Pandangan Kekuasaan BAB I PENDAHULUAN Konsep-konsep Politik

melihat negara dari sudut pandang yuridis-formal sehingga negara cenderung dilihat sebagai gejala yang statis. Keempat, yang melakukan kegiatan bukan lembaga negara yang tidak memiliki nilai dan kepentingan, tetapi elit yang memegang jabatan tersebut yang ternyata memiliki nilai dan kepentingan sendiri. oleh karena itu, perilaku elit yang memiliki jabatan pada lembaga tersebut yang dipelajari, bukannya lembaganya. Demikian kritik yang diajukan oleh kaum behavioralist. Akan tetapi, pada tahun 1980-an sejumlah ilmuwan politik Amerika Serikat kembali menjadikan negara sebagai fokus kajian. Mereka memandang negara tidak lagi sekadar arena persaingan kepentingan di antara berbagai kepentingan dalam masyarakat, tetapi juga sebagai lembaga yang memiliki otonomi terlepas dari pengaruh masyarakat, dan memiliki kemampuan yang melaksanakan kebijakan yang dibuat sendiri. negara dilihat sebagai lembaga yang memiliki kepentingan yang berbeda dari berbagai kepentingan yang bersaing atau bertentang yang ada di dalam masyarakat. Pandangan ini disebut juga statist perspective perspektif negara.

3. Pandangan Kekuasaan

Pandangan ketiga, melihat politik sebagai kegiatan mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat. Oleh karena itu, ilmu politik dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari hakikat, kedudukan, dan penggunaan kekuasaan di manapun kekuasaan itu ditemukan. Robson dalam Surbakti : 1999 : 5, merupakan salah seorang yang mengembangkan pandangan tentang kekuasaan mengatakan bahwa, ilmu politik sebagai ilmu yang memusatkan perhatian pada perjuangan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan, melaksanakan kekuasaan, mempengaruhi pihak lain, ataupun menentang pelaksanaan kekuasaan. Ilmu politik mempelajari hal ihwal yang berkaitan dengan kekuasaan dalam masyarakat, yakni sifat, hakikat, dasar, proses-proses, ruang lingkup, dan hasil-hasil kekuasaan. Yang menjadi pertanyaan, apakah yang dimaksud dengan kekuasaan? Menurut pandangan ini, kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berfikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi. 5 Kekuasaan dilihat sebagai interaksi antara pihak yang dipengaruhi dan mempengaruhi, atau yang satu mempengaruhi dan yang lain mematuhi. Hubungan ini selalu diamati dan dipelajari oleh ilmuwan politik yang mengikuti pandangan ketiga ini. Konsep politik sebagai perjuangan mencari dan mempertahankan kekuasaan juga memiliki sejumlah kelemahan. Pertama, konseptualisasi tersebut tidak membedakan kekuasaan yang beraspek politik dari kekuasaan yang tidak beraspek politik. Misalnya, kemampuan para kiyai atau pendeta untuk mempengaruhi jamaah agar melaksanakan ajaran agama tidaklah beraspek politik. Hal itu karena tidak berkaitan dengan pemerintah selaku pemegang kewenangan yang mendistribusikan nilai-nilai, melainkan menyangkut lingkungan masyarakat yang lebih terbatas. Namun, apabila konseptualisasi di atas diikuti maka kemampuan para pemimpin agama untuk mempengaruhi cara berfikir dan perilaku anggota jamaah termasuk dalam kategori kegiatan politik. Kedua, kekuasaan hanya salah satu konsep dalam ilmu politik. Selain kekuasaan, ilmu politik masih memiliki konsep-konsep yang lain seperti kewenangan, legitimasi, konflik, konsensus, kebijakan umum, integrasi politik, dan ideologi. Jadi politik sebagai kegiatan mencari dan mempertahankan kekuasaan semata dalam ilmu politik merupakan konseptualisasi yang sempit dan kurang tajam. Walaupun harus diakui bahwa konsep kekuasaan politik merupakan salah satu konsep yang tidak terpisahkan dari ilmu politik.

4. Pandangan Fungsionalisme