Penguatan kelembagaan pengelolaan Teluk Jor

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan 1. Berdasarkan penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa perairan Teluk Jor masuk dalam kategori berisiko terjadinya dampak eutrofikasi, sehingga perlu dilakukan langkah strategis penanganan limbah, penggunaan pakan rendah polusi dan budidaya terpadu antara macroalgae ulva lactusa, filter feeder oyster dan mussel, dan deposit feeders teripang. . 2. Berdasarkan parameter biofisik dan lingkungan perairan Teluk Jor, dengan menggunakan analisis spasial maka perairan Teluk Jor layak dikembangkan budidaya sistem KJA dengan komoditas lobster. Dengan kesesuaian lahan seluas 221, 08 ha atau 37 dari luas total perairan Teluk Jor. 3. Jumlah unit eksisting KJA perairan Teluk Jor 125 unit telah melampaui jumlah optimum daya dukung unit KJA 60 unit, sehingga dikuatirkan akan menimbulkan permasalahan lingkungan perairan yang berdampak kepada kerugian ekonomi bagi pembudidaya lobster. Saran Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini terhadap pengelolaan Teluk Jor bagi pengembangan budidaya perikanan terutama lobster Panulurus sp, yakni ; 1. Untuk menghambat laju degradasi lingkungan akibat buangan limbah pakan budidaya lobster, maka diperlukan alternatif kebijakan salah satunya dengan rasionalisasi upaya dengan mengurangi jumlah keramba jaring apung sesuai dengan daya dukung, sehingga dapat menekan besarnya buangan limbah pakan ke perairan Teluk Jor. 2. Kelembagaan masyarakat usaha budidaya lobster dengan sistem keramba jaring apung perlu dilakukan penguatan kelompok masyarakat agar dapat membantu pengelolaan Teluk Jor dan sistem pemasaran lobster. 3. Menerapkan sistem monitoring dan evaluasi serta pendataan yang baik dan sistimatis sehingga tersedia data yang akurat mengenai kondisi kualitas air dari perairan Teluk Jor.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Adibrata S. 2012. Evaluasi kesesuaian kawasan untuk pengembangan budidaya kerapu Serranidae di perairan Pulau Pongok Kabupaten Bangka Selatan. [Tesis]. Bogor ID Institut Pertanian Bogor. Andrewartha SJ, Elliott NG, McCulloch JW, Frappell PB. 2015. Aquaculture Sentinels: Smart-farming with Biosensor Equipped Stock. Journal Aquaculture Research and development. 7; 1-4 [APHA] American Public Health Association.1989. Standard methods for the examination of water and wastewater.17th edition, Washington D.C US. American Public Health Association. Barg UC. 1992. Guedelins for the promation of environmental management of coastal aquaculture development. Romea. FAO Fisheries Technical Paper. [BBL] Balai Budidaya Laut Lombok. 2013. Laporan akhir monitoring perairan Teluk Jor. Lombok Barat. Beveridge MCM. 1982. Cage and pen fish farming, carrying capacity models and environmental impact. Food And Agriculture Organization Of The United Nations. Rome. -----------------------.1987. Cage aquaculture. London. Fishing News Books Ltd. -----------------------.1996. Cage Aquaculture. Second edition. London. Fishing news books Ltd. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Timur. 2010. Kabupaten Lombok Timur dalam angka tahun 2009. Lombok Timur. NTB. -------- Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Timur. 2013. Kecamatan Jerowaru dalam angka tahun 2012. Lombok Timur. NTB. Boyd CE, Lichtkoppler F. 1979. Water quality management in freshwater Ponds. Australia. Department of Fisheries . Byron CJ, Costa-Pierce BA. 2010. Carrying Capacity Tools for Use in the Implementation of an Ecosystems Approach to Aquaculture. Presented at the FAO Expert Workshop on Aquaculture Site Selection and Carrying Capacity Estimates for Inland and Coastal Waterbodies. Institute of Aquaculture, University of Stirling, Stirling, U.K. Byron C, Bengston D, Coasta-Pierce B, Callanni J. 2011c. Integrating science into management: ecological carrying capacity of bivalve shellfish aquaculture. Marine Policy 35: 363-370 Cao L, Wang W, Yang Y, Yang C, Yuan Z, Xion S, Diana J. 2007. Enviromental impact of aquaculture and countermeasures to aquaaculture pollution in China. Env. Sci pollut res. 14 7;452-462. Carver CEA, Mallet AL. 1990. Estimating carrying capacity of a coastal inlet for mussel culture. Aquaculture 88: 39-53. Chen N, Hong H. 2012. Integrated management of nutrients from the watershed to coast in the subtropical region. Current opinion in environmental sustainability 4:233-242. Elseivier. Clark JR.1996. Coastal Zones Management Handbook. Washington USA . Lewis Publisher. Connel DW, Miller GJ. 1995. Kimia dan Otoksikologi Pencemaran. Cetakan Pertama. Jakarta ID. Universitas Indonesia. Cranford PJ, Kamermans P, Krause G, Mazurié J, Buck BH, Dolmer P, Fraser D, Van Nieuwenhove K, O‟Beirn FX, Sanchez-Mata A, Thorarinsdótir GG, and Strand O. 2012. An ecosystem-based approach and management framework for the integrated evaluation of bivalve aquaculture impacts. Aquacult. Environ. Interact. 2: 193-213. Dahuri R, Rais J, Ginting SP, Sitepu MJ. 2006. Sumber daya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu. Jakarta ID. PT Pradnya Paramita. Darte P, Menese R, Hawkins AJS, Zhu M, Fang J, Grant J. 2003. Mathematical modeling to assess the carrying capacity for multi-spesies culture within coastal waters. Portugal. Ecological modelling 168; 109-143. Davis ML, Cornwell DA. 1991. Introduction to environmental engineering second edition. New York. Mc-Graw-Hill, Inc. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2002. KEPMEN No 10 tahun 2002 tentang pedoman umum perencanaan pengelolaan pesisir terpadu. Jakarta ID.