Perumusan Masalah PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Bengen 2002 menegaskan bahwa pembangunan berkelanjutan pada dasarnya merupakan suatu strategi pembangunan yang memberikan semacam
ambang batas limit pada laju pemanfaatan ekosistem alamiah serta sumber daya alam yang ada di dalamnya. Ambang batas ini tidaklah bersifat mutlak absolute,
melainkan merupakan batas yang luwes yang bergantung pada kondisi teknologi dan sosial ekonomi tentang pemanfaatan sumber daya alam, serta kemampuan
biosfir untuk menerima dampak kegiatan manusia. Dengan perkataan lain, pembangunan berkelanjutan adalah suatu strategi pemanfaatan ekosistem alamiah
sedemikian rupa, sehingga kapasitas fungsionalnya untuk memberikan manfaat bagi kehidupan manusia tidak rusak. Secara garis besar konsep pembangunan
berkelanjutan memiliki empat dimensi yakni : a.Ekologi, b.sosial-ekonomi- budaya, c.sosial politik dan d. Hukum dan kelembagaan. Konsep lain yang
dikemukakan Clark 1996 bahwa pembangunan berkelanjutan yakni konsep pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan yang bermakna permanen, ekstraksi
ataupun pemanfaatan sumber daya tidak boleh melebihi jumlah yang dapat diproduksi atau dihasilkan dalam kurun waktu yang sama.
Walaupun selama ini konsep keberlanjutan dalam perikanan sudah mulai dapat dipahami, namun dalam menilai secara komprehensif dan terpadu
nampaknya mengalami kesulitan dalam menganalisisnya. Diharapkan dalam pengambilan kebijakan benar
– benar berdasarkan kajian ilmiah secara terpadu dan realistis. Paradigma pembangunan perikanan pada dasarnya mengalami
evolusi dari paradigma konservasi biologi ke paradigma rasional ekonomi, kemudian ke paradigma sosial komunitas. Namun, ketiga paradigma tersebut
masih tetap relevan dalam kaitan dengan pembangunan perikanan yang berkelanjutan.
Pembangunan perikanan
yang berkelanjutan
haruslah mengakomodasikan ketiga aspek tersebut di atas. Oleh karena itu, komsep
pembangunan perikanan yang berkelanjutan sendiri mengandung aspek Charles 2001:
a.
Keberlanjutan ekologi, dalam pandangan ini memelihara keberlanjutan stok biomass sehingga tidak melewati daya dukungnya, serta meningkatkan
kapasitas dan kualitas dari ekosistem menjadi perhatian utama. b.
Keberlanjutan sosio - ekonomi, konsep ini mengandung makna bahwa
pembangunan perikanan harus memperhatikan keberlanjutan dari kesejahteraan pelaku perikanan pada tingkat individu. Dengan kata lain, mempertahankan
atau mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi merupakan perhatian kerangka keberlanjutan.
c. Keberlanjutan
komunitas, mengandung
makna bahwa
keberlanjutan kesejahteraaan dari sisi komunitas atau masyarakat haruslah menjadi perhatian
pembangunan perikanan yang berkelanjutan. d.
Keberlanjutan kelembagaan. Dalam kerangka ini, keberlanjutan kelembagaan yang menyangkut pemeliharaan aspek finansiil dan administrasi yang sehat
merupakan prasyarat ketiga pembangunan keberlanjutan di atas. Berdasarkan definisi yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa
pembangunan perikanan berkelanjutan adalah langkah strategis pembangunan dalam memanfaatkan sumber daya perikanan secara bijaksana dan konsisten
untuk memenuhi kenutuhan manusia saat ini dan juga untuk generasi yang akan datang secara berkelanjutan dari dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan
etik.
Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan merupakan hal yang cukup sulit dan menantang tanpa disertai dengan pengelolaan bukan saja dapat
mengabaikan kemunduran kualitas sumber daya dan lingkungan tetapi juga berdampak dalam hal distribusi pendapatan dan kesejateraan masyarakat.
Tanpa pengaturan, sektor pembangunan yang tampaknya kuat dapat menjadi dominan, sebaliknya sektor yang tampaknya lemah akan makin berkurang dan
akhirnya hilang Nikijuluw 1995. Pengelolaan perikanan yang tidak bertanggungjawab juga akan mengakibatkan terjadinya degradasi lingkungan
perairan yang akan merugikan perikanan itu sendiri.
Dalam memahami sumber daya alam, terdapat dua pandangan yang umumnya digunakan. Pertama adalah pandangan konservastif atau sering
disebut juga pandangan pesimis atau Prespektif Malthusian. Dalam pandangan ini risiko akan terkurasnya sumber daya alam menjadi perhatian utama. Sumber
daya ini dianggap sebagai sumber daya tidak terpulihkan exhaustible dimana memiliki supply yang terbatas sehingga eksploitasi terhadap sumber daya tersebut
akan menghabiskan cadangan sumber daya. Dengan demikian dalam pandangan ini, sumber daya alam harus dimanfaatkan secara hati-hati karena adanya faktor
ketidakpastian terhadap apa yang akan terjadi untuk generasi mendatang. Pandangan kedua adalah pandangan eksploitatif atau sering disebut sebagai
Prespektif Ricardian. Dalam pandangan ini dikenal dengan flow atau sumber daya yang dapat diperbaharui dimana sumber daya diasumsikan memiliki supply
yang infinite atau tak terbatas.
Dalam pandangan ini sumber daya ada yang tergantung pada proses biologi untuk regenerasinya dan ada yang tidak. meskipun demikian, untuk
sumber daya yang biasa melakukan proses regenerasi jika telah melewati batas titik kritis kapasitas maksimum secara diagramatik akan berubah menjadi sumber
daya yang tidak diperbaharui Anwar 2002; Fauzi 2000. Hal tersebut menunjukkan bahwa sumber daya perikanan merupakan salah satu sektor
ekonomi yang memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan suatu bangsa. Sebagai salah satu sumber daya alam yang bersifat dapat diperbaharui
renewable, pengelolaan sumber daya ini memerlukan pendekatan yang bersifat menyeluruh dan hati-hati. Mengingat sifat dari sumber daya perikanan yang
dikenal dengan akses open access yang memberikan anggapan bahwa setiap orang atau individu merasa memiliki sumber daya tersebut secara bersama
common property. Menurut Anwar 2002, pada keadaan sumber daya yang bersifat open access resource akan terjadi pengurasan sumber daya yang pada
akhirya akan terjadi kerusakan sumber daya. Hal ini terjadi karena semua individu baik nelayan maupun pengusaha perikanan laut akan merasa
mempunyai hak untuk mengeksploitasi\sumber daya laut dan memberlakukannya sesuka hati dalam rangka masing-masing memaksimumkan bagian share
keuntungan, tetapi tidak seorangpun mau memelihara kelestariannya. Oleh karena itu, sifat open access resource tersebut dapat dikatakan tidak ada yang
punya atau sama saja dengan tidak ada hak yang jelas atas sumber daya yang bersangkutan res commune is res nullius.