12 Tabel 2. Bentuk senyawa hasil oksidasi bahan-bahan organik pada kondisi aerobik
dan anaerobik. Kondisi Aerobik
Kondisi Anaerobik C
N S
P CO
2
NH
3
+ HNO
3
H
2
SO
4
H
3
PO
4
C N
S P
CH
4
NH
3
+ Amin H
2
S PO
3
Sumber : Fardiaz 1992 Dari Tabel 2 terlihat bahwa hasil penguraian senyawa yang mengandung
karbon dalam kondisi anaerob adalah gas metana, dari senyawa yang mengandung nitrogen adalah ammonia dan amin, dari senyawa yang mengandung sulfur
terbentuk gas H
2
S yang berbau busuk, dan dari senyawa yang mengandung fosfor akan terbentuk komponen fosfor yang mempunyai bau yang menyengat seperti
bau anyir Prihadi, 2005.
2.4 Ketersediaan Oksigen Terlarut
Kelarutan oksigen di perairan dipengaruhi oleh suhu, tekanan parsial gas dan salinitas Boyd dan Licthkoppler, 1982. Selanjutnya dinyatakan bahwa
sumber oksigen di kolam berasal dari fotosintesis dan respirasi phytoplankton, difusi dari udara, dan interflow Simarmata, 2007.
2.4.1 Fotosintesis dan Respirasi Fitoplankton
Oksigen terlarut merupakan salah satu komponen utama dari daya dukung lingkungan yang dihasilkan dari proses fotosintesis fitoplankton dan makrofita.
Banyaknya oksigen terlarut diperairan merupakan salah satu parameter kualitas air yang paling mendasar untuk kehidupan organisme akuatik Alabaster dan Llyod,
1980 dalam Hamilton dan Schladow, 1994 dan perubahan kimia di sediment- interfase Mortimer, 1971, Bostrim et al., dalam Hamilton dan Schladow, 1994;
Simarmata, 2007. Oksigen yang terlarut dalam air pada umumnya berasal dari hasil
fotosintesis jasad autotrof yang ada dalam air seperti fitoplankton dan tumbuhan air yang hidup di dalam perairan APHA, 1989. Seller dan Markland 1987 juga
13 mengatakan, fotosintesis menghasilkan oksigen, yang merupakan input utama di
perairan yang subur. Thornton et al. 1990 menegaskan bahwa, fotosintesis bertanggungjawab terhadap pulse oksigen di epilimnion waduk. Umumnya
konsentrasi oksigen saat permulaan fajar rendah, lalu tinggi pada siang hari kemudian secara kontinu berkurang sepanjang malam karena kebutuhan respirasi
komunitas. Perubahan oksigen terlarut lebih umum dekat zona riverine dibanding lakustrin, kecuali di teluk yang besar, dimana tanaman litoral dan blooming
fitoplankton sering terjadi Simarmata, 2007. Oksigen terlarut merupakan zat yang paling penting dalam system
kehidupan di perairan, dalam hal ini berperan dalam proses metabolisme oleh makro dn mikroorganisme yang memanfaatkan bahan organik yang berasal dari
hasil fotosintesis. Selain itu juga mempunyai peranan yang penting dalam penguraian bahan-bahan organik oleh berbagai jenis mikroorganisme yang
bersifat aerobik APHA, 1989, sehingga jika ketersediaan oksigen tidak mencukupi akan megakibatkan lingkungan perairan dan kehidupan dalam perairan
menjadi terganggu, sekaligus akan menurunkan kualitas air Prihadi, 2005. Kebutuhan oksigen bagi ikan mempunyai dua aspek, yaitu kebutuhan
lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang bergantung kepada keadaan metabolisme ikan. Perbedaan kebutuhan okesigen dalam suatu
lingkungan bagi spesies ikan tertentu disebabkan oleh adanya perbedaan struktur molekul sel darah ikan yang mempengaruhi hubungan antara tekanan parsial
oksigen dalam air dan derajat kejenuhan oksigen dalam sel darah. Ikan memerlukan oksigen guna pertumbuhan, reproduksi Zonneveld et al., 1991 dan
maintenance Beveridge, 1996. Kebutuhan oksigen bagi ikan bervariasi bergantung kepada jenis ikan, umur dan ukuran ikan. Selain faktor diatas,
kebutuhan oksigen juga bergantung kepada faktor lingkungan, seperti temperatur Beveridge, 1996. Lebih lanjut dijelaskan bahwa, bila kelarutan oksigen
diperairan tidak sesuai dengan kebutuhan, maka akan mempengaruhi pertumbuhan, konversi pakan dan kesehatan ikan.
Selanjutnya Stickney 2000 dan Wardoyo 1981 juga menyatakan kelarutan oksigen dalam perairan dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain
suhu air, salinitas, dan ketinggian lokasi altitude. Oksigen terlarut akan menurun
14 konsentrasinya dalam air jika suhu air, salinitas, dan ketinggian meningkat, dan
sebaliknya. Dan untuk kegiatan budidaya ikan yang komersial memerlukan konsentrasi oksigen dalam air lebih besar atau sama dengan 5 mgL. Menurut
Cholik et al. 1986 dan Sunarti 1992, bila konsentrasi oksigen terlarut tetap sebesar 3 atau 4 mgL untuk jangka waktu lama maka ikan akan menghentikan
aktivitasnya dan pertumbuhan akan berhenti. Kadar oksigen terlarut dalam air juga bisa dijadikan indikator untuk melihat pencemaran yang terjadi pada suatu
perairan yakni kandungan oksigen dalam perairan melebihi dari 5 mgL mengandung arti bahwa perairan tersebut tercemar ringan, jika kandungannya 2–5
mgL berarti tercemar sedang dan 0–2 mgL berarti perairan tersebut tercemar berat.
Fotosintesis terjadi di zona fotik, tetapi respirasi terjadi dimana saja di dalam perairan diseluruh kolom air bahkan sampai ke dasar perairan, sehingga
hasil bersihnya adalah permukaan air cenderung kaya akan oksigen terlarut, dan berkurang dengan bertambahnya kedalaman Seller dan Markland, 1990;
Simarmata, 2007
2.4.2 Difusi