BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perdagangan Antarnegara
Tingkat perekonomian yang paling maju ialah perekonomian terbuka, di mana dalam perekonomian terbuka ini selain sektor rumah tangga, sektor
perusahaan, dan pemerintah juga sudah ada sektor luar negeri karena penduduk yang berada di negara yang bersangkutan telah melakukan perdagangan dengan
penduduk negara lain. Suatu negara yang memproduksi lebih dari kebutuhan dalam negeri dapat mengekspor kelebihan produksi tersebut ke luar negeri,
sedangkan yang tidak mampu memproduksi sendiri dapat mengimpornya dari luar negeri.
Perdagangan antarnegara adalah kegiatan memperdagangkan output barang dan atau jasa, yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan
penduduk dari negara lain. Perdagangan yang dilakukan antara penduduk suatu negara dengan penduduk dari negara lain dilakukan atas prinsip sukarela, tanpa
paksaan dari pihak manapun. Adapun pengertian penduduk di sini bisa berarti warga negara, perusahaan, dan bisa juga lembaga atau departemen pemerintah.
Perdagangan antarnegara timbul karena pada hakekatnya tidak ada satu negara pun di dunia ini yang dapat menghasilkan semua barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan seluruh penduduk. Walaupun berbagai kebutuhan penduduk bisa dihasilkan di dalam negeri, tetapi dalam banyak hal sering lebih murah
mengimpor barang-barang yang diperlukan dari luar negeri daripada harus dihasilkan sendiri di dalam negeri.
Motivasi utama untuk melakukan perdagangan antarnegara adalah mendapatkan keuntungan dari perdagangan, meningkatkan pendapatan dan
menurunkan biaya. Perdagangan antarnegara memberikan akses terhadap barang yang lebih murah bagi konsumen dan pemilik sumberdaya resources untuk
memperoleh peningkatan pendapatan karena menurunnya biaya produksi. Menurut Deliarnov 1995 adanya perdagangan antarnegara akan
memberikan keuntungan kepada suatu negara berupa:
Apa saja yang tidak bisa dihasilkan di dalam negeri, sekarang bisa
dinikmati dengan jalan mengimpornya dari negara lain.
Perdagangan antarnegara memungkinkan dilakukannya spesialisasi sehingga barang-barang bisa dihasilkan secara lebih murah karena lebih
cocok dengan kondisi negara tersebut, baik dari segi bahan mentah atau cara berproduksi.
Negara yang melakukan perdagangan antarnegara dapat memproduksi
lebih besar daripada yang dibutuhkan pasar dalam negeri, dengan demikian tingkat perekonomian dan sekaligus pendapatan nasional bisa
ditingkatkan, dan angka pengangguran bisa ditekan.
Keinginan memproduksi barang dengan kualitas yang lebih baik, terciptanya iklim persaingan yang sehat, sarana pemasukan modal asing,
meningkatkan teknologi dan sebagainya. Perdagangan antarnegara salah satu sumber utama kemakmuran negara.
Alasannya, perdagangan merupakan salah satu sumber devisa. Untuk mampu mengekspor negara tersebut harus mampu menghasilkan barang-barang dan jasa
yang mampu bersaing di pasaran internasional. Kemampuan bersaing ini sangat ditentukan oleh banyak faktor, antara lain sumber daya alam, sumber daya
manusia, teknologi, manajemen dan bahkan juga sosial budaya. Semua faktor di atas nanti akan menentukan mutu dan harga barang-barang yang dihasilkan. Kalau
mutu rendah, minat orang luar negeri untuk membeli barang tersebut akan rendah pula. Begitu pula kalau harga yang ditawarkan terlalu mahal, orang akan mencari
hasil produksi dari negara lain yang relatif lebih murah. Dewasa ini perdagangan antarnegara lebih banyak didominasi oleh
persaingan antarnegara penghasil produk yang sama dengan memperhatikan daya saing produk terebut. Selain keuntungan di atas, menurut Putong 2003
keuntungan spesialisasi lainnya adalah keuntungan persaingan competitive advantage, yaitu keuntungan yang diperoleh suatu negara dibandingkan dengan
negara lainnya karena kemampuan negara tersebut dalam melayani kebutuhan pasar, dalam arti meski semua negara bisa menghasilkan produk yang sama
dengan tingkat efisiensi yang relatif sama namun dari segi mutu, pelayanan dan pemasaran lebih unggul dibandingkan dengan negara lainnya.
Fungsi Produksi
Fungsi produksi production function adalah hubungan teknis yang menghubungkan antara faktor produksi inputs dan hasil produksinya outputs
Sudarsono, 1995. Faktor produksi adanya bersifat mutlak agar produksi dapat dijalankan
untuk menghasilkan produk. Fungsi produksi menggambarkan teknologi yang dipakai oleh suatu perusahaan, suatu industri atau suatu perekonomian secara
keseluruhan. Dalam keadaan teknologi tertentu hubungan antara input dan outputnya tercermin dalam rumusan fungsi produksinya. Suatu fungsi produksi
menggambarkan semua metode produksi yang efisien secara teknis dalam arti menggunakan kuantitas bahan mentah yang minimal, tenaga kerja yang minimal
dan barang-barang modal lain yang minimal. Dornbusch R, 2008 menyatakan fungsi produksi sebagai hubungan
kuantitatif antara input dan output. Output tumbuh melalui kenaikan input dan kenaikan produktivitas yang terjadi sebagai akibat perbaikan dalam teknologi dan
peningkatan kemampuan angkatan kerja. Formula umum untuk fungsi produksi adalah :
,
2.1 Pada formula 2.1 diasumsikan bahwa tenaga kerja
dan modal adalah
satu-satunya input utama. Persamaan 2.1 menunjukkan bahwa output bergantung pada input-input dan tingkat teknologi
atau produktivitas. Semakin tinggi , semakin besar output yang dihasilkan dengan input tertentu.
Lebih banyak input berarti lebih banyak output. Dengan kata lain, produk marginal tenaga kerja Marginal Product of LaborMPL yang merupakan
kenaikan dalam output yang dihasilkan oleh kenaikan dalam tenaga kerja dan produk marginal modal Marginal Product of CapitalMPC yang mendefinisikan
kenaikan dalam output yang dihasilkan oleh kenaikan dalam modal, keduanya adalah positif.
Dari fungsi produksi pada persaman 2.1 akan dicari perubahan output bila tenaga kerja berubah sebesar
∆ ,
modal berubah sebesar
∆ ,
dan teknologi berubah sebesar
∆ .
Perubahan dalam output akan menjadi
∆ ∆
∆ , ∆ ,
kedua ruas dibagi dengan
,
dan melakukan simplikasi akan menghasilkan
∆ ∆
∆ ∆
.
Bagian pertama di ruas kanan dikalikan dan dibagi dengan dan bagian kedua dengan
: ∆
∆ ∆
∆ .
Dalam perekonomian kompetitif, faktor dibayar atas marginal product-nya sehingga MPL =
,
di mana adalah upah riil. Total pembayaran kepada tenaga kerja adalah tingkat upah dikali jumlah tenaga kerja,
; total pembayaran tenaga kerja sebagai bagian dari seluruh pembayaran adalah
.
Argumen untuk modal adalah analog. Sekarang substitusi
proporsi tenaga kerja untuk dan
proporsi modal untuk ke dalam persamaan di atas, sehingga
menjadi persamaan penghitungan pertumbuhan growth accounting equation berikut
∆ ∆
∆ ∆
.
2.2 Persamaan 2.2 menunjukkan bahwa pertumbuhan output sama dengan
proporsi tenaga kerja dikali pertumbuhan tenaga kerja, ditambah proporsi modal dikalikan pertumbuhan modal, dan ditambah tingkat perbaikan teknologi
technical progress, di mana dan adalah penimbang yang nilainya sama dengan proporsi tenaga kerja terhadap pendapatan dan proporsi modal terhadap
pendapatan. Persamaan 2.2 merangkum kontribusi input dan perbaikan produktivitas
terhadap pertumbuhan output:
Tenaga kerja dan modal masing-masing menyumbang jumlah yang nilainya sama dengan tingkat pertumbuhan individual mereka dikali
dengan proporsi input tersebut dalam pendapatan.
Tingkat perbaikan teknologi, disebut perkembangan teknis dalam bagian ketiga dari persamaan 2.2.
Di antara sekian banyak formula fungsi produksi, salah satunya adalah fungsi produksi Cobb-Douglas, yaitu
.
Ada beberapa kemungkinan nilai dan , yaitu
jika
,
maka faktor produksi modal mempunyai kemampuan lebih besar daripada tenaga kerja modal dominan sehingga disebut padat
modal capital intensive;
jika
,
maka faktor produksi tenaga kerja lebih dominan daripada modal sehingga disebut padat karya capital intensive;
jika
,
maka berlaku increasing return to scale. Artinya setiap penambahan faktor produksi secara bersama-sama akan memberikan
tambahan pada output;
jika
,
maka berlaku decreasing return to scale. Artinya setiap penambahan faktor produksi justru akan menurunkan output;
jika
,
maka berlaku constant return to scale. Artinya setiap penambahan faktor produksi tidak memberikan dampak naik atau turun
terhadap output. Fungsi produksi Cobb-Douglas memiliki pendekatan yang amat baik pada
perekonomian riil. Para ekonom banyak menggunakan bentuk fungsional Cobb- Douglas karena memberikan deskripsi perekonomian yang relatif akurat dan amat
mudah dikerjakan secara aljabar, contoh marginal product of capital:
, .
Teori-Teori Perdagangan Antarnegara
Teori-teori tentang pedagangan antarnegara telah memperlihatkan bahwa perdagangan antarnegara yang bebas dapat meningkatkan kesejahteraan negara-
negara yang terlibat dalam perdagangan tersebut. Berikut ini akan dijelaskan beberapa teori perdagangan antarnegara menurut perkembangannya.
Teori Keunggulan Absolut Adam Smith
Adam Smith mengajukan teori perdagangan antarnegara yang dikenal dengan teori keunggulan absolut absolut advantage. Ia berpendapat bahwa jika
suatu negara menghendaki adanya persaingan, perdagangan bebas dan spesialisasi di dalam negeri, maka hal yang sama juga dikehendaki dalam hubungan
antarbangsa. Karena hal itu ia mengusulkan bahwa sebaiknya semua negara lebih baik berspesialisasi dalam komoditi-komoditi di mana ia mempunyai keunggulan
yang absolut dan mengimpor saja komoditi-komoditi lainnya. Menurut Adam Smith, negara yang melakukan spesialisasi dan
perdagangan antarnegara akan cepat maju, apalagi kalau perdagangan tersebut memberikan keunggulan absolut. Keunggulan absolut adalah keuntungan yang
diperoleh karena negara yang bersangkutan bisa menghasilkan barang atau jasa lebih efisien dibandingkan dengan negara lain, disebabkan produktivitas tenaga
kerja di negara tersebut lebih tinggi dibandingkan negara lainnya Sukirno 2004. Kekayaan suatu negara akan bertambah searah dengan peningkatan
keterampilan dan efisiensi para tenaga kerja, dan sejalan dengan persentase penduduk yang terlibat dalam proses produksi. Kesejahteraan ekonomi setiap
individu bergantung pada perbandingan antara produksi total dengan jumlah penduduk. Smith juga menganjurkan adanya spesialisasi kerja dan penggunaan
mesin-mesin sebagai sarana utama untuk peningkatan produksi. Menurut Smith, dua negara yang melakukan perdagangan harus didasari
dengan saling sukarela dan saling menguntungkan keduanya. Jika satu negara tidak memperoleh keuntungan, maka tidak ada perdagangan antar kedua negara
tersebut. Perdagangan dilakukan berdasarkan keunggulan absolut. Suatu bangsa lebih efisien mempunyai keunggulan absolut daripada bangsa lain dalam
menghasilkan dua komoditas, kemudian kedua bangsa memperoleh masing- masing spesialisasi dalam memproduksi barang-barang dengan keuntungan
absolut dan menukarkan sebagian dari hasilnya dengan bangsa lain untuk barang dagangan yang tidak memiliki keuntungan mutlak Zhang 2008.
Untuk menjelaskan konsep keunggulan absolut, diasumsikan bahwa dunia terdiri atas dua negara. Ada dua komoditas kain dan beras dan faktor produksi
tunggal buruh. Teknologi kedua negara dianggap sama. Diasumsikan pula bahwa unit biaya produksi dari tiap komoditas adalah konstan, serta semua buruh
dipekerjakan. Lebih lanjut diasumsikan tidak ada hambatan dalam perdagangan luar negeri, dengan kata lain setiap negara menjalankan perdagangan bebas.
Sebagai contoh, untuk dapat dengan lebih jelas memahami arti dari keunggulan, perhatikan Tabel 2.1 berikut
Tabel 2.1 Produksi seorang pekerja dalam setahun Negara
Kain meter Beras kg
Negara X 500
2.000 Negara Y
750 1.800
Contoh angka yang diberikan pada Tabel 2.1 menunjukkan bahwa di negara Y seorang pekerja dapat memproduksi kain lebih banyak daripada seorang pekerja
di negara X. Ini berarti pekerja di negara Y lebih efisien dari negara X dalam menghasilkan kain. Dalam keadan seperti ini dikatakan bahwa negara Y
mempunyai keunggulan mutlak dalam memproduksikan kain. Gambaran di atas juga menunjukan bahwa seorang pekerja di negara X dapat menghasilkan lebih
banyak beras dari seorang pekerja di negara Y. Dengan demikian negara X mempunyai keunggulan absolut dalam memproduksi beras.
Gambaran tersebut menunjukkan bahwa negara X dan negara Y dapat melakukan perdagangan yang saling menguntungkan. Negara X memproduksi
beras lebih banyak selain untuk kebutuhan dalam negeri juga untuk diekspor ke negara Y dan mengimpor kain dari negara Y, berlaku sebaliknya.
Teori Perdagangan Recardian
Meskipun gagasan Smith tentang keunggulan absolut penting sekali pada awal pengembangan pemikiran klasik untuk perdagangan antarnegara, tetapi
umumnya disepakati bahwa David Ricardo 1817 adalah pencetus teori klasik perdagangan antarnegara. Banyak gagasan tentang perdagangan antarnegara yang
menggunakan prinsipnya. Ricardo menunjukkan bahwa potensi dari perdagangan antarnegara jauh lebih besar daripada yang digagas Smith dalam konsep
keunggulan absolutnya. Bagi Ricardo, dasar spesialisasi dan perdagangan antarnegara tidak mesti
keunggulan absolut, melainkan keunggulan komparatif comparative advantage. Hal ini dilihat dari biaya relatif opportunity cost pengerjaan kedua macam
komoditas Deliarnov 1995. Walaupun salah satu negara kurang efisien dibandingkan negara lainnya
dalam memproduksi kedua komoditas tersebut, kedua negara masih
dimungkinkan melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara yang pertama harus melakukan spesialisasi dalam produksi komoditas
yang memiliki keunggulan komparatif lebih tinggi dan mengimpor komoditas yang memiliki keunggulan komparatif lebih rendah.
Ilustrasi konsep dasar teori perdagangan Ricardian melalui contoh berikut. Diasumsikan dalam dunia ini hanya ada dua negara yaitu Indonesia INA dan
Thailand THAI yang sama-sama menghasilkan beras b dan jagung j. Andaikan INA dan THAI mempunyai kurva kemungkinan produksi kkp
masing-masing sebagai berikut:
5
2.3 2.4
Angka koefisien memperlihatkan input tenaga kerja per unit produksi. THAI mempunyai kkp yang lebih tinggi dibandingkan INA karena INA hanya
dapat menghasilkan 50 unit beras per satuan input atau jagung sebanyak 25 unit, sedangkan THAI dengan input yang sama dapat menghasilkan lebih besar yakni
67 unit beras dan 100 unit jagung. Dengan demikian THAI mempunyai keunggulan absolut dalam produksi beras dan jagung. Namun berdasarkan
persamaan 2.3 dan 2.4 dapat diperlihatkan keunggulan komparatif relatif masing-masing negara dalam menghasilkan beras dan jagung. Biaya produksi satu
unit beras di INA adalah unit jagung sedangkan di THAI biaya satu unit beras adalah unit jagung. Biaya produksi beras di INA lebih murah secara relatif
dibandingkan THAI, dan kebalikannya biaya satu unit jagung di THAI lebih murah secara relatif dibandingkan INA. Berarti INA mempunyai keunggulan
komparatif relatif pada komoditas beras, sedangkan THAI mempunyai keunggulan komparatif relatif pada komoditas jagung.
Atas dasar itu, menurut Ricardo, kedua negara dapat berdagang dengan melakukan spesialisasi produksi. Dalam hal ini INA tidak perlu memproduksi
jagung karena biayanya relatif lebih mahal dibandingkan kalau impor dari THAI. INA dapat menggunakan seluruh sumberdaya untuk menghasilkan beras sehingga
produksi beras meningkat melebihi kebutuhan dan dapat diekspor ke THAI. Demikian juga dengan THAI, tidak perlu menghasilkan beras, semua lahan
digunakan untuk menghasilkan jagung saja dan kebutuhan beras dapat diimpor
dari INA karena biayanya lebih murah. Produksi jagung THAI meningkat dan sebagian dapat diekspor ke INA ditukar dengan beras. Perdagangan terbuka ini
telah menyebabkan kedua negara mendapat keuntungan dan sumberdaya dunia menjadi lebih efisien serta konsumsi meningkat.
Dengan demikian keunggulan komparatif dapatlah diartikan sebagai keuntungan yang diperoleh suatu negara dari mengkhususkan dalam
memproduksi barang-barang yang mempunyai harga relatif yang lebih rendah dari negara lain Sukirno 2004.
Teori Heckscher-Ohlin
Perdagangan antarnegara terutama dilakukan karena ada perbedaan faktor- faktor produksi antarnegara. Teori ini dihubungkan oleh dua orang ekonom dari
Swedia, Eli Heckscher dan Bertil Ohlin. Teori Heckscher-Ohlin tentang pola perdagangan menyatakan bahwa suatu negara apabila memproduksi suatu barang
akan menggunakan faktor produksi yang relatif banyak sehingga harga barang akan relatif murah. Dornbusch R, Fischer S 2008 .
Teori Heckscher-Ohlin menerangkan bahwa negara-negara mengekspor produk-produk yang memerlukan sejumlah besar faktor produksi mereka yang
berlimpah, dan mengimpor produk-produk yang memerlukan sejumlah besar faktor produksi mereka yang langka. Barang-barang yang memerlukan sejumlah
besar faktor produksi yang berlimpah jadi lebih murah akan memperendah biaya produksi, sehingga memungkinkan untuk dijual lebih murah di pasar-pasar
internasional. Basis dari keunggulan komparatif adalah faktor alam endowment factor, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi didalam suatu negara. Faktor
endowment menyangkut faktor intensity, yaitu teknologi yang digunakan didalam proses produksi, apakah labor intensity atau capital intensity.
Sebagai contoh, Cina yang relatif memiliki pendukung yang lebih baik dalam tenaga kerja dibandingkan dengan Belanda, harus berkonsentrasi pada
produksi barang-barang yang padat tenaga kerja. Belanda dengan modal yang relatif lebih banyak daripada tenaga kerja, seharusnya menspesialisasi diri dalam
produk-produk yang padat modal.
Negara-negra dengan jumlah tanah yang relatif lebih luas seperti Australia melakukan ekspor produk-produk yang padat lahan seperti gandum dan ternak
sementara Hongkong mengekspor barang-barang yang padat tenaga kerja. Menurut Heckscher–Ohlin, ongkos produksi ditentukan oleh penggunaan
faktor produksi atau sumber daya. Jadi apabila faktor produksi itu digunakan dalam proporsi dan intensitas yang berlainan, walaupun tingkat teknologi dan
produktivitas tenaga kerja sama, ongkos produksi untuk membuat barang yang sama di negara yang berlainan juga akan lain. Perbedaan dalam penggunaan
proporsi dan intensitas faktor produksi yang disebabkan karena perbedaan dalam faktor alam yang diterima oleh masing-masing negara. Dengan kata lain ongkos
produksi untuk membuat barang yang sama berlainan karena perbedaan faktor alam, bukan karena fungsi produksinya lain.
Salah satu kesimpulan utama teori Heckscher–Ohlin adalah bahwa perdagangan antarnegara cenderung untuk menyamakan tidak hanya harga
barang-barang yang diperdagangkan saja, tetapi juga harga faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang tersebut. Kesimpulan ini
sebenarnya merupakan akibat dari konsepsi mengenai hubungan antara spesialisasi dengan proporsi faktor-faktor poduksi yang digunakan. Negara yang
memiliki tenaga kerja relatif banyak mungkin saja mempunyai keuntungan komparatif dalam barang-barang yang padat modal dan sebaliknya.
2.2 Ekuilibrium