TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Teori
13 mempengaruhi ketimpangan pendidikan yakni 1. Karakteristik keluarga yang
terdiri dari pendapatan, tingkat kesejahteraan, ukuran keluarga, tingkat pendidikan orang tua, 2. Karakteristik anak atau siswa yang terdiri dari tingkat kemampuan
siswa, kesehatan, gizi, daya kognitif, dan jenis kelamin, 3. Kualitas pendidikan di antaranya kualitas pengajaran, rasio siswa dan guru, ukuran kelas, kualifikasi guru,
kualitas ruang kelas dan peralatan belajar, kurikulum, infrastruktur sekolah dan pemeliharaan rutin, pasokan listrik, fasilitas air minum dan toilet, 4. Tingkat rate
of return dari pendidikan.
Sementara itu menurut Digdowiseiso 2010, ketimpangan pendidikan di Indonesia dapat diukur dari 4 indikator pendidikan yaitu; 1. Angka partisipasi
sekolah, 2. Angka partisipasi murni, 3. Pencapaian pendidikan yakni jumlah siswa yang menyelesaikan beberapa jenjang pendidikan, 4. Literacy rate, kemampuan
individu para siswa untuk membaca dan menulis.
Negara dengan tingkat ketimpangan pendidikan tinggi secara konsisten menunjukkan tingkat inovasi yang lebih rendah, rendahnya tingkat efisiensi
produksi, dan kecenderungan untuk mentransmisi kemiskinan lintas generasi World Bank 2007.
Ketimpangan pendidikan juga dapat diukur dengan menggunakan Indeks Gini dan kurva Lorenz. Selain untuk menghitung ketimpangan pendapatan, Indeks
Gini juga dapat digunakan untuk mengukur ketimpangan pendidikan, ketimpangan kepemilikan tanah. Indeks gini pendidikan dengan angka berkisar 0
menunjukkan kesetaraandistribusi sempurna dan jika mendekati angka 1 maka dapat dikatakan ketimpangan yang tinggi.
Digdowiseiso 2010 dalam penelitiannya mengenai ketimpangan pendidikan di Indonesia dari tahun 1999-2005 dengan menggunakan Koefisien
Gini Pendidikan dan Kurva Lorenz dalam menganalisa ketimpangan pendidikan berdasarkan aspek area dan gender. Hasilnya menunjukkan bahwa gini pendidikan
mengalami penurunan dari 0.35 pada tahun 1999 menjadi 0.32 pada tahun 2005. Penurunan paling drastis terjadi di provinsi Kalimantan Barat, Jambi, Sumatera
Selatan, Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggara dan ketimpangan pendidikan yang rendah terjadi di provinsi DKI Jakarta serta ketimpangan pendidikan
tertinggi terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Sementara itu ketimpangan pendidikan Tambunan 2013, menggunakan indeks gini pendidikan untuk mengetahui ketimpangan pendidikan di Provinsi
Riau menggunakan data lama sekolah individu yang diolah dari hasil survei rumah tangga di Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa Gini pendidikan
Provinsi Riau termasuk dalam kategori ketimpangan yang rendah selama periode 2005-2011. Selama periode tersebut gini pendidikan Provinsi Riau menunjukkan
tren yang menurun sejak tahun 2007 namun pada tahun 2011 gini pendidikan Provinsi Riau meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini dapat
disebabkan oleh pergeseran proporsi penduduk usia kerja. Jumlah penduduk usia kerja yang memiliki lama sekolah kurang dari enam tahun setara dengan tidak
tamat SD pada tahun 2010 sebesar 13.7 sedangkan pada tahun 2011 menjadi 15.8.
Ketimpangan Pendidikan dan Ketimpangan Pendapatan
Salah satu penyebab terjadinya ketimpangan pendapatan adalah
14 pendidikan. Pendidikan di sini merupakan faktor penting dalam menentukan
tingkat upah dan memberikan kontribusi besar terhadap distribusi pendapatan di masyarakat. Sudah bukan rahasia lagi bahwa bekerja adalah sumber utama
pendapatan bagi sebagian besar individu dalam masyarakat, dan karena pekerjaan dan pengangguran merupakan penyebab signifikan dari buruknya distribusi
pendapatan.
Mengingat biaya pendidikan yang semakin tinggi, masyarakat miskin dan akan memperoleh pendidikan yang lebih rendah dibanding dengan masyarakat
kaya begitu juga dengan kualitas pendidikan yang diperoleh akan berbeda pula. Hal ini memperkuat bahwa pendidikan merupakan faktor penentu penting dari
tingkat upah atau pendapatan, perbedaan ini akan menyebabkan kesenjangan pendapatan.
Schultz 1961 menyatakan bahwa perubahan pada modal manusia merupakan faktor dasar dalam mengurangi ketimpangan pendapatan. Ahluwalia
1976 menjelaskan proses pendidikan dalam mempengaruhi distribusi pendapatan, melalui peningkatan pengetahuan dan keahlian tenaga kerja. Hal ini
akan menghasilkan pergeseran dari pekerjaan bergaji rendah bagi pekerja tidak terampil ke pekerjaan yang dibayar tinggi bagi pekerja terampil. Pergeseran ini
menghasilkan pendapatan pekerja yang lebih tinggi.
Peningkatan jumlah orang yang lebih terdidik dan terampil akan mengurangi rasio orang yang kurang berpendidikan dalam angkatan kerja total,
sehingga akan mengurangi perbedaan keterampilan. Over supply di pasar tenaga kerja dari orang yang lebih terdidik dan terampil, tanpa ada perubahan dalam
permintaan, akan menurunkan upah pekerja trampil dan menaikkan upah pekerja tidak trampil, sehingga secara keseluruhan memberikan kontribusi untuk
pengurangan perbedaan penghasilan di pasar tenaga kerja. Dengan demikian, efek perluasan pendidikan tidak hanya terhadap upah mereka yang berpendidikan lebih
tinggi, tetapi juga bagi mereka yang berpendidikan lebih rendah Ahluwalia, 1976.
Berdasarkan hasil penelitian Abdelbaki 2012 dengan menganalisis
data pengeluaran rumah tangga dan survei pendapatan di Bahrain, menunjukkan
korelasi positif antara tingkat pendidikan tiap kepala keluarga dengan pendapatan keluarga. Keluarga miskin dan daerah miskin mengalami kesulitan untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi, dan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan dengan upah yang layak menjadi lebih rendah. Penyebab ketimpangan
pendidikan di Bahrain adalah perbedaan dalam biaya pendidikan, ketersediaan sekolah swasta, dan belanja pemerintah dalam bidang pendidikan .
Ketimpangan pendapatan juga diakibatkan oleh bergesernya permintaan tenaga kerja yang tidak terampil menjadi tenaga kerja terampil. Pilihan pekerjaan
dan tingkat gaji serta produktivitas di dunia kerja dapat ditentukan dari jenjang pendidikan yang ditempuh. Pendidikan juga dapat menggeser komposisi angkatan
kerja jauh dari tidak terampil menjadi terampil yang dalam jangka panjang diharapkan dapat mengurangi ketimpangan pendapatan Schultz, 1961.
Peningkatan ketimpangan pendapatan di Taiwan dapat menyebabkan peningkatan pekerja yang melanjutkan tingkat pendidikan ke yang lebih tinggi.
Sehingga pasokan pekerja terampil akan banyak memasuki pasar tenaga kerja, dari sisi penawaran tenaga kerja terampil diharapkan dalam jangka panjang akan
mengurangi ketimpangan pendapatan di Taiwan Lin, 2006. Pencapaian
15 pendidikan memainkan peran penting sebagai sinyal kemampuan dan
produktivitas di pasar kerja. Meskipun pendidikan belum tentu selalu menghasilkan sinyal yang akurat mengenai produktivitas tenaga kerja dan
informasi yang terbatas memaksa pengusaha untuk menggunakan pendidikan sebagai indikator utama Stiglitz,1973.
Abdullah 2011 pendidikan memiliki pengaruh yang besar terhadap distribusi pendapatan dimana pendidikan dapat mengurangi perbedaan pendapatan
antara orang kaya dan orang miskin, selain itu ketimpangan pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap terjadinya ketimpangan
pendapatan.
Dalam hasil penelitian Checchi 2001 yang menganalisa hubungan ketimpangan ketimpangan pendidikan rata-rata lama sekolah dan ketimpangan
pendapatan dengan menggunakan indeks gini pendidikan, hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata lama sekolah memiliki pengaruh negative terhadap ketimpangan
pendapatan. Peningkatan akses pendidikan dapat menurunkan terjadinya ketimpangan pendapatan karena hal ini akan menghasilkan tenaga kerja yang
banyak dan memiliki pendidikan yang tinggi serta didukung oleh peningkatan inovasi teknologi serta lapangan kerja yang memadai maka akan mengurangi
terjadinya ketimpangan pendapatan.
Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan
Hubungan pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan dapat dilihat dengan menggunakan kurva kuznet. Kuznets 1955 membuat hipotesis
hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketidakmerataan pendapatan membentuk kurva U-terbalik inverted- U curve dimana ketimpangan pada
awalnya akan meningkat dan kemudian terjadi penurunan terhadap pertumbuhan ekonomi. Gambar 3. Hipotesa ini diakibatkan oleh terjadinya pergeseran tenaga
kerja pada sektor pertanian ke sektor industri. Sektor industri dianggap lebih produktif dibanding sektor pertanian.
Sumber : Todaro dan Smith 2006 Gambar 3. Kurva Kuznet
Kuznets menekankan adanya perubahan struktural dalam pembangunan ekonomi, dimana dalam prosesnya sektor industri dan jasa cenderung berkembang
dan terjadi pergeseran dari sektor tradisional ke sektor modern. Selama masa
16 transisi tersebut, produktifitas dan upah tenaga kerja di sektor modern lebih tinggi
daripada sektor tradisional, sehingga pendapatan perkapita yang diterima juga lebih tinggi, akibatnya ketidakmerataan pendapatan antara kedua sektor tersebut
meningkat. Sehingga pada awal pembangunan, pendapatan perkapita dan kesenjangan pendapatan yang masih rendah, selanjutnya kesenjangan pendapatan
meningkat sejalan dengan meningkatnya pendapatan perkapita. Setelah melampaui titik kulminasi akan terjadi perbaikan pada distribusi pendapatan.
Model Harrod-Domar juga memprediksi ketimpangan pendapatan yang tinggi dapat terjadi ketika pertumbuhan ekonomi yang tinggi, model ini
memberikan argumentasi yang kuat tentang hubungan ketimpangan pendapatan dengan pertumbuhan ekonomi dimana pendapatan yang tinggi banyak dinikmati
oleh penduduk kaya yang digunakan untuk saving dan investasi sementara itu penduduk miskin lebih memilih untuk meningkatkan komsumsi.
Prapti 2006 dalam penelitiannya menemukan bahwa meskipun secara keseluruhan tingkat kesenjangan pendapatan penduduk di 35 Kabupaten Kota di
Jawa Tengah relatif rendah masih di bawah angka 0.3 namun terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi akan diikuti dengan meningkatnya tingkat
ketimpangan pendapatan penduduk di sebagian besar Kabupaten Kota di Jawa Tengah selama periode tahun 2001-2004.
Namun dengan seiring perkembangan studi diberbagai negara di dunia yang meneliti hubungan pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan,
hipotesis Kuznet mendapatkan pertentangan dikalangan ekonom di dunia. Anand dan Kanbur 1984, studi-studi hipotesis Kuznet menggunakan data yang
memiliki kelemahan dan menggunakan metodologi yang masih dipertanyakan. Chen dan Ravallion 1997 dan Esterly 1999 menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi terhadap perubahan pendapatan dan perubahan ketimpangan tidak berkorelasi.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan pendapatan berbeda-beda
tergantung pada data dan metodologi yang digunakan. Pengaruh pertumbuhan ekonomi bisa positif, artinya peningkatan pertumbuhan ekonomi akan
meningkatkan ketimpangan pendapatan, atau bahkan tidak ada hubungan sistematis.
Tinjauan Empiris
Beberapa studi empiris yang menjelaskan hubungan ketimpangan pendidikan dan pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan pendapatan, telah
banyak dilakukan oleh para ahli di berbagai negara. Sylwester 2000 meneliti hubungan persentase pengeluaran pemerintah
dibidang pendidikan terhadap PDB dengan ketimpangan pendapatan dari tahun 1970-1996, dengan menggunakan data panel ketimpangan pendapatan diberbagai
negara dianalisa menggunakan three-stage least square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meningkatnya pengeluaran pemerintah dibidang pendidikan
akan menurunkan ketimpangan pendapatan dan dampak ini diasumsikan hanya bersifat jangka pendek. Lebih jauh lagi dijelaskan bahwa pengeluaran pemerintah
dibidang pendidikan tidak memiliki hubungan terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek dan pengeluaran pemerintah dibidang pendidikan lebih
17 berperan terhadap menurunkan ketimpangan pendapatan.
Teulings dan Rens 2003 meneliti hubungan pendidikan, pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan dari tahun 1960-1990 dengan interval 5
tahun di 98 negara. Dengan menggunakan data panel cross-country, penelitian ini bertujuan menunjukkan hubungan dalam jangka panjang tingkat pendidikan, GDP,
social return dan ketimpangan pendapatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan negatif antara tingkat pendidikan terhadap private return dan
social return bagi para pekerja. Selain itu penelitian ini tidak menemukan pengaruh dari peningkatan pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Abdelbaki 2012 menganalisis ketimpangan pendapatan dan ketimpangan pendidikan di Bahrain dari tahun 1980-2006. Penelitian menghasilkan hubungan
positif antara tingkat pendidikan orang tua dengan pendapatan keluarga, ketimpangan pendapatan mengakibatkan terjadinya ketimpangan pendidikan dan
ketimpangan pendidikan di Bahrain diakibatkan oleh disparitas biaya pendidikan di sekolah swasta dan pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan.
Checchi 2001 meneliti hubungan ketimpangan pendidikan dan ketimpangan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi di 113 negara dari tahun
1960-1995. Dengan menggunakan indeks gini pendidikan meneliti hubungan hubungan ketimpangan pendidikan rata-rata lama sekolah dan ketimpangan
pendapatan, melalui regresi multivariate, rata-rata lama sekolah memiliki hubungan negative dengan ketimpangan pendapatan dan ketimpangan pendapatan
juga memiliki hubungan negative dengan pendapatan per-kapita.
Rehme 2006 meneliti hubungan antara ketimpangan pendidikan, pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan dengan berbagai ukuran
ketimpangan pendapatan. Hasil penelitian ini memperlihatkan pendidikan yang secara langsung mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan
pendapatan. Namun dalam hasil penelitian ini ditambahkan bahwa tidak adanya hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan pendapatan.
Bustomi 2012 meneliti ketimpangan pendidikan antar KabupatenKota dan implikasinya di Provinsi Jawa Tengah. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Pengaruh ketimpangan pendapatan terhadap ketimpangan pendidikan di Provinsi Jawa tengah adalah positif namun tidak signifikan. Hasil persamaan
model regresi pertama menunjukkan bahwa jika ketimpangan pendapatan yang diukur melalui gini rasio meningkat dengan asumsi ceteris paribus, maka nilai
indeks gini pendidikan akan naik mendekati angka 1 yang berarti ketimpangan pendidikan semakin tinggi.
Adrian 2006 dalam penelitiannya yang berjudul “pengaruh pertumbuhan ekonomi, kontribusi output sektor industri, upah minimum dan tingkat tendidikan
terhadap kesenjangan pendapatan di Indonesia” menggunakan metode estimasi fixed effect yang memungkinkan perbedaan tingkat kesenjangan pendapatan
rumah tangga pada setiap propinsi di Indonesia. Model yang digunakan adalah :
2.10 Data yang digunakan adalah data panel dengan 26 propinsi di Indonesia
pada tahun 1993, 1996 dan 1999 dengan menggunakan variabel bebas PDRB, share sekotir industry pengolahan, upah minimum provinsi, tingkat pendidikan.
Hasil estimasi
menunjukkan bahwa
variabel pertumbuhan
ekonomi
= + 2 + 3 + 4 + 5 + 6
∗
+ 7
∗
+ 8
∗
+
18 mempengaruhi persentase pendapatan 40 persen kelompok rumah tangga
berpenghasilan terendah secara positif dan signifikan. Sebaliknya, persentase output sektor industri pengolahan, upah minimum regional dan tingkat pendidikan
pekerja mempengaruhi persentase pendapatan 40 persen kelompok pendapatan rumah tangga berpenghasilan terendah secara negatif dan signifikan. Krisis
ekonomi telah membawa dampak pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kesenjangan distribusi pendapatan semakin memburuk. Sebaliknya, pengaruh
persentase output sektor industri pengolahan dan upah minimum regional memperbaiki kesenjangan distribusi pendapatan.
Digdowiseiso 2009 meneliti hubungan ketimpangan pendidikan, pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan di 23 Provinsi di Indonesia
dari Tahun 1996-2005. Dengan menggunakan data SUSENAS tahun 1996, 1999, 2002, dan 2005 di 23 Provinsi, dengan metode regresi OLS sebagai estimasi awal
dan model ini kemudian kembali diestimasi dengan two-stage least square dimana variable yang tidak siginifikan hasil estimasi awal tidak dimasukkan lagi pada
persamaan. Model yang digunakan dalam memperlihatkan hubungan ketimpangan pendidikan, pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan adalah sebagai
berikut.
2.11 2.12
Persamaan diatas di estimasi dengan two-stage least square, dimana variabel bebas yang digunakan yakni YINEQ merupakan ketimpangan
pendapatan dan sebagai proxy distribusi pendapatan dibawah 40 populasi Bottom40, distribusi pendapatan menengah 40 populasi Middle40, dan
distribusi pendapatan diatas populasi Top20, AYS merupakan rata-rata lama sekolah, EG merupakan ketimpangan pendidikan, LY merupakan logaritma PDB
per kapita. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata lama pendidikan secara statistik signifikan dalam semua model dan berhubungan positif dengan
pertumbuhan ekonomi di mana satu tahun tambahan lama sekolah akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini juga menegaskan bahwa
pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang signifikan terhadap ketimpangan pendapatan.
Duarte dan Simeos 2010 menganalisis tentang hubungan pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan pendapatan dan ketimpangan pendidikan di tingkat
regional di Portugal tahun 1995-2007. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
2.13 Persamaan diatas diestimasi menggunakan metode OLS dimana variabel
bebas yang digunakan adalah Growth RGDPC
it
adalah rata-rata pertumbuhan perkapita, INEQ
i
menunjukkan ketimpangan pendidikan dan ketimpangan pendapatan yang dianalisis secara simultan, X
i
adalah variabel control yang dianggap mempengaruhi pertumbuhan regional di Portugal diantarannya rata-rata
lama sekolah, share tenaga kerja sektor pertanian, industry dan jasa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketimpangan pendapatan memiliki hubungan
yang tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Portugal dibanding dengan ketimpangan pendidikan.
= β +
β + β
+ β +
ℎ = + βln
,
+
,
γ+
,
+
= +
+ +
+ +
19 Rodriguez-pose dan Tselios 2008 meneliti hubungan ketimpangan
pendidikan dan pendapatan terhadap pertumbuhan ekonomi di eropa barat dengan menggunakan data ECHP Eropean Community Household Panel selama 5 tahun
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
2.14 Persamaan diatas diestimasi menggunakan pendekatan metode OLS,
dimana i adalah regionalnegara, t adalah waktutahun, dengan variabel bebas yang digunakan yakni Growth adalah pertumbuhan regional selama 2 tahun, Incpc
merupakan income perkapita, IncIneq merupakan ketimpangan pendapatan, EducAtt merupakan level pendidikan yang ditamatkan, EducIneq merupakan
ketimpangan pendidikan, X merupakan vektor kontrol variabel. Hasilnya menunjukkan bahwa peningkatan ketimpangan pendidikan dan ketimpangan
pendapatan ditingkat regionalnegara signifikan dan berkorelasi positif dengaan pertumbuhan ekonomi namun tidak ditemukan hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dengan perubahan pada tingkat ketimpangan pendapatan dan ketimpangan pendapatan.
Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian digambarkan dalam bentuk diagram alur pada Gambar 4.
Anggaran Pemerintah
Indeks Pembangunan
Manusia
Ketimpangan Pendapatan
Infrastruktur yg memadai
Anggaran Kesehatan
Anggaran Pendidikan
Anggaran Infrastruktur
Pertumbuhan Ekonomi
Penerimaan Pajak dll
Pertumbuhan ekonomi per sektor :
• Pertanian
• Industri
Pengolahan Sektor
Pendidikan Ketimpangan
Pendidikan
Implikasi Kebijakan
ℎ
,
= ′
+ ′
+ ′
+ ′
+ ′
+
Wilayah Penelitian Gambar 4. Diagram alur kerangka penelitian
20
Keberhasilan pencapaian sektor pendidikan yang selama ini didukung oleh anggaran pendidikan yang besar dapat dilihat dari salah satu indikator pendidikan
yakni rata-rata lama sekolah. Rata-rata lama sekolah digunakan untuk mengukur ketimpangan pendidikan yang terjadi di Provinsi Jawa Barat. Gini ratio digunakan
untuk menghitung ketimpangan pendapatan. Oleh karena itu dalam kerangka penelitian ini akan diteliti pengaruh ketimpangan pendidikan, pertumbuhan
ekonomi, anggaran pendidikan, serta PDRB sektor pertanian dan industri pengolahan terhadap ketimpangan pendapatan di Provinsi Jawa Barat.
Hipotesa Penelitian
Hipotesis yang disusun dalam penelitian ini adalah: 1. Ketimpangan pendidikan akan berdampak positif dan signifikan terhadap
ketimpangan pendapatan di Provinsi Jawa Barat. Semakin tinggi ketimpangan pendidikan maka ketimpangan pendapatan akan semakin
tinggi.
2. Pertumbuhan ekonomi berdampak positif dan signifikan terhadap ketimpangan pendapatan di Provinsi Jawa Barat. Semakin tinggi
pertumbuhan ekonomi maka ketimpangan pendapatan akan semakin tinggi. 3. PDRB sektor industri pengolahan akan berdampak positif dalam
meningkatkan ketimpangan pendapatan. Hal ini didasari oleh rendahnya angka partisipasi sekolah di Provinsi Jawa Barat yang diakibatkan oleh
banyaknya pelajarsiswa yang putus sekolah dan beralih menjadi tenaga kerja di sektor industri.
4. Anggaran pendidikan yang tinggi berdampak negatif dan signifikan terhadap ketimpangan pendapatan.
5. PDRB sektor pertanian akan berdampak negatif terhadap ketimpangan pendapatan.