Pemanfaatan Kulit Daging Buah Kopi Yang Difermentasi Dengan Rhizopus Sp, Saccharomyces Sp Dan Lactobacillus Sp Terhadap Performans Babi Yorkshire Jantan Umur 4-6 Bulan

PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp, Saccharomyces sp
dan Lactobacillus sp TERHADAP PERFORMANS BABI YORKSHIRE JANTAN UMUR 4-6 BULAN
BERLIN GEA 080306019
DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
Universitas Sumatera Utara

PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp, Saccharomyces sp
dan Lactobacillus sp TERHADAP PERFORMANS BABI YORKSHIRE JANTAN UMUR 4-6 BULAN
SKRIPSI Oleh:
BERLIN GEA 080306019
DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
Universitas Sumatera Utara

PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp, Saccharomyces sp
dan Lactobacillus sp TERHADAP PERFORMANS BABI YORKSHIRE JANTAN UMUR 4-6 BULAN
SKRIPSI Oleh:
BERLIN GEA 080306019/PETERNAKAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
Universitas Sumatera Utara

Judul
Nama NIM Departemen Program Studi

: Pemanfaatan kulit daging buah kopi yang difermentasi dengan rhizopus sp, saccharomyces sp dan lactobacillus sp terhadap performans babi yorkshire jantan umur 4-6 bulan
: Berlin Gea : 080306019 : Peternakan : Peternakan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua

Dr. Ir. Nurzainah Ginting M. Sc Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Departemen Peternakan

Tanggal ACC :


Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
BERLIN GEA, 2013:” Pemanfaatan Kulit Daging Buah Kopi Difermentasi Dengan Rhizopus sp, Saccharomyces sp dan Lactobacillus sp Terhadap Performans Babi Yorkshire Jantan Umur 4 - 6 Bulan”, dibawah bimbingan MA’RUF TAFSIN dan NURZAINAH GINTING.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pemanfaatan kulit daging buah kopi fermentasi pada babi yorkshire. Penelitian telah dilakukan di Jl. Penungkiren, Desa Lama, Kecamatan Pancur Batu pada bulan September 2012 November 2012 menggunakan 20 ekor ternak babi yorkshire jantan dengan rataan bobot badan awal 22,53 ± 2,14 kg. Rancangan percobaan yang digunakan adalah menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan, dimana perlakuan terdiri dari P0 = 0% kulit daging buah kopi fermentasi dalam ransum, P1 = 10% kulit daging buah kopi fermentasi dalam ransum, P2 = 20% kulit daging buah kopi fermentasi dalam ransum, P3 = 30% kulit daging buah kopi fermentasi dalam ransum. Variabel yang diamati meliputi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan konsumsi pakan (g/ekor/hari) P0:1.470,24; P1:1.305,27,87; P2:1.225,06 dan P3:1.086,56. Rataan pertambahan bobot badan (g/ekor/hari) P0:380,57; P1:319,96; P2:248,18 dan P3:206,54. Rataan rasio konversi pakan adalah P0:3,88; P1:4,08; P2:4,94 dan P3:5,27. Hasil analisis statistik menunjukkan penambahan kulit daging buah kopi fermentasi menurunkan konsumsi, menurunkan bobot badan dan peningkatan rasio konversi pakan. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah pemanfaatan kulit daging buah kopi fermentasi dapat diberikan sampai level 10% terhadap performans babi yorkshire jantan. Kata kunci : Kulit daging buah kopi, Fermentasi, Babi jantan yorkshire, Performans
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
BERLIN GEA, 2013 : The Utilization of Pod Coffee fermented with Rhizopus sp, Saccharomyces sp and Lactobacillus sp on performances of male yorkshire swine Age 4-6 Months, under supervise by MA’RUF TAFSIN and NURZAINAH GINTING.
The objective of research was to examine the utilization of pod coffee fermented on yorkshire swine. The research has been conducted in Jl. Penungkiren, Desa Lama, Kecamatan Pancur Batu in September to November 2012 using 20 male yorkshire swine with initial body weight 22,53 ± 2,14 kg. The experimental design was using a randomized complete design with four treatments and five replication, where treatments consist of P0 = 0% pod coffee fermented in complete feed, P1 = 10% pod coffee fermented in complete feed, P2 = 20% pod coffee fermented in complete feed, P3 = 30% pod coffee fermented in complete feed. The variables were feed consumption, body weight gain and feed convertion ratio.
The result showed that average feed consumption (g/head/day) were (P0:1.470,24; P1:1.305,27,87; P2:1.225,06 and P3:1.086,56, respectively). Average weight gain (g/head/day) (P0:380,57; P1:319,96; P2:248,18 and P3:206,54, respectively) . Average feed convertion ratio were (P0:3,88; P1:4,08; P2:4,94 and P3:5,27, respectively). The results of the statistical analysis showed the addition of pod coffee fermented in decreased consumption and average weight gain and increase feed convertion ratio. The conclusion of this research is that pod coffee fermented can be given up to the level of 10% for performance male yorkshire swine. Keywords: pod coffee, fermentation, male yorkshire swine, performances
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 02 Juni 1989 dari ayah Faebuadodo Gea dan ibu Nuryanus Zendrato. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara.
Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Khatolik Budi Murni 2 Medan dan pada tahun 2008 penulis masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB). Penulis memilih program studi peternakan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Peternakan (IMAPET). Selain itu penulis juga pernah menjadi pemain sepak bola yang membela tim Peternakan di Liga Pertanian USU. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo dimulai dari 15 Juni sampai dengan 27 Juli 2011.
Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan karuniaNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “iPemanfaatan Kulit Daging Buah Kopi Yang Difermentasi Dengan Rhizopus sp, Saccharomyces sp dan Lactobacillus sp Terhadap Performans Babi Jantan Yorkshire Umur 4 - 6 Bulan.”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua atas doa, semangat dan pengorbanan material maupun moril yang telah diberikan selama ini. Kepada bapak Ma’ruf Tafsin selaku ketua komisi pembimbing dan ibu Nurzainah Ginting selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, tenaga dan dorongan maupun memberikan informasi yang berharga bagi penulis.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu terselesaikannya skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR................................................................................... iv

PENDAHULUAN ....................................................................................... Latar belakang...................................................................................... Tujuan Penelitian ................................................................................. Hipotesis Penelitian.............................................................................. Kegunaan penelitian.............................................................................

1 1 2 3 3


TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. Ternak babi .......................................................................................... Ternak babi Yokshire ........................................................................... Pertumbuhan ternak babi ...................................................................... Potensi ternak babi ............................................................................... Sistem pencernaan ternak monogastrik................................................. Ransum ternak babi.............................................................................. Fermentasi menggunakan mikroorganisme lokal.................................. Inokulen cair ........................................................................................ Mikroorganisme fermentasi.................................................................. Kopi..................................................................................................... Buah kopi............................................................................................. Kulit kopi............................................................................................. Konsumsi pakan................................................................................... Konversi pakan ....................................................................................

4 4 5 5 7 8 9 10 11 12 16 17 19 21 23

BAHAN DAN METODE PENELITIAN ................................................... Tempat dan waktu penelitian................................................................ Bahan dan Alat Penelitian .................................................................... Bahan................................................................................................... Alat ...................................................................................................... Metode penelitian................................................................................. Peubah yang diamati ............................................................................ Pelaksanaan penelitian .........................................................................

24 24 24 24 24 25 27 28

HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................... Konsumsi pakan................................................................................... Pertambahan bobot badan..................................................................... Konversi pakan .................................................................................... Rekapitulasi hasil penelitian .................................................................

33 33 36 38 42

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN .......................................................................................... 33 Konsumsi pakan................................................................................... 33 Pertambahan bobot badan..................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL Tabel 1. Populasi ternak babi per Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.............11 Tabel 2. Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak babi.......................13 Tabel 3. Kandungan nilai gizi kulit kopi tanpa fermentasi dan setelah

difermentasi................................................................................... ....18 Table 4. Kandungan zat gizi kulit kopi..............................................................19
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kurva Sigmoid Pertumbuhan pada Babi...............................................7 Gambar 2. Susunan Buah Kulit Kopi.....................................................................16 Gambar 3. Skema pembuatan inokulen cair …..………………………………...27 Gambar 4. Skema pembuatan fermentasi kulit kopi ………...……..……… ….29
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
BERLIN GEA, 2013:” Pemanfaatan Kulit Daging Buah Kopi Difermentasi Dengan Rhizopus sp, Saccharomyces sp dan Lactobacillus sp Terhadap Performans Babi Yorkshire Jantan Umur 4 - 6 Bulan”, dibawah bimbingan MA’RUF TAFSIN dan NURZAINAH GINTING.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pemanfaatan kulit daging buah kopi fermentasi pada babi yorkshire. Penelitian telah dilakukan di Jl. Penungkiren, Desa Lama, Kecamatan Pancur Batu pada bulan September 2012 November 2012 menggunakan 20 ekor ternak babi yorkshire jantan dengan rataan bobot badan awal 22,53 ± 2,14 kg. Rancangan percobaan yang digunakan adalah menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan, dimana perlakuan terdiri dari P0 = 0% kulit daging buah kopi fermentasi dalam ransum, P1 = 10% kulit daging buah kopi fermentasi dalam ransum, P2 = 20% kulit daging buah kopi fermentasi dalam ransum, P3 = 30% kulit daging buah kopi fermentasi dalam ransum. Variabel yang diamati meliputi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan konsumsi pakan (g/ekor/hari) P0:1.470,24; P1:1.305,27,87; P2:1.225,06 dan P3:1.086,56. Rataan pertambahan bobot badan (g/ekor/hari) P0:380,57; P1:319,96; P2:248,18 dan P3:206,54. Rataan rasio konversi pakan adalah P0:3,88; P1:4,08; P2:4,94 dan P3:5,27. Hasil analisis statistik menunjukkan penambahan kulit daging buah kopi fermentasi menurunkan konsumsi, menurunkan bobot badan dan peningkatan rasio konversi pakan. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah pemanfaatan kulit daging buah kopi fermentasi dapat diberikan sampai level 10% terhadap performans babi yorkshire jantan. Kata kunci : Kulit daging buah kopi, Fermentasi, Babi jantan yorkshire, Performans
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
BERLIN GEA, 2013 : The Utilization of Pod Coffee fermented with Rhizopus sp, Saccharomyces sp and Lactobacillus sp on performances of male yorkshire swine Age 4-6 Months, under supervise by MA’RUF TAFSIN and NURZAINAH GINTING.
The objective of research was to examine the utilization of pod coffee fermented on yorkshire swine. The research has been conducted in Jl. Penungkiren, Desa Lama, Kecamatan Pancur Batu in September to November 2012 using 20 male yorkshire swine with initial body weight 22,53 ± 2,14 kg. The experimental design was using a randomized complete design with four treatments and five replication, where treatments consist of P0 = 0% pod coffee fermented in complete feed, P1 = 10% pod coffee fermented in complete feed, P2 = 20% pod coffee fermented in complete feed, P3 = 30% pod coffee fermented in complete feed. The variables were feed consumption, body weight gain and feed convertion ratio.
The result showed that average feed consumption (g/head/day) were (P0:1.470,24; P1:1.305,27,87; P2:1.225,06 and P3:1.086,56, respectively). Average weight gain (g/head/day) (P0:380,57; P1:319,96; P2:248,18 and P3:206,54, respectively) . Average feed convertion ratio were (P0:3,88; P1:4,08; P2:4,94 and P3:5,27, respectively). The results of the statistical analysis showed the addition of pod coffee fermented in decreased consumption and average weight gain and increase feed convertion ratio. The conclusion of this research is that pod coffee fermented can be given up to the level of 10% for performance male yorkshire swine. Keywords: pod coffee, fermentation, male yorkshire swine, performances
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Usaha memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat, khususnya

kebutuhan protein hewani yang bersumber dari susu, daging dan telur juga, maka ternak babi merupakan subsektor peternakan sebagai salah satu bagian yang memberikan pengaruh sebagai sumber protein hewani yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pada dasarnya, antara persediaan dan permintaan daging di Indonesia terjadi kesenjangan yang cukup besar. Kebutuhan atau permintaan jauh lebih besar daripada ketersediaan daging yang ada. Berdasarkan kondisi tersebut, usaha beternak babi sangat prospektif untuk dikembangkan di Indonesia sebagai penghasil daging.
Pengembangan penggunaan limbah yang berasal dari agroindustri dan bahan pakan non konvensional sangat penting dilakukan (Devendra, 1987). Salah satu bahan pakan alternatif yang dapat digunakan sebagai bahan pakan untuk ternak monogastrik adalah kulit kopi. Dilihat dari kandungan serat kasar zat-zat pakan yang terkandung didalamnya, kulit kopi mempunyai potensi untuk dijadikan bahan pakan ternak monogastrik, namun pemanfaatan kulit kopi mempunyai faktor pembatas karena mengandung tannin, kafein dan lignin. Untuk menurunkan pembatas itu, diperlukan pengolahan lebih lanjut, salah satunya menerapkan proses fermentasi. Kulit kopi di peroleh dari Kabupaten Dairi (Bangun, Sidikalang, Sumbul dan sekitarnya). Kulit kopi di daerah ini di buang begitu saja dan hanya digunakan sebagai pupuk organik saja. Kulit kopi ini masih mengandung nutrisi yang sangat potensial untuk digunakan sebagai pakan ternak monogastrik seperti babi.
Universitas Sumatera Utara

Pemanfaatan kulit kopi sebagi pakan belum optimal. Dalam pengolahan kopi akan dihasilkan 45 % kulit kopi, 10 % lendir, 5 % kulit ari dan 40 % biji kopi. Utomo (1982) melaporkan bahwa daging buah kopi berserat dan sedikit kasar. Bahan kulit kopi mempunyai kandungan BK, PK, LK, SK, dan TDN masing-masing sebesar 91,77 %; 11,18 %; 2,5 %; 21,74 %; dan 57,20 % .
Pada saat ini teknologi fermentasi yang sederhana, mudah dilakukan serta biayanya murah adalah fermentasi dengan mikroorganisme lokal. Mikroorganisme yang dimaksud adalah rhizopus sp (ragi tempe), saccharomyces sp (ragi tape) dan lactobacillus sp (yoghurt). Teknologi ini sederhana karena praktis, selain itu pengolahannya dapat dilakukan dirumah. Hal ini dapat dipahami karena pemakaian mikroorganisme ini akan menghemat biaya, karena masyarakat dapat membiakkan sendiri mikroorganisme tersebut dengan cara sederhana. Sehingga, hasil fermentasi sesuai dengan harapan mampu memperbaiki kandungan nutrisi kulit kopi dan menghancurkan zat anti nutrisi yang terdapat pada kulit daging buah kopi.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian kulit kopi yang difermentasi dengan rhizopus sp, saccharomyces sp dan lactobacillus sp sebagai pakan ternak babi yorkshire jantan umur 4 - 6 bulan.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kulit kopi
yang telah difermentasi terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi pakan dan konversi pakan babi.
Universitas Sumatera Utara

Kegunaan Penelitian Sebagai bahan informasi bagi masyarakat peternak babi pada khususnya,
instansi pemerintah (Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Dinas Perdagangan dan Dinas Perindustrian) serta kalangan akademik (mahasiswa, dosen dan para peneliti) mengenai penggunaan hasil samping perkebunan dan pabrik kopi yaitu kulit kopi yang difermentasi sebagai pakan ternak babi terhadap produksi ternak babi. Hipotesis Penelitian
Pemberian kulit kopi yang difermentasi rhizopus sp, saccharomyces sp dan lactobacillus sp dalam pakan sampai tingkat tertentu dapat digunakan sebagai pakan alternatif untuk ternak babi yorkshire jantan umur 4 - 6 bulan.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Ternak Babi


Sejarah perkembangan usaha ternak babi di Indonesia tidak terlepas dari

usaha ternak babi di dunia. Hubungan teknologi peternakan telah ada sejak dahulu

dengan Asia dan juga Eropa dan sebelumnya usaha ini masih primitif. Masuknya

bangsa asing sebagai pedagang, pengembara, missioner maupun peneliti setidak-

tidaknya telah membawa perubahan dengan masuknya teknologi dan hasil

teknologi berupa bibit ternak yang kemudian berkembang biak menjadi ternak

yang ada. Namun ciri ternak Karo, Nias, Bangka,Tangerang, Karawang, Bali,

Toraja, NTT dan Irian Jaya. Daerah tersebut memiliki ternak babi lokal dengan

ciri khas umum liar, warna hitam dan dipelihara secara ekstensif bebas berkeliaran

dengan berbagai sifat lain pada eksterior dan derajat kemurnian menurut tingkat


masuknya darah babi luar (Ginting dan Aritonang , 1989).

Di Indonesia sudah banyak babi yang didatangkan dari luar negeri, seperti

kita kenal adanya babi VDL (Verdeld Duits Landvarken) yang berasal dari jerman

barat. Babi yorkshire dikenal pula dengan nama “Large White”, berasal dari

inggris mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

- Kepala/muka

: berbentuk seperti mangkok

- Telinga

: tegak

- Badan


: besar, panjang, dalam dan halus

- Warna

: seluruh tubuh berwarna putih

- Sifat sebagai induk : bersifat keibuan yang baik dan banyak air susu

Universitas Sumatera Utara

Ternak Babi Yorkshire Ternak Babi merupakan jenis ternak potong yang tergolong ternak
monogastrik dan merupakan hewan mamalia yang menyusui anak-anaknya. Disamping sebagai penghasil daging yang baik, babi juga menghasilkan pupuk yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian dan khusus untuk babi menghasilkan daging yang sangat baik untuk keperluan bahan pangan (Williamson, 1993).
Semua jenis babi memiliki beberapa karakteristik yang sama, adapun klasifikasi babi tersebut yaitu: Kingdom: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mamalia; Ordo: Artiodactyla; Family: Suidae; Sub-family: Scrofa; Genus: Sus; Spesies: Sus scrofa Babi Yorkshire (Sihombing (2006).
Pertumbuhan Ternak Babi Laju pertumbuhan setelah disapih ditentukan oleh beberapa faktor antara
lain potensi pertumbuhan dari masing-masing individu ternak dan pakan yang tersedia (Cole, 1982). Potensi pertumbuhan pada periode ini dipengaruhi oleh faktor bangsa dan jenis kelamin. Pola pertumbuhan ternak tergantung pada sistem manajemen yang dipakai, tingkat nutrisi yang tersedia, kesehatan dan iklim. Laju pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan dan genetik dimana berat tubuh awal fase penggemukan berhubungan dengan berat dewasa (Tomaszewska et al., 1993).
Pertumbuhan biasanya mulai perlahan-lahan kemudian berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi atau sama sekali berhenti. Pola seperti ini menghasilkan kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid (S). Tahap cepat pertumbuhan terjadi pada saat kedewasaan tubuh hampir tercapai (Anggorodi, 1990).
Universitas Sumatera Utara

Ternak yang mempunyai potensi genetik pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai respon yang baik terhadap makanan yang diberikan dan memiliki efisiensi produksi yang tinggi dan adanya keragaman yang besar dalam konsumsi bahan kering (Devendra, 1997).
Pertumbuhan dinyatakan umumnya dengan pengukuran berat badan yang dengan mudah dilakukan dengan penimbangan berulang-ulang dan diketengahkan dengan pertumbuhan berat badan tiap hari, tiap minggu atau tiap waktu lainya. Misalnya, bila seekor ternak babi membutuhkan 200 hari untuk menaikkan berat badan seberat 100 kg, maka kenaikan berat badannya tiap hari adalah 100kg/200 hari = 0,50 kg tiap hari (Tillman dkk, 1991).

Sihombing (1984), menyatakan laju pertumbuhan babi sangat di pengaruhi oleh berat sapih, anak babi yang berat sapihnya besar akan bertumbuh lebih cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai bobot potong dibanding anak babi yang berat sapihnya lebih kecil.
Ternak yang mempunyai potensi genetik pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai respon yang baik terhadap pakan yang diberikan dan memiliki efesiensi produksi yang tinggi dan adanya ragam yang besar dalam konsumsi bahan kering (Devendra, 1997).
Pertumbuhan adalah suatu proses yang sangat komplek meliputi pertambahan bobot badan dan pertambahan sekuruh jaringan tubuh secara serentak dan merata. Lebih lanjut Anggorodi (1985) menjelaskan bahwa pertumbuhan merupakan manisfestasi perubahan-perubahan dalam unit pertumbuhan terkecil yakni sel yang mengalami hiperplasi atau pertambahan jumlah sel hipertropi atau pembesaran ukuran sel.
Universitas Sumatera Utara

Pertumbuhan murni menurut Anggorodi (1980) adalah pertambahan dalam bentuk dan bobot jaringan-jaringan tubuh seperti urat daging, tulang, jantung, otak dan semua jaringan tubuh lainnya (kecuali lemak). Kemampuan ternak mengubah zat-zat nutrisi ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan merupakan kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan.
Dalam kehidupan sehari-hari proses pertumbuhan tersebut diartikan sebagai pertambahan berat badan sejak adanya konsepsi sampai dewasa. (Ensminger, 1991). Selama pertumbuhan ada dua hal yang terjadi yaitu kenaikan bobot badan yang disebut pertumbuhan sedang yang menyangkut perubahan dalam bentuk dan konformasi yang diakibatkan oleh pertumbuhan defferensial dari jaringan - jaringan bagian tubuh yang berbeda disebut perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan itu sendiri merupakan proses yang berkesinambungan tanpa terhenti dalam seluruh siklus hidup ternak sampai ukuran dewasa tercapai.
Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan adalah tingkat serat kasar dalam ransum. Lubis (1993) menjelaskan bahwa tingkat serat kasar yang tinggi dalam ransum akan menurunkan konsumsi ransum yang pada gilirannya pertumbuhan juga akan menjadi lambat. Sebaliknya apabila kandungan serat kasar dalam ransum terlalu rendah mengakibatkan laju ransum dalam pencernaan meningkat sehingga dapat menurunkan pertumbuhan (Siregar dkk., 1980).
Potensi Ternak Babi Di banding dengan ternak lain, dalam usaha ternak babi ditemukan
beberapa sifat yang menarik dan menguntungkan seperti di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara

Babi merupakan tabungan hidup yang mudah diatur untuk memberi pendapatan secara teratur. - Pertumbuhannya cepat antara 0,5 – 0,7 kg per hari, pada umur dini (150 hari) dapat mencapai berat potong 100 kg. - Ternak ini prolifik tinggi karena beranak banyak (6 – 12 ekor tiap kelahiran) dan melahirkan dua kali setahun. - Kemampuan mengembalikan modal tinggi. - Efesiensi menggunakan makanan dengan konversi antara 2,4 – 3,4 kg ransum per kg kenaikan bobot badan. - Proporsi karkasnya tinggi antara 70 -80 %. - Dapat dipelihara dengan intensif modal sehingga biaya tenaga kerja kecil. - Adaptasinya terhadap berbagi tipe usaha tani responsif. - Dapat meningkatkan daya guna hasil ikutan dan limbah agroindustri. - Limbah usahanya berguna untuk pupuk, sumber energi gasbio, dan media pertumbuhan mikroba pengasil pakan ternak dan ikan (Aritonang,1993)
Sistem Pencernaan Ternak Monogastrik Sistem pencernaan disini adalah sebuah sistem yang terdiri dari saluran
pencernaan yang dilengkapi dengan beberapa organ yang bertanggung jawab atas pengambilan, penerimaan dan pencernaan bahan makanan dalam perjalanannya melalui tubuh (saluran pencernaan) mulai dari rongga mulut sampai ke anus. Di samping itu sistem pencernaan bertanggung jawab pula atas pengeluran (ekskresi) bahan-bahan makanan yang tidak terserap atau tidak dapat diserap kembali.
Sistem Pencernaan ternak Monogastrik dapat dibagi atas saluran pencernaan yang dilengkapi dengan beberapa organ-organ yang diperlukan dalam
Universitas Sumatera Utara

proses pencernaan bahan makanan. Saluran pencernaan dapat dibagi atas rongga


mulut (termasuk faring), oesofagus, lambung, usus kecil, usus besar dan berakhir

dengan anus (Parakkasi, 1983).

Tabel 1. Populasi ternak babi per Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

No KABUPATEN /

TAHUN

KOTA

2002 2003 2004 2005

1 Nias

146683 82951 85074 87200

2 Nias Selatan 0 0 0 0

3 Mandailing Natal 0 0 0 0

4 Tapanuli Selatan 0 0 0 0

5 Tapanuli Tengah 59924 80933 83005 83777

6 Tapanuli Utara

150732 174509 178976 160640

7 Humbahas

0 45295 46454 17759

8 Toba Samosir

89705 91948 94302 45731

9 Samosir

0 45295 42787 43856

10 Labuhan Batu

20978 91948 7323 8020

11 Asahan

24475 41719 25729 15975

12 Simalungun

81989 85171 87351 89937

13 Dairi

24871 54717 56118 78330

14 Pakpak Barat

0

2808 2880 2953

15 Karo

10002 24575 25204 37538

16 Deli Serdang

200816 90479 92795 93658

17 Serdang Bedagai 0

24585 25214 25859

18 Langkat

12302 8881 9108 11192

19 Sibolga

0000

20 Tanjung Balai

0

357 366 375

21 Pematang Siantar 723

1258 1290 1059

22 Tebing Tinggi

913 1015 1041 1067

23 Medan

2631 3420 3507 2388

24 Binjai

1299 2392 2456 2391

25 P. Sidempuan

0

0

0

0

JUMLAH

828.043 849.924 870.980 809.705

Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara (2007).

2006 80402 28861 0 0 88762 160221 21185 52994 58836 10445 15300 65484 77813 2777 25852 64042 47394 16360 0 214 1838 1182 1288 1540 0 822.790

Ransum Ternak Babi Ransum adalah makanan yang disediakan bagi ternak untuk 24 jam
(Anggorodi, 1994). Suatu ransum seimbang menyediakan semua zat makanan yang dibutuhkan untuk memberi makan ternak selama 24 jam. Konsumsi ransum sangat dipengaruhi oleh berat badan dan umur ternak. Konsumsi ransum akan

Universitas Sumatera Utara

semakin meningkat dengan meningkatnya berat badan ternak. Jumlah ransum

yang dikonsumsi juga akan bertambah dengan bertambahnya umur ternak.

Tabel 1. Konsumsi ransum dan air minum babi menurut umur/periode

Umur fase produksi Macam ransum

1-4 minggu

Susu pengganti

4-8 mnggu

Pre Starter

8-12 minggu

Starter

12-16 minggu

Grower

16-20 minggu

Grower

20 – dijual

Finisher

Induk

Grower

Dara (6 bln)

Grower

Jantan (6 bln)

Bibit

Induk kering

Bibit

Bunting

Bibit

Induk laktasi

Bibit

Sumber: Sinaga (2010).

Konsumsi (kg/ekor/hari)
0.02-0.05 0.5-0.75 1.00-1.25 1.5-2.00 2.25-2.75 2.75-3.5 1.5-2.00 1.5-2.00 2.50-3.50 2.00-2.50 3.00-4.50 2.00-2.50

Air minum (l/ekor/hari)
0.25-0.5 0.75-2.0 2.0-3.5 3.5-4.0 4.0-5.0 5.0-7.0 6.0-8.0 6.0-8.0 7.0-9.0 7.0-9.0 15.0-20.0 7.0-9.0

Tabel 2. Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak babi (%)

Berat badan (Kg)

Konsumsi TDN
(Kg) (%)

Energi Protein Ca
DE ME (kcal) (Kg) (%) (%)

P (%)

Vitamin A I.V./Kg

1-5 1.25

64

5-10 1.67

70

10-20 2.00

70

20-35 2.50

73

35-60 2.86

73

60-100 3.75

76

Sumber : NRC (1979)

3700 3500 3300 3300 3300 3300

3.60 27.00 3.40 20.00 3.20 18.00 3.20 16.00 3.20 14.00 3.20 13.00

0.90 0.80 0.65 0.60 0.55 0.50

0.70 2200 0.60 2200 0.55 1750 0.50 1300 0.45 1300 0.40 1300

Fermentasi Menggunakan Mikroorganisme Lokal

Fermentasi adalah proses penguraian unsur-unsur organik kelompok

terutama karbohidrat untuk menghasilkan energi melalui reaksi enzim yang

dihasilkan oleh mikroorganisme. Proses fermentasi dapat dikatakan sebagai proses

”protein enrichment” yang berarti proses pengkayaan protein bahan dengan

menggunakan mikroorganisme tertentu (Sarwono, 1996).

Universitas Sumatera Utara

Penambahan bahan-bahan nutrien kedalam fermentasi dapat menyokong dan merangsang pertumbuhan mikroorganisme. Salah satu bahan yang dapat digunakan pada proses fermentasi adalah urea. Urea yang akan ditambahkan pada proses fermentasi akan diurai oleh enzim urease menjadi amonia dan karbondioksida yang selanjutnya digunakan untuk pembentukan asam amino (Fardiaz, 1989).
Menurut jenis mediumnya, proses fermentasi dibagi menjadi 2 yaitu fermentasi medium padat dan fermentasi medium cair. Fermentasi medium padat merupakan fermentasi medium yang digunakan tidak larut tetapi cukup mengandung air untuk keperluan mikroba, sedangkan fermentasi dengan medium cair adalah proses fermentasi yang substratnya larut atau tersuspensi di dalam medium cair (Hardjo et al., 1989). Inokulan Cair
Inokulan cair merupakan salah satu cara pengembangbiakan mikroorganisme yang akan mampu mendegradasi bahan organik. Bahan pembuat inokulan cair ini antara lain air sumur, air tebu, ragi tape, ragi tempe dan yoghurt.
Mikroorganisme dasar dalam inokulan cair ini adalah Saccharomyces yang berasal dari ragi tape, Rhizopus dari ragi tempe dan Lactobacillus dari yoghurt. Mikroorganisma ini mempunyai sifat–sifat sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara

Sifat amilolitik, mikroorganisma yaitu saccharyces akan menghasilkan enzim amylase yang berperan dalam mengubah karbohidrat menjadi volatile fatty acids dan keto acids yang kemudian akan menjadi asam amino.
Sifat proteolitik, mikroorganisma yaitu Rhizopus akan mengeluarkan enzim protease yang dapat merombak protein menjadi polipeptida-polipeptida, lalu menjadi peptide sederhana, dan akhirnya menjadi asam amino bebas, CO2 dan air.
Sifat lipolitik, mikroorganisma yaitu Lactobacillus akan menghasilkan enzim lipase yang berperan dalam perombakan lemak.
Mikroorganisme Fermentasi Rhizhopus sp
Rhizopus sp adalah genus jamur benang yang termasuk filum Zygomycota ordo Mucorales. Rhizopus sp mempunyai ciri khas yaitu memiliki hifa yang membentuk rhizoid untuk menempel ke substrat. Ciri lainnya adalah memiliki hifa coenositik, sehingga tidak bersepta atau bersekat. Miselium dari Rhizopus sp yang juga disebut stolon menyebar diatas substratnya karena aktivitas dari hifa vegetatif. Rhizopus sp bereproduksi secara aseksual dengan memproduksi banyak sporangiofor yang bertangkai. Sporangiofor ini tumbuh kearah atas dan mengandung ratusan spora. Sporagiofor ini biasanya dipisahkan dari hifa lainnya oleh sebuah dinding seperti septa. Salah satu contohnya spesiesnya adalah Rhizopus stonolifer yang biasanya tumbuh pada roti basi (Postlethwait dan Hopson, 2006).
Kapang golongan Rhizopus sp sangat berperan penting dalam proses fermentasi tempe, dan memiliki kemampuan dalam menghasilkan enzim
Universitas Sumatera Utara

β–glukosidase. Selama proses fermentasi kedelai berlangsung menjadi tempe, isoflavon glukosidase dikonversi menjadi isoflavon aglikon oleh enzim β– glukosidase yang disekresikan oleh mikroorganisme. Isoflavon mempunyai potensi yang lebih aktif sebagai antioksidan, antihemolisis, antibakteri, anti jamur dan anti kanker (2,3,4), bila dibandingkan dengan senyawa asalnya yaitu isoflavon glukosida. Perubahan tersebut diantaranya disebabkan oleh aktivitas enzim βglukosidase. Enzim ini selain terdapat didalam kedelai juga diproduksi oleh mikroorganisme selama proses fermentasi berlangsung dan mampu memecah komponen glukosida menjadi aglikon dan gugus gula (Ewan et al., 1992).
Hasil penelitian Rasidi (2002) dengan melakukan fermentasi bungkil kedelai memakai Rhizopus sp, mampu meningkatkan kandungan protein kasar bungkil kedelai dari 41% menjadi 55% dan meningkatkan asam amino sebesar 14,2%, sehingga diduga dapat dipakai untuk alternatif sebagai sebagai bahan pemicu pertumbuhan (Handajani, 2007). Saccharomyces sp
Saccharomyces merupakan genus khamir/ragi/en:yeast yang memiliki kemampuan mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2. Saccharomyces merupakan mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil, termasuk termasuk kelompok Eumycetes. Tumbuh baik pada suhu 30oCdan pH 4,8. Beberapa kelebihan saccharomyces dalam proses fermentasi yaitu mikroorganisme ini cepat berkembang biak, tahan terhadap kadar alkohol yang tinggi, tahan terhadap suhu yang tinggi, mempunyai sifat stabil dan cepat mengadakan adaptasi. Beberapa spesies Saccharomyces mampu memproduksi ethanol hingga 13.01 %. Hasil ini lebih bagus dibanding genus lainnya seperti Candida dan Trochosporon.
Universitas Sumatera Utara

Pertumbuhan Saccharomyces dipengaruhi oleh adanya penambahan nutrisi yaitu unsur C sebagai sumber carbon, unsur N yang diperoleh dari penambahan urea, ZA, amonium dan pepton, mineral dan vitamin. Suhu optimum untuk fermentasi antara 28 – 30 oC. Beberapa spesies yang termasuk dalam genus ini diantaranya yaitu Saccharomyces cerevisiae, Saccharomyces boullardii, dan Saccharomyces uvarum (http://id.wikipedia.org, 2012).
Menurut Lay dan Hastowo (1992), khamir mempunyai peranan penting dalam pembuatan industri makanan. Banyak kegiatan khamir dalam makanan yang dikehendaki untuk dimanfaatkan dalam pembuatan bir, anggur, roti, produk makanan terfermentasi dan sebagai sumber potensial dari protein sel tunggal untuk fortifikasi makanan ternak. Seperti galur atau strain Saccharomyces sp yang hingga saat ini paling banyak digunakan untuk keperluan tersebut.
Ragi mampu menghasilkan enzim yang dapat mengubah subtrat menjadi bahan lain dengan mendapatkan keuntungan berupa energi. Ragi untuk tape merupakan campuran dari bermacam-macam organisme yang hidup bersama secara sinergetik, dimana umumnya terdapat spesies-spesies dari genus Aspergillus yang dapat menyederhanakan amilum, Saccharomyces, Candida, Hansenula yang dapat menguraikan gula menjadi alkohol dan bermacam-macam zat organik lainnya serta bakteri (Acetobacter) yang menumpang untuk mengubah akohol menjadi asam cuka (Dwidjoseputro, 1994). Lactobacillus sp
Lactobacillus adalah genus bakteri gram-positif, anaerobik fakultatif atau mikroaerofilik. Genus bakteri ini membentuk sebagian besar dari kelompok bakteri asam laktat, dinamakan demikian karena kebanyakan anggotanya dapat
Universitas Sumatera Utara

mengubah laktosa dan gula lainnya menjadi asam laktat. Kebanyakan dari bakteri ini umum dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Dalam manusia, bakteri ini dapat ditemukan di dalam vagina dan sistem pencernaan, dimana mereka bersimbiosis dan merupakan sebagian kecil dari flora usus. Banyak spesies dari Lactobacillus memiliki kemampuan membusukkan materi tanaman yang sangat baik. Produksi asam laktatnya membuat lingkungannya bersifat asam dan mengganggu pertumbuhan beberapa bakteri merugikan. Beberapa anggota genus ini telah memiliki genom sendiri. Beberapa spesies Lactobacillus sering digunakan untuk industri pembuatan yogurt, keju, sauerkraut, acar, bir, anggur (minuman), cuka, kimchi, cokelat, dan makanan hasil fermentasi lainnya, termasuk juga pakan hewan, seperti silase. Ada pula roti adonan asam, dibuat dengan "kultur awal", yang merupakan kultur simbiotik antara ragi dengan bakteri asam laktat yang berkembang di media pertumbuhan air dan tepung. Laktobasili, terutama L. casei dan L. brevis, adalah dua dari sekian banyak organisme yang membusukkan bir. Cara kerja spesies ini adalah dengan menurunkan pH bahan fermentasinya dengan membentuk asam laktat (http://id.wikipedia.org, 2012).
Berdasarkan penelitian Jamila et al, (2009) memperoleh kesimpulan bahwa penggunaan Lactobacillus sp dalam proses fermentasi feses ayam cenderung meningkatkan kandungan protein kasar feses ayam tetapi tidak berpengaruh terhadap kandungan serat kasar.
Selama proses fermentasi terjadi, bermacam-macam perubahan komposisi kimia. Kandungan asam amino, karbohidrat, pH, kelembaban, aroma serta perubahan nilai gizi yang mencakup terjadinya peningkatan protein dan penurunan serat kasar. Semuanya mengalami perubahan akibat aktivitas dan
Universitas Sumatera Utara

perkembangbiakan mikroorganisme selama fermentasi. Melalui fermentasi terjadi pemecahan substrat oleh enzim – enzim tertentu terhadap bahan yang tidak dapat dicerna, misalnya selulosa dan hemiselulosa menjadi gula sederhana. Selama proses fermentasi terjadi pertumbuhan kapang, selain dihasilkan enzim juga dihasilkan protein ekstraselluler dan protein hasil metabolisme kapang sehingga terjadi peningkatan kadar protein (Sembiring, 2006).
Kopi Nama-nama jenis kulit kopi sulit ditentukan, karena spesies ditentukan
oleh beberapa pengarang buku dari 25 sampai 100 lebih. (Johnson, 1976) menyusun daftar sebanyak 64% spesies, tetapi ada yang hanya dianggap sebagai varietas saja. Maka jenis spesies yang tepat kurang lebih ada 60. Kebanyakan spesies itu terdapat di Afrika tropis, yakni sebanyak 33 Spp, 14 Spp di Madagaskar, 3 Spp di Mauritius dan Reunion, 10 Spp di Asia Tenggara.
Setelah kopi dipanen, kulitnya dikupas. Kemudian, bijinya dijemur. Biasanya, kulit kopi kecoklatan yang dipisahkan dari biji-biji kopi tersebut akan dibuang begitu saja atau paling tidak kulit kopi yang dipisahkan dari biji itu tadi dikumpulkan lalu dibiarkan hingga busuk. Selanjutnya ditaruh di sekeliling pohon kopi. Maksudnya sebagai pengganti pupuk yang bertujuan untuk menyuburkan tanaman. Umumnya hal seperti itulah yang sering dilakukan petani kopi.
Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah mempunyai proporsi pemanfaatan yang besar dalam ransum. Bahan pakan konvensional yang sering digunakan dalam penyusunan ransum sebagian besar
Universitas Sumatera Utara

berasal dari limbah dan pencarian bahan pakan yang belum lazim digunakan (Azwar dan Azrul, 1983).
Dalam kondisi segar buah kopi terdiri dari kulit buah 45%, mucilage 10%, kulit biji 5% dan biji 40%. Kandungan air yang tinggi pada kulit buah kopi yang diolah secara basah merupakan masalah tersendiri dalam penanganan dan pengangkutan. Karena itu kulit buah kopi harus segera mungkin dikeringkan guna mengindari penjamuran (Murni et.al, 2008).
Buah Kopi Sebagian besar, buah terdapat pada cabang primer atau sekunder
sebagaimana halnya dengan bunga. Dari bunga sampai menjadi buah itu masak, makan waktu 7-9 bulan. Buah kopi yang muda berwarna hijau, tetapi setelah tua menjadi kuning dan kalau masak warnanya menjadi merah. Besar buah kira-kira 11/2 x 1 cm dan bertangkai pendek (AAK, 1980).
Menurut Semangun (1996) Buah terdiri dari kulit dan biji ; a. Kulit
Kulit terdiri dari : 1. Lapisan bagian luar tipis yakni yang disebut Exocarp, lapisan ini kalau
sudah masak berwarna merah. 2. Daging buah, daging buah ini mengandung serabut yang bila sudah masak
berlendir dan rasanya manis, maka sering disukai binatang kera atau musang. 3. Kulit tanduk atau kulit dalam, kulit tanduk ini merupakan lapisan tanduk yang menjadi batas kulit dan biji yang keadaannya agak keras.
Universitas Sumatera Utara

b. Biji Biji terdiri dari dua bagian :
1. Kulit biji yang merupakan selaput tipis membalut biji yakni yang disebut selaput perak atau kulit ari.
2. Putih lembaga (endosperma). Pada permukaan biji yang data salurannya yang arahnya memanjang dan ke dalam, merupakan lubang yang panjang sama dengan bijinya. Sejajar dengan saluran itu terdapat satu lubang yang yang berukuran lebih sempit dan merupakan satu kantong yang tertutup.
Gambar 1. Susunan Buah Kulit Kopi Menurut data statistik (BPS, 2003), produksi biji kopi di Indonesia mencapai 611.100 ton dan menghasilkan kulit kopi sebesar 1.000.000 ton. Jika tidak dimanfaatkan akan menimbulkan pencemaraan yang serius. Sementara ini pemanfaatannya belum optimal dan terbatas untuk pakan ternak, karena mempunyai kendala kandungan serat kasar yang tinggi (33.14%) dan protein yang rendah (8.8).Keuntungan pengolahan ini, selain meningkatkan daya cerna juga sekaligus meningkatkan kadar protein, dapat menghilangkan aflatoksin dan pelaksanaannya sangat mudah, kulit kopi yang telah diamoniasi mempunyai kandungan protein 17.88%, kecernaan 50% (dari 40%), VFA 143 mM (dari 102
Universitas Sumatera Utara

mM) dan NH3 12.04 mM (dari 4.8 mM). Struktur dinding sel kulit kopi menjadi

lebih amorf dan tidak berdebu, sehingga menjadi lebih mudah di handling. Dalam

keadaan tertutup (plastik belum dibuka/bongkar), bahan pakan yang difermentasi

dapat tahan lama.

Tabel 1. Kandungan nilai gizi kulit kopi tanpa amoniasi dan setelah difermentasi.

Zat Nutrisi
Bahan Kering Lemak Kasar Serat Kasar Protein Kasar Abu Kadar Air GE

Tanpa diamoniasi
56,79 4,25 23,67 11,90 16,01 19,97 4,1211

Setelah difermentasi
93,84 2,34 30,40 15,61 17,52 15,29 4,2119

Sumber : Laboratorium Nutrisi Loka Penelitian Sapi Potong (2011)

Menurut Widayati dan Widalestari (1996), berikut ini adalah syarat-syarat

ransum yang baik :

1. Jumlah dan jenis makanan disesuaikan dengan fase ternak. Fase ternak

meliputi fase awal, fase pertumbuhan, fase pembibitan dan fase produksi.

Apabila produksi ternak tinggi tentu semakin tinggi pula jumlah dan mutu

ransum. Demikian pula cara pengelolaannya, ternak yang dikurung tentu

memerlukan jumlah ransum yang lebih banyak dibandingkan dengan

ternak yang dibiarkan bebas.

2. Bentuk fisik ransum harus disesuaikan. Baik untuk ternak unggas maupun

untuk ternak ruminansia, agar nafsu makan dan pencernaan ternak tidak

terganggu.

3. Ransum tidak akan mengakibatkan gangguan pencernaan yang dapat

mengurangi manfaat zat gizi.

Universitas Sumatera Utara

4. Harga bahan tidak tinggi, ketersediaan bahan berkesinambungan dan

bahan tidak mengandung zat-zat beracun.

Table 3. Kandungan zat gizi kulit kopi

Zat Nutrisi

Kandungan (%)

Bahak Kering

89.7

Protein Kasar

6.6

Lemak Kasar

0.72

Serat Kasar

18.69

TDN

27.65

Energi (Mcal/ME)

1901.9

• Hasil Analisa Laboratorium Biokimia dan Enzimatik Balai Penelitian Pasca Panen Pertanian Bogor (2003)
• Laboratorium Nutrisi Loka Penelitian Sapi Potong (2008)

Kulit Kopi Kulit kopi memiliki peran yang cukup penting dan berpotensi dalam
penyediaan pakan ternak. Ternak yang bisa memanfaatkan limbah kopi antara lain maupun ruminansia seperti sapi, kambing, dan domba. Pemanfaatan kulit buah kopi sebagai bahan pakan ternak dapat diberikan dalam bentuk sudah diolah melalui proses fermentase. Pemanfaatan kulit kopi sebagai pakan ternak belum optimal. Dalam pengolahan kopi akan dihasilkan 45 % kulit kopi, 10 % lendir, 5 % kulit ari dan 40 % biji kopi. Utomo (1982) mengatakan bahwa daging buah kopi dihasilkan pada pengolahan buah kopi secara kering atau basah. Lebih lanjut dikatakan bahwa pengolahan secara kering akan dihasilkan daging buah yang berserat dan sedikit kasar. Namun demikian kulit kopi hanya sebagian kecil dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan sebagian besarnya dibuang atau dibenamkan dalam tanah untuk dijadikan pupuk organik pada lahan perkebunan.

Universitas Sumatera Utara

Konsumsi Pakan Tingkat konsumsi adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak, bila
pakan diberikan secara ad libitum. Kesehatan ternak juga sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan. Ternak yang sedikit lemas walaupun gejala penyakitnya belum jelas, nafsu makannya akan turun dan cenderung malas berjalan ketempat pakan maupun minum. Pada keadaan suhu lingkungan yang lebih tinggi dari yang dibutuhkan, nafsu makan akan menurun dan konsumsi air akan meningkat. Akibatnya, otot-otot daging lambat berkembang dan daya tahan tubuhpun menurun (Hardjosworo dan Rukmiasih, 2000).
Jumlah konsumsi bahan kering pakan dipengaruhi beberapa variabel meliputi palatabilitas, jumlah pakan yang tersedia dan konsumsi kimia serta kualitas pakan. Salah satu yang menjadi penentu tingkat konsumsi adalah keseimbangan zat pakan dan makna palatabilitas. Tingkat perbedaan konsumsi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak (bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas). Menurut Departemen Pertanian (2002) yang dapat membuat daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsi ransum adalah palatabilitas.
Ransum ternak dikatakan baik apabila ransum konsumsi ternak secara normal dan menyupai zat - zat makanan dengan perbandingan yang sesuai sehingga fungsi-fungsi fisiologis tubuh berjalan normal, (Parakkasi, 1983).
Dalam mengkonsumsi ransum ternak dipengaruhi oleh faktor, antara lain: umur, palatabilitas ransum, aktivitas ternak, energi ransum dan tingkat protein. Juga ditentukan oleh kualitas dan kuantitas dari ransum yang diberikan serta penggolongannya. Ransum yang diberikan pada ternak harus sesuai dengan umur
Universitas Sumatera Utara

dan berdasarkan kebutuhan, hal ini bertujuan selain untuk mengefisienkan jumlah ransum pada ternak juga untuk mengetahui sejauh mana pertambahan berat badan yang dicapai (Anggorodi, 1979).
Faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi ransum adalah palatabilitas ransum yang meliputi bau, rasa dan tekstur. Lebih lanjut Tilman dkk., (1986) menjelaskan bahwa semakin palatebel suatu bahan pakan semakin banyak jumlah pakan yang di konsumsi.
Tingkat konsumsi (Voluntary Feet Intake) adalah jumlah makanan yang tidak sengaja dikonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan secara ad libitum. Konsumsi adalah faktor essensial yang merupakan dasar untuk hidup dan menyesuaikan dengan kondisi tubuh serta stress yang diakibatkan oleh lingkungan, makanan yaitu sifat dan komposisi kimia makanan yang dapat mempengaruhi konsumsi (Parakkasi, 1995). Menurut Cahyono (1995) konsumsi juga dipengaruhi oleh palatabilitas pakan tersebut.
Konsumsi ransum merupakan kegiatan masuknya sejumlah unsur nutrisi yang ada dalam pakan tersebut (Wahyu, 1985).
Pertumbuhan yang cepat ada kalanya didukung oleh konsumsi ransum yang lebih banyak pula (Rasyaf, 2000).
Konsumsi ransum dapat dipengaruhi oleh beberapa cekaman antara lain seperti penyakit, defisiensi zat makanan, kondisi berdebu¸terlalu padat, kotor, kondisi lingkungan yang tidak baik, vaksinasi, pengobatan, rebut yang tidak biasa, pemindahan, penangkapan, memasukkan ke dalam peti, yang semuanya itu menciptakan cekaman (Wahyu, 1997).
Universitas Sumatera Utara

Konversi Pakan Konversi pakan adalah jumlah pakan yang dikonsumsi seekor ternak babi
dalam waktu tertentu, guna membentuk pertambahan berat badan dalam satuan tertentu. Angka konversi menunjukkan tingakat efisiensi pengguanaan pakan artinya jika angka konversi pakan semakin besar maka penggunaan pakan tersebut kurang ekonomis atau boros (Anonimous, 1988).
Konversi ransum adalah ransum yang habis dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu dibandingkan dengan pertambahan bobot badan (pada waktu tertentu) semakin baik mutu ransum semakin kecil konversinya (Rasyaf, 1995). Menurut Tilman et al., (1986), semakin banyak ransum yang dikonsumsi untuk menghasilkan satu satuan produksi maka semakin buruklah konversi ransum. Baik buruknya konversi ransum ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya ransum, temperatur, lingkungan dan tujuan pemeliharaan serta genetik.
Konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah yang dikonsumsi pada waktu tertentu dengan produksi yang dihasilkan (pertambahan bobot badan atau produksi yang dihasilkan) dalam kurun waktu yang sama. Konversi pakan adalah indikator teknis yang dapat menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, semakin rendah konversi pakan berarti semakin baik (Anggorodi, 1985).
Universitas Sumatera Utara

HASIL D

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Kulit Buah Kakao Dan Kulit Buah Pisang yang Difermentasi Berbagai Bioaktivator Terhadap Performans Kambing Kacang Jantan Lepas Sapih

2 68 57

Analisis Usaha Pemanfaatan Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L,.)Difermentasi Rhizopus sp, Saccharomyces sp dan Lactobacillus sp Terhadap Ternak Babi Jantan Peranakan Landrace

3 67 60

Substitusi Dedak Padi Dengan Pod Kakao(Theobroma cacao L) Dipermentasi Dengan Rhizopus SP, Saccharomyces SP, Lactobacilus SP Terhadap Performans Ternak Babi Perternakan Larance Jantan

0 46 68

Pemanfaatan Kulit Daging Buah Kopi yang Diamoniasi pada Pakan Domba terhadap Performans Domba Lokal Jantan Lepas Sapih

0 52 85

PENGARUH RANSUM YANG MENGANDUNG AMPAS TAHU DIFERMENTASI DENGAN Saccharomyces Sp. TERHADAP KOMPOSISI FISIK KARKAS BROILER UMUR 6 MINGGU.

0 0 28

Pemanfaatan Kulit Buah Kakao Dan Kulit Buah Pisang yang Difermentasi Berbagai Bioaktivator Terhadap Performans Kambing Kacang Jantan Lepas Sapih

0 1 16

PEMANFAATAN KULIT BUAH KAKAO DAN KULIT BUAH PISANG YANG DIFERMENTASI BERBAGAI BIOAKTIVATOR TERHADAP PERFORMANS KAMBING KACANG JANTAN LEPAS SAPIH

0 0 11

Pemanfaatan Kulit Daging Buah Kopi Yang Difermentasi Dengan Rhizopus Sp, Saccharomyces Sp Dan Lactobacillus Sp Terhadap Performans Babi Yorkshire Jantan Umur 4-6 Bulan

0 0 20

Pemanfaatan Kulit Daging Buah Kopi Fermentasi dengan Mikroorganisme Lokal Terhadap Performa Kerbau Murrah Jantan

0 0 14

ANALISIS USAHA PEMANFAATAN POD KAKAO (Theobroma cacao L,.) DIFERMENTASI Rhizopus sp,

0 1 12