Kalsium Ca Hidrogen Sulfida H

29 Keberadaan karbondioksida membentuk kesetimbangan dengan asam karbonat. Pada kondisi yang relatif asam, senyawa-senyawa karbonat yang terdapat di dalam tanah dan batuan kapur yang sebelumnya tidak larut berubah menjadi senyawa bikarbonat yang bersifat larut. Batuan kapur lime stone pada dasarnya tidak hanya mengandung karbonat, tetapi juga mengandung sulfat, klorida, dan silikat. Ion-ion ini juga ikut terlarut dalam air. Gambar 6 menunjukkan proses pelarutan senyawa karbonat. Perairan dengan nilai kesadahan tinggi pada umumnya merupakan perairan yang berada di wilayah yang memiliki lapisan tanah pucuk top soil tebal dan batuan kapur. Perairan lunak berada pada wilayah dengan lapisan tanah atas tipis dan batuan kapur relatif sedikit atau bahkan tidak ada. Air permukaan biasanya memiliki nilai kesadahan yang lebih kecil dan pada air tanah. Perairan dengan nilai kesadahan kurang dari 120 mgliter CaCO 3 dan lebih dari 500 mgliter CaCO 3 dianggap kurang baik bagi peruntukan domestik, pertanian, dan industri. Namun, air sadah lebih disukai oleh organisme daripada air lunak Effendi, 2007.

2.5.9 Kalsium Ca

Keberadaan kalsium sangat dipengaruhi oleh reaksi kimia yang melibatkan karbon dioksida, di perairan senyawa kalsium bersifat stabil dengan keberadaan karbon dioksida. Kadar kalsium pada perairan tawar biasanya kurang dari 15 mgL, perairan yang berada di sekitar batuan karbonat antara 30–100 mgL, perairan laut sekitar sekitar 400 mgL, sedangkan pada brine dapat mencapai 75.000 mgL McNeely et al., 1979 dalam Effendi, 2007. Di perairan, senyawa kalsium bersifat stabil dengan keberadaan karbondioksida. Kadar kalsium menurun jika kalsium mengalami presipitasi pengendapan menjadi CaCO 3 , sebagai akibat terjadinya peningkatan suhu, penurunan kadar karbondioksida, peningkatan aktivitas fotosintesis. Wetzel 1975 mengemukakan bahwa sekitar 30 penyusun sedimen dasar danau yang bersifat sadah adalah kalsium. 30

2.5.10 Hidrogen Sulfida H

2 S dan Bakteri SRB Sulfur berada dalam bentuk organik dan anorganik. Sulfur anorganik terutama terdapat dalam bentuk sulfat SO 4 2- , yang merupakan bentuk sulfur utama di perairan dan tanah Effendi, 2007. Sulfida berasal dari limbah industri atau dihasilkan dari proses dekomposisi bahan organik yaitu proses reduksi sulfat oleh bakteri pada kondisi anaerob. Bakteri SRB adalah bakteri obligat anaerob yang menggunakan sulfat sebagai akseptor terminal elektron Moriaty dan Paullin, 1987, selanjutnya Simarmata 2007 mengatakan, jika deplesi oksigen semakin besar maka kondisi perairan semakin reduksif dan akhirnya mencapai anaerob, yang merupakan syarat tumbuh untuk SRB. Di perairan, sulfur berikatan dengan ion hidrogen dan oksigen. Beberapa bentuk sulfur di perairan adalah sulfida S 2- , hidrogen sulfida H 2 S, ferro sulfida FeS, sulfur dioksidasi SO 2 , sulfit SO 3 , dan sulfat SO 4 . Sulfat yang berikatan dengan hidrogen membentuk asam sulfat dan sulfat yang berikatan dengan logam alkali merupakan bentuk sulfur yang paling banyak ditemukan di danau dan sungai Cole, 1988. Kadar sulfat pada kolom air biasanya berkisar antara 0,02– 0,1 mgL. Menurut Effendi 2007 kadar sulfide lebih dari 0,002 mgL mengakibatkan terjadinya gangguan pada sistem pencernaan, kadar fenol lebih dari 0,01 mgL akan bersifat toksik bagi ikan.

2.5.11 Fenol