2.3.4. Pembentukan Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida dari gliserol . Dalam pembentukannya, trigliserida merupakan hasil proses kondensasi satu molekul
gliserol dan tiga molekul asam lemak umumnya ketiga asam lemak tersebut berbeda–beda, yang membentuk satu molekul trigliserida dan satu molekul air
Ginting, 2002. Minyaklemak merupakan bahan pencemar yang banyak ditemukan
diberbagai perairan dan sumber pencemarnya adalah dari agroindustri. Minyak tidak larut dalam air sehingga mengambang diatas permukaan air yang tercemar. Semua
jenis minyak mengandung senyawa volatile yang mudah menguap Ginting, 2002. Lemak termasuk senyawa organik yang relatif stabil dan sulit diuraikan oleh
bakteri. Lemak dapat dirombak oleh senyawa asam yang menghasilkan asam lemak dan gliserin. Pada keadaan basa, gliserin akan dibebaskan dari asam lemak akan
terbentuk garam basa Manik, 2003. Kandungan minyak yang masuk kedalam kolam akan mempengaruhi aktifitas
bakteri, yaitu minyak tersebut berperan sebagai isolasi antara substrat dengan bakteri. Juga minyak tersebut jika bereaksi dengan alkali dapat membentuk sabun berbusa
yang sering mengapung dipermukaan kolam dan bercampur dengan benda-benda yang lain dan disebut dengan “scum” Naibaho, 1995.
2. 4. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
Tandan buah sawit yang diolah di pabrik akan menghasilkan minyak sawit, cangkang, serat dan tandan kosong. Dalam pengolahan terdapat bahan yang tidak
termanfaatkan seperti tandan kosong dan air buangan pabrik. Karena kapasitas pabrik yang cukup besar yaitu antara 10 – 60 ton TBSjam maka bahan bnuangan tersebut
dapat mempengaruhi lingkungan Naibaho, 1995. Limbah cair yang dihasilkan pabrik pengolah kelapa sawit adalah air, drab, air
kondensat, air cucian pabrik, air hidrocyclone dan sebagainya. Jumlah air buangan
Universitas Sumatera Utara
tergantung pada sistem pengolahan, kapsitas dan keadaan peralatan klarifikasi Naibaho, 1995.
Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit LCPKS bertujuan untuk membuang atau mengurangi kandungan limbah yang membahayakan kesehatan serta
tidak mengganggu lingkungan tempat pembuangannya. Proses pengolahan limbah cair PKS terdiri dari perlakuan awal dan pengendalian lanjutan Said, 1996.
Pengolahan limbah adalah kegiatan terpadu yang meliputi kegiatan pengurangan minimization, segregasi segregation, penanganan handling,
pemanfaatan dan pengolahan limbah. Dengan demikian untuk mencapai hasil yang optimal, kegiatan-kegiatan yang melingkupi pengelolaan limbah perlu dilakukan dan
bukan hanya mengandalkan kegiatan pengolahan limbah saja Loehr, 1997. Teknik pengolahan air limbah adalah pengolahan limbah pabrik yang belum
memenuhi persyaratan BOD,COD dan lain-lain. sehingga air yang keluar dari pabrik diharapkan memnuhi persyaratan sebagai air bersih.
Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit dilakukan dengan dua metode yaitu :
1. Sistem Aplikasi Lahan Land Application
2. Sistem Kolam Ponding system
2.4.1. Sistem Aplikasi Lahan Land Application
Sistem ini hanya menggunakan beberapa kolam limbah untuk pengolahan, selanjutnya hasil yang akhir dimanfaatkan ke areal tanaman yang dapat sebagai
substitusi pemupukan di lahan-lahan tanaman yang telah dibuat sistem pendistribusiannya Nainggolan, 2011.
Aplikasi limbah cair PKS dapat dilakukan dengan metode flatbed perparitan dimana limbah cair dialirkandipompakan dari IPAL fakultatif kedalam bak dan
selanjutnya mengalir sacara grafitasi melalui saluran. Pembuatan saluran dan teras yaitu dengan membangun konstruksi saluran dimana diantara dua baris pohon yang
Universitas Sumatera Utara
dihubungkan dengan saluran parit yang dapat mengalirkan limbah dari atas ke bawah dengan kemiringan tertentu Nainggolan, 2011.
2.4.2. Sistem Kolam Ponding System
Untuk menanggulangi masalah limbah cair pada Unit Pengolahan Limbah UPL di pabrik-pabrik pengolahan sawit pada umumnya menggunakan unit-unit
kolam pengolahan. Pabrik Kelapa Sawit PKS yang menggunakan sistem ini pada umumnya mempergunakan lahan yang cukup luas dan mempunyai beberapa tahapan
untuk mendapatkan hasil akhir yang sesuai dengan bahan baku mutu yang ditetapkan oleh Pemerintah Nainggolan, 2011.
Pengolahan dengan system kolam masih dianggab murah terutama pada perkebunan yang jauh dari kota, akan tetapi masih membutuhkan waktu “retention
time” yang lama dengan skema sebagai berikut:
Sludge Recovery
Pond
Cooling Pond
Deoiling Pond
Netralisasi
Seeding Pond
Anaerobic Pond
Anaerobic Pond
Anaerobic secon
Anaerobic secon
Fakultatif Pond
Aerasi Pond
Aerobic Pond
Fat-Fit
Aerobioc Pond
Out Let
Gambar 2.1. Alur Proses Pengolahan Limbah Cair PKS Dengan Metode Sistem Kolam
Universitas Sumatera Utara
2.4.2.1 Fat Fit Kolam pengumpulan Losis Minyak
Pada kolam ini minyak yang masih ada terikut dengan limbah cair hasil proses klarifikasi dan dapat dikutip kembali Naibaho, 1995.
2.4.2.2. Sludge Recovery Pond Kolam Pengendapan Lumpur
Lumpur yang berasal dari limbah industri Pabrik Kelapa Sawityaitu serat-serat halus dari TBS ikut serta dalam limbah cair, untuk itu perlu dilakukan pengendapan
dikolam ini Nainggolan, 2011.
2.4.2.3. Pendinginan Cooling Tower
Air limbah agar keluar dari pabrik umumnya masih panas 50 -70
dan masih diperlakukan pendinginan sesuai dengan kondisi pengendalian limbah yang
diinginkan bakteri. Pengendalian limbah yang menggunakan bakteri mesophill memerlukan pendinginan hingga 40
C, sedangkan pengendalian dengan menggunakan bakteri thermopill memerlukan suhu pengendalian 60
C, maka tidak perlu didinginkan.
Pendinginan dilakukan dengan dua cara yaitu : i.
Menara pendingin,pendinginan air limbah dengan menggunakan menara, yang kemudian dibantu dengan bak pendingin, alat ini mampu menurunkan suhu
limbah dari 60 C menjadi 40
C. ii.
Kolam pendingin, yaitu pendingin limbah yang dikombinasikan dengan dengan pengutipan minyak. Pendinginan didalam kolam dilakukan selama 48
jam. Pendinginan sering mengalami kegagalan terutama akibat aliran didalam kolam pendingin tidak baik, yaitu seolah olah ada aliran yang terlokalisir.
Oleh sebab itu dicoba memperbesar ukuran kolam yang mampu menampung limbah 10 hari olah Naibaho, 1995
Universitas Sumatera Utara
2.4.2.4 Deoiling Pond
Berfungsi sebagai tempat pendinginan drab akhir dan juga dapat dikombinasikan dengan pengutipan minyak. namun untuk pengutipan minyak tidak
diperlukan juga sistem klarifikasi yang sudah efektif. Drab akhir yang keluar dari pabrik temperaturnya 70
C, untuk itu hrus diturunkan menjadi 40 C maksimum. Pada
temperatur inilah bakteri hidup dan berkembang dengan baik Naibaho, 1995.
2.4.2.5 Netralisasi
Limbah yang masih asam tidak sesuai untuk pertumbuhan mikroba, oleh sebab itu perlu dinetralkan dengan penambahan bahan kimia atau cairan alkali. Bahan
yang sering ditambahkan soda api, kapur tohor, abu tandan kosong dan cairan limbah yang sudah netral.
Pemberian soda api mempunyai kelemahan yaitu : i.
Mudah bereaksi dengan asam lemak, sehingga jumlah NaOH yang diperlukan bukan hanya untuk menetralkan minyak dan membentuk sabun.
ii. Harga soda api mahal dibanding dengan kapur tohor dan abu tandan kosong
yang menyebabkan perbedaan ongkos olah nyata. Pemakaian bahan penetral didasarkan kepada keasaman limbah dan kadar
minyak yang terkandung. Pemakaian ini dapat diketahui secara uji laboratorium. Dengan dasar pencapaian pH maka dianjurkan pemakaian kapur tohor yang sedikit
lebih murah dari soda api dan lebih mahal dari abu tandan kosong. Jumlah kapur tohor yang diperlukan adalah 25 kgm
3
limbah. Netralisasi dapat dibantu dengan perlakuan sirkulasi yaitu memakai sludge
yang berasal; dari kolam fakultatif yang selalu mempunyai pH netral Naibaho, 1995.
2.4.2.6. Kolam Pembiakan Seeding Pond
Kolam dengan kapasitas 3900 m
3
berfungsi untuk pembiakan bakteri yang akan digunakan merombak limbah dengan memberi nutrisi dari air limbah dan
Universitas Sumatera Utara
lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan bakteri. .Sebagian bakateri akan dimasukkan kedalam kolam anaerobik pada waktu-waktu tertentu.Pada teknik ini
memanfaaatkan mikroba untuk menetralisasi keasaman cairan limbah. Pengasaman bertujuan agar limbah cair yang mengandung bahan organik
yang lebih mudah mengalami biodegradasi dalam suasana anaerobik. Limbah cair dalam kolam mengalami asidifikasi, yaitu terjadinya kenaikan konsentrasi asam-asam
yang mudah menguap, waktu penahanan hidrolisis limbah cair dalam kolam pengasaman selama 5 hari kemudian sebelum diolah diunit pengolahan limbah kola
anaerobik, limbah dinetralkan lebih dahulu dengan menambahkan kapur tohor hingga mencapai pH 7,8-7,5 Naibaho, 1995.
2.4.2.7 Kolam Anaerobik Anaerobic Pond
Dengan kapasitas 9000 m
3
adalah tempat proses perombakan limbah cair oleh mikroba secara anaerobik tanpa ketersediaan oksigen. Pengolahan utama limbah
pabrik kelapa sawit terjadi di kolam ini dimana lemak di ubah menjadi gas metana. Kolam anaerobik ini dapat menampung air limbah hasil pengolahan pabrik kelapa
sawit selama 60 hari. Untuk lebih mengaktifkan reaksi terjadinya metana, maka cairan dalam dari kolam anaerobik belakang harus dipompa secara terus menerus
setiap 24 jam perhari ke kolam anaerobik dimuka sehingga terbentuk aliran sirkulasi. Apabila bakteri dalam kolam itu kurang aktif, maka dapat diambil bakteri dari kolam
pembiakan bakteri, dimana air dalam kolam ini pHnya harus dijaga minimal Naibaho, 1995.
2.4.2.8. Kolam Aerasi
Kolam Aerasi ini digunakan untuk memperkaya cairan limbah dengan oksigen dan membunuh bakteri anaerobik dengan cara menyebarkan cairan limbah ke udara
dengan menggunakan aerator. Aerator berfungsi untuk memperbesar persinggungan antara air limbah
dengan udara, yang dilakukan dengan mengalirkan air limbah melewati pipa
Universitas Sumatera Utara
diketinggian dan kemungkinan dijatuhkan pada kayu-kayu sehingga membentuk percikan. Dengan terbentuknya percikan tersebut terjadi pengikatan O
2
dari udara oleh air limbah, disamping itu juga dapat menghilangkan sisa-sisa gas dan
menonaktifkan bakteri-bakteri anaerobik. Kolam aerasi dibuat kedalamannya 3 meter dan ditempatkan alat yang dapat
meningkatkan jumlah oksigen terlarut dalam air, dengan tujuan agar dapat berlangsung reaksi oksidasi dengan baik. Oksigen yang diberikan ada batas daya larut
dalam air yaitu 7 ppm, oleh sebab itu pemberian oksigen dianggap berhenti jika oksigen terlarut 7 ppm, dan jika menurun kembali diulangi. Maka setiap kolam aerasi
ditempatkan unit alat aerator Naibaho, 1995.
2.4.2.9. Kolam Aerobik Aerobic Pond
Dapat menampung cairan limbah untuk 15 hari olah. Kolam ini merupakan kolam terakhir dalam proses pengolahan limbah cair dan dipakai untuk memberikan
kesempatan cairan dari kolam pengendapan untuk menyerap lebih banyak oksigen dari udara. Kolam ini dibuat dangkal dengan kedalaman 2,5 m agar cahaya matahari
dapat menembus hingga ke dasarnya dan dibuat lebih luas agar proses pengendapan benar-benar sempurna sebelum dibuang ke sungai. Diharapkan pada kolam ini
oksigen yang terlarut sudah semakin banyak dan dapat menurunkan limbah dari BOD 600 ppm-800 ppm menjadi BOD 75 ppm-125 ppm. Kolam ini adalah kolam yang
terakhir dan air limbah telah dapat dialirkan ke sungai Naibaho, 1995 . Saat ini juga tren pengelolaan limbah di industri yaitu menjalankan secara
terintegrasi kegiatan pengurangan, segregasi dan handling limbah sehingga menekan biaya dan menghasilkan output limbah yang lebih sedikit serta minim tingkat
pencemarnya. Integrasi dalam pengelolaan limbah tersebut kemudian dibuat menjadi berbagai konsep seperti: produksi bersih cleaner production, atau minimasi limbah
waste minimization Rahman, 2009. Bila pengelolaan limbah hanya diarahkan pada kegiatan pengolahan limbah
maka beban kegiatan di Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL akan sangat berat,
Universitas Sumatera Utara
membutuhkan lahan yang lebih luas, peralatan lebih banyak, teknologi dan biaya yang tinggi. Kegiatan pendahuluan pada pengelolaan limbah pengurangan, segregasi
dan penanganan limbah akan sangat membantu mengurangi beban pengolahan limbah di IPAL.
2.5. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan. Adapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun
industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan
teknologi masyarakat yang bersangkutan. Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya
telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut menjadi 3 metode pengolahan:
1. Pengolahan secara fisika
2. Pengolahan secara kimia
3. Pengolahan secara biologi
Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi Anonim, 2011.
2.5.1 Pengolahan Secara Fisika
Proses pengolahan secara fisika dilakukan dengan cara memberikan perlakuan fisik pada air limbah seperti menyaring, mengendapkan, atau mengatur suhu proses
dengan menggunakan alat screening, grit chamber, settling tanksettling pond.
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, diharapkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah
mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringanscreening merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan
bahan tersuspensi yang berukuran besar, Bahan yang tersuspensi dan mudah
Universitas Sumatera Utara
mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap
partikel dan waktu detensi hidrolis didalam bak pengendap. Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang
mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga banyak digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan
tersuspensi clarification atau pemekatan lumpur endapan sludge thickening dengan memberikan aliran udara ke atas air flotation.
Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan
untuk menggunakan kembali air buangan tersebut. Teknologi membran reverse osmosis biasanya diaplikasikan untuk uni-unit
pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal Anonim, 2011.
2.5.2. Pengolahan Secara Kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap koloid, logam-logam
berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut, yaitu dari yang tak dapat
diendapkan menjadi mudah diendapkan flokulasi-koagulasi, baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.
Pengendapan bahan tersuspensi yang tidak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan koloidnya agar terjadi netralisasi
muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya mengendap. Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara
kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia Anonim, 2011.
Universitas Sumatera Utara
2.5.3. Pengolahan Secara Biologi
Pabrik Kelapa Sawit dengan air buangan yang mengandung bahan organik yang terdegradasi telah dilakukan pengolahan limbah tersebut melalui proses
biologis. Proses biologis dapat mengurangi kosentrasi BOD limbah hingga 90 .
Dekomposisi anaerobik meliputi penguraian bahan organik majemuk menjadi asam- asam organik dan selanjutnya di uraikan menjadi gas-gas dan air. Selanjutnya air
limbah di alirkan ke dalam kolam pengasaman dengan waktu penangan hidrolisis selama 5 hari. Air limbah di dalam kolam ini mengalami asidifikasi yaitu terjadinya
kenaikan konsentrasi asam-asam mudah menguap dari 1000 – 5000 mgL sehingga air limbah yang mengandung bahan organik lebih mudah mengalami biodegrasi
dalam suasana anaerobik. Sebelum diolah di Unit Penanganan Limbah UPL anaerobik, limbah dinetralkan terlebih dahulu dengan menambahkan kapur tohor
sehingga mencapai pH antara 7,0 – 7,5 Anonim, 2003 Proses biologi dilakukan dengan cara memberikan perlakuan atau proses
biologi terhadap air limbah seperti penguraian atau penggabungan substansi biologi dengan lumpur aktif activated sludge, attached growth filtration, aerobic process
dan an-aerobic process. Pengolahan limbah cair kelapa sawit dengan cara biologis adalah sebagai
berikut: 1.
Kolam Perombakan Anaerobik I dan Anaerobik II Limbah yang berasal dari pemisah minyak diikuti dengan mengalirkan
bahan aktif dari kolam pengasaman kedalam kolam anaerobik primer. Pengubahan senyawa organik majemuk terjadi disini, menjadi senyawa
asam yang mudah menguap. Bakteri yang berperan adalah bakteri penghasil asam. BOD dan COD mengalami penurunan dalam suasan
netral dan waktu penahan hidrolisis selama 40 hari. 2.
Kolam Perombakan Anaerobik Sekunder I dan Anaerobik Sekunder II Terjadi perubahan asam mudah menguap menjadi asam asetat, kemudian
Universitas Sumatera Utara
menjadi gas CO, CH
4
, H
2
S, H
2
O. Waktu penahanan hidrolisis selama 24 hari dengan efisiensi 80.
3. Kolam Fakultatif Pada permukaan kolam terjadi oksidasi aerobik, lumpur mengendap
didasar kolam mengalami fermentasi anaerobik. Pada tahap ini terjadi penurunan BOD dan COD. Waktu penahan hidrolisis selama 18 hari
4. Kolam Aerobik I dan Aerobik II Pada Kolam aerobik ini bakteri memerlukan oksigen untuk pertumbuhan
maupun respirasi. Dengan waktu penahanan hidrolisis 14 hari kolam ini dapat meningkatkan efisiensi perombakan sehingga menurunkan BOD
dan COD Satria, 1999. Teknik Pengolahan Limbah Cair PKS dengan Sistem Anaerobik Secara
konvensional dilakukan secara biologis dengan menggunakan sistem kolam, yaitu limbah cair diproses di dalam satu kolam anaerobik dan
aerobik dengan memanfaatkan mikroba sebagai perombak BOD dan menetralisir ke-asaman cairan limbah. Hal ini dilakukan karena
pengolahan limbah dengan menggunakan teknik tersebut cukup sederhana dan dianggap murah. Namun demikian lahan yang diperlukan
untuk pengolahan limbah sangat luas, yaitu sekitar 7 ha untuk PKS yang mempunyai kapasitas 30 ton TBSjam Loehr, 1977.
Kebutuhan lahan yang cukup luas pada teknik pengolahan limbah dengan menggunakan sistem kolam dapat mengurangi ketersediaan lahan untuk
kebun kelapa sawit. Waktu retensi yang diperlukan untuk merombak bahan organik yang terdapat dalam limbah cair ialah 120 – 140 hari
Sugiharto, 1987. Efisiensi perombakan limbah cair PKS dengan sistem kolam hanya
sebesar 60 – 70. Disamping itu pengolahan limbah PKS dengan menggunakan sistem kolam sering mengalami pendangkalan sehingga
Universitas Sumatera Utara
masa retensi men-jadi lebih singkat dan baku mutu limbah tidak dapat tercapai Hartono, 2008
Untuk suatu jenis air limbah tertentu, ketiga jenis proses dan alat pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau
dikombinasikan. Pilihan mengenai teknologi pengolahan dan alat yang digunakan seharusnya dapat mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi
dan pengelolaannya Rahman, 2009
2.6. Limbah Padat Pabrik Kelapa Sawit
Limbah padat yang yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan kelapa sawit adalah tandan kosong, serat dan tempurung. Limbah tandan kosong kadang-kadang
mengandung buah tidak lepas diantara celah-celah ulir dibagian dalam Naibaho, 1995.
Tandan Kosong Kelapa Sawi TKKS adalah Limbah Pabrik Kelapa Sawit LCPKS yang jumlahnya sangat melimpah. Setiap pengolahan 1ton TBS menghasilkan 230 kg tandan
kosong kelapa sawit. Pengolahan dan pemanfaatan TKKS oleh PKS masih sangat terbatas. Alternatif lain dengan menimbun open dumping untuk dijadikan mulsa di perkebunan
kelapa sawit atau diolah menjadi kompos anonim, 2008.
Pemanfaatan Tandan Kosong Sawit TKS yang pada umumnya dilaksanakan saat ini sebagai mulsa dan sumber unsur hara di perkebunan tidak selalu dapat
diterapkan terutama pada areal yang topografnya berbukit-bukit dan lokasinya jauh dari PKS karena biaya distribusinya mahal. Disamping itu unsur hara yang terdapat
pada TKS sangat rendah dan proses dekomposisinya secara alami lambat. Dekomposisi TKS dengan limbah cair PKS merupakan suatu pilihan yang penting
dalam pengelolaan limbah agroindustri kelapa sawit Mardiana, 2008. Berbagai penelitian telah dilakukan menunjukkan bahwa limbah tandan kosong
kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan.Tandan Kosong Kelapa Sawit TKKS terdiri dari beberpa bahan organik dengan komposisi CaO 3,3, MgO
2,9, Na
2
O 0,8 dan K
2
O 40,1 Naibaho, 1996.
Universitas Sumatera Utara
Pemanfaatan Limbah tandan kosong kelapa sawitdapa dijelaskan sebagai berikut:
2.6.1. TKKS untuk pupuk organik.
Tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan
tanaman. Tandan kosong kelapa sawit mencapai 23 dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif pupuk organik juga akan memberikan
manfaat lain dari sisi ekonomi. Ada beberapa alternatif Pemanfaatan TKKS yang dapat dilakukan sebagai
berikut: a.
Pupuk Kompos Pupuk kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami proses
fermentasi atau dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme. Pada prinsipnya pengomposan TKSS untuk menurunkan nisbah C N yang
terkandung dalam tandan agar mendekati nisbah C N tanah. Nisbah C N yang mendekati nisbah C N tanah akan mudah diserap oleh tanaman.
b. Pupuk Kalium
Tandan kosong kelapa sawit sebagai Limbah padat dapat dibakar dan akan menghasilkan abu tandan. Abu tandan tersebut ternyata memiliki
kandungan 30-40 K2O, 7 P2O5, 9 CaO, dan 3 MgO. Selain itu juga mengandung unsur hara mikro yaitu 1.200 ppm Fe, 1.00 ppm Mn,
400 ppm Zn, dan 100 ppm Cu. Sebagai gambaran umum bahwa pabrik yang mengolah kelapa sawit dengan kapasitas 1200 ton TBS hari akan
menghasilkan abu tandan sebesar 10,8hari. Setara dengan 5,8 ton KCL, 2,2 ton kiersit, dan 0,7 ton TSP. dengan penambahan polimer
tertentu pada abu tandan dapat dibuat pupuk butiran berkadar K
2
O 30- 38 dengan pH 8– 9.
Universitas Sumatera Utara
c. Bahan Serat
Tandan kosong kelapa sawit juga menghasilkan serat kuat yang dapat digunakan untuk berbagai hal, diantaranya serat berkaret sebagai bahan
pengisi jok mobil dan matras, polipot pot kecil, papan ukuran kecil dan bahan pengepak industri
Berdasarkan analisis kadar logam total dalam ATKKS dengan AAS, logam kalium merupakan kandungan logam terbesar yang terdapat dalam ATKKS sebesar
196,63 g berat abu sebesar 16,500 ppm Anonim, 2008. Penggunaan abu tandan kosong kelapa sawit ternyata dapat menciptakan
proses katalisasi yang lebih efektif dan lebih baik, sebagai katalis basa, abu dari tandang kosong kelapa sawit juga memiliki potensi yang sangat bagus untuk
mengatasi masalah limbah tandang kosong kelapa sawit dan menambah nilai gunanya Sibarani, 2007.
Dengan sifat basa kalium yang diperoleh dari ATKKS maka diharapkan abu tandan kosong kelapa sawit dapat menurunkan kandungan minyaklemak, BOD dan
COD dari limbah cair pabrik kelapa sawit.
2. 7. Penyabunan