Indeks Bias Larutan Gula Kedalaman Penetrasi Gelombang

3.3.4 Hubungan kedalaman penetrasi dan

indeks bias larutan Kedalaman penetrasi gelombangevanescentpada larutan gula dengan nilai indeks bias bervariasi 10 nilai indeks bias ditentukan dengan persamaan : d p = 5 Keterangan : d p = kedalaman penetrasi µm λ = panjang gelombang 530 nm π = 3,14 n =indeks bias intiindeks bias cladding n 1 n 2 n 1 = 1,492 dan n 2 adalah indeks bias larutan gula θ = sudut bias terbesar 90 o 3.3.5 Hubungan medanevanescentE z terhadap panjang penjalaran sinar gelombang z Medan gelombang evanescent ditetapkan dengan persamaan: E z =E exp -zdp 6 Keterangan: E z = medan evanescentNm 2 E = medan awal Nm 2 z = konstanta µm d p =kedalaman penetrasiµm nilai E diasumsikan = 2, dan nilai konstanta z juga diasumsikan dengan bervariasi 0, 0.1, 0.2, 0.3, 0.5, 0.7, 0.9, 1.0 sedangkan nilai d p juga bervariasi sesuai dengan indeks bias masing-masing larutan gula.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Indeks Bias Larutan Gula

Penelitian ini menggunakan 10 jenis konsentrasi molaritas larutan gula yang bahan pelarutnya adalah akuades, terdiri dari 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, 0.5, 0.6, 0.7, 0.8, 0.9, dan 1.0 molar M. Nilai konsentrasi gula diperoleh dengan menggunakan persamaan: M larutan = 7 Sepuluh konsentrasi larutan gula, masing- masing ditentukanoleh nilai brix nya diukur menggunakan alat refraktometer.Semakin besar nilai konsentrasi larutan gula, maka nilai brix yang diperoleh semakin besar . Nilai indeks bias masing-masing konsentrasi larutan gula n 2 ditentukan dari nilai brix terhadap nilai indeks bias yang telah ditetapkan Gambar 14menunjukkan bahwa semakin besar nilai konsentrasi larutan gula, maka semakin besar nilai indeks bias nya n 2 dengan nilai regresinya R = 0.996. Nilai indeks bias larutan gula untuk masing-masing nilai konsentrasi pada selang0.1 sd 1 M dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan liniery = 0.024x + 1.332. Adanya variasi indeks bias larutan gula bisa digunakan untuk memvariasikan indeks bias cladding dalam sensor serat optik. Gambar 14Hubunganindeks bias larutan gula dankonsentrasilarutan gula. y = 0.0248x + 1.3321 R² = 0.9962 1.33 1.335 1.34 1.345 1.35 1.355 1.36 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 In d e ks b ias cl ad ding l ar u tan g u la n 2 Konsentrasi M

4.2 Kedalaman Penetrasi Gelombang

Evanescent dp Pada saat sinar menjalar pada serat optik, maka akan masuk sedikit gelombang ke dalam cladding dengan kedalaman penetrasi yang salah satunya ditentukan oleh indeks bias cladding. Gelombang yang masuk ke dalam cladding disebut dengan gelombang evanescent. Pada penelitian ini larutan gula berfungsi sebagai cladding. Nilai kedalaman penetrasi untuk masing-masing konsentrasi larutan gula ditunjukkan pada Gambar 15. Gambar 15 menunjukkan semakin besar nilai indeks bias larutan gula n 2 maka nilai kedalaman penetrasi d p gelombang evanescent nya semakin besar. Dalam penelitian ini, nilai panjang gelombang cahaya λ=530 nm, besar sudut θ=90 o , dan indeks bias inti n 1= 1,492. Pada saat penjalaran sinar masuk ke dalam cladding terjadi kehilangan energi gelombang secara eksponensial. Pada penelitian ini hubungan antara energi yang terserap oleh cladding terhadap jarak penjalaran pada masing-masing kedalaman penetrasi ditunjukkan pada Gambar 16. Gambar 16 dan 17 diatas menunjukkan hubungan nilai z panjang penjalaran sinar Gambar 15Hubungan kedalaman penetrasi d p gelombang evanescent dan indeks bias larutan gula Gambar 16Perbandingan nilai Ez terhadap nilai z untuk 10 indeks bias larutan gula y = 0.6812x - 0.7406 R² = 0.9934 0.166 0.168 0.17 0.172 0.174 0.176 0.178 0.18 0.182 0.184 0.186 1.33 1.335 1.34 1.345 1.35 1.355 1.36 Ke d alam an p e n e tr as i d p µ m Indeks bias larutan gula n 2 0.5 1 1.5 2 2.5 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 E n e rg i m e d an ev an es cen t E z vm 2 jarak penjalaran sinar z μm terhadap nilai E z medan evanescent adalah bersifat eksponensial untuk nilai kedalaman penetrasi d p yang berbeda. Semakin besar nilai zuntuk satu nilai d p , maka semakin kecil nilai medan evanescent E z ,sesuaipersamaan: E z = E exp -zdp 8 Nilai medanevanescent E z antara masing-masing d p tidak jauh berbeda, sehingga grafik eksponensial pada Gambar 16 berhimpitan satu sama lainnya. Hasil ini diperoleh karena nilai indeks bias larutan gula n 2 yang juga selisihnya sangat dekat, sehingga mempengaruhi nilai kedalaman penetrasinya d p .Gambar 16 merupakan grafik perbandingan nilai z terhadap nilai E z untuk nilai indeks bias larutan gula yang paling kecil dan yang paling besar. Gambar 17Perbandingan nilaiEz terhadap nilai z untuk 10 indeks bias larutan gula hasil perbesaran Gambar 16 Gambar 18Perbandingan nilai E z terhadap nilai z untuk n 2 terkecil dan n 2 terbesar. 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 E n e rgi me d an e va n e sc e n t E z v m 2 jarak penjalaran sinar z μm dp1 DP2 DP3 DP4 DP5 dp6 dp7 dp8 dp9 dp10 0.05 0.15 0.25 0.35 0.45 0.55 0.65 0.75 0.85 0.95 1.05 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 E n e rg i m e d an ev an es cen t E z vm 2 Jarak penjalaran sinar z μm dp1 dp10

4.3 Pengukuran Kinerja Sensor