METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu

Prosedur Penelitian Persiapan Persiapan merupakan kegiatan awal dalam mengumpulkan data dan peralatan yang dapat menunjang pelaksanaan penelitian. Tahap pengumpulan data tentang kondisi lokasi penelitian yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat NTB, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Universitas Mataram Fakultas Pertanian Program Studi Perikanan. Manfaat dari tahapan ini adalah penyusunan rencana penelitian, ketika dilapangan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Pengumpulan data primer Pengumpulan data primer meliputi suvei lapangan dan pemukiman sekitar perairan Teluk Jor. Survei perairan meliputi parameter yang telah ditentukan dengan metode standar ilmiah pengambilan dan penyimpanan kualitas air. Sedangkan survei pemukiman dilakukan dengan cara visual dan wawancara langsung dengan masyarakat budidaya lobster dengan berdasarkan kuisioner yang telah disusun. Dalam pengumpulan data primer kualitas perairan Teluk Jor dibutuhkan peralatan survei yang dapat menunjang keakuratan data, peralatan yang dibawa kelapangan merupakan peralatan yang sifatnya portabel dan multifungsi sehingga mempermudah ketika pengambilan sampel kualitas air. Adapun metode dan alat sampling di tampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Metode dan alat sampling kualitas air perairan Teluk Jor No Parameter Unit Alat Metode Fisika 1 Suhu o C Thermometer Insitu 2 Kecerahan m Piring Sechi Disk Insitu 3 TSS ppm Turbidimeter Laboratorium 4 Kecepatan arus cmdet Current meter Insitu 5 Pasang Surut cm Papan skala Insitu Kimia 6 pH pH meter Insitu 7 Salinitas psu Handfraktometer Insitu 8 Oksigen terlarut ppm DO meter Laboratorium 9 Orthophosphat ppm Spektrometer Laboratorium 10 Nitrat ppm Spektrometer Laboratorium 11 Nitrit ppm Spektrometer Laboratorium Prosedur Analisis Data Penelitian ini menggunakan beberapa analisis yang dibagi menjadi dua tahapan. Tahapan pertama merupakan analisis kesesuaian lahan Teluk Jor Lombok Timur bagi pengembangan budidaya lobster sistem KJA. Selanjutnya, tahapan kedua analisis daya dukung lingkungan perairan untuk budidaya Lobster teknik KJA. Analisis data dilakukan secara sistimatis berurutan untuk mempermudah pengolahan data dan memiliki keterkaitan, sistematika analisis dapat dijelaskan sebagai berikut ; Analisis kesesuaian lahan budidaya lobster dengan teknik KJA Penentuan kelayakan perairan untuk lahan pengembangan budidaya KJA dilakukan dengan metode pembobotan. Data kondisi fisik perairan Teluk Jor, infrastruktur, sosial ekonomi, dan status penggunaan perairan dijadikan acuan dalam menentukan kriteria kesesuian lahan, yang terbagi kedalam kategori 1 yang terkait dengan proses biologi komoditas budidaya dengan bobot 40 , kategori 2 terkait dengan desain tata letak dan konstruksi sarana budidaya dengan bobot 30 , dan kategori 3 terkait dengan aspek sosial ekonomi dan kelembagaan dengan bobot 30 , masing-masing kategori memiliki parameter dan persentase bobot. Setiap parameter memiliki skor yang terbagi kedalam tiga kategori yaitu nilai 3 sesuai dimana nilai parameter berada pada rentang yang optimal, 2 cukup sesuai dimana nilai parameter berada pada rentang yang direkomendasikan dan 1 tidak sesuai dimana nilai parameter berada diluar yang direkomendasikan. Untuk memperoleh nilai setiap parameter maka persentase bobot dikalikan dengan nilai skor untuk masing-masing parameter yang diperoleh dari pengukuran dan pengamatan lapangan. Untuk mendapatakan nilai kalayakan, maka masing-masing bobot parameter dikalikan dengan nilai skor. Kesesuaian lahan untuk budidaya lobster teknik KJA di laut dibagi kedalam 3 klasifikasi, Sesuai S1 dengan nilai 67-100, cukup sesuai S2 dengan nilai 34-66, dan tidak sesuai S3 dengan nilai lebih kecil dari 33. Penentuan kelayakan lahan budidaya KJA di modifikasi dari Beveridge 1996 di dalam Rachmansyah 2014. Tahapan analisis dengan GIS Dukungan GIS dan kapasitas daya dukung untuk wilayah pesisir telah dimanfaatkan untuk pengembangan budidaya laut Scott 2013. Penentuan lokasi dan luas perairan yang layak bagi budidaya lobster sistem KJA dilakukan dengan bantuan perangkat Sistem Informasi Geografis GIS. perangkat lunak yang digunakan adalah software ArcGis versi 10, surfer 7, map info 10. Proses analisis dapat dilihat pada diagram alir proses penentuan lokasi bagi budidaya lobster teknik KJA disajikan pada Gambar 5. Pengumpulan dan penyiapan data Tahapan awal dalam melakukan analisis GIS adalah menyiapkan peta dasar yang menjadi acuan pemasukan data spasial maupun data atribut. Peta dasar yang digunakan adalah peta Lingkungan Pantai Indonesia skala 1 : 50.000, yang diperolah dari Badan Informasi Geospasial BIG. Data primer yang berhubungan dengan lingkungan perairan bersumber dari laporan, statistik maupun hasil pengukuran langsung di lapangan. Penyusunan basis data Setelah data dikumpulkan maka dilakukan penyusunan basis data yang merupakan tahapan kedua dalam pengaplikasian Sistem Informasi Geografis GIS. Penyusunan basis data sangat tergantung pada maksud dan tujuan dari penggunaan GIS. Basis data GIS berisi sekumpulan data yang berasal dari berbagai sumber dan jenis data, baik berupa data spasial maupun data atribut. Sehubungan dengan aplikasi GIS yang digunakan untuk menentukan lokasi yang sesuai untuk budidaya lobster teknik KJA, maka data biofisik perairan yang diperoleh dari pengukuran di lapangan dimasukan ke dalam basis data. Data ini umumnya berbentuk titik spasial objek dengan sepasang koordinat X dan Y yang tidak mempunyai dimensi panjang dan luas area. Data yang di hasilkan dari pengukuran parameter lingkungan nantinya akan dibentuk suatu layer yang akan dimasukan dalam peta dasar yang telah tersedia. Untuk data atribut yang bersifat tabular dikompilasikan dengan perangkat lunak microsoft excel terlebih dahulu sebelum dimasukan ke basis data ArcGIS. Apabila basis data telah terbentuk selanjutnya peta digitasi yang ada ditransformasi ke dalam sistem proyeksi tranverse mercatoe dengan grid UTM Universal Transverse Mercator. Setelah peta tematik setiap parameter terbentuk dilakukan operasi penggabungan union atau tumpang susun overlay operation dengan software ArcGis 10 terhadap parameter kesesuaian lahan budidaya lobster sistem KJA. Operasi tumpang susun ini ditetapkan urutan dari setiap layer yang dilibatkan sesuai dengan tingkat kepentingan. Operasi tumpang susun dimulai dari layer paling penting ke kurang penting sehingga diperoleh peta kesesuaian lahan. Penyusunan matriks kesesuaian lahan berdasarkan parameter utama penilaian merupakan tahapan penting dalam menyiapkan data yang akan dianalisis. Penentuan kesesuaian lahan budidaya KJA dimodifikasi dari kriteria yang dikembangkan oleh Tiensongrusme et al. 1986 di dalam Adibrata 2012. Analisis penentuan daya dukung Salah satu pendekatan dalam menentukan daya dukung lingkungan bagi pengembangan budidaya lobster dalam KJA di laut, yaitu dengan pendekatan Persyaratan Biofisik Perairan Data Primer Peta Kesesuaian Lahan Budidaya laut Teknik KJA Peta Dasar Peta Tematik Analisis Spasial Gambar 5. Diagram alur penentuan kesesuaian lahan budidaya lobster yang mengacu pada loading total-P dari sistem budidaya yang terbuang ke lingkungan perairan. Pendugaan daya dukung lingkungan perairan untuk budidaya lobster di laut mengacu pada tahapan yang dikemukakan oleh Beveridge 1987 dengan tahapan sebagai berikut :  Menghitung luasan permukaan dari badan air adalah A-ha  Rataan kedalaman Z = VA meter dihitung dari survey oseanografi dan peta bathymetri, di mana V adalah volume badan air m 3 .  Flushing koefisien ρ th -1 dihitung dari sampling outflow pasang surut, dihitung berdasarkan formula yang dalam Barg 1992, sebagai berikut : D = Vh-VlT x Vh Di mana Vh-Vl adalah volume pergantian setiap pasang dan surut Vh = volume tertinggi air dari badan air saat pasang m 3 Vl = volume terendah air badan air saat surut m 3 T = periode pasang dalam sehari Dari data di atas maka daya dukung lingkungan perairan dapat ditentukan dengan tahapan sebagai berikut : Tahap 1 . Mengukur steady state [P] i dari konsentrasi total-P, yang ditentukan berdasarkan rataan tahunan konsentrasi total-P dalam badan air, diperoleh dari sejumlah sampel yang representative selama satu tahun, misalkan P mg m -3 . Tahap 2 . Menentukan [P] maksimum yang dapat diterima oleh badan air [P] f akibat adanya budidaya. Tahap 3 . Menentukan kapasitas badan air untuk budidaya lobster secara intensif , yaitu selisih antara [P] sebelum dimanfaatkan untuk budidaya [P] i dengan [P] maksimum yang dapat diterima [P] f setelah keberadaan KJA, sehingga = [P] f -[P] i Oleh karena berhubungan dengan loading P dari KJA yaitu L fish , luasan badan air A, laju pembilasan dan kemampuan badan air untuk menangani loading P, maka : = L fish 1- R fish Zρ L fish = Z ρ 1-R fish R fish = x + [1- xR]; di mana R = 11+ρ 0,5 Di mana, adalah total –P g m -3 , L fish total-P g m -2 th -1 ; Z rataan kedalaman badan air dalam meter; ρ adalah laju pembilasan volume th -1 ; R fish total –P yang larut ke dalam sedimen; x total –P yang hilang secara permanen ke dalam sedimen. Tahap 4. Jika telah diketahui luasan badan air A m 2 , loading total-P yang dapat diterima L fish g th -1 , loading total-P yang hilang ke lingkungan selama budidaya kg-Pton ikan, maka dapat dihitung jumlah ikan ton th - 1 yang dapat diproduksi, yaitu : L fish x A total –P Nilai kapasitas produksi ini akan digunakan sebagai petunjuk awal dalam menentukan daya dukung badan air untuk produksi lobster dalam KJA.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi

Teluk Jor sejak 2000 telah menjadi kawasan budidaya lobster sistem KJA oleh masyarakat lokal, usaha budidaya lobster telah menjadi pekerjaan utama dalam memenuhi hidup keluarga dan pendidikan. Pertumbuhan usaha budidaya lobster tahun 2000-2010 menunjukkan trend peningkatan, sejak tahun 2010 produk lobster mengalami penurunan akibat penyakit dan kelangkaan benih. Budidaya lobster system KJA oleh masyarakat hanya proses pembesaran dengan mengambil benih dari alam yang didatangkan dari Teluk Ekas, Dompu dan Bima. Teluk Jor terbagi atas dua bagian yaitu perairan bagian dalam dan perairan pada bagian mulut teluk. Bagian dalam Teluk Jor memiliki kecepatan arus yang lambat, sedangkan bagian mulut teluk kecepatan arus yang lebih cepat dan dinamis. Teluk Jor merupakan perairan dengan arus 3-38 cmdetik dan berhadapan langsung dengan Selat Alas yang mampu memberikan input massa air untuk melakukan proses asimilasi limbah, sehingga kondisi perairan Teluk Jor mampu mendukung usaha budidaya lobster sistem KJA. Gambar 6 . Peta stasiun pengamatan kualitas air Teluk Jor Kualitas Air Untuk menentukan kualitas air Teluk Jor maka dilakukan satu kali pengambilan sampel pada 15 titik pengamatan. Penentuan pengambilan air sampel mewakili beberapa lokasi perairan, yaitu stasiun jauh dari pengaruh kegiatan KJA, sampai daerah yang terdapat banyak KJA. Hasil analisis kualitas air ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil analisis kualitas air perairan Teluk Jor Parameter satuan Kualitas air Baku Mutu Perairan min maks direkomendasikan Sumber Suhu ⁰C 28 33 27-32 SNI 8116 : 2015 Kedalaman m 1 7 min 6 SNI 8116 : 2015 Kecerahan m 0,7 3,5 2 SNI 8116 : 2015 TSS mgl 0,07 0,27 20 KLH N0 51 2004 Kecepatan Arus cmdet 3 38 pH 8,2 8,7 8-8.5 SNI 8116 : 2015 Salinitas psu 29 36 34-36 SNI 8116 : 2015 DO mgl 3,23 4,34 5 SNI 8116 : 2015 Fosfat mgl 0,03 0,28 0,015 KLH N0 51 2004 Nitrat mgl 0,5 4 0,008 KLH N0 51 2004 Nitrit mgl 0,02 0,03 Amonia mgl 0,001 0,009 0.1 SNI 8116 : 2015 Suhu Suhu perairan pada saat pengamatan secara keseluruhan berkisar antara 28- 33 C. Hasil pengukuran pada 2012 yang dilakukan oleh BBL lombok di Teluk Jor menunjukkan suhu perairan berkisar antara 28-29 C, nilai ini tidak jauh berbeda dengan pengamatan pada tahun 2014. Berdasarkan acuan dari Standar Nasional Indonesia parameter suhu untuk mendukung keberlanjutan hidup budidaya lobster system KJA antara 28-31 o C. Perbedaan mungkin terjadi karena berbeda intensitas penyinaran matahari pada saat pengambilan data suhu perairan. Dilihat dari nilai rata-rata nilai suhu sebesar 31 o C maka nilai ini merupakan kondisi suhu yang sesuai untuk pertumbuhan lobster. Hal ini memberikan peluang bahwa berdasarkan nilai suhu di lokasi penelitian dapat dikembangkan untuk budidaya lobster dengan sistem KJA. Hasil pengukuran menunjukkan pada stasiun 1 satu yang merupakan stasiun kontrol di luar Teluk Jor memiliki suhu terendah 28,9 C, sedangkan suhu tertinggi pada stasiun 12 yang merupakan area yang berdekatan dengan daratan. Perbedaan suhu setiap stasiun dipengaruhi oleh waktu pengukuran dan jarak perairan dengan daratan. Pada lokasi sekitar budidaya sistem KJA memiliki suhu berkisar antara 29-30 C, sesuai bagi pengembangan budidaya lobster. Perubahan kondisi suhu perairan Teluk Jor dapat mempengaruhi keberlangsungan hidup budidaya lobster system KJA, karena suhu mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biologi perairan dapat meningkatkan tingkat stres lobster hingga ukuran menjadi kerdil dan berakhir pada kematian. Kondisi suhu perairan yang relatif stabil mampu mendukung pertumbuhan lobster pada kegiatan budidaya sistem KJA di perairan Teluk Jor. Menurut Gunarso 1985 ikan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun 0.03 º C. Suhu air yang baik, dan layak untuk usaha budidaya ikan laut adalah 27-32 º C. Sebaran data suhu setiap stasiun tidak menunjukkan kondisi yang dapat mempengaruhi kehidupan biota perairan suhu ekstrim. Nilai suhu seluruh stasiun pengamatan tidak berbeda jauh sehingga masih tergolong normal dan dapat ditolelir oleh biota perairan.