3.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Berdasarkan surat keputusan direktur utama RSUP H. Adam Malik nomor OT.01.01.IV.2.1.1868a2009 pasal 4 tanggal 1 April 2009 tentang struktur
organisasi dan tata kerja instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik, struktur organisasi instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Struktur organisasi instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik
3.2.1 Kepala Instalasi Farmasi
Kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas memimpin, menyelenggarakan, mengkoordinasi, merencanakan, mengawasi dan
mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian terhadap pasien, instalasi
Ka. Pokja Perbekalan
Wa. Ka. Pokja perbekalan
Ka. Depo Farmasi Rindu A
Ka. Depo Farmasi Rindu B
Ka. Depo Farmasi CMU Lt. III
Depo Farmasi IGD
Wa. Ka. Depo Farmasi Rindu A
Wa. Ka. Depo Farmasi Rindu B
Wa. Ka. Depo Farmasi CMU Lt. III
Direktur Umum dan Operasional
Universitas Sumatera Utara
pelayanan dan instalasi penunjang lainnya di RSUP H. Adam Malik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dibantu oleh wakil kepala
instalasi farmasi rumah sakit.
3.2.2 Wakil Kepala Instalasi Farmasi
Wakil kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas membantu kepala instalasi farmasi dalam menyelenggarakan, mengkoordinasikan,
merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian terhadap pasien, instalasi pelayanan dan instalasi penunjang lainnya
di RSUP H. Adam Malik.
3.2.3 Tata Usaha Farmasi
Tata usaha farmasi berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi yang mempunyai tugas membantu kepala instalasi
farmasi dalam hal mengkoordinasikan kegiatan ketatausahaan, pelaporan, kerumahtanggaan, mengarsipkan surat masuk dan keluar, serta urusan
kepegawaian kepala instalasi farmasi.
3.2.4 Kelompok Kerja 3.2.4.1 Pokja Perencanaan dan Evaluasi
Pokja perencanaan dan evaluasi dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP
H. Adam Malik. Pokja perencanaan dan evaluasi IFRS pada RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, dan
evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
Universitas Sumatera Utara
Pokja perencanaan dan evaluasi telah menerapkan sistem informasi rumah sakit SIRS secara online. Sistem informasi rumah sakit SIRS adalah suatu
sistem yang berhubungan dengan pengelolaan data, pegumpulan data, penyajian informasi, analisis dan penyimpulan informasi serta penyampaian informasi yang
dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit.
3.2.4.2 Pokja Perbekalan
Pokja perbekalan dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam
Malik. Instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik memiliki 9 ruangan yang berfungsi sebagai gudang untuk menyimpan perbekalan farmasi yaitu ruang
produksi, gudang bahan berbahaya dan mudah terbakar, ruang pembuatan akuades, gudang jamkesmas, gudang askes, gudang umum, gudang floorstock,
gudang floorstock Cathlab
jantungbedah jantung, dan ruang pengklaiman.Penyimpanan perbekalan farmasi dilakukan dengan menggunakan
prinsip first in first out FIFO dan first expired first out FEFO.
3.2.4.3 Pokja Farmasi Klinis
Pokja farmasi klinis dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam
Malik, mempunyai tugas membantu kepala instalasi farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan pelayanan farmasi klinik dan
melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembangan pelayanan kefarmasian serta melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan
tugas di lingkungan pokja farmasi klinis. Pelayanan farmasi klinis meliputi:
Universitas Sumatera Utara
k. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian dan pelayanan resep untuk pasien rawat inap pada jam kerja pagi hingga sore hari dilakukan oleh depo farmasi. Permintaan perbekalan farmasi
pada malam hari, perngkajian dan pelayanan resep akan dilakukan oleh apotik II.
l. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
Penelusuran riwayat penggunaan obat dilakukan pada saat visite oleh farmasi klinis. Kriteria pasien yang ditelusuri riwayat penggunaan obatnya sesuai
dengan kebijakan farmasi klinis. Data diperoleh dari wawancara dengan pasienkeluarga pasien dan data rekam medik.
m. Pelayanan lnformasi Obat PIO
PIO merupakan kegiatan dari farmasi klinis yang kegiatannya meliputi menjawab pertanyaan, menerbitkan buletin, menyediakan informasi bagi komite
farmasi dan terapi sehubungan dengan penyusunan formularium rumah sakit, kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, melakukan
pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya dan melakukan penelitian.
n. Konseling
Kegiatan konseling ini dilakukan untuk pasien rawat jalan. Pencatatan data pasien dan data penggunaan obat telah dilaksanakan secara kontinu, sehingga
diperoleh informasi perkembangan pasien. Pelaporan konseling meliputi jumlah pasien dan kategori penyakit pasien. Kategori pasien yang dikonseling sesuai
dengan kebijakan farmasi klinis yaitu pasien kardiovaskular, endokrin diabetes, paru tuberkulosis, dan pasien polifarmasi lainnya. Sarana yang diperlukan untuk
Universitas Sumatera Utara
konseling seperti ruangan tertutup telah tersedia. Pada akhir konseling dilakukan verifikasi tentang penggunaan obat yang diberikan.
o. Visite
Kegiatan visite di RSUP H. Adam Malik dilakukan oleh apoteker baik secara mandiri maupun bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi
klinis pasien secara langsung, mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat rasional
dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta professional kesehatannya lainnya.
p. Pemantauan Terapi Obat PTO
Pemantauan terapi obat dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki
Kegiatan ini meliputi pengumpulan data pasien, identifikasi masalah terkait obat, rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat, pemantauan dan tindak lanjut.
Seluruh kegiatan ini telah dilakukan bersamaan dengan visite.
q. Monitoring Efek Samping Obat MESO
Tujuan dilakukan MESO adalah untuk memonitoring efek samping yang jarang terjadi dan berbahaya. Pelaksanaannya oleh farmasi klinis bersamaan
dengan visite. Farmasi klinis mempunyai inisiatif untuk melatih perawat kepala ruang agar dapat memantau ESO di ruangan masing-masing. Kepala ruangan akan
melaporkan ESO yang terjadi kepada farmasi klinis untuk dicatat dan dilaporkan ke pusat MESO nasional.
Universitas Sumatera Utara
r. Evaluasi Penggunaan Obat EPO
Evaluasi penggunaan obat sudah dilakukan yaitu evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien pasca bedah. Semua pasien yang telah dioperasi diberikan
antibiotika walaupun tidak ada tanda-tanda infeksi. Hal ini disebabkan karena dokter tidak bisa menjamin ruang operasi telah steril, kurangnya wastafel,
kurangnya perban set dan sarung tangan steril. Hal-hal tersebut telah diperbaiki tetapi belum dievaluasi secara berkesinambungan.
s. Dispensing Sediaan Khusus
Dispensing sediaan khusus meliputi pencampuran obat kemoterapi, pencampuran obat suntik dan penyiapan nutrisi parenteral. Dispensing sediaan
khusus yang sudah dilakukan oleh pokja farmasi klinis adalah penanganan sediaan sitotoksik. Dispensing sediaan kemoterapi dilakukan untuk semua pasien di rumah
sakit, kecuali obat kemoterapi intratekal dan obat kemoterapi untuk anak-anak. Pokja farmasi klinis menetapkan kebijakan agar pencampuran obat suntik
dilakukan oleh perawat karena tidak efisien jika pencampuran tersebut dilakukan oleh farmasi klinis untuk pasien yang berjumlah ±600 orang. Penyiapan nutrisi
parenteral belum dilakukan karena kurang memadainya sarana dan prasarana di rumah sakit.
t. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah PKOD
Pemantauan kadar obat dalam darah PKOD telah dilaksanakan oleh pokja farmasi klinik, namun belum dilaksanakan secara kontinu karena harga
reagen yang digunakan untuk menentukan kadar obat dalam darah sangat mahal,
Universitas Sumatera Utara
expired date reagen yang singkat, dan obat-obat nefrotoksik sudah jarang digunakan.
3.2.4.4 Pokja Apotek I
Pokja apotek I dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam
Malik. Apotek I melaksanakan pelayanan kefarmasian untuk pasien askes rawat jalan, haemodialisa rawat jalan dan pasien umum hanya pada jam kerja,
sedangkan di luar jam kerja pasien akan dilayani oleh apotek II.
3.2.4.5 Pokja Apotek II
Pokja apotek II dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam
Malik, mempunyai tugas membantu kepala instalasi farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan pelayanan kefarmasian. Apotek II
merupakan apotek yang melayani pasien 24 jam. Apotek II berfungsi untuk melayani pasien jamkesmas rawat jalan dan pasien umum. Apotek II juga
melayani pasien askes rawat inap di luar jam kerja depo farmasi, yaitu pada jam 20.00 – 08.00. Pengkajian pelayanan resep di apotek II sudah dilakukan dengan
optimal yang ditandai dengan pemeriksaan ulang double check oleh apoteker sebelum obat diserahkan kepada pasien.
3.2.4.6 Depo Farmasi Rindu A
Depo farmasi rindu A dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam
Malik, yang bertugas membantu kepala instalasi farmasi dalam hal
Universitas Sumatera Utara
mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, dan melaksanakan pencatatan, pelaporan dan
evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan rindu A. Depo farmasi rindu A melayani kebutuhan obat dan alat kesehatan habis
pakai untuk pasien jamkesmas dan askes yang ada di rindu A seperti A
1
penyakit dalam wanita, AIDS, dan psikiatri, A
2
penyakit dalam pria, A
3
paru, A
4
bedah syaraf, neurologi, dan stroke coroner, A
5
gigi, mulut, THT, mata, ruang kemoterapi, dan VIP. Depo farmasi rindu A melayani pasien dengan sistem one
day dose dispensing untuk obat injeksi dan oral. Pengendalian obat-obat mahal dilakukan dengan cara pengecekan dari status pasien, pencatatan tersendiri
keluarnya obat serta pengembalian wadah bekas.
3.2.4.7 Depo Farmasi Rindu B
Depo farmasi rindu B dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam
Malik, yang bertugas membantu kepala instalasi farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan rindu B.
Depo farmasi rindu B melayani kebutuhan obat dan alat kesehatan habis pakai untuk pasien jamkesmas dan askes yang ada di ruangan rindu B seperti B
1
obstetric, ginekologi, anak dan perinatologi, B
2
bedah digesti, urologi, onkologi, plastik, dan kardiovaskuler, B
3
ortopedi dan VIP. Depo farmasi rindu B melayani pasien dengan sistem one day dose dispensing.
Universitas Sumatera Utara
3.2.4.8 Depo Farmasi CMU Lantai III
Depo farmasi CMU lantai III dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H.
Adam Malik. Depo farmasi CMU lantai III melayani pendistribusian perbekalan kesehatan untuk pasien jamkesmas dan askes sesuai dengan kebutuhan pada
instalasi bedah pusat IBP dan instalasi perawatan intensif IPI. CMU lantai III melayani pasien pada kamar operasi, recovery room, pasca bedah, dan ICU anak,
dewasa dan jantung. Pelayanan untuk pasien operasi dari instalasi bedah pusat dilakukan dengan sistem paket sehingga pendistribusian menjadi lebih mudah,
sedangkan pelayanan untuk pasien di runagan ICU dilakukan dengan one day dose dispensing.
3.2.4.9 Depo Farmasi IGD
Depo farmasi IGD dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam
Malik. Depo farmasi IGD melayani kebutuhan obat dan alat kesehatan habis pakai untuk semua pasien yang dirawat di IGD. Pasien emergensi yang tidak membawa
jaminan tetap dilayani, dengan catatan tidak lebih dari 2x24 jam, jika lebih maka status pasien menjadi pasien umum. Depo IGD juga melayani perbekalan farmasi
untuk pasien yang dioperasi di IGD. Pasien rawat inap di IGD yang baru melakukan operasi dilayani dengan sistem one day dose dispensing.
3.3 Instalasi Central Sterilized Supply Department CSSD
Pelayanan sterilisasi dimulai dari perencanaan, pengadaan, pencucian, pengemasan, pemberian tanda, proses sterilisasi, penyimpanan dan penyalurannya
Universitas Sumatera Utara
untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit. CSSD dikepalai oleh seorang apoteker yang berada dibawah direktur umum dan operasional. Struktur organisasi instalasi
CSSD RSUP H. Adam Malik ditunjukkan pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Struktur organisasi instalasi central sterilized supply
department CSSD RSUP H. Adam Malik.
3.4 Instalasi Gas Medis
Sesuai SK Direktur RSUP H. Adam Malik nomor OT.01.01.11.173 tentang instalasi gas medik, pada tanggal 26 Februari 2005 didirikan instalasi gas medik
RSUP H. Adam Malik dengan pertimbangan bahwa gas medik merupakan hal vital di rumah sakit sehingga perlu dipersiapkan pelayanan gas medik yang baik,
efektif dan efisien kepada pasien yang membutuhkannya. Menurut Permenkes No. 244MenkesPerIII2008 tentang organisasi dan
tata kerja RSUP H. Adam Malik, instalasi gas medis adalah unit pelayanan Kepala Instalasi CSSD
Wa Ka. Instalasi
Tata Usaha
Pokja Pengemasan
Pokja Sterilisasi
Pokja Pencucian
Direktur Umum dan Operasional
Universitas Sumatera Utara
struktural yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan gas medis. Instalasi gas medik dikepalai oleh seorang apoteker yang berada
dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada direktur umum dan operasional. Struktur organisasi instalasi gas medik RSUP H. Adam Malik ditunjukkan pada
Gambar 3.3.
Gambar 3. 3 Struktur organisasi instalasi gas medis RSUP H. Adam Malik
Jenis-jenis gas medis yang digunakan dalam pelayanan kesehatan di RSUP H. Adam Malik meliputi oksigen O
2
, dinitrogen monoksida N
2
O, nitrogen N
2
, karbon dioksida CO
2
, dan udara tekan compressed air. Ka. Instalasi Gas Medis
Wa Ka. Instalasi Gas Medis
Tata Usaha Gas Medis
Pokja Perbekalan dan Pendistribusian Gas Medis
Pokja Pelayanan dan Pemantauan Penggunaan Gas Medis
Direktur Umum dan Operasional
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Peran Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik
Berdasarkan klasifikasi rumah sakit secara umum, dimana rumah sakit kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik luas. RSUP H. Adam Malik sudah memenuhi kriteria Rumah Sakit kelas A. RSUP H. Adam Malik dipimpin
oleh seorang direktur utama dan dibantu oleh 4 direktur yang mengepalai direktorat masing-masing. RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit yang
menyelenggarakan program latihan untuk berbagai profesi. Surat Keputusan Menteri Keuangan No.214KMK.052009 tentang
Penetapan RSUP H. Adam Malik pada Departemen Kesehatan sebagai Instansi Pemerintah yang Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum,
memberikan keuntungan pada rumah sakit antara lain pendapatan BLU dapat digunakan langsung untuk membiayai belanja BLU yang dijabarkan dalam
rencana bisnis anggaran atau dengan kata lain pendapatan rumah sakit tidak disetor ke kas negara tetapi hanya dilaporkan saja ke departemen keuangan,
rumah sakit masih mendapatkan subsidi pemerintah yang terdiri dari gaji pegawai, biaya operasional, dan biaya investasimodal, rumah sakit juga dapat melakukan
kerja sama dengan pihak ketiga Peran apoteker di RSUP. H. Adam Malik sangatlah luas diantaranya ikut
berperan serta pada Komite Farmasi dan Terapi KFT, program pengendali resistensi antibiotik PPRA, tim kanker, tim tarif, panitia pengadaan, panitia
penerimaan dan panitia-panitia lain yang ada di rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
RSUP. H. Adam Malik telah menerbitkan formularium pada tahun 2003, sebagai pedoman pembuatan formularium edisi pertama ini mengacu pada Daftar
Obat Esensial Nasional DOEN tahun 2002. Kemudian formularium ini direvisi pada bulan Juli 2009 sehingga diterbitkanlah formularium edisi kedua, dimana
pembuatan formularium ini mengacu pada DOEN tahun 2008. Formularium ini berguna sebagai pedoman pemberian obat oleh para dokter
dalam pemberian pelayanan kepada pasien, sehingga tercapai penggunaan obat yang aman, rasional, efektif dan efisien. Formularium digunakan sebagai
pedoman pengobatan untuk pasien yang ada di rumah sakit, pedoman pelaksanaan Manlak digunakan sebagai pedoman pengobatan untuk pasien jamkesmas dan
pelaksanaannya sudah mengacu pada INA-DRG dan daftar plafon harga obat DPHO digunakan sebagai pedoman pengobatan untuk pasien askes. INA-DRG
didefinisikan sebagai suatu sistem klasifikasi kombinasi beberapa jenis penyakit dan prosedurtindakan pelayanan disuatu rumah sakit dengan pembiayaan yang
dikaitkan dengan mutu dan efektivitas pelayanan terhadap pasien. Apoteker memberikan kontribusi dalam terbitnya pedoman penggunaan
antibiotik yang dibuat berdasarkan peta kuman di RSUP. H. Adam Malik yang terbit edisi pertama pada bulan Juli tahun 2009, perlu direvisi secara
berkesinambungan setiap 6 bulan sekali, karena resistensi merupakan masalah terbesar pada penggunaan antibiotik.
RSUP H. Adam Malik harus terus berbenah diri termasuk apoteker sebagai salah satu pelaku pemberi pelayanan di rumah sakit sehingga visi menjadi pusat
rujukan pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian yang mandiri dan unggul
Universitas Sumatera Utara
di Sumatera tahun 2015 dapat terwujud, diantaranya dengan terus meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien.
4.2 Peran Apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Peran apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit merujuk pada falsafah pelayanan farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.
1333MenKesSKXII1999 adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Tanggung jawab yang begitu besar
dipikul oleh apoteker di IFRS dalam penyediaan obat yang bermutu dan minim terjadi DRP drug related problem, karena DRP bisa terjadi pada setiap tahap
mulai dari seleksi obat, terkait dengan peraturan yang berlaku, klinisi yang terlibat di lapangan, pasien dan keluarga pasien.
4.2.1 Pokja Perencanaan dan Evaluasi
Pokja perencanaan dan evaluasi IFRS pada RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas melaksanakan perencanaan perbekalan farmasi untuk
kebutuhan rumah sakit, melakukan evaluasi kegiatan pelayanan kefarmasian, serta melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di
lingkungan pokja perencanaan. Berdasarkan hasil pengamatan, pokja perencanaan dan evaluasi sudah
melakukan perencanaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan RSUP H. Adam Malik dengan menggunakan metode kombinasi yaitu gabungan antara metode
konsumtif dan epidemiologi. Data yang diperlukan untuk perencanaan diperoleh
Universitas Sumatera Utara
dari laporan yang diberikan oleh depo-depo farmasi, laporan bulanan pokja perbekalan serta rencana tahunan dari masing-masing depo farmasi. Pokja
perencanaan dan evaluasi juga melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan pokja perencanaan. Evaluasi kegiatan
pelayanan kefarmasian dan pelaksanakan administrasi pokja perencanaan dan evaluasi melalui SIRS.
Pembelian perbekalan farmasi sampai dengan 200 juta sudah dapat ditangani langsung oleh instalasi farmasi melalui pokja perencanaan dan evaluasi
sejak status rumah sakit berubah menjadi BLU penuh, dan pembelian perbekalan farmasi diatas 200 juta ditangani oleh panitia pengadaan dengan sistem tender.
Pengadaan perbekalan farmasi dilaksanakan setiap 10 hari dan rencana pengadaan ini mengacu pada persediaan perbekalan farmasi di gudang stok.
Walaupun demikian, pokja perencanaan dan evaluasi masih sering mendapatkan keluhan dari masing-masing depo farmasi terhadap
ketidaktersediaan perbekalan farmasi khususnya obat yang diperlukan untuk pelayanan pasien. Ketidaktersediaan obat ini dapat terjadi karena 2 hal, yaitu
faktor eksternal dan faktor internal, yang pertama faktor eksternal karena barang memang tidak tersedia dari distributor yang bersangkutan, misalnya diazepam
injeksi, deksametason, dan etambutol. Faktor internal disebabkan karena adanya masalah administrasi pada direktorat keuangan dan IFRS sendiri karena
perubahan status rumah sakit menjadi BLU penuh. Masalah ini juga terkait dengan PBFdistributor yang terlibat, sehingga sangat diperlukan koordinasi yang
intensif antara ketiga pihak tersebut. Kepada depo-depo terkait, Pokja Perencanaan dan Evaluasi juga perlu melakukan pemberitahuan masalah kosong
Universitas Sumatera Utara
barang, sehingga dengan adanya komunikasi tidak ada saling menyalahkan antara pihak yang satu dengan yang lain.
4.2.2 Pokja Perbekalan