Pontianak Model Berbasis ARIMA

hujan semakin kecil, yang berarti kekuatan MJO semakin berkurang, kecuali untuk Biak yang curah hujannya lebih tinggi dari Manado. Dengan menggunakan analisis statistik diperoleh adanya keterkaitan antara data kecepatan angin zonal dengan data indeks MJO global khususnya pada saat keduanya menguat yaitu sekitar bulan Januari 2007, Desember 2007, Juni 2008, April 2009, November 2009, dan Oktober 2010. Nilai R 2 rata-rata melebihi 0.5 sehingga menunjukkan bahwa data kecepatan angin zonal signifikan dan valid untuk analisis lebih lanjut, yaitu untuk analisis MJO di kawasan Indonesia. Kecuali unutk daerah Manado, rata-rata R 2 kurang dari 0.5 kemungkinan disebabkan faktor lokal. Hasil analisis regresi menunjukkan kecenderungan bahwa pada saat bulan-bulan basah yaitu Oktober, November, dan Desember nilai R 2 lebih tinggi daripada pada saat bulan-bulan kering seperti April dan Juni. Hal tersebut berarti bahwa prediksi indeks MJO menunjukkan hasil yang baik pada saat musim basah karena MJO berkaitan dengan perjalanan ITCZ saat bergerak ke utara dan selatan.

4.3 Model Berbasis ARIMA

Dari hasil analisis spektral dan statistik diketahui bahwa kecepatan angin zonal pada lapisan 850 mb ketinggian 1.455 km dapat menunjukkan terjadinya osilasi MJO di kawasan Indonesia khususnya Pontianak, Manado, dan Biak. Pemodelan ini menggunakan data harian kecepatan angin zonal selama 4 tahun 1461 data yang terbagi menjadi 1369 data untuk menduga model sementara dan sisanya 92 data untuk validasi model. Pemodelan ini bertujuan untuk memperoleh model prediksi data time series kecepatan angin zonal yang nantinya dapat digunakan dalam mengembangkan model MJO.

4.3.1 Pontianak

Tahapan awal dalam pemodelan ini yaitu melakukan uji stasioneritas data. Kestasioneran data merupakan kondisi yang diperlukan dalam analisis regresi deret waktu karena dapat memperkecil kekeliruan model. Kestasioneran data dapat dilihat secara visual pada plot data terhadap waktu dan melalui telaah plot ACF dan PACF. I n d e x Z o n a l_ P o n ti a n a k 1 2 3 3 1 0 9 6 9 5 9 8 2 2 6 8 5 5 4 8 4 1 1 2 7 4 1 3 7 1 1 5 1 0 5 - 5 - 1 0 - 1 5 T i m e S e r i e s P l o t o f Z o n a l _ P o n t i a n a k 1 Lag A u to c o rr e la ti o n 80 70 60 50 40 30 20 10 1 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 -0,2 -0,4 -0,6 -0,8 -1,0 Autocorrelation Function for Zonal_Pontianak with 5 significance limits for the autocorrelations Lag P a rt ia l A u to c o rr e la ti o n 80 70 60 50 40 30 20 10 1 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 -0,2 -0,4 -0,6 -0,8 -1,0 Partial Autocorrelation Function for Zonal_Pontianak with 5 significance limits for the partial autocorrelations 2 3 Gambar 22 Plot data 1, ACF 2, PACF 3 kecepatan angin zonal di Pontianak periode 1 Januari 2007 – 30 September 2010. Gambar 22 1 menunjukkan bahwa data deret waktu sudah stasioner dalam rataan dan ragam, sehingga tidak perlu dilakukan proses differencing . Proses differencing ini merupakan proses transformasi data agar data menjadi stasioner dengan cara mencari selisih nilai saat ini dengan nilai kemarin. Dari Gambar 22 2 dan 22 3 terlihat bahwa pada plot ACF tail off menurun secara eksponensial tapi pada PACF nya cut off menuju 0 setelah lag q. Plot PACF nyata pada lag 1, 2, 3 dan 4. Dengan demikian, model sementara dari plot data kecepatan angin zonal di Pontianak adalah model autoregressif AR. Kemungkinan model adalah ARIMA1,0,0, ARIMA2,0,0, ARIMA3,0,0, dan untuk lebih meyakinkan akan dicoba model ARIMA 4,0,0. Tahap selajutnya adalah melakukan penaksiran parameter terhadap model sementara. Hal ini diperlukan untuk menelaah besarnya kekeliruan jika model tersebut digunakan sebagai model ramalan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Minitab 15. Penaksir parameter untuk masing-masing model sementara dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasil penaksiran model menunjukkan bahwa ARIMA 3,0,0 tidak nyata pada penduga pada koefisien AR2. Sementara itu untuk ARIMA2,0,0 nyata untuk semua penduga parameternya, maka ARIMA 2,0,0 ditetapkan sebagai model tentatif nya. Model AR2, 1 t-1 2 t-2 Zt = Z + Z + at φ φ Z t = 0.33396 + 0.6792 Z t-1 + 0.0762 Z t-2 + a t Setelah diperoleh model ARIMA selanjutnya dilakukan validasi untuk data tanggal 1 Oktober 2010-31 Desember 2010. Hasil validasi dapat dilihat pada Gambar 23. Dari Gambar tersebut terlihat bahwa nilai galat yang diperoleh relatif kecil sehingga model ini cukup dapat mengenali pola kecepatan angin zonal di Pontianak. Berdasarkan Gambar 23 dapat dilihat bahwa plot data prediksi mendekati data asli dengan nilai r sebesar 0.783. Hasil prediksi ini cukup baik karena menghasilkan galat rata- rata yang kecil yaitu sebesar 0.819 dan RMSE Root Mean Square Error sebesar 0.083. RMSE ini digunakan untuk menduga perbedaan antara nilai observasi dengan nilai prediksi. Tabel 7 Penaksir Parameter ARIMA2,0,0 Type Coef SE Coef T P AR 1 0,6792 0,0270 25,18 0,000 AR 2 0,0762 0,0270 2,83 0,005 Constant 0,33396 0,05409 6,17 0.000 Mean 1,3651 0,2211 9 0 8 1 7 2 6 3 5 4 4 5 3 6 2 7 1 8 9 1 1 0 5 - 5 I n d e x D a ta D a t a _ A sli N ila i_ P r e d ik si V a r ia b le T i m e S e r i e s P l o t o f D a t a _ A s l i ; N i l a i _ P r e d i k s i Gambar 23 Plot data asli kecepatan angin zonal di Pontianak dengan hasil prediksi ARIMA2,0,0 1 Oktober 2010-31 Desember 2010. Model ARIMA2,0,0 untuk data kecepatan angin zonal di Pontianak artinya peramalan data angin zonal periode mendatang tergantung pada data dua waktu sebelumnya. Model tersebut dapat digunakan untuk menduga kecepatan angin tiga hari ke depan. Hasil prediksi menunjukkan bahwa kecepatan angin pada tanggal 1-3 Januari 2011 masih didominasi oleh angin baratan. Artinya kemungkinan curah hujan masih tetap tinggi.

4.3.2 Manado

Dokumen yang terkait

Pengaruh Indian Ocean Dipole (IOD) terhadap propagasi Madden Julian Oscillation (MJO)

3 27 31

Prediction Model Development Madden Julian Oscillation (MJO) based on the results of data analysis Real Time Multivariate MJO (RMM1 and RMM2).

1 8 123

Pengembangan Model Indeks Monsun (Monsoon) Indonesia (IMI) Berbasis Hasil Analisis Data WPR (Wind Profile Radar)

2 7 84

Respon Suhu Permukaan Laut (SPL) dan Klorofil-a terhadap Madden-Julian Oscillation (MJO) di Laut Indonesia

2 12 35

PENGEMBANGAN MODEL PREDIKSI MADDEN-JULIAN OSCILLATION (MJO) BERBASIS HASILANALISIS DATA WIND PROFILER RADAR (WPR)

0 4 11

IDENTIFIKASI MADDEN JULIAN OSCILLATION (MJO) UNTUK PREDIKSI PELUANG BANJIR TAHUNAN DI SUB DAS SOLO HULU Identifikasi Madden Julian Oscillation (MJO) Untuk Prediksi Peluang Banjir Tahunan Di Sub Das Solo Hulu Bagian Tengah (2007 – 2012).

0 1 15

PENDAHULUAN Identifikasi Madden Julian Oscillation (MJO) Untuk Prediksi Peluang Banjir Tahunan Di Sub Das Solo Hulu Bagian Tengah (2007 – 2012).

0 2 19

DAFTAR PUSTAKA Identifikasi Madden Julian Oscillation (MJO) Untuk Prediksi Peluang Banjir Tahunan Di Sub Das Solo Hulu Bagian Tengah (2007 – 2012).

0 2 4

IDENTIFIKASI MADDEN JULIAN OSCILLATION (MJO) UNTUK PREDIKSI PELUANG BANJIR TAHUNAN DI SUB DAS SOLO HULU Identifikasi Madden Julian Oscillation (MJO) Untuk Prediksi Peluang Banjir Tahunan Di Sub Das Solo Hulu Bagian Tengah (2007 – 2012).

0 1 13

Karakteristik Madden-Julian Oscillation (MJO) Ketika El-Nino Southern Oscillation (ENSO) | Muhammad | Wahana Fisika 9376 19201 1 PB

1 2 24