Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika yang Dilakukan oleh Anak (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kepahiang No. 06/Pid.Sus-Snak/2015/PN.KPH)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdussalam, R. 2014. Hukum Perlindungan Anak. PTIK: Jakarta.

Adi, Koesnadi. 2009. Kebijakan Kriminal Dalam Penanggulangan Tindak pidana

Narkotika Oleh Anak. UMM Press: Malang

Adi, Koesnadi. 2015. Diversi Tindak Pidana Narkotika Anak, Setara Press: Malang

Chazawi, Adam. 2011. Pelajaran Hukum Pidana Bagian I. PT. Raja Grafindo: Jakarta

Ekaputra, Mohammad, 2013, Dasar-Dasar Hukum Pidana. Usu Press: Medan

Farid, Zainal Abidin. 2009. Hukum Pidana I. Sinar Grafika: Jakarta

Hadisuprapto, Paulus. 1997. Juvenile Deliquency. Sinar Grafika: Bandung.

Hamzah, Andi. 2007. Hukum Pidana Indonesia. Sinar Grafika: Jakarta

Harahap, Yahya. 2000. Pembahasan permasalahan dan Penerapan KUHAP. Sinar Grafika: Jakarta

Hermawan, Rachman. 1987. Penyalahgunaan Narkotika oleh Para Remaja. Eresco: Bandung

Jonkers, J.E.1987. Buku pedoman Hindia Belanda. Bina Aksara: Jakarta


(2)

Lamintang, P.A.F. 1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Citra Aditya Bakti: Bandung

Makaro, Taufiq. 2013. Tindak Pidana Narkotika. Ghalia Indonesia: Jakarta

Marpaung, Leden. 1991. Unsur-insur Perbuatan yang Dapat Di Hukum. Sinar Grafika:Jakarta

Nuansa Aulia, Tim Redaksi. 2010. Narekotika dan Psikotropika. Nuansa Aulia: Bandung

Prakoso, Djoko. 2010. Kejahatan-Kejahatan yang Merugikan Dan Membahayakan Negara. Bina Aksara: Jakarta

Pramono, Bambang. 1993. Asas-Asas Hukum Pidana. Ghalia Indonesia: Jakarta

S, Siswanto. 2012. Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika. Rineka Cipta: Jakarta

Soekanto, Soerjono. 1970. Beberapa Permasalahan Hukum dalam Keranga

Pembangunan di Indonesia. Universitas Indonesia: Jakarta

Soekanto, Soerjono. 2001. Penelitian Hukum Normatif. Persada: Jakarta

Soesilo, R. 1960. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Polites: Bogor

Sunggono, Bambang. 2013. Metodologi Penelitian Hukum. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta


(3)

Supramono, Gatot. 2007. Hukum Acara Pengadilan Anak. Djambatan: Djakarta

Syamsuddin, Akirom. 1985. Kenakalan Anak Suatu Tinjauan Dari Psikologi

Umum. Liberti: Yogyakarta

W Sarwono, Sarlito. 2012. Psikologi Remaja. Sinar Grafika: Jakarta

Wahyono, agung. 1993. Tinjauan Tentang Pengadilan Anak Di Indonesia. Sinar Grafika: Jakarta

Zainal Abidin, Amirudin. 2006. Pengantar Metodologi Penelitian Hukum. Grafitti Press: Jakarta

B. Peraturan Perundang-Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 Tentang Narkotika

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

C. Lainnya


(4)

BAB III

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

DALAM PUTUSAN NO. 06/PID.SUS-ANAK/2015/PN KPH A. Gambaran Umum Kasus

1. Kasus Posisi

Terdakwa Deno Gunadi Als Deno Bin Israndi pada hari Jumat tanggal 13 Maret 2015 sekira pukul 18.00 Wib atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan Maret Tahun 2015 bertempat di Depan Polsek tebat karai Kec.Tebat karai Kab. Kepahiang atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Kepahiang, menyalahgunakan narkotika golongan I.

Tim Sat Narkoba Polres Kepahiang melakukan razia memberhentikan sepeda motor dengan No. Pol BD 3873 EE merek mio soul warna hitam biru yang dikendarai oleh Deno Gunadi dan temannya, selanjutnya pada saat dilakukan pemeriksaan dan penggeledahan ditemukan satu paket kecil yang diduga ganja yang disimpan Terdakwa dikantong sebelah kiri yang dibungkus dengan kertas putih bergaris didalam kotak rokok gudang garam surya.

Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium hasil penimbangan berat bersih 2,05 gram (Dua Koma Nol Lima), dan didapatkan hasil pengujian dengan kesimpulan bahwa barang bukti tersebut Positif (+) ganja. Terdakwa Deno Gunadi tidak memiliki izin dari Menteri Kesehatan atas Narkotika itu dan tidak dilengkapi


(5)

surat-surat yang sah dan bukan dipergunakan untuk kepentingan kesehatan dan ilmu pengetahuan.

2. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum

Adapun surat dakwaan yang diajukan oleh Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Kepahiang No.Reg. Perk: PDM-25/KPH/06/2015, tertanggal 3 September 2015 terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh Deno Gunadi Als Deno Bin Israndi yang dibacakan pada persidangan dihadapan Hakim Pengadilan Negeri Kepahiang adalah sebagai berikut :

KESATU:

Bahwa Terdakwa Deno Gunadi Als Deno Bin Israndi bersama-sama dengan Frandinata G Als Fran Bin Gazali (penuntutan terpisah) pada hari Jumat tanggal 13 Maret 2015 sekira pukul 18.00 Wib atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan Maret Tahun 2015 bertempat di Depan Polsek tebat karai Kec.Tebat karai Kab. Kepahiang atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Kepahiang, tanpa hak dan melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman, yang melakukan atau turut serta melakukan perbuatan, perbuatan tersebut dilakukan oleh Terdakwa dengan cara sebagai berikut :

- Bahwa pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut diatas Tim Sat Narkoba Polres Kepahiang melakukan razia di Depan Polsek Tebat Karai Kec.Tebat Karai Kab. Kepahiang pada saat saksi Widiyantoro Bin Supadi dan saksi M.Taqim Bin Hasan Basri memberhentikan sepeda motor dengan No. Pol BD


(6)

3873 EE merek mio soul warna hitam biru yang dikendarai oleh Frandinata dan Terdakwa Deno Gunadi selanjutnya pada saat dilakukan pemeriksaan dan penggeledahan yang disaksikan saksi Sarkawi Bin Jal dan Hengki Bin Hasan Basri warga Desa setempat ditemukan satu paket kecil yang diduga ganja yang disimpan Terdakwa dikantong sebelah kiri yang dibungkus dengan kertas putih bergaris didalam kotak rokok gudang garam surya sedangkan Frandinata menyimpan dua puluh enam lembar kertas pavir merek Djanoko, Selanjutnya Tim Sat Narkoba Polres Kepahiang mengintrogasi Terdakwa dan menanyakan kepemilikan ganja tersebut dan diakui oleh Terdakwa dan Frandinata kalau ganja tersebut adalah milik mereka yang diperoleh dengan cara membeli dari Deni (DPO) di Desa Batu Lintang Kab.Empat lawang Sumsel, kemudian Terdakwa dan Frandinata beserta barang bukti dibawa ke Polres Kepahiang guna pemeriksaan selanjutnya.

- Bahwa barang bukti berupa ganja tersebut berdasarkan Berita Acara Penimbangan Nomor: 81/03.2300/III/2015 tanggal 14 Maret 2015 yang dibuat dan ditandatangani oleh Ali, SE Pimpinan Cabang Pegadaian Kantor Cabang Curup dengan hasil penimbangan berat bersih 2,05 gram (Dua Koma Nol Lima), dan berdasarkan Berita Acara Pengujian Barang Bukti Balai POM RI Bengkulu No.PM.01.01.90.03.15.0592 tanggal 17 Maret 2015 dan Sertifikat/ Laporan Pengujian Badan POM RI No. 15.090.99.20.05.0067.K tertanggal 17 Maret 2015 yang bibuat dan ditandatangani oleh Manajer Teknis Pupa Feshirawan Putra, S.Farm, Apt didapatkan hasil pengujian dengan kesimpulan


(7)

bahwa barang bukti tersebut Positif (+) ganja (termasuk Narkotika Golongan I Nomor urut 8 lampiran UU RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika).

- Bahwa Terdakwa bersama-sama Terdakwa Deno Gunadi Als Deno Bin Israndi memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan narkotika golongan I berupa ganja tersebut tidak memiliki izin dari Menteri Kesehatan dan tidak dilengkapi surat-surat yang sah dan bukan dipergunakan untuk kepentingan kesehatan dan ilmu pengetahuan.

---Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 111 ayat (1) UU RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo UU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

ATAU KEDUA:

Bahwa Terdakwa Deno Gunadi Als Deno Bin Israndi pada hari Jumat tanggal 13 Maret 2015 sekira pukul 13.00 Wib atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan Maret Tahun 2015 bertempat di Desa Muara Langkap Kec.Bermani Ilir Kab. Kepahiang atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Kepahiang, telah menyalah gunakan Narkotika Golongan I jenis ganja bagi diri sendiri. yang melakukan atau turut serta melakukan. Perbuatan tersebut dilakukan oleh Terdakwa dengan cara sebagai berikut :

- Bahwa pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut diatas, Terdakwa dan Frandinata berangkat ke Desa Muara Langkap menggunakan sepeda motor Yamaha Mio Soul warna biru hitam milik Frandinata, setelah berada di Muara


(8)

Langkap pada sore harinya sekitar pukul 15.00 wib Terdakwa dan Frandinata pergi ke desa Batu Lintang untuk main volly setelah main volly Frandinata berkata kepada Terdakwa ”kito ke rumah Deni beli daun” dan Terdakwa jawab ”jadi” setelah itu Terdakwa dan Frandinata mendatangi rumah Deni (DPO) yang berada di desa Batu Lintang sesampainya di rumah Deni mereka langsung bertemu dengan Deni dan mereka mengutarakan maksud untuk membeli daun ganja seharga Rp. 20.000,- kemudian Deni masuk ke dalam rumah dan tak lama kemudian Deni keluar rumah sambil memberikan bungkusan kertas putih kepada Frandinata setelah itu Terdakwa dan Frandinata pulang ke Desa Muara langkap sesampainya di Desa Muara langkap Terdakwa dan Frandinatamembuka bungkusan kertas putih tersebut yang berisi daun ganja kering setelah itu daun ganja tersebut Terdakwa ambil sedikit dan dicampurkan ke dalam tembakau rokok kemudian Terdakwa membakar daun ganja tersebut dan dihisap seperti orang merokok, setelah menghisap daun ganja tersebut Terdakwa dan Frandinata bertujuan pulang ke Kepahiang namun sesampainya di depan Polsek Tebat Karai sepeda motor dengan No. Pol BD 3873 EE merek mio soul warna hitam biru yang dikendarai Terdakwa berboncengan dengan Frandinata diberhentikan Tim Sat Narkoba Polres Kepahiang yang sedang melakukan razia untuk melakukan pemeriksaan kendaraan bermotor yang melintas, pada saat saksi Widiyantoro Bin Supadi dan saksi M.Taqim Bin Hasan Basri melakukan pemeriksaan dan penggeledahan yang disaksikan saksi Sarkawi Bin Jal dan Saksi Hengki Bin Hasan Basri warga Desa setempat ditemukan satu paket kecil yang diduga


(9)

ganja yang merupakan sisa pakai yang disimpan Terdakwa dikantong sebelah kiri yang dibungkus dengan kertas putih bergaris didalam kotak rokok gudang garam surya sedangkan Frandinata menyimpan dua puluh enam lembar kertas pavir merek Djanoko, Selanjutnya Tim Sat Narkoba Polres Kepahiang mengintrogasi Terdakwa dan menanyakan kepemilikan ganja tersebut dan diakui oleh Terdakwa dan Frandinata kalau ganja tersebut adalah milik mereka yang diperoleh dengan cara membeli dari Deni (DPO) di Desa Batu Lintang Kab.Empat lawang Sumsel, kemudian Terdakwa dan Frandinata beserta barang bukti dibawa ke Polres Kepahiang guna pemeriksaan selanjutnya.

- Bahwa barang bukti berupa ganja tersebut berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Nomor: 81/03.2300/III/2015 tanggal 14 Maret 2015 yang dibuat dan ditandatangani oleh Ali, SE Pimpinan Cabang Pegadaian Kantor Cabang Curup dengan hasil penimbangan berat bersih 2,05 gram (Dua Koma Nol Lima), dan berdasarkan Berita Acara Pengujian Barang Bukti Balai POM RI Bengkulu No.PM.01.01.90.03.15.0592 tanggal 17 Maret 2015 dan Sertifikat/ Laporan Pengujian Badan POM RI No. 15.090.99.20.05.0067.K tertanggal 17 Maret 2015 yang bibuat dan ditandatangani oleh Manajer Teknis Pupa Feshirawan Putra, S.Farm, Apt didapatkan hasil pengujian dengan kesimpulan bahwa barang bukti tersebut Positif (+) ganja(termasuk Narkotika Golongan I Nomor urut 8 lampiran UU RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika).

- Bahwa setelah dilakukan pemeriksaan Urine, Terdakwa dinyatakan Positif menggunakan Narkotika jenis Ganja sesuai dengan Surat Keterangan No:


(10)

445/265/ R.S.1.2 yang dikeluarkan RSUD Kepahiang tanggal 17 Maret 2015 yang ditandatanganioleh dr. Faroland Dedy, M.Kes, Sp.PK.

- Bahwa Terdakwa menghisap atau menggunakan ganja tersebut tidak dalam usaha pengobatan atau tidak ada resep atau ijin dari dokter atau petugas rehabilitasi danpetugas yang berwenang lainnya.

---Perbuatan Terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam Pidana dalam Pasal 127 Ayat (1) UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo UU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

3. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum

Adapun tuntutan (requisitoir) dari Jaksa Penuntut Umum yang pada Pokoknya sebagai berikut :

1. Menyatakan Terdakwa Deno Gunadi Als Deno Bin Israndi telah terbukti dan bersalah melakukan tindak pidana secara bersama-sama melakukan Peyalahgunaan Narkotika golongan I sebagaimana diatur dan diancam pidana Pasal 127 ayat (1) huruf a UU No 35 tahun 2009 tentang narkotika Jo UU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak;

2. Agar Terdakwa Deno Gunadi Als Deno Bin Israndi ditempatkan di Lembaga Rehabilitasi Rumah Sakit Jiwa Daerah Soeprapto Bengkulu untuk menjalani perawatan/pengobatan melalui rehabilitasi medis selama 6 (enam) bulan;


(11)

3. Menetapkan Barang Bukti, berupa:

• 1 (satu) unit motor merek Yamaha Mio Soul warna hitam biru No.Pol. BD 3873 EE;

• 1 (satu) paket kecil ganja yang dibungkus dengan kertas; • 1 (satu) kotak bungkus rokok Gudang Garam Surya;

• 26 (dua puluh enam) lembar kertas pavir lis merah merek Djanoko; Digunakan dalam perkara Terdakwa Frandinata G. Bin Ghazali Adillah;

4. Menetapkan Terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp2.000,00 (dua ribu rupiah).

4. Pertimbangan Hakim

Adapun pertimbangan yang diberikan Hakim dalam persidangan adalah sebagai berikut :

- Menimbang bahwa keterangan yang diberikan anak di hadapan penyidik, semua adalah benar;

- Menimbang, bahwa di persidangan telah didengar keterangan orangtua dari Anak yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:

• Memohon agar diberi keringanan hukuman seringan-ringannya;

• Orang tua Anak berjanji dan masih mampu untuk membimbing dan membina Anak kearah yang lebih baik.

• Orang tua Anak berkeinginan agar Anak dapat melanjutkan sekolahnya kembali.


(12)

- Menimbang, bahwa di persidangan di dengar pula Laporan Hasil Penelitian Kemasyarakatan yang dibuat oleh Pembimbing Kemasyarakan Fahmi Siswandi, SH dari Balai Pemasyarakatan Bengkulu, berdasarkan hasil sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) Balai Pemasyarakatan Kelas II Bengkulu pada hari Rabu tanggal 18 Maret 2015, menyampaikan faktor dan penyebab klien terlibat dalam tindak pidana tersebut adalah faktor dari keluarga berupa kurangnya bimbingan dan pengawasan dan orang tua dan kurangnya penanaman nilai-nilai agama di rumah, faktor kehidupan social berupa faktor ekonomi keluarga klien yang kurang mampu sehingga ayah klien terfokus dalam mencari nafkah, faktor dari pergaulan klien kurang baik sehingga menyebabkan klien menggunakan barang terlarang dan pada akhirnya Pembimbing Kemasyarakatan mengajukan permohonan agar Anak dapat diberikan keringanan hukuman, karena usia Anak masih muda dan masih dapat dibina dan dibimbing kearah yang lebih baik dan agar Anak tidak kehilangan masa depannya dan diharapkan setelah masalah ini selesai ia dapat melanjutkan pendidikannya yang saat ini sekolahnya terputus;

- Bahwa Anak baru satu kali memakai ganja, dan Anak hanya sekali-kali merokok;

- Bahwa dalam memiliki ganja tersebut Anak tidak memiliki izin dari pihak yang berwenang;

- Menimbang, bahwa Anak telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan yang berbentuk alternatif, sehingga Majelis Hakim dengan memperhatikan fakta-fakta hukum tersebut diatas memilih langsung Dakwaan


(13)

Alternatif Kedua sebagaimana diatur dalam Pasal 127 Ayat (1) huruf a UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Jo. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak;

- Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari Pasal 127 Ayat (1) huruf a UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 Kitab Undang- Undang Hukum Pidana Jo. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak telah terpenuhi, maka Anak haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana “Bersama-sama Menyalah Gunakan Narkotika Golongan I Bagi Diri Sendiri”; - Menimbang, bahwa dalam persidangan, Majelis Hakim tidak menemukan

hal-hal yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan pembenar dan atau alasan pemaaf, maka Anak harus mempertanggungjawabkan perbuatannya;

- Menimbang, bahwa oleh karena Anak mampu bertanggung jawab, maka harus dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana;

- Menimbang, bahwa berdasarkan rekomendasi Nomor 445/093/RS.1.2 tentang Permohonan Rekomendasi Rehabiltasi terhadap Anak disamping dijatuhi pidana juga perlu diperintahkan menjalani perawatan dan pengobatan melalui rehabilitasi medis dan sosial;

- Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap Anak, maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan yang meringankan Anak;


(14)

keadaan yang memberatkan:

1. Perbuatan Anak dapat mempengaruhi yang berdampak pada perusakan generasi muda di Indonesia khususnya generasi muda di Kepahiang;

2. Perbuatan Anak memberi akses terhadap peredaran Narkotika di Indonesia khususnya di Kepahiang;

Keadaan yang meringankan: 1. Anak masih anak-anak;

2. Anak bersikap sopan dalam persidangan; 3. Anak menyesali perbuatannya;

4. Anak masih bersekolah di SMAN 1 Kepahiang dan saat ini masih kelas I; 5. Anak masih ingin melanjutkan sekolahnya.

5. Amar Putusan

Memperhatikan, Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang R.I. Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Jo. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan, majelis Hakim memutuskan amar putusan pada Kamis tanggal 17 September 2015 sebagai berikut:


(15)

M E N G A D I L I

1. Menyatakan Anak Deno Gunadi Als Deno Bin Irsandi, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Bersama -sama Menyalah Gunakan Narkotika Golongan I Bagi Diri Sendiri” sebagaimana dalam dakwaan kedua;

2. Menjatuhkan pidana kepada Anak oleh karena itu dengan pidana penjara selama 6 (enam) bulan;

3. Memerintahkan Anak menjalani pengobatan dan perawatan melalui rehabilitasi medis dan sosial di Lembaga Rehabilitasi Rumah Sakit Khusus Jiwa Daerah Soeprapto Bengkulu selama 6 (enam) bulan yang diperhitungkan dengan masa pidana yang dijatuhkan;

4. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Anak dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

5. Menetapkan barang bukti berupa:

• 1 (satu) unit motor merek Yamaha Mio Soul warna hitam biru Nomor Polisi BD 3873 EE;

• 1 (satu) paket kecil ganja yang dibungkus dengan kertas; • 1 (satu) kotak bungkus rokok Gudang Garam Surya;

• 26 (dua puluh enam) lembar kertas papir lis merah merek Djanoko;

Dikembalikan kepada Penuntut Umum untuk dijadikan barang bukti dalam perkara Terdakwa Frandinata G. Als Fran Bin Gazali Adillah.


(16)

6. Membebankan kepada Anak membayar biaya perkara sejumlah Rp2.000,00 (dua ribu rupiah);

B. Analisa Kasus

1. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum

Penuntut umum dalam surat dakwaannya 17 september 2015 tersebut menggunakan jenis dakwaan alternatif.. Dalam surat dakwaan ini terdapat beberapa dakwaan yang disusun secara berlapis, lapisan yang satu merupakan alternatif dan bersifat “mengecualikan” dakwaan pada lapisan lainnya, atau one

that substitutes for another41. Bentuk dakwaan ini digunakan bila belum didapat kepastian tentang tindak pidana mana yang paling tepat dapat dibuktikan.

Dalam dakwaan alternatif, meskipun beberapa dakwaan terdiri dari beberapa lapisan, hanya satu dakwaan saja yang dibuktikan tanpa harus memperhatikan urutannya dan jika salah satu telah terbukti maka dakwaan pada lapisan lainnya tidak perlu dibuktikan lagi. Dalam surat dakwaan ini, antara lapisan satu dengan yang lainnya menggunakan kata sambung atau.

Disini penuntut umum masih harus membuktikan apakah terdakwa

menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman, tanpa hak atau melawan hukum (Pasal 111 ayat (1) UU No. 35 Tahun 2009) ataupun menyalahgunakan narkotika golongan I, golongan II, atau golongan III bagi diri sendiri Pasal 127

41

M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, (Sinar Grafika: Jakarta, 2009), hal. 399


(17)

UU No.35 Tahun 2009), sehingga penuntut umum membuat dakwaan secara

alternatif dan membutikan unsur-unsur dari dakwaan tersebut.

Berdasarkan rumusan surat dakwaan inilah nantinya akan dibuktikan kesalahan terdakwa. Pemeriksaan sidang tidak boleh menyimpang dari apa yang dirumuskan dalam surat dakwaan. Oleh karena itu surat dakwaan harus dibuat dengan jelas, supaya mudah mengarahkan jalannya persidangan.

Surat dakwaan adalah sebagai landasan titik tolak pemeriksaan di sidang pengadilan, oleh karena itu haruslah dibuktikan. Berdasarkan pasal 193 ayat (1) KUHAP disebutkan bahwa jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindakan pidana yang didakwakan kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana. Oleh sebab itu, harus dibuktikan bahwa semua unsur pidana yang didakwakan berdasarkan surat dakwaan terbukti.

Berdasarkan dakwaan yang berdasarkan fakta-fakta yang telah terungkap di persidangan, hakim berkeyakinan bahwa terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar pasal Pasal 127 Ayat (1) UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika jo UU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.sebagaimana disebutkan dalam dakwaan pertama, dengan unsur- unsur sebagai berikut :

a) Setiap penyalah guna

pengertian “setiap penyalah guna” adalah “setiap orang” yang mengandung arti sebagai subyek didalam tindak pidana narkotika, yang mana unsur “setiap orang” identik dengan “barang siapa” ( Hijdie ), adalah


(18)

subyek pelaku tindak pidana (subject strafbaar feit) atau pendukung hak dan kewajiban yang terhadap dirinya berlaku dan/ atau dapat diterapkan Ketentuan-ketentuan Hukum Pidana Indonesia. Kemudian yang di maksud Penyalah Guna di dalam Undang-Undang RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau melawan hukum (Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Point 15 Undang-Undang RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika)

Adapun unsur „setiap penyalah guna‟ yang dibuktikan oleh penuntut umum dalam dakwaan ini adalah DENO GUNADI Alias DENO BIN ISRANDI yang setelah diteliti tentang Identitasnya ternyata telah sesuai dengan Identitas Anak sebagaimana yang tercantum dalam Surat Dakwaan Penuntut Umum,yaitu:

Nama : Deno Gunadi alias Deno Bin Israndi Tempat lahir : Curup

Umur/ Tgl lahir : 17 Tahun/29 Juli 1998 Jenis kelamin : Laki-laki

Kebangsaan : Indonesia

Tempat tinggal : Gang Kadri Kelurahan Dusun Kepahiang Kecamatan Kepahiangkabupaten kepahiang; sedang diketahui bahwa terhadap diri Anak tersebut berlaku dan/atau dapat diterapkan Ketentuan-ketentuan Hukum Pidana Indonesia, dan berdasarkan faktafaktadi persidangan, Anak tidak dapat menunjukkan izin


(19)

dan tidak memiliki izin dari pihak yang berwenang untuk memiliki ataupun menggunakan Narkotika tersebut.

sehingga dengan demikian bahwa unsur “setiap penyalah guna” telah terpenuhi.

b) Narkotika Golongan I

Narkotika didalam pasal 1 butir 1 UU No. 35 Tahun 2009 menjelaskan pengertian Narkotika yaitu “Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai hilangnya rasa nyeri, yang dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan kedalam golongan-golongan, sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini”

Dalam fakta-fakta dipersidangan bahwa 1 (satu) paket kecil ganja yang dibungkus dengan kertas dengan berat keseluruhan 2,05 gram, yang ditemukan di kantong sebelah kiri Anak pada saat penangkapan Anak yang merupakan Narkotika Golongan I Nomor Urut 8 Lampiran Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yaitu positif (+) mengandung zat THC (thetrahidrocanobinol), berdasarkan bukti surat didapat keterangan hasil Berita Acara Pengujian Barang Bukti Balai POM Bengkulu No. PM.01.01. 90.03.15.0592 tanggal 17 Maret 2015 ditanda tangani oleh Plh. Manajer Teknis Pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetika dan Produk Komplimen Pupa Feshirawan Putra, S. Farm, Apt NIP. 19840224 200912 1 004, bahwa barang bukti


(20)

berupa bentuk : Daun dan Biji Kering Warna : Hijau Tua Bau : Khas tersebut positif (+) Ganja yang termasuk Narkotika Golongan 1 Nomor urut 8 Lampiran UU RI No. 35 tahun 2009. Narkotika Golongan I Metamfetamin adalah termasuk Narkotika Golongan I yang terdapat dalam Nomor Urut 8.

Dengan demikian unsur “Narkotika Golongan I” telah terpenuhi. c) Bagi diri sendiri

Fakta-fakta dalam persidangan bahwa pada saat penangkapan dan penggeledahan pada hari Jumat tangal 13 Maret 2015 jam 18.00 Wib Anak kedapatan membawa 1 (satu) paket kecil ganja yang dibungkus dengan kertas seberat 2,05 gram yang setelah diuji bahwa barang bukti barang bukti berupa bentuk : Daun dan Biji Kering Warna : Hijau Tua Bau : Khas tersebut positif (+) Ganja yang termasuk Narkotika Golongan 1 Nomor urut 8 Lampiran UU RI No. 35 tahun 2009 tersebut Anak gunakan sendiri dengan cara dilinting menggunakan kertas pavir lis merah merek Djanoko.

Berdasarkan keterangan saksi-saksi dan keterangan Anak serta fakta-fakta di dalam persidangan, Anak menyimpan dan menggunakan Narkotika Golongan I untuk diri sendiri dan bukan untuk dijual pada orang lain atau memasok pada orang lain.

Dengan demikian unsur “bagi diri sendiri” telah terpenuhi.

d) Yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan turut serta melakukan perbuatan


(21)

unsur ini menghendaki agar orang yang dapat dimintai pertanggungjawaban atas suatu tindak pidana bukan hanya orang yang melakukan tindak pidana tersebut, melainkan juga orang yang menyuruh melakukan atau orang yang ikut serta melakukan suatu tindak pidana tersebut.

orang yang melakukan (pleger), orang ini ialah seorang yang sendirian telah berbuat mewujudkan segala anasir atau elemen dari peristiwa pidana. Orang yang menyuruh melakukan (doen plegen), disini sedikitnya ada dua orang yaitu yang menyuruh (doen plegen) dan yang disuruh (pleger). Jadi bukan orang itu sendiri yang melakukan peristiwa pidana, akan tetapi ia menyuruh orang lain, meskipun demikian ia dipandang dan dihukum sebagai orang yang melakukan sendiri yang melakukan peristiwa pidana, akan tetapi ia menyuruh orang lain, disuruh (pleger) itu harus hanya merupakan suatu alat (instrument) saja, maksudnya ia tidak dapat dihukum karena tidak dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya. Dan orang yang turut melakukan (medepleger), “turut melakukan” dalam arti kata bersama-sama melakukan, sedikitnya harus ada dua orang ialah orang yang melakukan (pleger) dan orang yang turut melakukan (medepleger) peristiwa pidana itu, disini dimaksudkan bahwa kedua orang itu semuanya melakukan perbuatan pelaksanaan, jadi melakukan anasir atau elemen dari peristiwa pidana itu. Adapula memahami medepleger (pelaku peserta) selain pelaku “penuh”, juga semua pelaku tindak pidana yang perbuatan/tindakan hanya


(22)

memenuhi sebagian unsur-unsur delik, termasuk para pelaku tindak pidana (bila pelaku lebih dari satu orang) yang salah satu dari mereka memunculkan fakta hukum sementara yang lainnya hanya mewujudkan sebagian sari fakta hukum tersebut.

Adanya suatu medeplegen (keturutsertaan), diisyaratkan adanya kerjasama yang didasari, dengan kata lain kesengajaan untuk melakukakan kerjasama yang harus dibuktikan adanya dua bentuk kesengajaan dalam delik-delik kesengajaan yang dilakukan bersama-sama oleh sejumlah pelaku (keturutsertaan), yaitu; 1) kesengajaan untuk memunculkan akibat delik, dan 2) kesengajaan untuk melakukan kerjasama. Tidak perlu ada rencana atau kesepakatan yang dibuat terlebih dahulu. Sebaliknya, yang perlu dibuktikan hanyalah adanya saling pengertian diantara sesama pelaku dan pada saat perbuatan diwujudkan masing-masing pelaku bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. artinya masing-masing pelaku bekerjasama tidak perlu melakukan seluruh rangkaian tindakan pelaksanaan dan tidak perlu memenuhi seluruh karakteristik sebagai pelaku, misalnya sebagai pejabat atau pihak yang menguasai kebendaan

Berdasarkan keterangan saksi-saksi serta keterangan Anak, diketahui bahwa Anak dan sdr Frandinata sepakat dan secara bersama-sama atau setidak-tidaknya baik Anak maupun sdr. Frandinata telah turut serta membawa dan menggunakan 1 (satu) paket kecil ganja yang dibungkus dengan kertas yang dipakai dengan cara dilinting menggunakan kertas


(23)

papvir bertuliskan Djanoko sepaket kecil yang diperoleh dengan membeli pada sdr. Deni seharga Rp20.000,00 (dua puluh ribu rupiah) dan memperoleh uang untuk membeli ganja dari sokongan dengan sdr. Frandinata masing–masing Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) yang masing-masing dimiliki tanpa izin dari pejabat yang berwenang.

Walaupun setiap perbuatan tidak dilakukan oleh mereka, namun perbuatan masing-masing yaitu perbuatan Anak dan sdr. Frandinata saling melengkapi satu dengan yang lain atas satu pengertian diantara walaupun tanpa rencana atau kesepakatan yang dibuat terlebih dahulu.

Dengan demikian unsur “yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan” telah terpenuhi.

Bahwa oleh karena semua unsur dari Pasal 127 Ayat (1) huruf a UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 Kitab Undang- Undang Hukum Pidana Jo. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak telah terpenuhi, maka Anak haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana “Bersama-sama

Menyalah Gunakan Narkotika Golongan I Bagi Diri Sendiri”

2. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum

Penuntut umum adalah jaksa yang diberi kewenangan oleh undang-undang untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan putusan hakim.42

42


(24)

Pasal 137 KUHAP mengatakan bahwa, penuntut umum berwenang melakukan penuntutan pada siapapun yang didakwa melakukan suatu delik dalam daerah hukumnya dengan melimpahkan perkara ke pengadilan yang berwenang mengadili.43 Penuntut umum akan membacakan tuntutannya (requisitoir) ketika hakim memandang pemeriksaan sidang sudah selesai.

Penuntut umum dalam perkara ini, mengajukan tuntutannya pada 03 September 2015, yang pada pokoknya menuntut agar Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kepahiang yang memeriksa dan mengadili perkara ini untuk mengabulkan apa yang telah didakwakan dalam surat dakwaan, dan menempatkan terdakwa di Lembaga Rehabilitasi Rumah Sakit Jiwa Daerah Soeprapto Bengkulu untuk menjalani perawatan/pengobatan melalui rehabilitasi medis selama 6 (enam) bulan.

Pasal yang didakwakan kepada terdakwa, yaitu Pasal 127 UU No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jo UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, maka terdakwa seharusnya dipidana selama- lamanya 4 tahun penjara. Namun penuntut umum pada surat tuntutannya hanya menuntut agar Terdakwa di tempatkan di Lembaga Rehabilitasi Rumah Sakit Jiwa Daerah Soeprapto untuk menjalani perawatan/ pengobatan melalui rehabilitasi medis selama 6 (enam) bulan sebagai pengganti pidana terhadap terdakwa karena Terdakwa masih dibawah umur. Serta balai Pengamat Badan Kemasyarakatan mengatakan bahwa Terdakwa terlibat dalam tindak pidana tersebut karena kurangnya bimbingan dan pengawasan dari keluarga, kurangnya penanaman


(25)

nilai agama, faktor pergaulan yang kurang baik, sehingga diminta untuk diberi keringanan agar berkesempatan melanjutkan pendidikannya agar tidak kehilangan masa depan.

Seperti yang terdapat dalam UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak bahwa dalam pidana pokok terdapat pidana peringatan yaitu yang bertujuan bukan hanya untuk membalaskan perbuatan terdakwa tetapi agar terdakwa dapat dibimbing kearah yan lebih baik lagi sehingga tidak mengulangi perbuatannya lagi. Serta dalam Pasal 54 UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dikatakan bahwa “Pecandu Narkotika atau korban penyalah gunaan Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial” kemudian terdakwa meminta keringanan hukuman, dengan alasan bahwa terdakwa menyesali kelalaiannya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi, dan juga menyatakan bahwa terdakwa ingin melanjutkan pendidikannya.

3. Putusan Hakim

Putusan akhir hakim baru dapat dijatuhkan setelah dilakukan pembuktian, tuntutan pidana, pembelaan, replik, dan duplik.44 Namun karena pada perkara ini terdakwa tidak mengajukan pembelaan secara tertulis, maka dialog jawab- menjawab replik dan duplik juga tidak dilakukan.

Dalam putusan hakim dikatakan bahwa Terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika golongan I bagi diri sendiri secara bersama-sama. Telah ditemukan bukti-bukti dengan terjadinya penggeledahan di tengah jalan saat Terdakwa dan temannya hendal pulan


(26)

kerumah, di temukan satu paket kecil ganja yang terdapat di dalam bungkus rokok gudang garam. Setelah dilakukan penelitian di laboratorium, ternyata memang narkotika golongan I, dan Terdakwa juga mengakui nya.

Terdakwa dipidana Penjara selama 6 (enam) bulan sekaligus menjalani rehabilitasi. Dalam pasal 127 UU No. 35 Tahun 2009 dikatakan sanksi pidananya adalah pidana penjara paling lama 4 tahun, namun dalam hal ini hakim mempertimbangkan beberapa hal, seperti Terdakwa masih dalam umur yang muda (dibawah umur), serta Terdakwa mengaku baru pertama kali menggunakan narkotika dan baru pertama kali merokok. Terdakwa juga sedang dalam pendidikan yaitu kelas II SMA, sehingga Terdakwa masih banyakkesempatan untuk melanjutkan masa depannya. Oleh karena itu hakim meringankan sanksi Terdakwa.

Terdakwa juga menjalani pengobatan di Lembaga Rehabilitasi sesuai dengan masa pidana penjara yang dijalani. Hal ini di lakukan agar terdakwa tidak mengulangi perbuatan nya lagi. Agar selama di rehabilitasi, Terdakwa bisa mengubah pola pikirnya, tidak mengikuti pergaulan-pergaulan yang tidak baik, dan terlepas dari kecanduan akan narkotika.

Terdakwa di jatuhi sanksi/ hukuman tersebut karena Terdakwa dianggap mampu untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. Menurut Van Hamel, bahwa kemampuan bertanggungjawab adalah suatu keadaan normalitas psychis dan kematangan, yang mempunyai tiga macam kemampuan45:

1. Memahami lingkungan kenyataan perbuatan sendiri

45


(27)

2. Untuk menyadari perbuatannya sebagai suatu yang tidak diperbolehkan oleh masyarakat dan

3. Terhadap perbuatannya dapat menentukan kehendaknya.

Defenisi Van Hamel tersebut adalah sesuai dengan Memori Penjelasan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Siapa saja yang tidak memenuhi kemampuan-kemampuan tersebut dianggap tidak mampu bertanggungjawab.46

4. Penilaian Penulis Terhadap Putusan Hakim

Tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anak dibawah umur tersebut telah memenuhi semua unsur yang terdapat dalam Pasal 127 UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika jo UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, yakni Terdakwa telah menggunakan narkotika yang dalam hal ini adalah ganja, yang dibuktikan dengan telah dilakukannya penggeledahan oleh polisi yang pada waktu itu sedang melakukan razia dan menemukan satu paket kecil yang berisi ganja yang terdapat didalam bungkus rokok gudang garam, dimana pada saat itu terdakwa dalam keadaan sadar dan dalam keadaan baik. Sehingga telah memenuhi semua unsur subjektif dan objektif.

Tidak ditemukan dalam persidangan alasan penghapus pidana baik sebagai alasan pembenar dan atau alasan pemaaf, maka anak harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Dalam putusan hakim dapat dilihat bahwa putusan hakim melebihi dari apa yang dituntun oleh Penuntut Umum yang dalam perdata disebut dengan “Ultra

46


(28)

Petita”. Menurut saya keputusan hakim yang memutuskan melebihi dari tuntutan Penuntut Umum tersebut adalah tepat, tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan, karena meskipun undang-undang perlindungan anak member alternatif dengan adanya diversi ataupun adanya sanksi tindakan, namun dalam menentukan nya perlu diperhatikan bebrapa hal seperti yang terdapat dalam pasal 70 SPPA yaitu keadaan pribadi anak, keadaan yang terjadi setelah masalah itu dan lain-lain. Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak mengupayakan agar dilakukan konsep diversi sebisa mungkin, tetapi bukan berarti tidak memungkinkan adanya pidana penjara. Dalam kasus ini Terdakwa berusia 17 Tahun dimana dia sedang masa akil balik dan di masa ini ia menentukan konsep pikirannya untuk masa depan. Jadi dengan sanksi itu dia bisa mempertimbangkan perbuatan-perbuatannya kedepan. Jika Terdakwa tidak mendapat sanksi pidana penjara 6 (enam) bulan seperti yang diputuskan oleh hakim, maka Terdakwa merasa akan terlalu kecil sanksi dari perbuatannya, hanya sebatas rehabilitasi saja. Sehingga kurang menimbulkan pemikiran kepada si anak bahwa ternyata tidak berat akibat dari menggunakan narkotika tersebut. Dengan pidana penjara itu diharapkan dia tidak mengulangi perbuatannya yang mebawa pengaruh buruk terhadap generasi bangsa yang akan datang.

Sanksi yang diputuskan oleh hakim sudah tepat, tidak terlalu berat bagi anak-anak, apalagi anak berumur 17 tahun sedang berada pada masa rentan. Sehingga dia bisa semakin mengerti akibat dari perbuatannya. Dalam UU no. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dikatakan bahwa anak hanya bisa mendapat ancaman pidana maksimum ½ (setengah) dari ancaman pidana


(29)

maksimum bagi orang dewasa. Jika dilihat Pasal 127 UU No.35 Tahun 2009, ancaman pidana maksimum adalah 4 tahun bagi pengguna Narkotika golongan I bagi diri sendiri. Sehingga tepatlah putusan hakim yang hanya menjatuhkan hukuman 6 (bulan), dari pada sama sekali tidak mendapat sanksi pidana seperti tuntutan dari penuntut umum.

Dengan sanksi yang di jatuhkan oleh hakim tersebut, Terdakwa tetap masih bisa melanjutkan masa depannya. Setelah dia menjalani masa penjara dan rehabilitasi, diharapkan Terdakwa. Dalam menangani suatu perkara, hakim diberikan kebebasan oleh undang- undang, dan pihak lain tidak boleh campur tangan atau mempengaruhi hakim. Di samping itu hakim haruslah jujur dan tidak memihak, agar putusannya benar- benar memberikan keadilan. 47 Dengan demikian, hakim bisa memutuskan berdasarkan keyakinannya, tanpa harus terikat pada undang- undang, namun tetap berdasarkan isi surat dakwaan dan juga tanpa harus berdasarkan tuntutan yang dibuat oleh Penuntut Umum.

Fungsi dari pada hukum adalah untuk mengatur hubungan antar negara atau masyarakat dan warganya dan hubungan antar manusia, agar supaya kehidupan dalam masyarakat berjalan dengan lancar dan tertib serta tugas hukum adalah untuk mencapai kepastian hukum demi adanya ketertiban dan keadilan di dalam masyarakat.48 Sehingga dengan dijatuhkannya putusan dan segala sanksi oleh Majelis Hakim telah mewujudkan keadilan, kepastian hukum serta mewujudkan ketertiban dan kesejahteraan masyarakat.

47

Gatot Supramono, Op. Cit., halaman 52.

48 Soerjono Soekanto, Beberapa Permasalahan Hukum dalam Kerangka Pembangunan di Indonesia, (Universitas Indonesia: Jakarta, 1975), halaman 41.


(30)

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan oleh penulis di atas, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Narkotika merupakan salah satu hal yang menyebabkan seorang anak berhadapan dengan hukum. Dengan kata lain penyalahgunaan narkotika merupakan salah satu arah dari pergeseran perilaku anak yang dianggap sebagai kenakalan anak. Penggunaan narkotika di bidang kedokteran dan penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan memang dapat dinikmati manfaatnya oleh para ilmuan dan ahli-ahli lain yang professional. Semaraknya pemakaian tersebut dibidang kemanusiaan dan kemaslahatan umat dibarengi dengan penggunaan untuk keperluan yang cenderung distruktif. Untuk itulah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 sebagai perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 dengan tujuan ialah untuk meningkatkan kegiatan guna mencegah dan memeberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika yang sangat merugikan dan membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara.

2. Penerapan Hukum Pidana terhadap kasus penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anak dalam putusan No. 06/PID.SUS-ANAK/2015/PN KPH, menurut penulis sudah tepat Karena hakim memutuskan tidak mengikuti penuntut umum yang hanya menuntut rehabilitasi selama 6 (enam) bulan. Dengan kata lain, majelis hakim berani mengeluarkan hal


(31)

yang sesuai dengan analisis nya, tidak memihak siapapun demi keadilan dan ketertiban masyarakat serta kesejahteraan masyarakat dimasa yang akan datang.

B. Saran

Melalui penulisan skripsi ini, saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut ini :

1. Hendaknya para orangtua lebih memperhatikan anaknya, pertumbuhan anaknya karena pada hakikatnya di usia anak-anak, mereka masih dalam keadaan yang belum stabil, masih sangat mudah untuk terpengaruh terhadap lingkungan sosialnya, masih sangat terombang-ambing pikiran dan jiwa nya. Oleh karena itu hendaknya orang tua lebih memperhatikan, lebih mengetahui apa yang sedang menjadi kebutuhannya di umurnya pada saat ini, lebih mengajarkan tentang nilai-nilai yang baik, nilai-nilai keagamaan sehingga walaupun anak-anak bermain kemana saja, lebih bisa memilih mana yang baik dan mana yang tidak baik.

2. Hendaknya kepolisian dan para penegak hukum tetap giat melakukan pemberantasan terhadap penyalahgunaan narkotika, melakukan razia-rasia serta penggeledahan agar pengguna narkotika menjadi takut melakukan tindak pidana tersebut, sehingga penyalahguna narkotika semakin lama semakin berkurang. Serta dalam penegakan hukumnya diharapkan penegak hukum tetap memproses secara adil tanpa memihak siapapun, lapisan manapun yang sedang berhadapan dengan hukum.


(32)

BAB II

PENGATURAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

Penyalahgunaan narkoba yang di lakukan anak adalah merupakan suatu penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum. Adapun Faktor yang mempengaruhi narkoba yang di lakukan oleh anak biasanya dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri dan dari luar diri anak seperti pergaulan, pendidikan, teman bermain dan juga pengaruh kehidupan emosionalnya yang berganti-ganti, rasa ingin tahu yang lebih dalam terhadap sesuatu yang baru, kadangkala membawa mereka ke dalam hal-hal yang negatif, apalagi ketika anak tersebut bergabung ke dalam lingkungan orang-orang yang sudah menjadi pecandu narkoba.

Penegakan hukum terhadap tindak pidana penyalahgunaan narkoba sendiri telah banyak dilakukan oleh aparat penegak hukum, penegakan hukum ini diharapkan mampu menjadi faktor penangkal terhadap merebaknya perdagangan gelap serta peredaran narkoba, tapi dalam kenyataannya justru semakin intensif dilakukan penegakan hukum, semakin meningkat pula peredaran serta perdaganganya di masyarakat.

Mengenai penegakan hukum pidana, dapat dilihat dari cara penegakan hukum pidana yang dikenal dengan sistem penegakan hukum atau criminal law

enforcement sebagai bagian dari criminal policy atau kebijakan penanggulangan

kejahatan. Penegakan hukum pidana sebagai bagian dari upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba berfungsi untuk memperbaiki suatu penyimpangan


(33)

tingkah laku dari anak, agar anak tidak dengan mudah terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba, hal ini sebagai upaya untuk mencegah tidak semakin luasnya bahaya narkoba yang mengancam masa depan anak.

Tidak adanya undang-undang khusus yang mengatur tentang penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anak, ataupun pasal yang secara khusus mengatur tentang tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anak di bawah umur, membuat harus mendalami lebih lagi undang –undang yang berkaitan dengan tindak pidana ini. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika ditekankan sebagai salah satu sarana penal sedangkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 ditekankan sebagai sarana non penal.

A. Pengaturan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika dalam UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Dalam konteks sarana penal, dikenal adanya permasalahan tentang hukum pidana dalam arti ius constitutum dan ius constituendum. Keduanya saling berkaitan dan menunjang pembicaraan tentang penggunaan sarana penal dalam kebijakan penanggulangan kejahatan pada umumnya, tampaknya pemahaman terhadap dua masalah itu menjadi semakin penting, mengingat masalah pidana hak dan peradilan anak masih merupakan persoalan yang cukup serius.

Kajian kebijakan kriminal terhadap penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anak melalui sarana penal akan difokuskan pada dua hal pokok yaitu kajian terhadap berbagai perangkat hukum pidana yang sedang berlaku (ius constitutum) yang berkaitan dengan penyalahgunaan narkotika oleh anak seperti


(34)

KUHP, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika, dan sebagainya.

Tujuan Kebijakan perubahan UU nomor 27 Tahun 1997 menjadi UU nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika adalah untuk meningkatkan kegiatan guna mencegah dan memeberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika yang sangat merugikan dan membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara.

Peran BNN (Badan Narkotika Nasional) dalam melaksanakan tugas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekusor narkotika menurut Undang-undang 35 tahun 2009, BNN berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekusor narkotika, dimana kewenangan tersebut dilaksanakan oleh penyidik BNN.

Dalam UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika ini, diatur beberapa ketentuan,yang membahas tentang etimologi dan terminologi sekitar pengertian dan istilah-istilah yang diatur dalam undang-undang narkotika tersebut.ketentuan tentang dasar, asas, dan tujuan pengaturan narkotika, yang berdasarkan pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun1945. Undang-Undang ini diselenggarakan berdasarkan keadilan, pengayoman, kemanusiaan, ketertiban, perlindungan dan keamanan, nilai-nilai ilmiah dan kepastian hukum. Sedangkan tujuan undang-undang Narkotika ini adalah:

1. Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan, dan/ atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;


(35)

2. Mencegah, melindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari bahaya penyalahgunaan narkotika

3. Memberantas peredaran gelap narkotika dan prekusor narkotika, dan 4. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi

penyalahguna dan pecandu narkotika

Ruang lingkup undang-undang narkotika mencakup pengaturan narkotika meliputi segala bentuk kegiatan dan/ atau perbuatan yang berhubungan dengan narkotika dan prekusor narkotika.narkotika ini digolongkan kedalam narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III. Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/ atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Narkotika golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan.32

Umumnya jenis-jenis tindak pidana narkotika dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Tindak pidana yang menyangkut penyalahgunaan Narkotika

Tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dibedakan menjadi dua macam yaitu perbuatannya untuk orang lain dan untuk diri sendiri.

2. Tindak pidana yang menyangkut produksi dan jual beli Narkotika Tindak pidana yang menyangkut produksi dan jual beli disini bukan

32

H. Siswanto, Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika, (Rineka Cipta: Jakarta, 2012), Hal. 196


(36)

hanya dalam arti sempit, akan tetapi termasuk pula perbuatan ekspor impor dan tukar menukar Narkotika.

3. Tindak pidana yang menyangkut pengangkutan Narkotika

Tindak pidana dalam arti luas termasuk perbuatan membawa, mengirim, mengangkut, dan mentrasito Narkotika. Selain itu, ada juga tindak pidana di bidang pengangkutan Narkotika yang khusus ditujukan kepada nahkoda atau kapten penerbang karena tidak melaksanakan tugasnya dengan baik sebagaimana diatur dalam Pasal 139 UU Narkotika, berbunyi sebagai berikut:

“Nakhoda atau kapten penerbang yang secara melawan hukum tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 atau Pasal 28 dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”

4. Tindak pidana yang menyangkut penguasaan Narkotika

5. Tindak pidana yang menyangkut tidak melaporkan pecandu Narkotika Orang tua atau wali memiliki kewajiban untuk melaporkan pecandu Narkotika. Karena jika kewajiban tersebut tidak dilakukan dapat merupakan tindak pidana bagi orang tua atau wali dan pecandu yang bersangkutan.


(37)

Seperti yang diketahui bahwa pabrik obat diwajibkan mencantumkan label pada kemasan Narkotika baik dalam bentuk obat maupun bahan baku Narkotika (Pasal 45). Kemudian untuk dapat dipublikasikan Pasal 46 UU Narkotika syaratnya harus dilakukan pada media cetak ilmiah kedokteran atau media cetak ilmiah farmasi. Apabila tidak dilaksanakan dapat merupakan tindak pidana.

7. Tindak pidana yang menyangkut penyitaan dan pemusnahan Narkotika Barang yang ada hubungannya dengan tindak pidana dilakukan penyitaan untuk dijadikan barang bukti perkara bersangkutan dan barang bukti tersebut harus diajukan dalam persidangan. Status barang bukti ditentukan dalam Putusan pengadilan. Apabila barang bukti tersebut terbukti dipergunakan dalam tindak pidana maka harus ditetapkan dirampas untuk dimusnahkan.

Dalam tindak pidana Narkotika ada kemungkinan barang bukti yang disita berupa tanaman yang jumlahnya sangat banyak, sehingga tidak mungkin barang bukti tersebut diajukan kepersidangan semuanya. Dalam hal ini, penyidik wajib membuat berita acara sehubungan dengan tindakan penyidikan berupa penyitaan, penyisihan, dan pemusnahan kemudian dimasukkan dalam berkas perkara. Sehubungan dengan hal tersebut, apabila penyidik tidak melaksanakan tugasnya dengan baik merupakan tindak pidana.


(38)

Tindak pidana dibidang Narkotika tidak seluruhnya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi ada kalanya kejahatan ini dilakukan pula bersama-sama dengan anak dibawah umur ( belum genap 18 tahun usianya). Oleh karena itu perbuatan memanfaatkan anak dibawah umur untuk melakukan kegiatan Narkotika merupakan tindak pidana.

1. Unsur-Unsur Tindak Pidana dalam Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Tindak pidana Narkotika diatur dalam Bab XV Pasal 111 sampai dengan Pasal 148 UU Narkotika yang merupakan ketentuan khusus, walaupun tidak disebutkan dengan tegas dalam UU Narkotika bahwa tindak pidana yang diatur didalamnya adalah kejahatan, akan tetapi tidak perlu disangsikan lagi bahwa semua tindak pidana didalam undang-undang tersebut merupakan kejahatan. Alasannya, kalau Narkotika hanya untuk pengobatan dan kepentingan ilmu pengetahuan, maka apabila ada perbuatan diluar kepentingan-kepentingan tersebut sudah merupakan kejahatan mengingat besarnya akibat yang ditimbulkan dari pemakaian Narkotika secara tidak sah sangat membahayakan bagi jiwa manusia.33

Menurut Soedjono Dirjosisworo, penggunaan Narkotika secara legal hanya bagi kepentingan-kepentingan pengobatan atau tujuan ilmu pengetahuan. Menteri Kesehatan dapat memberi ijin lembaga ilmu pengetahuan dan atau lembaga pendidikan untuk membeli atau menanam, menyimpan untuk memiliki atau untuk persediaan ataupun menguasai tanaman papaver, koka dan ganja.34

33

Supramono, Hukum Narkotika Indonesia, (Djambatan: Jakarta, 2001) hlm. 5

34

Soedjono Dirjosisworo, Hukum Narkotika di Indonesia,(PT. Citra Aditya Bakti: Bandung, 1991)


(39)

Beberapa delik dalam UU Narkotika beserta unsure deliknya adalah sebagai berikut:

A. Pasal 111 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 disebutkan bahwa :

“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00(delapan miliar rupiah)”

Dari rumusan pasal diatas dapat diambil suatu kesimpulan mengenai unsure-unsur dari pasal tersebut, yaitu :

a. Unsur subyektif : setiap orang, tanpa hak, melawan hukum.

b. Unsur obyektif : menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan

2. Pasal 112 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 disebutkan bahwa :

“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah)” Dari rumusan diatas dapat diambil suatu kesimpulan mengenai unsur-unsur dari pasal tersebut, yaitu:


(40)

a. unsur subyektif: setiap orang, tanpa hak, melawan hukum b. unsur obyektif: memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan

3. Pasal 113 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 disebutkan bahwa :

“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)”

Dari rumusan diatas dapat diambil suatu kesimpulan mengenai unsur-unsur dari pasal tersebut, yaitu:

a. Unsur subyektif : setiap orang, tanpa hak, melawan hukum

b. Unsur obyektif : memproduksi, mengimpor, mengekspor, menyalurkan

4. Pasal 114 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 disebutkan bahwa :

“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima,menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)” Dari rumusan diatas dapat diambil suatu kesimpulan mengenai unsur-unsur dari pasal tersebut, yaitu:


(41)

a. Unsur subyektif : setiap orang, tanpa hak, melawan hukum

b. Unsur obyektif : menawarkan, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara

5. Pasal 115 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 disebutkan bahwa :

“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah)”

Dari rumusan diatas dapat diambil suatu kesimpulan mengenai unsur-unsur dari pasal tersebut, yaitu:

a. Unsur subyektif : setiap orang, tanpa hak, melawan hukum b. Unsur obyektif : membawa, mengirim, mengangkut, mentransito

6. Pasal 116 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 disebutkan bahwa :

“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)”

Dari rumusan diatas dapat diambil suatu kesimpulan mengenai unsur-unsur dari pasal tersebut, yaitu:


(42)

a. Unsur subyektif : setiap orang, tanpa hak, melawan hukum

b. Unsur obyektif : menggunakan terhadap orang lain, memberikan untuk digunakan orang lain

7. Pasal 117 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 disebutkan bahwa :

“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan II, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)”

Dari rumusan diatas dapat diambil suatu kesimpulan mengenai unsur-unsur dari pasal tersebut, yaitu:

a. Unsur subyektif : setiap orang, tanpa hak, melawan hukum

b. Unsur obyektif : memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan

8. Pasal 118 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 disebutkan bahwa :

“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan II, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah)”

Dari rumusan diatas dapat diambil suatu kesimpulan mengenai unsur-unsur dari pasal tersebut, yaitu:


(43)

b. Unsur obyektif : memproduksi, mengimpor, mengekspor, meyalurkan

9. Pasal 119 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 disebutkan bahwa :

“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan II, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah)”

Dari rumusan diatas dapat diambil suatu kesimpulan mengenai unsur-unsur dari pasal tersebut, yaitu:

a. Unsur subyektif : setiap orang, tanpa hak, melawan hukum

b. Unsur obyektif : menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan

10. Pasal 120 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 disebutkan bahwa :

“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan II, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)”

Dari rumusan diatas dapat diambil suatu kesimpulan mengenai unsur-unsur dari pasal tersebut, yaitu:


(44)

b. Unsur obyektif : membawa, mengirim, mengangkut, mentransito

11. Pasal 121 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 disebutkan bahwa :

“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika Golongan II terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan II untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah)”

Dari rumusan diatas dapat diambil suatu kesimpulan mengenai unsur-unsur dari pasal tersebut, yaitu:

a. Unsur subyektif : setiap orang, tanpa hak, melawan hukum

b. Unsur obyektif : menggunakan narkotika golongan II terhadap orang lain, memberikan narkotika golongan II untuk orang lain

12. Pasal 122 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 disebutkan bahwa :

“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan III, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)”

Dari rumusan diatas dapat diambil suatu kesimpulan mengenai unsur-unsur dari pasal tersebut, yaitu:


(45)

b. Unsur obyektif : memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan Narkotika golongan III

13. Pasal 123 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 disebutkan bahwa :

“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan III, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)”

Dari rumusan diatas dapat diambil suatu kesimpulan mengenai unsur-unsur dari pasal tersebut, yaitu:

a. Unsur subyektif : setiap orang, tanpa hak, melawan hukum

b. Unsur obyektif : memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan narkotika golongan III

14. Pasal 124 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 disebutkan bahwa :

“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan III, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)”


(46)

Dari rumusan diatas dapat diambil suatu kesimpulan mengenai unsur-unsur dari pasal tersebut, yaitu:

a. Unsur subyektif : setiap orang, tanpa hak, melawan hukum

b. Unsur obyektif : menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, Menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan Narkotika golongan III

15. Pasal 125 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 disebutkan bahwa :

“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan III, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)”

Dari rumusan diatas dapat diambil suatu kesimpulan mengenai unsur-unsur dari pasal tersebut, yaitu:

a. Unsur subyektif : setiap orang, tanpa hak, melawan hukum b. Unsur obyektif : membawa, mengirim, mengangkut, mentransito 16. Pasal 126 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 disebutkan bahwa :

“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika Golongan III tehadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan III untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)”


(47)

Dari rumusan diatas dapat diambil suatu kesimpulan mengenai unsur-unsur dari pasal tersebut, yaitu:

a. Unsur subyektif : setiap orang, tanpa hak, melawan hukum

b. Unsur obyektif : menggunakan narkotika golongan III terhadap orang lain, Memberikan narkotika golongan III untuk digunakan orang lain

17. Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 disebutkan bahwa : “Setiap Penyalah Guna:

a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun;

b. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun; dan

c. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun”

Dari rumusan diatas dapat diambil suatu kesimpulan mengenai unsur-unsur dari pasal tersebut, yaitu:

a. Unsur subyektif : setiap penyalahguna

b. Unsur obyektif : Narkotika golongan I bagi diri sendiri, Narkotika

Golongan II bagi diri sendiri, Narkotika golongan III bagi diri sendiri

18. Pasal 128 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 disebutkan bahwa :

“Orang tua atau wali dari pecandu yang belum cukup umur, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang sengaja tidak melapor, dipidana


(48)

dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)”

Dari rumusan diatas dapat diambil suatu kesimpulan mengenai unsur-unsur dari pasal tersebut, yaitu:

a. Unsur subyektif : orang tua, wali dari pecandu yang belum cukup umur b. Unsur obyektif : yang sengaja tidak melapor

19. Pasal 129 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 disebutkan bahwa :

“Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum:

a. memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika;

b. memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika;

c. menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika;

d. membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika”

Dari rumusan diatas dapat diambil suatu kesimpulan mengenai unsur-unsur dari pasal tersebut, yaitu:


(49)

b. Unsur obyektif : memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika; memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika; menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika; membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika

2. Sanksi Pidana dalam Undang-Pndang Nomor 35 Tahun 2009

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 ketentuan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak pidana Narkotika adalah sebagai berikut:

1. Jenis sanksi dapat berupa pidana pokok (denda, kurungan, penjara dalam waktu tertentu/seumur hidup, dan pidana mati), pidana tambahan (pencabutan izin usaha/pencabutan hak tertentu), dan tindakan pengusiran (bagi warga Negara asing).

2. Jumlah/lamanya pidana bervariasi untuk denda berkisar antara Rp.400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) sampai Rp.8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah) untuk tindak pidana Narkotika, untuk pidana penjara minimal 2 tahun sampai 20 tahun dan seumur hidup.


(50)

3. Sanksi pidana pada umumnya (kebanyakan) diancamkan secara kumulatif (terutama penjara dan denda);

4. Untuk tindak pidana tertentu ada yang diancam dengan pidana minimal khusus (penjara maupun denda);

5. Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang didahului dengan permufakatan jahat, dilakukan secara terorganisasi, dilakukan oleh korporasi dilakukan dengan menggunakan anak belum cukup umur, dan apabila ada pengulangan (recidive).

6. Untuk jenis-jenis pelanggaran terhadap tindak pidana narkotika dengan unsur pemberatan maka penerapan denda maksimum dari tiap-tiap pasal yang dilanggar di tambah dengan 1/3 (satu pertiga).

B. Perlindungan Hukum terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana dikaitkan dengan Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak

Permasalahan terbesar dari Kejahatan anak/ Anak Nakal atau yang dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 disebut dengan anak yang berhadapan dengan hukum adalah karena Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak sudah tidak relevan lagi, baik dari aspek yuridis, filosofis, dan sosiologis. 35 Undang-undang ini tidak memberikan solusi yang tepat bagi penanganan anak (Perlindungan Anak) sebagai yang berhadapan dengan hukum. Jika anak yang berkonflik dengan hukm harus diarahkan ke pengadilan, akibatnya adalah akan ada tekanan mental dan psikologis anak yang berkonflik dengan hukum tersebut, sehingga mengganggu tumbuh kembangnya anak.

35


(51)

Sebagai Negara yang Pancasilais, serta menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan, Indonesia memiliki banyak peraturan yang secara tegas telah memberikan upaya perlindungan anak. Lahirnya undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak sendiri merupakan salah satu upaya perwujudan perlindungan bagi anak-anak di Indonesia terutama anak yang bermasalah dengan hukum.

Menurut Konvensi Hak Anak tujuan Sistem Peradilan Pidana Anak adalah menekankan pada perlindungan dan kesejahteraan anak. Seorang anak tidak akan dikenai penyiksaan dan tindakan lainnya yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat. Sehingga dapat menjamin hak-hak anak yang berhadapan dengan hukum.

2. Perumusan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Sebagai Perwujudan Perlindungan Anak

Pemberian hukuman atau sanksi dan proses hukum yang berlangsung dalam kasus pelanggaran hukum oleh anak memang berbeda dengan kasus pelanggaran hukum oleh orang dewasa36, karena dasar pemberian hukuman oleh Negara adalah bahwa setiap warga negaranya adalah makhluk yang bertanggung jawab dan mampu mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. Sementara anak diakui sebagai individu yang belum dapat secara penuh bertanggung jawab atas perbuatannya. Oleh sebab itulah dalam proses hukum dan pemberian hukuman (sebagai sesuatu yang pada akhirnya tidak dapat dipisahkan dari kasus

36

Agung Wahyono dan Ny. Siti Rahayu, Tinjauan Tentang Peradilan Anak di Indonesia, Sinar Grafika: Jakarta, 1993, hal.14


(52)

pelanggaran hukum), anak harus mendapat perlakuan khusus yang membedakannya dari orang dewasa.

Pemberian sanksi terhadap anak pelaku tindak pidana dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dibagi atas dua jenis sanksi, yaitu:

a. Sanksi Pidana, dan b. Sanksi Tindakan

Dalam pembangunan hukum positif di Indonesia memang telah diakui keberadaan sanksi tindakan selain sanksi pidana, walaupun dalam KUHP menganut Single Track System yang mengatur tentang satu jenis saja, yaitu sanksi pidana (Pasal 10 KUHP). Pengancaman sanksi tindakan dalam UU No. 11 Tahun 201237 menunjukkan bahwa ada sarana lain selain pidana ( penal) sebagai sarana dalam penanggulangan kejahatan khususnya untuk anak.

Sanksi pidana maupun sanksi tindakan, keduanya bergerak dari ide dasar yang berbeda. Sanksi pidana bersumber dari ide dasar “mengapa diadakan pemidanaan?”, sedangkan sanksi tindakan bertolak dari ide dasar “untuk apa diadakan pemidanaan itu?”. Dengan kata lain sanksi pidana sesungguhnya bersifat reaksi dari suatu perbuatan, sednagkan sanksi tindakan lebih bersifat antisipatif terhadap pelaku perbuatan tersebut. Jika fokus sanksi tindak pidana tertuju pada perbuatan salah seseorang lewat pengenaan penderitaan (agar yang bersangkutan

37


(53)

menjadi jera), maka fokus sanksi tindakan terarah pada upaya memberikan pertolongan agar dia berubah.

Jelas bahwa sanksi pidana menekankan unsur pembalasan. Ia merupakan penderitaan yang sengaja diberikan kepada seorang pelanggar. Sedangkan sanksi tindakan bersumber dari ide perlindungan masyarakat dan pembinaan atau perawatan si pelaku. Atau seperti yang dikatakan J.E Jonkers, bahwa sanksi pidana dititik beratkan pada sanksi pidana yang diterapkan untuk kejahatan yang dilakukan, sedangkan sanksi tindakan mempunyai tujuan yang bersifat sosial.38

Menurut UU Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA), seorang pelaku tindak pidana anak dapat dikenakan dua jenis sanksi, yaitu Tindakan bagi pelaku tindak pidana bagi yang berumur di bawah 14 Tahun (pasal 69 ayat (2) UU Sistem Peradilan Pidana Anak) dan Pidana, bagi pelaku tindak pidana yang berumur 15 tahun ke atas.

Bahkan dalam penjatuhan pidana atau mengenakan tindakan terhadap anak diatur tentang dasar pertimbangan bagi hakim, yang dirumuskan pada pasal 70, yang menyebutkan “Ringannya perbuatan, keadaan pribadi anak, atau keadaan pada waktu dilakukan perbuatan atau yang terjadi kemudian dapat dijadikan dasar pertimbangan hakim untuk tidak menjatuhkan pidana atau mengenakan tindakan dengan mempertimbangkan segi keadilan dan kemanusiaan”39

38

J.E Jonkers, Buku Pedoman Pidana Hindia Belanda, Bina Aksara: Jakarta, 1987, Hal. 350

39


(54)

a. Sanksi Tindakan yang dapat dikenakan kepada anak meliputi (Pasal 82 UU Sistem Peradilan Pidana Anak) :

1. Pengembalian kepada Orangtua/ Wali; 2. Penyerahan kepada Orangtua;

3. Perawatan di rumah sakit jiwa; 4. Perawatan di LPKS;

5. Kewajiban mengikuti pendidikan formal dan/ atau pelatihan yang diadakan oleh pemerintah atau badan swasta;

6. Pencabutan surat izin mengemudi; 7. Perbaikan akibat tindak pidana.

Tindakan yang diberikan kepada anak yaitu kewajiban mengikuti pendidikan formal dan atau pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah atau badan swasta, pencabutan surat izin mengemudi, dan perbaikan akibat tindak pidana dikenakan pada anak paling lama 1 (satu) tahun. Tindakan penyerahan anak kepada seseorang dilakukan untuk kepentingan anak yang bersangkutan sementara itu tindakan perawatan terhadap anak dimaksudkan untuk membantu orangtua/wali dalam hal mendidik dan memberikan pembimbingan kepada anak yang bersangkutan.

b. Sanksi Pidana

Sanksi pidana yang dapat dikenakan kepada pelaku tindak pidana anak terbagi atas Pidana Pokok dan Pidana Tambahan (Pasal 71 UU Sistem Peradilan Pidana Anak)


(55)

Sanksi Pidana Pokok yang dapat dikenakan pada anak pelaku tindak pidana sebagai berikut:

a. Pidana Peringatan

Pidana peringatan merupakan pidana yang tidak mengakibatkan pembatasan kebebasan anak.

b. Pidana Dengan Syarat: 1.Pembinaan di luar lembaga 2. Pelayanan masyarakat, atau 3. Pengawasan;

Pidana Dengan Syarat dalam hal penjatuhan pidana penjara seorang hakim hanya dapat menjatuhkan pidana penjara itu maksimum 2 (dua) tahun. Penjatuhan Pidana Dengan Syarat ditentukan dengan syarat umum dan syarat khusus. Dimana syarat umum adalah anak tidak akan melakukan tindak pidana lagi selama menjalani masa pidana. Sedangkan syarat khusus adalah untuk melakukan atau tidak melakukan hal tertentu yang ditetapkan dalam putusan hakim dengan tetap memperhatikan kebebasan anak. Selama anak menjalani masa pidana dengan syarat, penuntut umum melakukan pengawasan dan pembimbing kemasyarakatan melakukan pembimbingan agar anak memenuhi persyaratan yang ditentukan. Selama anak menjalani pidana dengan syarat wajib mengikuti wajib belajar 9 (Sembilan) tahun.


(56)

1. Mengikuti program pembimbingan dan penyuluhan yang dilakukan oleh pejabat Pembina;

2. Mengikuti terapi di rumah sakit jiwa;

3. Mengikuti terapi akibat penyalahgunaan alcohol, narkotika, psikotropika dan zat adiktif;

Pidana pelayanan masyarakat merupakan pidana yang bertujuan untuk meningkatkan kepedulian anak terhadap masyarakat disekitarnya dan melakukan kegiatan kemasyarakatan yang positif. Jika anak tidak menjalankan sebagian atau seluruh kegiatan pelayanan kemasyarakatan tanpa alas an yang sah, pejabat Pembina dapat mengusulkan kepada hakim agar memerintahkan kepada hakim pengawas untuk memerintahkan anak tersebut mengulang sebagian atau seluruh kegiatan pelayanan masyarakat yang ditetapkan oleh hakim

Dalam hal pidana pengawasan, anak di tempatkan dibawah pengawasan penuntut umum dan dibimbing oleh pembimbing kemasyarakatan paling lama 2 (dua) tahun.

Dalam hal pidana pelatihan kerja, anak ditempatkan pada lembaga yang mengadakan pelatihan kerja yang sesuai dengan usia anak dan dijatuhkan paling lama 1 (satu) tahun.

Pembinaan dalam lembaga dilakukan di tempat pelatihan kerja atau lembaga pembinaan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta.


(57)

Pidana ini dijatuhkan apabila keadaan dan perbuatan yang dilakukan anak tidak membahayakan masyarakat.

Untuk pidana penjara di LPKA apabila keadaan dan perbuatan seseorang anak pelaku tindak pidana akan membahayakan masyarakat. Penjatuhan pidana penjara bagi anak paling lama ½ (setengah) dari ancaman pidana maksimum bagi orang dewasa. Anak yang menjalani masa pidana di LPKA hanya sampai berumur 18 tahun setelah itu akan dipindahkan ke LAPAS dewasa. Pidana penjara pada anak hanya digunakan sebagai upaya terakhir yang dapat dijatuhkan pada anak. Jika tindak pidana yang dilakukan anak merupakan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, maka pidana yang dapat dijatuhkan adalah pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun.

2. Pidana Tambahan

Selain penjatuhan sanksi pidana pokok pada anak pelaku tindak pidana, dapat juga dikenakan pidana tambahan sebagai berikut:

a. perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana itu; b. pemenuhan kewajiban adat

Selain itu, UU Sistem Peradilan Pidana Anak juga mengatur dalam hal anak belumberumur 12 tahun melakukan atau diduga melakukan tindak pidana, penyidik, pembimbing kemasyaarakatan, dan pekerja social professional mengambil keputusan untuk :


(1)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa serta Yesus Kristus atas segala Kasih dan Karunia serta kekuatan yang masih diberikan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini adalah salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca guna perbaikan dikemudian hari.

Dalam pengerjaan dan penyelesaian penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pengerjaan berupa pengumpulan bahan bahkan dalam semangat yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH.,M.Hum., sebagai Dekan Fakultas Hukum USU Medan

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum., sebagai Pembantu Dekan Fakultas Hukum USU Medan

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH., M.H., DFM sebagai Pembantu Dekan II Fakultas Hukum USU Medan


(2)

4. Bapak Dr. OK. Saidin, SH., MHum., sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Hukum USU Medan

5. Bapak Dr. M. Hamdan, SH.,MH., sebagai Ketua Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum USU Medan

6. Ibu Liza Erwina, SH., MHum., sebagai Sekertaris Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum USU Medan

7. Bapak Prof. Dr. Madiasa Ablisar, SH.,M.S., sebagai Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, memberikan ilmunya untuk menuntun dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

8. Bapak Alwan, SH.,M.Hum., sebagai Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, memberikan ilmunya untuk menuntun dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Hukum USU Medan yang telah membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan sampai dengan menyelesaikan skripsi ini

10.Orang tua penulis Bapak R. Sinaga dan Mama E. Sitorus, yang dengan penuh kasih sayang membesarkan, membimbing, dan selalu mendoakan penulis. Doa-doa kalian yang membuat penulis bisa sampai pada tahap ini.

11.Abang David dan adek Melissa yang selalu memanjakan penulis selama mengerjakan skripsi ini. Semoga kita bisa membanggakan kedua orangtua kita. Kepada opung gereja yang selalu mendoakan penulis Serta kepada seluruh keluarga besar yang mendoakan penulis.


(3)

12.Kepada laki-laki yang jauh disana, Bapak Manager Micro Bank Mandiri Rio Montes Malau yang selalu memberi semangat dan motivasi kepada penulis.

13.Kepada sahabat-sahabat tercinta Bulan, Mafera, Marissa, Sartika, Sri Fany yang selalu memberi motivasi dan doa untuk penulis serta kepada sahabat-sahabat Citra dan Elva, terimakasih untuk doa dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

14.Kepada Reihope (Kak Tata, Ruth, Febri, Betti) yang member motivasi kepada penulis, terimakasih untuk semua hal yang telah dibagikan kepada penulis.

15.Kepada Hillary, Finna, Frengky, Eka, kak Reni, Sissy, Marissa, Venia, Bernadette dan Teman-Teman Grup B yang menjalani perkuliahan bersama-sama dari semester I sampai VII, serta kepada Panitia Natal FH USU 2015, terimakasih untuk kebersamaan kita dan terimakasih untuk motivasi yang diberikan.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu penulis dan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian. Semoga ilmi yang penulis dapatkan selama ini bermanfaat bagi penulis untuk sekarang dan masa yang akan datang.

Medan, Februari 2016

Penulis,


(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERSETUJUAN PEMBIMBING

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vii

BAB. I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 7

D. Tinjauan Kepustakaan ... 8

1. Tindak Pidana... 8

a. Pengertian Tindak Pidana ... 8

b. Unsur-Unsur Tindak Pidana ... 13

2. Narkotika ... 20

a. Pengertian Narkotika ... 20

b. Penyalahgunaan Narkotika... 25

3. Kejahatan Anak ... 29

a. Pengertian Kejahatan Anak ... 29

b. Klasifikasi Kejahatan Anak... 32

E. Keaslian Penulisan ... 34

F. Metode Penelitian... 35


(5)

BAB. II PENGATURAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN

NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK ... 39

A. Pengaturan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika ... 42

B. Perlindungan Hukum terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Dikaitkan Dengan Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak ... 59

BAB. III PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DALAM PUTUSAN NO.6/PID.SUS-ANAK/2015/PN.KPH ... 73

A. Gambaran Umum Kasus ... 73

1. Kasus Posisi ... 73

2. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum ... 74

3. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum ... 79

4. Pertimbangan Hakim ... 80

5. Amar Putusan ... 83

B. Analisis Kasus ... 85

1. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum ... 85

2. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum ... 92

3. Putusan Hakim ... 94

4. Penilaian Penulis Terhadap Putusan Hakim ... 96

BAB. IV PENUTUP ... 99


(6)

B. Saran ... 100 DAFTAR PUSTAKA ... x LAMPIRAN


Dokumen yang terkait

Tindak Pidana Membantu Melakukan Pencurian dengan Kekerasan yang Dilakukan oleh Anak (Studi Putusan Nomor : 03/PID.SUS-Anak/2014/PN.MDN)

1 116 103

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Orang yang Dengan Sengaja Tidak Melaporkan Adanya Tindak Pidana Menguasai Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 409/Pid.B/2014/PN.Mdn.)

2 54 90

Kebijakan Penanggulangan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Yang Dilakukan Oleh Anak Di Bawah Umur Dan Penerapan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Analisis Putusan Pengadilan Negeri Padang Sidimpuan No:770/Pid.Su

1 85 157

Tinjauan Kriminologi Dan Hukum Pidana Tentang Tindak Pidana Penganiayaan Yang Dilakukan Terhadap Anak Kandungnya (Studi Putusan Pengadilan Negeri Tulungagung Nomor : 179/Pid.Sus/2012/PN.Ta)

5 134 138

Penerapan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Terhadap Tindak Pidana Permufakatan Jahat Jual Beli Narkotika (Analisis Putusan Pengadilan Negeri No. 675/Pid.B/2010/PN.Mdn dan Putusan No. 1.366/Pid.B/2011/PN.Mdn)

3 76 145

Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan)

3 130 140

Pertanggungjawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Korporasi (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Banjarmasin No. 04/Pid. Sus/2011/Pt. Bjm)

3 98 139

Kajian Yuridis Putusan Rehabilitasi terhadap Pelaku Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika (Studi Putusan Mahkamah Agung No.593/K.Pid. Sus/2011)

0 9 10

BAB I PENDAHULUAN - Tindak Pidana Membantu Melakukan Pencurian dengan Kekerasan yang Dilakukan oleh Anak (Studi Putusan Nomor : 03/PID.SUS-Anak/2014/PN.MDN)

0 0 25

Analisis Hukum Pidana Dan Kriminalogi Mengenai Kejahatan Penyalahgunaan Narkotika Dan Psikotropika Yang Dilakukan Perempuan (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan)

0 0 113