebut dilakukan agar perusahaan kembali mendapatkan kedua fasilitas tersebut. Perusahaan tersebut pun kembali berdalih merugi (www.pajakonline.com, 2016).

Pada tahun 2014, perusahan multinasional menyumbang lebih dari 25% penerimaan pajak dengan kontribusi demikian besar, perusahaan asing memegang peranan penting bagi pendanaan pembangunan nasional dan diharapkan kontribusi dan kerjasama dari para perusahaan PMA semakin meningkat. Namun demikian, masih ada juga yang menggunakan skema-skema penghindaran pajak yang merugikan baik negara asal maupun negara tujuan investasi (www.finance.detik.com, 2015).


(16)

4

Penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan tentulah melibatkan pimpinan-pimpinan perusahaan di dalamnya sebagai pengambil keputusan. Pimpinan-pimpinan perusahaan tersebut tentu saja memiliki karakter yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya (Swingly dan Sukarta, 2014). Seorang pemimpin perusahaan bisa saja memiliki karakter risk taker atau risk averse yang tercermin dari besar kecilnya risiko perusahaan. Semakin tinggi risiko suatu perusahaan, maka eksekutif cenderung bersifat risk taker. Sebaliknya, semakin rendah risiko suatu perusahaan, maka eksekutif cenderung bersifat risk averse. Pemimpin perusahaan yang bersifat risk taker akan cenderung lebih berani dalam mengambil keputusan walaupun keputusan tersebut berisiko tinggi (Budiman dan Setiyono, 2012).

Eksekutif yang cenderung memiliki karakter risk taker akan lebih berani mengambil risiko sehingga tidak segan untuk mendanai operasional perusahaan melalui utang usaha. Perusahaan yang memiliki utang usaha yang tinggi akan memiliki beban bunga utang yang tinggi pula. Berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, beban bunga utang diperbolehkan menjadi pengurangan Penghasilan Kena Pajak. Oleh karena itu, Wajib Pajak menggunakan cara ini untuk meminimalisasi pajak terutangnya namun tidak melanggar peraturan perpajakan yang ada (Carolina,dkk., 2014), dimana upaya untuk meminimalisasi beban pajak tanpa melanggar peraturan yang perpajakan yang ada merupakan tindakan penghindaran pajak (tax avoidance).


(17)

5

Penelitian ini termotivasi dari penelitian yang dilakukan oleh Dyreng et al. (2008) dalam penelitiannya yang berjudul ”Long-Run Corporate Tax Avoidance” yang mengukur mengenai penghindaran pajak jangka panjang perusahaan. Dyreng et al. (2008) meneliti pengaruh tax avoidance tahunan terhadap tax avoidance jangka panjang dan meneliti sejauh mana kemampuan perusahaan dalam melakukan tax avoidance secara jangka panjang yaitu dalam sepuluh tahun. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Chasbiandani dan Martani (2012) yang mana sebelumnya juga telah dikembangkan oleh Simarmata pada tahun 2014 dengan menggunakan kepemilikan institusional sebagai variabel pemoderasi. Chasbiandani dan Martani (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tax avoidance jangka panjang yang diukur secara kumulatif selama sepuluh tahun berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal tersebut mengindikasikan semakin rendah Cash Effectif Tax Rate (CETR) jangka panjang yang dibayarkan oleh perusahaan, nilai perusahaan akan semakin tinggi.

Kemudian, Simarmata (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tax avoidance jangka panjang tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dan tidak terdapat peningkatan nilai perusahaan setelah adanya praktik tax avoidance jangka panjang. Selain itu, juga terdapat hasil yang tidak konsisten dari beberapa penelitian sebelumnya yaitu penelitian Jacob dan Schuut (2013), Lestari dan Wardhani (2015), dan Wang (2010) menyatakan bahwa tax avoidance berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan Ilmiani dan Sutrisno (2013) dan Mutiah dan Jaeni (2013) menyatakan bahwa tax avoidance berpengaruh negatif terhadap nilai


(18)

6

perusahaan, maka peneliti ingin mengkaji kembali pengaruh tax avoidance jangka panjang terhadap nilai perusahaan.

Peneliti menggunakan variabel moderasi karakter eksekutif yang diproksi dengan risiko perusahaan. Karakter eksekutif digunakan sebagai variabel pemoderasi karena apabila pemimpin perusahaan yang memiliki karakter risk taker akan cenderung lebih berani mengambil risiko dimana pemimpin perusahaan akan cenderung membiayai perusahaan dengan berutang sehingga dengan beban bunga utang yang dibayarkan akan dapat meminimalisasi beban pajak perusahaan, dimana upaya meminimalisasi beban pajak perusahaan merupakan salah satu upaya melakukan tindak penghindaran pajak (tax avoidance). Karakter eksekutif yang ditambahkan mengacu pada beberapa penelitian yaitu penelitian yang dilakukan Swingly dan Sukartha (2015) menyatakan karakter eksekutif berpengaruh positif terhadap tax avoidance.

Penelitian tersebut juga didukung dengan penelitian yang dilakukan Budiman dan Setiyono (2012) serta Maharani dan Suardana (2014) yang menyatakan bahwa karakter eksekutif berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak. Dewi dan Jati (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa karakter eksekutif berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Khaoula dan Ali (2012) juga meneliti mengenai pengaruh dewan direksi terhadap perencanaan pajak perusahaan di negara berkembang. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik dewan memiliki pengaruh positif terhadap pengurangan tarif pajak yang berlaku, sedangkan Khoesanto (2013)


(19)

7

dalam penelitiannya menyatakan bahwa peningkatan risiko perusahaan tidak diikuti oleh

peningkatan tax avoidance perusahaan.

Selain itu, Dyreng et al. (2010) melakukan penelitian untuk mengetahui apakah individu top executive memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan. Sampel yang digunakan sebanyak 908 pimpinan perusahaan yang tercatat di Execu Comp diperoleh hasil bahwa pimpinan perusahaan (executive) secara individu memiliki peran yang signifikan terhadap tingkat penghindaran pajak perusahaan. Suyani (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa semakin tinggi karakteristik eksekutif kecendrungan melakukan penghindaran pajak (tax avoidance) akan meningkat secara signifikan. Semakin tinggi tindakan penghindaran pajak (tax avoidance) maka semakin rendah nilai perusahaan. Semakin tinggi karakteristik eksekutif maka berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti menulis penelitian dengan judul “Pengaruh Tax Avoidance Jangka Panjang Terhadap Nilai Perusahaan dengan Karakter Eksekutif Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2014).”

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah.

1) Apakah tax avoidance jangka panjang berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan?


(20)

8

2) Apakah karakter eksekutif mampu memoderasi hubungan antara tax avoidance jangka panjang dengan nilai perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan pokok masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah.

1) Untuk memeroleh bukti empiris mengenai pengaruh tax avoidance jangka panjang terhadap nilai perusahaan.

2) Untuk memeroleh bukti empiris mengenai apakah karakter eksekutif mampu memoderasi hubungan antara tax avoidance jangka panjang dengan nilai perusahaan.

1.4Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dijelaskan, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan yaitu.

1) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berkonstribusi dan memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi serta tambahan referensi bukti empris yang baru terkait dengan perpajakan terutama mengenai praktik tax avoidance pada perusahaan manufaktur, khususnya di Indonesia.

2) Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pihak-pihak yang berkepentingan terutama bagi pemerintah dalam membuat


(21)

9

kebijakan perpajakan agar dapat mencegah terjadinya praktik tax avoidance oleh perusahaan. Begitu juga bagi perusahaan agar dapat mempertimbangkan dampak yang akan ditimbulkan dari tax avoidance yang dilakukan.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini terdiri dari beberapa bab yang disusun berurutan secara sistematis, sehingga antara sub bab dengan bab yang lainnya mempunyai hubungan yang sistematis. Sistematika penulisan dalam penelitian ini akan diuraikan secara ringkas meliputi 5 (lima) bab, sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah dilakukannya penelitian ini, rumusan masalah yaitu berdasarkan latar belakang yang ada timbul pertanyaan-pertanyaan peneliti yang nantinya akan menjadi sebuah hipotesis, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka Dan Hipotesis Penelitian

Bab ini membahas mengenai landasan teori yang berkaitan dan mendukung penelitian, penelitian terdahulu, dan hipotesis yang dirumuskan untuk melakukan penelitian.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian yaitu penjelasan mengenai desain penelitian, lokasi dan lingkup penelitian, identifikasi


(22)

10

variabel, definisi variabel penelitian, jenis dan sumber data, populasi dan sampel dari penelitian, metode pengumpulan data dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.

Bab IV Data Dan Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini menjelaskan mengenai deskripsi objek penelitian, analisis data yang dikaitkan dengan analisis statistik deskriptif dan analisis model regresi, serta interpretasi hasil sesuai dengan teknik analisis yang digunakan.

Bab V Simpulan Dan Saran

Bab ini menjelaskan mengenai simpulan yang berisi penyajian singkat tentang apa yang telah diperoleh dari pembahasan interpretasi hasil dan saran bagi peneliti selanjutnya serta bagi perusahaan.


(23)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Signal (Signaling Teory)

Perusahaan mengetahui lebih banyak informasi mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar seperti investor dan kreditor. Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan investor melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan (Simarmata, 2014). Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis, karena informasi menyajikan keterangan, catatan dan gambaran baik untuk keadaan di masa lalu, saat ini maupun keadaan di masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi (Prasiwi, 2015).

Oleh sebab itu, dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi investor dapat membedakan perusahaan mana yang memiliki nilai perusahaan yang baik, sehingga di masa mendatang dapat memberikan keuntungan bagi investor tersebut (Alivia, 2013 dalam Simarmata, 2014). Sesuai signaling theory, pengeluaran investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa


(24)

12

mendatang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan (Jama'an, 2008 dalam Prasiwi, 2015). Praktik penghindaran pajak yang telah dilakukan oleh perusahaan diharapkan dapat memberikan sinyal kepada pihak investor untuk mengambil keputusan investasi yang akan berdampak terhadap nilai perusahaan. Pada dasarnya nilai perusahaan dapat dikatakan baik salah satunya dapat ditunjukkan oleh peningkatan harga saham perusahaan dari waktu ke waktu (Simarmata, 2014).

2.1.2 Perencanaan Pajak

Perencanaan pajak adalah suatu proses untuk mendeteksi cacat teoritis dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang kemudian diolah sedemikian rupa sehingga ditemukan suatu cara penghindaran pajak yang dapat menghemat pajak akibat cacat teoritis tersebut. Adanya kekurangan yang konseptual dalam ketentuan perundang-undangan perpajakan tidaklah berarti bahwa ketentuan perundang-undangan perpajakan harus direvisi, karena perubahan suatu ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan memerlukan banyak pertimbangan dan kriteria-kriteria yang tidak konsisten dan bertentangan satu sama lainnya (Zein, 2008:54). Jika tujuan perencanaan pajak adalah merekayasa agar beban pajak (tax burden) dapat dikenakan serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan pembuat undang-undang, maka perencanaan pajak disini sama dengan penghindaran pajak (tax avoidance) karena secara hakikat ekonomis keduanya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after


(25)

13

tax return) karena pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia, baik untuk dibagikan kepada pemegang saham maupun untuk diinvestasikan (Suandy, 2011:7).

Sementara itu, dalam rangka untuk menjaga semua kepentingan pemegang saham berkaitan dengan kegiatan perencanaan pajak, penting untuk mengetahui bagaimana transaksi akuntansi dalam bisnis perusahaan dapat memengaruhi perencanaan pajak dalam transaksi pasar modal (Graham, raedy, dan Shackelford, 2012 dalam Rashid et al., 2015). Hal ini karena pemegang saham biasanya fokus pada bagaimana perusahaan yang dapat meminimalkan tingkat biaya mereka dan meningkatkan keuntungan ke tingkat optimal. Dengan kata lain, perencanaan pajak akan menarik perhatian pemegang saham sebagai cara untuk menilai bagaimana perusahaan mengelola pengeluaran perusahaan untuk menghasilkan tingkat keuntungan yang optimal (Bryant-Kutcher, Guenther, dan Jackson, 2012 dalam Rashid et al., 2015). Perencanaan pajak adalah elemen penting dari strategi bisnis yang membutuhkan perhatian dari manajer semua bidang fungsional dalam perusahaan (Ftouhi et al., 2014).

Menurut Hoffman (1961) dalam Kawor dan Kportorgbi (2014) perencanaan pajak berusaha untuk mengalihkan kas yang biasanya akan mengalir ke otoritas pajak ke dalam entitas perusahaan. Kegiatan perencanaan pajak yang dilakukan adalah untuk meminimumkan penghasilan kena pajak tanpa mengorbankan laba akuntansi. Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa kewajiban pajak perusahaan adalah penghasilan kena pajak bukan laba akuntansi. Tujuannya adalah untuk


(26)

14

mengintensifkan kegiatan meminimumkan penghasilan kena pajak namun tidak memiliki hubungan langsung pada laba akuntansi.

2.1.3 Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

(Anderson dalam Zein, 2008:50) menyatakan bahwa penghindaran pajak adalah cara mengurangi pajak yang masih dalam batas ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan dapat dibenarkan, terutama melalui perencanaan pajak. Adanya keinginan dari wajib pajak untuk tidak memenuhi peraturan perpajakan menimbulkan adanya perlawanan pajak dari wajib pajak tersebut. Perlawanan terhadap pajak dapat dibedakan menjadi dua yaitu, perlawanan pasif dan perlawanan aktif (Adelina, 2012 dalam Darmawan dan Sukartha, 2014). Perlawanan pasif berupa hambatan yang mempersulit pemungutan pajak dan mempunyai hubungan erat dengan struktur ekonomi, sedangkan perlawanan aktif adalah semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada pemerintah (fiskus) dengan tujuan untuk menghindari pajak, namun tetap mematuhi ketentuan peraturan perpajakan seperti memanfaatkan pengecualian dan potongan yang diperkenankan maupun menunda pajak yang belum diatur dalam peraturan perpajakan yang berlaku (Heru, 1997 dalam Budiman dan Setiyono, 2012).

Tindakan penghindaran pajak tidak bebas dari biaya, beberapa biaya yang harus ditanggung yaitu pengorbanan waktu dan tenaga untuk melakukan penghindaran pajak serta adanya risiko jika penghindaran pajak terungkap. Risiko ini mulai dari yang dapat dilihat, yaitu bunga dan denda kemudian yang tidak terlihat, yaitu kehilangan reputasi perusahaan yang berakibat buruk bagi kelangsungan usaha


(27)

15

jangka panjang perusahaan (Armstrong et al., 2013, dalam Puspita, 2014). Ada pula risiko penghindaran pajak yang lain yaitu timbulnya masalah agensi. Ini timbul jika manajer memanfaatkan posisinya untuk mengalihkan sumber daya perusahaan untuk pribadinya, dimana manajer yang menggerakkan jalannya perusahaan termasuk menentukan tingkat penghindaran pajak yang akan dilakukan perusahaan (Puspita, 2014).

Penghindaran pajak adalah rekayasa “tax affairs” yang masih tetap berada dalam bingkai ketentuan perpajakan (lawful). Penghindaran pajak dapat terjadi di dalam bunyi ketentuan atau tertulis dalam undang-undang dan berada dalam jiwa dari undang-undang atau dapat juga terjadi dalam bunyi ketentuan undang-undang tetapi berlawanan dengan jiwa undang-undang. Komite urusan fiskal dari Organization for Economic Coorporation and Develpoment (OECD) menyebutkan ada tiga karakter penghindaran pajak sebagai berikut.

a) Adanya unsur artifisial dimana berbagai pengaturan seolah-olah terdapat di dalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan kerena ketiadaan faktor pajak.

b) Skema semacam ini sering memanfaatkan loopholes dari undang-undang atau menerapkan ketentuan-ketentuan legal untuk berbagai tujuan, padahal bukan itu yang sebetulnya dimaksudkan oleh pembuat undang-undang.

c) Kerahasiaan juga sebagai bentuk dari skema ini dimana umumnya para konsultan menunjukkan alat atau cara untuk melakukan penghindaran pajak dengan syarat Wajib Pajak menjaga serahasia mungkin (Council of Executive Secretaries of Tax Organizations, 1991 dalam Suandy, 2011:7).


(28)

16

Strategi penghindaran pajak dapat memberikan hasil tertentu (misalnya, pendapatan bunga bebas pajak yang diperoleh dari obligasi daerah) atau hasil yang tidak pasti (misalnya, skema transfer pricing yang dirancang untuk menggeser laba dari pajak tinggi ke tingkat pajak rendah) dan besarnya beban pajak dapat bervariasi secara substansial di seluruh perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak (Hutchens dan Rego, 2013). Manfaat yang paling jelas dari penghindaran pajak adalah penghematan kas dari penghindaran pajak. Penghematan kas menyebabkan arus kas perusahaan meningkat yang menawarkan peluang untuk investasi lebih lanjut sehingga meningkatkan nilai perusahaan. Kekayaan pemegang saham juga akan meningkat dengan dividen yang tinggi serta peningkatan nilai saham (Annuar et al., 2014).

Berbagai kegiatan penghindaran pajak yang dapat diambil oleh perusahaan, sehingga terdapat dua pandangan yang saling bertentangan tentang bagaimana penghindaran pajak memengaruhi nilai perusahaan. Dari satu perspektif, pemegang saham harus positif menghargai penghindaran pajak karena pengurangan pajak dapat meningkatkan kekayaan pemegang saham (Arrif dan Hashim, 2013). Saat ini sudah banyak cara dalam pengukuran tax avoidance. Setidaknya terdapat dua belas cara yang dapat digunakan dalam mengukur tax avoidance yang umumnya digunakan, dimana disajikan dalam Tabel 2.1 berikut.


(29)

17

Tabel 2.1 Tabel Pengukuran Penghindaran Pajak

Pengukuran Cara Perhitungan Keterangan GAAP ETR Worldwide total income tax expense

Worldwide total pre-tax accounting income

Total tax expense per

dollar of pre-tax income

Current ETR Worldwide current income tax expense Worldwide total pre-tax accounting income

Current tax ecpense per dollar of pre-tax book income

Cash ETR Worldwide cash taxes paid

Worldwide total pre-tax accounting income

Cash taxes paid per dollar of pre-tax book

income Long-run

Cash ETR

Worldwide cash taxes paid

Worldwide total pre-tax accounting income

Sum of cash taxes paid over n years divided by the sum of

pre-tax earning over n years

ETR

Differential

Statutory ETR – GAAP ETR The difference of between the statutory ETR and firm’s GAAP

ETR DTAX Error term form the following

regression : ETR differential x Pre-tax book income = a+bx Conttrol +e

The unexplained portion of the ETR differential

Total BTD Pre-tax book income – ((U.S CTE + Fgn CTE)/U.S STR) – (NOLt – NOLt-1))

The total difference between book and taxable income Temporary

BTD

Deffered tax expense/U.S STR The total difference between book and taxable income Abnormal

total BTD

Residual from BTD/Tait = βTAit + βmi A measure of unexplained total book-tax differences Unrecognized

tax benfefits

Disclosed amount post-FIN 48 Tax liability accrued for taxes not yet paid on uncertain


(30)

18 Tax shelter

Activity

Indicator variable for firms accused of engaging in a tax shelter

Firms identified via firm disclosure, the press, or IRS confidental data Marginal tax

Rate

Simulated marginal tax rate Present value of taxes

on an additional dollar of income Sumber : (Hanlon dan Heitzman, 2010 dalam Simarmata, 2014)

Long-Run Cash ETR

Long Run Cash ETR adalah pengukuran tax avoidance dalam jangka panjang yang merupakan pengembangan dari pengukuran dengan Cash ETR yang dikembangkan oleh Dyreng et al. (2008), yang kemudian menjadi jawaban atas keterbatasan GAAP ETR dalam menghitung tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan (Martani dan Chasbiandani, 2012). Berdasarkan permasalahan tersebut, Dyreng et al. (2008) mengembangkan pengukuran Tax Avoidance dengan menggunakan ukuran Long Run Cash ETR. Pengukuran ini dilakukan dalam jangka waktu yang lebih panjang yaitu selama 10 tahun. Cara yang digunakan adalah dengan menjumlahkan total cash tax paid dalam waktu 10 tahun, kemudian dibagi dengan total pre tax income dalam jangka waktu yang sama, dengan demikian pengukuran tersebut dapat menggambarkan kondisi ETR yang lebih mendekati biaya pajak perusahaan dalam jangka panjang (Simarmata, 2014).


(31)

19 2.1.4 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan menurut Rika dan Islahudin (2008:7) dalam (Retno dan Priantinah, 2012) didefinisikan sebagai nilai pasar. Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Untuk mencapai nilai perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada para profesional. Para profesional diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris. Peningkatan nilai perusahaan yang tinggi merupakan tujuan jangka panjang yang seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya karena penilaian investor terhadap perusahaan dapat diamati melalui pergerakan harga saham perusahaan yang ditransaksikan di bursa untuk perusahaan yang sudah go public (Retno dan Priantinah, 2012).

Menurut Rahayu (2010) dalam Muliani,dkk. (2014) menyatakan bahwa nilai perusahaan adalah sebuah nilai untuk mengukur tingkat kualitas perusahaan dan sebuah nilai yang menerangkan seberapa besar tingkat kepentingan sebuah perusahaan di mata pelanggannya. Nilai perusahaan dapat mencerminkan nilai aset yang dimiliki perusahaan seperti surat-surat berharga. Saham merupakan salah satu surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan, tinggi rendahnya harga saham banyak dipengaruhi oleh kondisi emiten. Salah satu faktor yang memengaruhi harga saham adalah kemampuan perusahaan membayar dividen. Nilai perusahaan merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan atau dapat dikatakan nilai perusahaan


(32)

20

merupakan harga yang dibayar oleh calon pembeli jika perusahaan tersebut dijual (Utami, 2011). Perusahaan selalu mempertimbangkan kebutuhan pemegang saham dan rencana jangka panjang perusahaan untuk investasi atau kebijakan lain, serta membuat keputusan yang diperlukan untuk pengungkapan informasi pajak yang berhubungan dengan masalah pajak dalam rangka melaksanakan kebijakan lain dan mengurangi beban pajak untuk tujuan meningkatkan nilai perusahaan (Suzan et al., 2012 dalam Tarazi dan Hamidian, 2015).

Proksi untuk nilai perusahaan dalam penelitian ini peneliti digunakan metode Rasio Tobin’s Q yang dikembangkan oleh James Tobin (1967). Rasio ini dinilai dapat memberikan informasi yang paling baik, karena dapat menjelaskan berbagai fenomena dalam kegiatan perusahaan seperti terjadinya perbedaan crossectional dalam pengambilan keputusan investasi dan diversifikasi, hubungan antar kepemilikan saham manajemen dan nilai perusahaan. Semakin besar nilai Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik. Hal ini dapat terjadi karena semakin besar nilai pasar aset perusahaan dibandingkan dengan nilai buku aset perusahaan maka semakin besar kerelaan investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut (Sukamulja, 2004 dalam Simarmata, 2014).

Sesuai pernyataan tersebut dengan menggunakan rasio-Q, dimana jika rasio-Q di atas satu, ini menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi sehingga akan menarik munculnya investasi baru, sedangkan jika rasio-Q dibawah satu


(33)

21

menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva tidak menarik investor untuk memberikan investasinya yang baru (Simarmata, 2014). Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena dapat menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian setiap dana yang diinvestasikan (Herawaty, 2008).

2.1.5 Karakter Eksekutif

Eksekutif sebagai seorang individu memiliki karakteristik yang akan mempengaruhinya dalam membuat suatu keputusan. Karakteristik setiap eksekutif tentu berbeda antara satu dengan yang lain. Berbagai faktor dapat membentuk karakteristik eksekutif sehingga karakter eksekutif dianggap faktor penting yang dapat mempengaruhi kebijakan yang akan diambil oleh eksekutif (Hanafi dan Harto, 2014). Low (2006) dalam Budiman dan Setiyono (2012) menyebutkan bahwa dalam menjalankan tugasnya sebagai pimpinan perusahaan eksekutif memiliki dua karakter yakni sebagai risk taker dan risk averse. Eksekutif yang memiliki karakter risk taker adalah eksekutif yang lebih berani dalam mengambil keputusan bisnis dan biasanya memiliki dorongan kuat untuk memiliki penghasilan, posisi, kesejahteraan, dan kewenangan yang lebih tinggi (Maccrimon dan Wehrung, 1990 dalam Budiman dan Setiyono, 2012).

Berbeda dengan risk taker, eksekutif yang memiliki karakter risk averse adalah eksekutif yang cenderung tidak menyukai risiko sehingga kurang berani dalam mengambil keputusan bisnis. Eksekutif risk averse jika mendapatkan peluang maka dia akan memilih risiko yang lebih rendah (Low, 2006 dalam Budiman dan Setiyono, 2012). Biasanya eksekutif risk averse memiliki usia yang lebih tua, sudah lama


(34)

22

memegang jabatan, dan memiliki ketergantungan dengan perusahaan (Maccrimon dan Wehrung, 1990 dalam Budiman dan Setiyono, 2012). Jika dibandingkan dengan risk taker, eksekutif risk averse lebih menitikberatkan pada keputusan-keputusan yang yang tidak mengakibatkan risiko yang lebih besar. Besar kecilnya risiko perusahaan mengindikasikan kecenderungan karakter eksekutif.

Tingkat risiko yang besar mengindikasikan bahwa pimpinan perusahaan lebih bersifat risk taker yang lebih berani mengambil risiko. Sebaliknya tingkat risiko yang kecil mengindikasikan bahwa pimpinan perusahaan lebih bersifat risk averse yang cenderung untuk menghindari risiko (Dewi dan Jati, 2014). Seorang manajer yang memiliki sifat risk taker lebih berani dalam mengambil risiko besar dengan tujuan untuk mendapatkan return yang besar pula (Khoesanto, 2013). Lewellen (2003) dalam Carolina,dkk. (2014) menyebutkan contoh perbedaan pengambilan keputusan bisnis oleh eksekutif yang memiliki karakter risk taker dengan eksekutif yang memiliki karakter risk aserve.

Eksekutif yang memiliki karakter risk taker tidak ragu-ragu untuk memilih pembiayaan yang tinggi yang bersumber dari utang, walaupun pembiayaan yang terlalu tinggi dari utang dapat menimbulkan risiko kebangkrutan perusahaan, sedangkan bagi eksekutif yang memiliki karakter risk aserve akan lebih berhati-hati dalam menentukan komposisi utangnya agar tidak terlalu besar untuk menghindari risiko kebangkrutan yang tinggi. Pengukuran karakter eksekutif diukur melalui risiko perusahaan (corporate risk) yang dimiliki perusahaan. Corporate risk mencerminkan penyimpangan atau deviasi standar dari earning baik penyimpangan itu bersifat


(35)

23

kurang dari yang direncanakan atau lebih dari yang direncanakan, semakin besar deviasi earning perusahaan mengindikasikan semakin besar pula risiko perusahaan yang ada (Paligrova, 2010). Paligrova (2010) mengukur resiko perusahaan melalui perhitungan deviasi standar dari Earning Before Interest, Tax, Depreciation, and Amortization (EBITDA) dengan total asset perusahaan. Dyreng et al. (2010) melakukan penelitian untuk mengetahui apakah individu top executive memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan. Sampel yang digunakan sebanyak 908 pimpinan perusahaan yang tercatat di Execu Comp diperoleh hasil bahwa pimpinan perusahaan (executive) secara individu memiliki peran yang signifikan terhadap tingkat penghindaran pajak perusahaan.

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Adapun beberapa penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai acuan untuk menyusun penelitian ini akan dijelaskan pada penjelasan berikut yang disertai dengan persamaan dan perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yakni sebagai berikut.

1) Chasbiandani dan Martani (2012) meneliti Pengaruh Tax Avoidance Jangka Panjang terhadap Nilai Perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Short run tax avoidance berpengaruh positif terhadap long run tax avoidance. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dyreng et al. (2008) yang menyatakan bahwa short run tax avoidance berpengaruh positif terhadap long run tax avoidance. Perilaku tax avoidance jangka pendek pada perusahaan di


(36)

24

Indonesia bersifat persisten dari tahun ke tahun. Long run tax avoidance berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan short run tax avoidance tidak secara signifikan memengaruhi nilai perusahaan. Hal tersebut mengindikasikan semakin rendah Effectif Tax Rate (ETR) jangka panjang yang dibayarkan oleh perusahaan, nilai perusahaan akan semakin tinggi.

Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti pengaruh tax avoidance jangka pendek terhadap tax avoidance jangka panjang dan pengaruh tax avoidance jangka panjang terhadap nilai perusahaan. Perbedaaan dalam penelitian ini adalah penelitian Chasbiandani dan Martini (2012) tidak mengunakan variabel pemoderasi, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan variabel karakter eksekutif sebagai variabel pemoderasi.

2) Penelitian Suyani (2014) meneliti Pengaruh Karakteristik Eksekutif dan Tax Avoidance Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris: Pada Perusahaan Otomotif dan Komponennya yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013). Pada penelitian sebelumnya ditemukan hasil bahwa berdasarkan hasil Uji-t menjelaskan bahwa, pada hipotesis pertama diperoleh hasil bahwa semakin tinggi karakteristik eksekutif kecendrungan melakukan penghindaran pajak (Tax Avoidance) akan meningkat secara signifikan. Pada hipotesis kedua diperoleh hasil bahwa semakin tinggi tindakan penghindaran pajak (Tax Avoidance) maka semakin rendah nilai perusahaan dan pada hipotesis ketiga diperoleh hasil bahwa semakin tinggi karakteristik eksekutif maka berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.


(37)

25

Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti pengaruh tax avoidance dan karakter eksekutif terhadap nilai perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Suyani (2014) adalah variabel tax avoidance diukur secara jangka pendek dan jangka panjang dan variabel karakter eksekutif pada penelitian sebelumnya adalah variabel independen, sedangkan pada penelitian ini merupakan variabel pemoderasi.

3) Budiman dan Setiyono (2012) meneliti Pengaruh Karakter Eksekutif Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa eksekutif yang memiliki karakter risk taker secara signifikan memiliki pengaruh positif terhadap terjadinya penghindaran pajak (tax avoidance). Ukuran Perusahaan, Leverage, Pertumbuhan Penjualan, dan Net Operating Loss berpengaruh secara signifikan terhadap penghindaran pajak.

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel karakter eksekutif dan variabel tax avoidance. Perbedaan penelitian ini adalah Budiman dan Setiyono (2012) meneliti pengaruh karakter eksekutif terhadap tax avoidance, sedangkan penelitian ini meneliti mengenai pengaruh tax avoidance secara jangka panjang terhadap nilai perusahaan dengan karakter eksekutif sebagai variabel pemoderasi dimana pada penelitian ini ditambahkan satu variabel yaitu nilai perusahaan. Pada penelitian Budiman dan Setiyono (2012) variabel karakter eksekutif merupakan variabel independen, sedangkan pada penelitian ini merupakan variabel pemoderasi. Pada penelitian Budiman dan Setiyono (2012)


(38)

26

tax avoidance merupakan variabel dependen, sedangkan pada penelitian ini merupakan variabel independen.

4) Simarmata (2014) meneliti Pengaruh Tax Avoidance Jangka Panjang Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kepemilikan Institusional Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-2012). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengujian hipotesis menunjukkan bahwa tax avoidance jangka pendek berpengaruh terhadap tax avoidance jangka panjang, dan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sementara itu, tax avoidance jangka panjang tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dan tidak terdapat peningkatan nilai perusahaan setelah adanya praktik tax avoidance jangka panjang, serta variabel kepemilikan institusional tidak dapat memperkuat hubungan antara tax avoidance jangka panjang terhadap nilai perusahaan.

Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti pengaruh tax avoidance jangka pendek terhadap tax avoidance jangka panjang dan pengaruh tax avoidance jangka panjang terhadap nilai perusahaan. Perbedaan penelitian ini adalah Simarmata (2014) menggunakan variabel kepemilikan institusional sebagai variabel pemoderasi, sedangkan pada penelitian ini menggunakan variabel karakter eksekutif sebagai variabel pemoderasi.

5) Khoesanto (2013) meneliti Pengaruh Karakteristik Eksekutif Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Manufaktur. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semakin meningkat risiko perusahaan, biaya riset dan pengembangan,


(39)

27

biaya penjualan, umum dan administrasi, pengeluaran modal, persentase perubahan penjualan, leverage, ukuran perusahaan, cash holding dan rasio properti, tanah dan peralatan pada total aset tidak diikuti dengan tax avoidance semakin meningkat, tetapi biaya iklan, operasi luar negeri dan net operating loss diikuti dengan tax avoidance semakin meningkat.

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel karakter eksekutif dan variabel tax avoidance. Perbedaan penelitian ini adalah Khoesanto (2013) meneliti pengaruh karakter eksekutif terhadap tax avoidance, sedangkan penelitian ini meneliti mengenai pengaruh tax avoidance secara jangka panjang terhadap nilai perusahaan dengan karakter eksekutif sebagai variabel pemoderasi dimana pada penelitian ini ditambahkan satu variabel yaitu nilai perusahaan. Pada penelitian Khoesanto (2013) variabel karakter eksekutif merupakan variabel independen, sedangkan pada penelitian ini merupakan variabel pemoderasi. Pada penelitian Khoesanto (2013) tax avoidance merupakan variabel dependen, sedangkan pada penelitian ini merupakan variabel independen. 6) Swingly dan Sukartha (2015) meneliti Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite

Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Sales Growth Pada Tax Avoidance. Pada Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa karakter eksekutif dan ukuran perusahaan berpengaruh positif pada tax avoidance, sedangkan leverage berpengaruh negatif pada tax avoidance. Variabel komite audit dan sales growth tidak berpengaruh pada tax avoidance.


(40)

28

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel karakter eksekutif dan variabel tax avoidance. Perbedaan penelitian ini adalah Swingly dan Sukartha (2015) meneliti pengaruh karakter eksekutif Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Sales Growth Pada Tax Avoidance, sedangkan penelitian ini meneliti mengenai pengaruh tax avoidance secara jangka panjang terhadap nilai perusahaan dengan karakter eksekutif sebagai variabel pemoderasi dimana pada penelitian ini ditambahkan satu variabel yaitu nilai perusahaan. Pada penelitian Swingly dan Sukartha (2015) variabel karakter eksekutif merupakan variabel independen, sedangkan pada penelitian ini merupakan variabel pemoderasi dan pada penelitian Swingly dan Sukartha (2015) tax avoidance merupakan variabel dependen, sedangkan pada penelitian ini merupakan variabel independen. Penelitian ini tidak mengunakan variabel Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Sales Growth.

7) Dewi dan Jati (2014) meneliti Pengaruh Karakter Eksekutif, Karakteristik Perusahaan, dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Pada Tax Avoidance Di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat tiga variabel yang berpengaruh terhadap tax avoidance perusahaan di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012. Variabel tersebut antara lain risiko perusahaan, kualitas audit, dan komite audit, sedangkan sisanya yaitu ukuran perusahaan, multinational company, kepemilikan institusional, dan proporsi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap tindakan tax avoidance yang dilakukan perusahaan.


(41)

29

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel karakter eksekutif dan variabel tax avoidance. Perbedaan penelitian ini adalah Dewi dan Jati (2014) meneliti pengaruh karakter eksekutif Karakteristik Perusahaan, Dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan yang baik Pada Tax Avoidance, sedangkan penelitian ini meneliti mengenai pengaruh tax avoidance secara jangka panjang terhadap nilai perusahaan dengan karakter eksekutif sebagai variabel pemoderasi dimana pada penelitian ini ditambahkan satu variabel yaitu nilai perusahaan. Pada penelitian variabel karakter eksekutif merupakan variabel independen, sedangkan pada penelitian ini merupakan variabel pemoderasi. Pada penelitian Dewi dan Jati (2014) tax avoidance merupakan variabel dependen, sedangkan pada penelitian ini merupakan variabel independen. Penelitian ini tidak menggunakan variabel karakteristik perusahaan dan dimensi tata kelola perusahaan yang baik.

8) Maharani dan Suardana (2014) meneliti Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas dan Karakteristik Eksekutif Pada Tax Avoidance Perusahaan Manufaktur. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda, diperoleh hasil bahwa variabel yang berpengaruh negatif adalah proporsi dewan komisaris, kualitas audit, komite audit, dan Return on Asset (ROA), sedangkan risiko perusahaan berpengaruh positif terhadap tax avoidance yang dilakukan perusahaan manufaktur yang terdaftar Bursa Efek Indonesia periode tahun pengamatan 2008-2012.


(42)

30

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel karakter eksekutif dan variabel tax avoidance. Perbedaan penelitian ini adalah Maharani dan Suardana (2014) meneliti pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas dan Karakteristik Eksekutif Pada Tax Avoidance, sedangkan penelitian ini meneliti mengenai pengaruh tax avoidance secara jangka panjang terhadap nilai perusahaan dengan karakter eksekutif sebagai variabel pemoderasi dimana pada penelitian ini ditambahkan satu variabel yaitu nilai perusahaan. Pada penelitian Maharani dan Suardana (2014) variabel karakter eksekutif merupakan variabel independen, sedangkan pada penelitian ini merupakan variabel pemoderasi. Pada penelitian Maharani dan Suardana (2014) tax avoidance merupakan variabel dependen, sedangkan pada penelitian ini merupakan variabel independen. Penelitian ini tidak menggunakan variabel Corporate Governance dan Profitabilitas.

Untuk memperjelas uraian mengenai penelitian sebelumnya peneliti menyajikan ringkasan penelitian sebelumnya pada Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Sebelumnya No Nama

Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Tryas

Chasbiandani dan

Dwi Martani (2012)

Pengaruh Tax Avoidance Jangka Panjang terhadap Nilai Perusahaan

Short Run tax avoidance berpengaruh positif terhadap long run tax avoidance dan long run tax avoidance berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan short run tax avoidance tidak secara signifikan mempengaruhi nilai perusahaan.


(43)

31 2 Suyani

(2014)

Pengaruh Karakteristik Eksekutif dan Tax

Avoidance Terhadap Nilai Perusahaan

(Studi Empiris : Pada Perusahaan Otomotif Dan Komponennya Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia Periode 2010-2013)

Semakin tinggi karakteristik eksekutif kecendrungan melakukan penghindaran pajak (Tax Avoidance) akan meningkat secara signifikan. Semakin tinggi tindakan penghindaran pajak (Tax Avoidance) maka semakin rendah nilai perusahaan, Semakin tinggi karakteristik eksekutif maka berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

3 Judi Budiman dan Setiyono (2012)

Pengaruh Karakter Eksekutif Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksekutif yang memiliki karakter risk taker secara signifikan memiliki pengaruh positif terhadap terjadinya penghindaran pajak (tax avoidance). Ukuran Perusahaan, Leverage, Pertumbuhan Penjualan, dan Net Operating Loss berpengaruh secara signifikan terhadap penghindaran pajak.

4 Ari Putra Permata Simarmata (2014)

Pengaruh Tax Avoidance Jangka Panjang Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kepemilikan

Institusional Sebagai Variabel Pemoderasi. (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-2012)

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa tax avoidance jangka pendek berpengaruh terhadap tax avoidance jangka panjang, dan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sementara itu, tax avoidance jangka panjang tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dan tidak terdapat peningkatan nilai perusahaan setelah adanya praktik tax avoidance jangka panjang, serta variabel kepemilikan institusional tidak dapat memperkuat hubungan antara tax avoidance jangka panjang terhadap nilai perusahaan. 5 Meliana

Yonatha Khoesanto (2013)

Pengaruh Karakteristik Eksekutif Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Manufaktur.

Hasil analisis menunjukkan bahwa semakin meningkat risiko perusahaan, biaya riset dan pengembangan, biaya penjualan, umum dan administrasi, pengeluaran modal, persentase perubahan penjualan, leverage, ukuran perusahaan, cash holding dan rasio


(44)

32

properti, tanah dan peralatan pada total aset tidak diikuti dengan tax avoidance semakin meningkat, tetapi biaya iklan, operasi luar negeri dan net operating loss diikuti dengan tax avoidance semakin meningkat.

6 Calvin

Swingly dan Made

Sukartha (2015)

Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Sales Growth Pada Tax Avoidance

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakter eksekutif dan ukuran perusahaan berpengaruh positif pada tax avoidance, sedangkan leverage berpengaruh negatif pada tax avoidance. Variabel komite audit dan sales growth tidak berpengaruh pada tax avoidance.

7 Ni Nyoman Kristiana Dewi dan I Ketut Jati (2014)

Pengaruh Karakter Eksekutif, Karakteristik Perusahaan, dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Pada Tax Avoidance Di Bursa Efek Indonesia

Hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa risiko perusahaan, kualitas audit, dan komite audit berpengaruh terhadap tax avoidance.

8 I Gusti Ayu Cahya Maharani dan Ketut Alit Suardana (2014)

Pengaruh Corporate Governance,

Profitabilitas dan Karakteristik Eksekutif Pada Tax Avoidance Perusahaan Manufaktur

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda, diperoleh hasil bahwa variabel yang berpengaruh negatif adalah proporsi dewan komisaris, kualitas audit, komite audit, dan ROA, sedangkan risiko perusahaan berpengaruh positif terhadap tax avoidance yang dilakukan perusahaan manufaktur yang terdaftar Bursa Efek Indonesia periode tahun pengamatan 2008-2012.


(45)

33 2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, bukan jawaban yang empirik (Sugiyono, 2014:93). Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian-penelitian sebelumnya maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut.

2.2.1 Pengaruh Tax Avoidance Jangka Panjang terhadap Nilai Perusahaan

Tindakan penghindaran pajak tidak bebas dari biaya, beberapa biaya yang harus ditanggung yaitu pengorbanan waktu dan tenaga untuk melakukan penghindaran pajak serta adanya risiko jika penghindaran pajak terungkap. Risiko ini mulai dari yang dapat dilihat, yaitu bunga dan denda kemudian yang tidak terlihat, yaitu kehilangan reputasi perusahaan yang berakibat buruk bagi kelangsungan usaha jangka panjang perusahaan. Ada pula risiko penghindaran pajak yang lain yaitu timbulnya masalah agensi. Ini timbul jika manajer memanfaatkan posisinya untuk mengalihkan sumber daya perusahaan untuk pribadinya, dimana manajer yang menggerakkan jalannya perusahaan termasuk menentukan tingkat penghindaran pajak yang akan dilakukan perusahaan (Puspita, 2014). Berdasarkan berbagai macam pertimbangan atas risiko yang ada, sikap pemegang saham terhadap penghindaran


(46)

34

pajak tergantung pada pertimbangan mereka terhadap manfaat dan biaya yang menyertainya.

Pemegang saham hanya bersedia mengambil risiko apabila manfaat penghindaran pajak melebihi biayanya (Minnick dan Noga, 2010 dalam Puspita, 2014). Pemegang saham juga berusaha untuk tidak melakukan penghindaran pajak yang terlalu banyak sehingga terlalu banyak risiko, atau terlalu sedikit sehingga kurang memaksimalkan keuntungan (Puspita, 2014). Semakin tinggi tingkat penghindaran pajak (tax avoidance) maka semakin rendah nilai perusahaan (Suyani, 2014). Imiani dan Sutrisno (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tax avoidance berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Mutiah dan Jaeni (2013) dalam peneltiannya juga menyatakan bahwa tax avoidance berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan Peneliti ingin menguji pengaruh tax avoidance jangka panjang yang diukur kumulatif selama 10 tahun terhadap nilai perusahaan yang diukur selama dua tahun penelitian yaitu tahun 2013 dan tahun 2014. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis pertama dari penelitian ini adalah.

H1: Tax avoidance jangka panjang berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. 2.2.2 Pengaruh Tax Avoidance Jangka Panjang terhadap Nilai Perusahaan yang

dimoderasi oleh Karakter Eksekutif

Penghindaran pajak (tax avoidance) yang dilakukan oleh perusahaan bukan merupakan suatu kebetulan. Keputusan untuk melakukan penghindaran merupakan hasil kebijakan perusahaan. Secara langsung, individu yang terlibat dalam pembuatan keputusan pajak adalah direktur pajak dan juga konsultan pajak perusahaan. Namun


(47)

35

eksekutif (direktur utama atau presiden direktur) sebagai pimpinan perusahaan secara langsung ataupun tidak langsung juga memiliki pengaruh terhadap segala keputusan yang terjadi dalam perusahaan, termasuk keputusan penghindaran pajak perusahaan. Eksekutif sebagai seorang individu memiliki karakteristik yang akan mempengaruhinya dalam membuat suatu keputusan. Karakteristik setiap eksekutif tentu berbeda antara satu dengan yang lain. Berbagai faktor dapat membentuk karakteristik eksekutif. Sehingga, karakter eksekutif dianggap faktor penting yang dapat mempengaruhi kebijakan yang akan diambil oleh eksekutif (Hanafi dan Harto, 2014). Low (2006) dalam Budiman dan Setiyono (2012) menyebutkan bahwa dalam menjalankan tugasnya sebagai pimpinan perusahaan eksekutif memiliki dua karakter yakni sebagai risk taker dan risk averse.

Menurut Lowellen (2003) dalam Carolina, dkk (2014) eksekutif yang memiliki karakter risk taker tidak ragu-ragu untuk memilih pembiayaan yang tinggi yang bersumber dari utang, walaupun pembiayaan yang terlalu tinggi dari utang dapat menimbulkan risiko kebangkrutan perusahaan. Berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, beban bunga utang diperbolehkan menjadi pengurangan Penghasilan Kena Pajak. Oleh karena itu, Wajib Pajak menggunakan cara ini untuk meminimalisasi pajak terutangnya namun tidak melanggar peraturan perpajakan yang ada (Carolina,dkk., 2014). Dewi dan Jati (2014) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa karakter eksekutif yang diproksi dengan risiko perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance yaitu apabila eksekutif semakin bersifat risk taker maka akan semakin besar tindakan tax avoidance yang dilakukan. Besar


(48)

36

kecilnya risiko perusahaan mengindikasikan kecenderungan karakter eksekutif. Tingkat risiko yang besar mengindikasikan bahwa pimpinan perusahaan lebih bersifat risk taker yang lebih berani mengambil risiko. Sebaliknya tingkat risiko yang kecil mengindikasikan bahwa pimpinan perusahaan lebih bersifat risk averse yang cenderung untuk menghindari risiko.

Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Suyani (2014) menyatakan bahwa semakin tinggi karakteristik eksekutif kecendrungan melakukan penghindaran pajak (tax avoidance) akan meningkat secara signifikan. Semakin tinggi tindakan penghindaran pajak (tax avoidance) maka semakin rendah nilai perusahaan. Semakin tinggi karakteristik eksekutif maka berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Khaoula dan Ali (2012) meneliti mengenai pengaruh dewan direksi terhadap perencanaan pajak perusahaan di negara berkembang. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik dewan memiliki pengaruh positif terhadap pengurangan tarif pajak yang berlaku. Swingly dan Sukartha (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa karakter eksekutif berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Penelitian tersebut juga didukung dengan penelitian yang dilakukan Budiman dan Setiyono (2012) serta Maharani dan Alit (2014) yang menyatakan bahwa karakter eksekutif berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak.

Dyreng et al. (2010) melakukan penelitian untuk mengetahui apakah individu top executive memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan. Sampel yang digunakan sebanyak 908 pimpinan perusahaan yang tercatat di Execu Comp diperoleh hasil bahwa pimpinan perusahaan (executive) secara individu memiliki


(49)

37

peran yang signifikan terhadap tingkat penghindaran pajak perusahaan, sedangkan Khoesanto (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa peningkatan risiko perusahaan tidak diikuti oleh peningkatan tax avoidance perusahaan. Dengan demikian peneliti ingin menguji pengaruh karakter eksekutif dalam memoderasi pengaruh tax avoidance jangka panjang terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis kedua dari penelitian ini adalah.

H2: Karakter Eksekutif mampu memoderasi pengaruh tax avoidance jangka panjang terhadap nilai perusahaan.


(1)

32

properti, tanah dan peralatan pada total aset tidak diikuti dengan tax avoidance semakin meningkat, tetapi biaya iklan, operasi luar negeri dan net operating loss diikuti dengan tax avoidance semakin meningkat.

6 Calvin

Swingly dan Made

Sukartha (2015)

Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Sales

Growth Pada Tax

Avoidance

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakter eksekutif dan ukuran perusahaan berpengaruh positif pada tax avoidance, sedangkan leverage berpengaruh negatif pada tax avoidance. Variabel komite audit dan sales growth tidak berpengaruh pada tax avoidance.

7 Ni Nyoman Kristiana Dewi dan I Ketut Jati (2014)

Pengaruh Karakter Eksekutif, Karakteristik Perusahaan, dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Pada Tax Avoidance Di Bursa Efek Indonesia

Hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa risiko perusahaan, kualitas audit, dan komite audit berpengaruh terhadap tax avoidance.

8 I Gusti Ayu Cahya Maharani dan Ketut Alit Suardana (2014)

Pengaruh Corporate Governance,

Profitabilitas dan Karakteristik Eksekutif Pada Tax Avoidance Perusahaan Manufaktur

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda, diperoleh hasil bahwa variabel yang berpengaruh negatif adalah proporsi dewan komisaris, kualitas audit, komite audit, dan ROA, sedangkan risiko perusahaan berpengaruh positif terhadap tax avoidance yang dilakukan perusahaan manufaktur yang terdaftar Bursa Efek Indonesia periode tahun pengamatan 2008-2012.


(2)

33 2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, bukan jawaban yang empirik (Sugiyono, 2014:93). Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian-penelitian sebelumnya maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut.

2.2.1 Pengaruh Tax Avoidance Jangka Panjang terhadap Nilai Perusahaan

Tindakan penghindaran pajak tidak bebas dari biaya, beberapa biaya yang harus ditanggung yaitu pengorbanan waktu dan tenaga untuk melakukan penghindaran pajak serta adanya risiko jika penghindaran pajak terungkap. Risiko ini mulai dari yang dapat dilihat, yaitu bunga dan denda kemudian yang tidak terlihat, yaitu kehilangan reputasi perusahaan yang berakibat buruk bagi kelangsungan usaha jangka panjang perusahaan. Ada pula risiko penghindaran pajak yang lain yaitu timbulnya masalah agensi. Ini timbul jika manajer memanfaatkan posisinya untuk mengalihkan sumber daya perusahaan untuk pribadinya, dimana manajer yang menggerakkan jalannya perusahaan termasuk menentukan tingkat penghindaran pajak yang akan dilakukan perusahaan (Puspita, 2014). Berdasarkan berbagai macam pertimbangan atas risiko yang ada, sikap pemegang saham terhadap penghindaran


(3)

34

pajak tergantung pada pertimbangan mereka terhadap manfaat dan biaya yang menyertainya.

Pemegang saham hanya bersedia mengambil risiko apabila manfaat penghindaran pajak melebihi biayanya (Minnick dan Noga, 2010 dalam Puspita, 2014). Pemegang saham juga berusaha untuk tidak melakukan penghindaran pajak yang terlalu banyak sehingga terlalu banyak risiko, atau terlalu sedikit sehingga kurang memaksimalkan keuntungan (Puspita, 2014). Semakin tinggi tingkat penghindaran pajak (tax avoidance) maka semakin rendah nilai perusahaan (Suyani, 2014). Imiani dan Sutrisno (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tax avoidance berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Mutiah dan Jaeni (2013) dalam peneltiannya juga menyatakan bahwa tax avoidance berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan Peneliti ingin menguji pengaruh tax avoidance jangka panjang yang diukur kumulatif selama 10 tahun terhadap nilai perusahaan yang diukur selama dua tahun penelitian yaitu tahun 2013 dan tahun 2014. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis pertama dari penelitian ini adalah.

H1: Tax avoidance jangka panjang berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

2.2.2 Pengaruh Tax Avoidance Jangka Panjang terhadap Nilai Perusahaan yang dimoderasi oleh Karakter Eksekutif

Penghindaran pajak (tax avoidance) yang dilakukan oleh perusahaan bukan merupakan suatu kebetulan. Keputusan untuk melakukan penghindaran merupakan hasil kebijakan perusahaan. Secara langsung, individu yang terlibat dalam pembuatan keputusan pajak adalah direktur pajak dan juga konsultan pajak perusahaan. Namun


(4)

35

eksekutif (direktur utama atau presiden direktur) sebagai pimpinan perusahaan secara langsung ataupun tidak langsung juga memiliki pengaruh terhadap segala keputusan yang terjadi dalam perusahaan, termasuk keputusan penghindaran pajak perusahaan. Eksekutif sebagai seorang individu memiliki karakteristik yang akan mempengaruhinya dalam membuat suatu keputusan. Karakteristik setiap eksekutif tentu berbeda antara satu dengan yang lain. Berbagai faktor dapat membentuk karakteristik eksekutif. Sehingga, karakter eksekutif dianggap faktor penting yang dapat mempengaruhi kebijakan yang akan diambil oleh eksekutif (Hanafi dan Harto, 2014). Low (2006) dalam Budiman dan Setiyono (2012) menyebutkan bahwa dalam menjalankan tugasnya sebagai pimpinan perusahaan eksekutif memiliki dua karakter yakni sebagai risk taker dan risk averse.

Menurut Lowellen (2003) dalam Carolina, dkk (2014) eksekutif yang memiliki karakter risk taker tidak ragu-ragu untuk memilih pembiayaan yang tinggi yang bersumber dari utang, walaupun pembiayaan yang terlalu tinggi dari utang dapat menimbulkan risiko kebangkrutan perusahaan. Berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, beban bunga utang diperbolehkan menjadi pengurangan Penghasilan Kena Pajak. Oleh karena itu, Wajib Pajak menggunakan cara ini untuk meminimalisasi pajak terutangnya namun tidak melanggar peraturan perpajakan yang ada (Carolina,dkk., 2014). Dewi dan Jati (2014) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa karakter eksekutif yang diproksi dengan risiko perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance yaitu apabila eksekutif semakin bersifat risk taker maka akan semakin besar tindakan tax avoidance yang dilakukan. Besar


(5)

36

kecilnya risiko perusahaan mengindikasikan kecenderungan karakter eksekutif. Tingkat risiko yang besar mengindikasikan bahwa pimpinan perusahaan lebih bersifat risk taker yang lebih berani mengambil risiko. Sebaliknya tingkat risiko yang kecil mengindikasikan bahwa pimpinan perusahaan lebih bersifat risk averse yang cenderung untuk menghindari risiko.

Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Suyani (2014) menyatakan bahwa semakin tinggi karakteristik eksekutif kecendrungan melakukan penghindaran pajak (tax avoidance) akan meningkat secara signifikan. Semakin tinggi tindakan penghindaran pajak (tax avoidance) maka semakin rendah nilai perusahaan. Semakin tinggi karakteristik eksekutif maka berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Khaoula dan Ali (2012) meneliti mengenai pengaruh dewan direksi terhadap perencanaan pajak perusahaan di negara berkembang. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik dewan memiliki pengaruh positif terhadap pengurangan tarif pajak yang berlaku. Swingly dan Sukartha (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa karakter eksekutif berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Penelitian tersebut juga didukung dengan penelitian yang dilakukan Budiman dan Setiyono (2012) serta Maharani dan Alit (2014) yang menyatakan bahwa karakter eksekutif berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak.

Dyreng et al. (2010) melakukan penelitian untuk mengetahui apakah individu top executive memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan. Sampel yang digunakan sebanyak 908 pimpinan perusahaan yang tercatat di Execu Comp diperoleh hasil bahwa pimpinan perusahaan (executive) secara individu memiliki


(6)

37

peran yang signifikan terhadap tingkat penghindaran pajak perusahaan, sedangkan Khoesanto (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa peningkatan risiko perusahaan tidak diikuti oleh peningkatan tax avoidance perusahaan. Dengan demikian peneliti ingin menguji pengaruh karakter eksekutif dalam memoderasi pengaruh tax avoidance jangka panjang terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis kedua dari penelitian ini adalah.

H2: Karakter Eksekutif mampu memoderasi pengaruh tax avoidance jangka panjang


Dokumen yang terkait

PENGARUH TAX AVOIDANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS KOMITE AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2010-2014)

0 5 110

Pengaruh Tax Avoidance dan Dividend Policy terhadap Nilai Perusahaan dengan Kepemilikan Institusional sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012 - 2014

5 16 106

Pengaruh Profitabilitas Dan Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014

3 19 87

PENDAHULUAN Pengaruh Return On Asset, Karakter Eksekutif, Dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2013).

0 3 9

Pengaruh Struktur Kepemilikan Perusahaan terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 s.d. 2013).

3 14 20

Pengaruh Tax Avoidance terhadap Cost of Debt (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013).

1 3 18

Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013 - 2015

0 1 123

PENGARUH TAX AVOIDANCE JANGKA PANJANG DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KARAKTER EKSEKUTIF SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

0 0 16

Pengaruh Tax Avoidance, Transparansi Informasi, dan Manajemen Laba Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2016)

0 5 16

PENGARUH KARAKTERISITIK PERUSAHAAN DAN KOMISARIS INDEPENDEN TERHADAP TAX AVOIDANCE (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2013-2017)

0 0 15