Analisis faktor eksternal dan faktor internal yang mempengaruhi margin pembiayaan Murabahah : studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk

(1)

ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN FAKTOR INTERNAL

YANG MEMPENGARUHI MARGIN PEMBIAYAAN

MURABAHAH

(Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Iin Purwaningsih

NIM : 105081002477

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

KEMET{TERIAN AGAMA

UNTVERSITAS rSLAM NEGERI (UrN)

SYARIF HIDAYATULLAII

JAKARTA

FAKTTLTAS EKONOMI I}AI{ ILMU SOSIAL

Jl, k. H. Juanda No,95, Ciputat 13412 Indonesia

Tdp : {82-21-7493318,7496N6,Far{02-21)74ffi) Website : $ifw.uinikt.*,id email : feis@uinikt.*-id / uidkl@indo.nd'id

+:n 4ii::i::.:: .; .ii, i i:' ir;lillli::,t:lt {1'1rt i

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda*tangan

dibawah ini:

Nama Mahasiswa

NIM

Jurusan

. lin Punruaninssih

. 105081842477

'

..Y.g.Lqi*gt:

Dengan ini menyatakan

bahwa Skripsiadalah hasil karya saya sendiriyang merupakan

hasil penelitian,

pengolahan

dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan

replikasi

maupun

saduran

darihasil karya atau hasil penelitian

orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi maka skripsi dianggap gugur dan harus

melakukan

penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya

dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian hari

menjadi

tanggung

iawab saya'


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

KOMPRBHENSIF

Hari ini selasa tanggal t8 Bulan Maret Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan ujian komprehensif atas nama lin Purwaningsih dengan NIM : 105081002477 dengan judul skripsi "ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN FAKTOR

INTERNAL YANG MEMPENGARUHI MARGIN PEIV1BIAYAAN

MURABAHAH (Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbll)". Memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka slcipsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (I-IIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 18 Maret 2010

Tim Penguji

Komprehensif


(4)

ANALISA FAKTOR EKSTERNAL DAN FAKTOR INTERNAL

YANG MEMPENGARUHI MARGIN PEMBIAYAAN

MURABAHAH

(Studi Kasus Pada PT. Bank Muarnalat

fndonesia,Tbk.)

Skripsi

Diajukan

Kepada

Fakultas

Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat

Untuk Meraih Gelar Sarjana

Ekonomi

Oleh Iin Punvaninssih NIM: 105081002477 Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I

./---\ . / l &

(

I / Y

k<-,*\

, f

Prof. Dr. H. Abdul Hamid. MS.

NIP: 196902032001121003

Pembimbing II

JT]RUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

t43t Ht2010 M


(5)

(6)

i

Daftar Riwayat Hidup

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Iin Purwaningsih

2. Tempat & Tgl. Lahir : Jakarta, 12 Juli 1986

3. Alamat : Jln. Srengseng Sawah Kec. Jagakarsa

Jakarta-Selatan 12640

4. Telepon : (021) 7864041

II.PENDIDIKAN

1. SD : SDN 08 Pagi Srengseng Sawah

2. SMP : SLTPN Keterampilan 276 Jakarta

3. SMA : MAN 13 Jakarta

4. S1 : UIN Syarif Hidayatullah

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Pengurus OSIS MAN 13 Jakarta 2. Pengurus ROHIS MAN 13 Jakarta

3. Pengurus HAPISS (Himpunan Pelajar Islam Srengseng Sawah) 4. Pengurus Karang Taruna Sub Unit RT 009/03

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Tobi’in

2. Tempat & Tgl. Lahir : Tegal, 15 Agustus 1957

3. Alamat : Jln. Srengseng Sawah Kec. Jagakarsa

Jakarta-Selatan 12640

4. Ibu : Wasilah

5. Tempat & Tgl. Lahir : Tegal, 10 April 1963

6. Alamat : Jln. Srengseng Sawah Kec. Jagakarsa


(7)

ii ABSTRACT

Murabahah margin is very importance in syariah bank. Syariah bank growth do not miss from the growth of syariah bank product. In developing product, syariah bank claimed to always to relate Al-Qur`an and Hadist. Murabahah financing is dominant product in syariah bank.

This research aims to analyzing factors that effect determination of murabahah margin. Analysis method is double linear regression model with factors research is the operational cost, Return On Asset (ROA), interest rate Certificate of Bank Indonesia, Base Lending Rate (BLR), and profit target. Obtained that factor of overhead cost, Return On Asset (ROA), interest rate Certificate of Bank Indonesia, Base Lending Rate (BLR) significantly influence to margin murabahah, but the profit target is not influence the margin murabahah. Key Words : Syariah bank, murabahah margin, overhead cost, ROA, interest rate Certificate of Bank Indonesia, Base Lending Rate (BLR), profit target, doubled regression.


(8)

iii

ABSTRAK

Margin Murabahah sangat penting dalam perbankan syariah. Perkembangan perbankan syariah tidak luput dari perkembangan produk-produk perbankan syariah. Dalam mengembanhkan produknya perbankan syariah dituntut untuk selalu mengacu pada Al-Qur`an dan Hadist. Pembiayaan murabahah merupakan produk pembiayaan dalam perbankan syariah yang paling dominan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penentuan besarnya margin pembiayaan murabahah. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan faktor-faktor yang diteliti adalah biaya operasional, Return On Asset (ROA), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Suku Bunga Pinjaman Bank Konvensional/Base Lending Rate, dan Profit Target. Diperoleh faktor biaya operasional, Return On Asset (ROA), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Suku Bunga Pinjaman Bank Konvensional/Base Lending Rate (BLR) secara signifikan mempengaruhi margin murabahah. Sedangkan profit target tidak berpengaruh signifikan terhadap margin pembiayaan murabahah.

Kata Kunci : Bank syariah, margin pembiayaan murabahah, biaya operasional, Return On Asset (ROA), Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Base Lending Rate (BLR), profit target, regresi berganda.


(9)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang menguasai alam semesta dan yang telah begitu banyak memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya. Rangkaian kata syukur tak akan pernah cukup untuk menggambarkan rasa terima kasih penulis kepada Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Faktor Eksternal dan Faktor Internal yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.)”.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai tauladan terbaik, keluarga, sahabat, serta para pengikutnya, yang telah merubah dari zaman jahiliyah menjadi zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan dengan membawa risalah bagi seluruh umat manusia.

Sepenuhnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan akibat dari keterbatasan penulis. Dan penulis juga menyadari skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan dan motivasi berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Kedua Orang Tua penulis Mama dan Bapak tercinta yang memiliki peran yang sangat penting dan tak terkira, yang telah memberikan doa tulus ikhlas, motivasi, dan kasih sayang serta dukungan moril dan materil kepada penulis untuk tetap semangat.

2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Pembantu Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS selaku dosen pembimbing I dan Bapak

M. Arief Mufraini, Lc, M,Si selaku dosen pembimbing II, terima kasih atas bimbingan, pengarahan dan dorongan dengan penuh kesabaran serta memberikan ilmu yang berharga dan pengalaman yang tak terlupakan di hati penulis.


(10)

v 5. Bapak Indoyama Nasarudin SE, MAB selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Untuk para Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, staff akademik, karyawan dan petugas perpustakaan, terima kasih, semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah-Nya.

7. Untuk Kakak-kakakku dan adikku yang turut memberikan dukungan dan doa yang begitu tulus kepada penulis, semoga Allah SWT memberikan kemudahan dan kebahagiaan kepada kalian semua.

8. Untuk “Mas” yang sudah banyak meluangkan waktu untuk ade selama penyelesaian skripsi ini, terimakasih tak hingga atas semuanya yang sudah mas berikan. Semoga kelak ade mampu balas semua pengorbanan mas. Amien..!

9. Untuk semua teman-temanku di kelas Manajemen B 2005 dan Manajemen Perbankan yang tidak bisa aku sebutkan satu-persatu, semoga persahabatan kita semua tetap terjalin sampai kapanpun.

10. Dan untuk semua teman-teman di Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah banyak memberikan peran penting dalam setiap melangkah untuk selalu tetap semangat, semoga kelak ilmu yang kita dapat di kampus ini dapat berguna dan bermanfaat di hari esok. I Luv u All…..

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk pencapaian yang lebih baik.

Jakarta, Mei 2010


(11)

vi

DAFTAR ISI

Daftar Riwayat Hidup ... i

Abstract ... ii

Abstrak ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xii

Daftar Grafik ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

Bab I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

Bab II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

A. Bank ... 14

1. Pengertian Bank ... 14

2. Pengertian Bank Syariah... 15


(12)

vii

1. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil ... 16

2. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli (al-Bai’) ... 17

3. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa ... 17

C. Jual Beli ... 18

1. Macam-Macam Jual Beli ... 18

2. Penyebab Terlarangnya Sebuah Transaksi ... 20

a. Haram Zatnya ... 21

b. Haram Selain Zatnya... 21

c. Tidak Sah/Lengkap Akadnya ... 21

D. Murabahah ... 21

1. Landasan Hukum Murabahah ... 26

a. Al-Qur’an ... 26

b. Al-Hadist ... 26

c. Fatwa Dewan Syariah Nasional ... 28

d. Hukum Positif ... 29

2. Syarat Murabahah ... 30

3. Tujuan Murabahah Kepada Pemesan Pembelian ... 31

4. Beberapa Ketentuan Umum Tentang Murabahah ... 32

5. Manfaat Dan Risiko Murabahah ... 34

6. Hal-hal yang Dilarang Dalam Transaksi Perbankan Syariah Yang Menggunakan Akad Bai’ Al-Murabahah ... 35


(13)

viii

E. Penetapan Harga Jual ... 37

F. Faktor Eksternal dan Faktor Internal yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan Murabahah ... 42

G. Penelitian Terdahulu ... 44

H. Kerangka Pemikiran ... 47

I. Hipotesis ... 49

Bab III METODOLOGI PENELITIAN ... 50

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 50

B. Metode Penentuan Sampel ... 50

C. Metode Pengumpulan Data ... 51

D. Metode Analisis ... 51

1. Uji Asumsi Klasik ... 53

a. Uji Multikolinearitas ... 53

b. Uji Heteroskedastisitas ... 55

c. Uji Autokorelasi ... 56

d. Uji Normalitas ... 56

2. Uji Signifikansi ... 57

a. Uji Adjusted R2 (Koefisien Detrminasi) ... 57

b. Uji Signifikansi F (Uji secara Simultan) ... 58

c. Uji t (Pengujian Secara Parsial) ... 58


(14)

ix

Bab IV PEMBAHASAN ... 62

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 62

1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 62

2. Visi dan Misi ... 64

3. Struktur Organisasi ... 64

4. Aktivitas Bank Muamalat Indonesia ... 70

a. Aspek Personalia ... 70

b. Apek Produksi ... 71

B. Hasil dan Pembahasan ... 81

1. Analisis Deskriptif ... 81

a. Variabel Dependen ... 81

b. Variabel Independen ... 84

2. Pengujian Asumsi Klasik ... 86

a. Uji Normalitas ... 86

b. Uji Heteroskadastisitas ... 88

c. Uji Multikolinearitas ... 90

d. Uji Autokorelasi ... 91

3. Uji Signifikansi ... 91

a. Uji Adjusted R 2 (Koefisien Determinasi) ... 91

b. Uji Signifikansi F (Uji Secara Simultan) ... 92

c. Uji Signifikansi t (Pengujian Secara Parsial) ... 93


(15)

x

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 105


(16)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Halaman

1.1 Komposisi Pembiayaan yang Diberikan Bank Umum Syariah

dan Unit Usaha Syariah 6

4.1 Analisis Deskriptif Margin Pembiayaan Murabahah 81

4.2 Analisis Deskriptif Variabel Independen 84

4.3 Hasil Uji Multikolinearitas 90

4.4 Hasil Uji Autokorelasi 91

4.5 Hasil Pengujian Adjusted R2 91

4.6 Hasil Pengujian Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen

Secara Simultan 92

4.7 Hasil Pengujian Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen


(17)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran 48

4.1 Struktur Organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. 65

4.2 Hasil Uji Normalitas Data 87


(18)

xiii

DAFTAR GRAFIK

Grafik Keterangan Halaman

4.1 Perkembangan Nasabah Bank Muamalat Indonesia, Tbk 77

4.2 Perkembangan Aktiva 79

4.3 Perkembangan Laba 79

4.4 Perkembangan Laba 80


(19)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Keterangan Halaman

1 Data Penelitian 115

2 Uji Asumsi Klasik 118


(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Bank sebagai salah satu lembaga keuangan telah menempatkan posisi penting dalam perekonomian saat ini. Dengan demikian, hampir seluruh aktivitas setiap orang dan segenap lapisan masyarakat dalam kegiatan perekonomiannya terkait dengan dunia perbankan. Dimana posisi yang strategis dalam bidang ekonomi itu terutama berakar dari dua peranan pokoknya, yaitu; sebagai lembaga intermediasi, serta sebagai lembaga penyelenggara dan penyedia layanan jasa-jasa dibidang keuangan serta lalu lintas pembayaran maupun pemberian jasa-jasa keuangan lainnya.

Dengan kedua peranan pokok tersebut, kegiatan operasional bank telah merambah bagian terbesar dari kegiatan perekonomian masyarakat, dalam kaitannya yang lebih luas, posisi bank sebagai bagian dari sektor industri jasa keuangan telah pula menduduki posisi dominan. Dan apabila hal ini dikaitkan dengan sejarah perekonomian kaum muslimin, maka fungsi-fungsi bank tersebut setidaknya telah dimulai pada saat Rasulullah SAW.

Bagi umat Islam yang aktivitas kehidupannya harus dengan ketentuan syariah sebagai mana ketentuan Al-Qur`an dan hadits mengenai masalah bunga yang masih menjadi polemik hingga saat ini, selain itu, dampak lain yang ditimbulkan oleh bunga bank yang tinggi adalah penyerahan risiko usaha


(21)

2 terhadap salah satu pihak dinilai melanggar norma keadilan, dimana risiko penghimpunan dana sepenuhnya ditanggung oleh bank, sebaliknya risiko kredit sepenuhnya ditanggung oleh debitur. Dalam jangka panjang sistem perbankan konvensional juga berpotensi menyebabkan penumpukkan kekayaan sebagian masyarakat yang memiliki modal yang besar.

Perbankan syariah di Indonesia mulai berkembang pada tahun 1992, diawalai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI), sebagai pelopor berdirinya perbankan yang berlandaskan sistem syariah, dan kemudian disusul oleh Bank Perkreditan Syariah. Landasan hukum yang menjadi titik tolak perkembangan bank syariah di Indonesia adalah UU No. 7 Tahun 1992, tentang Bank Indonesia. Dalam UU tersebut prinsip syariah telah dinyatakan, meskipun masih samar, yang dinyatakan sebagai prinsip bagi hasil. Prinsip perbankan syariah secara tegas dinyatakan dalam UU No. 10 Tahun 1998, yang kemudian diperbaharui dengan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan UU No. 3 tahun 2004. Undang-Undang ini memberikan arahan bagi bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau mengkonversikan diri menjadi bank syariah.

Pada sekitar pertengahan tahun 1997, permasalahan inflasi dan krisis nilai tukar semakin meningkat karena tingkat inflasi sudah mencapai dua digit yaitu sekitar 11.05 % dan menyebabkan nilai mata uang rupiah merosot tajam. Krisis yang demikian ini akan menyebabkan beban hutang perusahaan terutama hutang-hutang dalam mata uang asing yang pembiayaannya tergantung pada


(22)

3 bank menjadi besar karena bank sendiri mengalami kesulitan menyediakan likuiditas operasional sehari-hari.

Timbulnya krisis yang berkepanjangan ini disebabkan karena kelemahan institusional, terutama disekitar finansial. Terjadi kehancuran disekitar perbankan serta tidak efektifnya kebijakan moneter, sangat mempengaruhi kondisi mikro dan makro ekonomi. Permasalahan ini semakain kompleks akibat kebijakan yang dilakukan untuk memperbaiki krisis ini.kebijakan yang dilakukan ternyata didominasi melalui defisit neraca pembayaran, dan mendorong investasi melalui bantuan asing. Kebijakan-kebijakan tersebut ternyata dipilih tanpa melihat pangkal permasalahan yang sebenarnya, sehingga mengakibatkan krisis terjadi lebih dalam lagi dan multidimensi. Semuanya menunjukkan bahwa asumsi-asumsi dan formulasi-formulasi yang digunakan dalam sistem ekonomi selama ini adalah salah dan gagal dalam upaya menciptakan suatu sistem ekonomi yang ideal. Krisis keuangan di Asia dimana salah satunya adalah tingginya laju suku bunga, telah membuka kelemahan teori ekonomi konvensional mendominasi segala aktivitas ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang begitu cepat di negara-negara Asia, telah mendorong para okonom mengkaji kembali terhadap kebijakan pembangunan yang selama ini diterapkan.

Saat krisis ekonomi yang melanda Indonesia itulah perbankan syariah telah mampu membuktikan bahwasannya penerapan sistem bagi hasil mampu mengatasi permasalahan gejolak nilai tukar dan tingkat suku bunga yang tinggi.


(23)

4 Berbeda halnya dengan bank-bank konvensional yang berdasarkan pada sistem bunga banyak yang mengalami kerugian cukup besar dan terpaksa harus ditutup karena mengalami ”negative spread”.

Karena hal tersebut diatas, muncul berbagai upaya untuk merumuskan suatu sistem ekonomi baru yang mampu memecahkan berbagai permasalahan ekonomi yang ada. Banyak para ekonom yang melirik pada dunia Islam khususnya sistem ekonomi Islam, yang sebetulnya dalam Islam itu sendiri bukanlah sesuatu hal yang baru.

Fenomena yang menarik yang terjadi akhir-akhir ini, yaitu semakin maraknya penerapan sistem syariah, baik itu dilembaga keuangan perbankan, asuransi, investasi maupun lainnya. Hal ini bisa dilihat dari banyak lahirnya baru maupun usaha bisnis baru dengan menggunakan prinsip syariah. Banyak sekali bank konvensional yang membuka kantor cabang syariah, bahkan menggantikan jenis usahanya dari bank konvensional menjadi syariah. Dunia akademis juga memberikan respon positif atas perkembangan ekonomi syariah seperti Universitas Islam Negeri (UIN) Syahid, Universitas indonesia (UI),

Shariah Economics and Banking Institut (SEBI) dll.

Setelah Bank Mandiri, Bukopin, Bank Rakyat Indonesia, dan Bank Negara Indonesia 46, bank umum Danamon mulai membuka kantor cabang syariah. Di tahun yang akan datang diperkirakan jumlah bank syariah serta Bank Perkreditan Rakyat syariah akan terus bertambah, selain itu, terjadi pula penambahan volume usaha rata-rata pertumbuhan tiap tahunnya dan dari sisi


(24)

5 investasi terjadi penambahan jumlah pembiayaan yang diberikan oleh perbankan syariah. Bagi bank syariah, hal ini merupakan tantangan, dimana bank syariah tidak hanya harus memberikan keuntungan materi saja tetapi juga harus mampu memberikan keuntungan spiritual. Karena bagi seorang investor muslim, ia menganggap bahwa sistem bunga yang terdapat dalam bank konvensional merupakan sesuatu yang haram dan harus ditinggalkan sehinggga menempatkan dana miliknya pada perbankan yang berbasis syariah.

Sebagai bagian dari perbankan nasional, bank syariah yang dalam perkembangannya telah mengalami kemajuan pesat telah menunjukan peningkatan kinerja baik dalam aktivitas maupun dalam sisi keuangan. Keadaan keuangan yang baik dapat dilihat salah satu caranya melalui laporan keuangan. Dalam laporan keuangan dapat diperoleh informasi melalui pengolahan selanjutnya tentang posisi keadaan keuangan bank tersebut dan perubahan aktivitas operasi bank, yang nantinya dapat digunakan oleh pihak manajemen dalam membuat kebijakan.

Pertumbuhan bank syariah sangat dipengaruhi oleh kemampuan untuk menghimpun dana masyarakat baik berskala kecil maupun berskala besar dan menyalurkannya kepada masyarkat yang merupakan deficit unit dalam bentuk pembiayaan. Bank syariah sebagai lembaga intermediasi dituntut mampu untuk mengelola dana dari investor maupun dari masyarakat. Untuk itu setiap keputusan investasi dan pembiayaan membutuhkan keputusan yang simultan agar tidak terjadi mismatch.


(25)

6

Tabel 1. 1

Komposisi Pembiayaan Yang Diberikan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Dalam Miliar Rp

Akad 2005 2006 2007 Mar-08 Juni-08 Sep-08 Des-09

Mudharabah 3,124 2,335 4,406 5,200 6,117 6,968 7,411 Musyarakah 1,898 4,062 5,578 5,835 6,518 6,750 6,205 Murabahah 9,487 12,624 16,553 16,977 19,811 22,044 22,486

Salam 0 0 0 0 0 0 0

Istishna 282 337 351 365 367 385 369

Ijarah 316 836 516 464 523 698 765

Qardh 125 250 540 788 765 836 959

Lainnya 0 0 0 0 0 0 0

Total 15,232 20,445 27,944 29,629 34,100 37,681 38,195

Sumber: Statistik Perbankan Syariah BI Thn 2009

Dari data statistik perbankan syariah pada Direktorat Bank Syariah Bank Indonesia Januari 2009 diatas menunjukkan komposisi pembiayaan dengan akad murabahah mencapai 22 Miliar dari total pembiayaan yang ada di perbankan syariah. Sementara pembiayaan mudharabah dan musyarakah yang diberikan hanya sekitar 7 Miliar dari total pembiayaan yang ada. Dari fakta ini dapat dilihat bahwa rata-rata para pengelola perbankan syariah masih sangat memperhatikan aspek kehati-hatian dalam pembiayaan mudharabah sehingga hasil yang diperoleh tidak maksimal.

Berdasarkan data statistik perkembangan perbankan syariah, terlihat bahwa bentuk pembiayaan murabahah memegang peranan penting yang memberikan porsi terbesar dalam penyaluran dana. Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal, diataranya adalah karena murabahah adalah pembiayaan


(26)

7 investasi jangka pendek dan cukup mudah bila dibandingkan dengan sistem

profit and loss sharing (PLS). Kemudian mark up yang ada dalam pembiayaan

murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat memastikan bahwa bank syariah memperoleh keuntungan (margin) yang sebanding dengan bank yang berbasis bunga yang menjadi pesaing dari bank-bank syariah.

Secara umum, (Karim, 2007:71) membagi transaksi pemindahan hak kepemilikan atas suatu harta benda menjadi dua kelompok, yaitu akad tabaru’ (not profit transaction) dan tijarah (for profit transaction). Akad tabarru’ seperti Qardh, wadiah, wakalah, kafalah, rahn, hibah dan wakaf. Akad tijarah terdiri dari dua basis insentif, yaitu yang bersifat pasti (natural certainty contract) dan yang besifat tidak pasti (natural uncertainty contract). Transaksi dengan insentif pasti antara lain adalah murabahah, salam, istishna’, dan ijarah. Transaksi dengan insentif tidak pasti adalah mudharabah, musyarakah, muzara’ah, mukhabarah.

Berdasarkan pembagian tersebut yang merupakan transaksi non PLS yaitu transaksi jual beli al-murabahah, as-salam (bayar dimuka, bayar kemudian), al-istishna (pesanan yang harus diproduksi, al-ijarah (sewa), dan transaksi yang berdasarkan fee based incame yaitu jasa wakalah (pelimpahan wewenang), al-kafalah (jaminan), al-hawalah (tanggungan), ar-rahn (gadai), dan al-qard (pinjaman). Transaksi yang berbasis bagi hasil (PLS) terdapat dalam transaksi musyarakah (kerja sama kedua belah pihak yang saling memberikan porsi kontribusi), mudharabah (kerja sama dua pihak dimana satu


(27)

8 pihak menyediakan dana 100% dan dipihak lain menyediakan keahlian), al-muzara’ah (kerja sama dibidang pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap, dimana benih ditanggung oleh pemilik lahan), dan al-musaqah (kerja sama bidang pertanian dimana si penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan).

Murabahah adalah akad yang paling banyak dipakai di perbankan syariah dibandingkan dalam bentuk penyertaan seperti mudharabah dan musyarakah. Kenyataan tersebut tidak hanya terjadi di perbankan syariah di Indonesia, tetapi juga terjadi di perbankan syariah di negara-negara lainnya di seluruh dunia. Jika ditelusuri dari laporan perbankan syariah, hampir 80% sumber keuntungan pada perbankan syariah berasal dari produk murabahah

dan ba’I bi’tshaman Ajil (BBA) sementara produk yang berbasis sistem bagi hasil masih sangat rendah; padahal yang mempunyai dampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi adalah pembiayaan dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.

Beberapa keunggulan dalam pembiayaan yang berbasis murabahah,

pertama murabahah merupakan suatu investasi jangka pendek dan cukup memudahkan, bila dibandingkan dengan profit and loss sharing (PLS); kedua, menjauhkan dari ketidakpastian yang ada pada pembiayaan berbasis profit and loss sharing. Disamping itu, pembiayaan berbasis murabahah dalam banyak hal lebih konsisten seperti pada orientasi profesional staf bank, bahasa, terminologi, dan budaya perbankan. Disisi lain, pembiayaan ini menimbulkan


(28)

9 banyak persoalan, terutama bila kita melihat aspek hukum yang ditimbulkannya, karena implementasi pembiayaan murabahah di perbankan syariah tidak sesederhana yang kita bayangkan. Ada banyak hal yang harus kita telusuri lebih dalam, terutama mengenai keabsahan dari akad ini.

Dilihat dari peran penting murabahah yang mendominasi pendapatan bank syariah serta untuk menyelamatkan citra bank syariah maka perlu secara transparan diketahui dan diteliti lebih lanjut bagaimana mekanisme pembiayaan

murabahah dan bagaimana penetapan margin jual beli yang adil bagi bank dan nasabah.

PT. Bank Muamalat Indonesia adalah bank pertama di Indonesia yang sesuai Syariah, didirikan pada tahun 1991. Pendirian Bank Muamalat diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang kemudian didukung oleh sekelompok pengusaha dan cedekiawan muslim diantaranya adalah Karnaen A. Perwataatmadja, M.Dawam Rahardjo, A.M. Saefudin, M. Amien Aziz, dan lain-lain. Dengan modal awal Rp. 106 miliar, pada tanggal 1 Mei 1992 Bank Mua’malat Indonesia mulai beroperasi. Berdasarkan Laporan Keuangan Publikasi Bulanan hingga Oktober 2008, total aktiva Bank Muamalat Indonesia telah mencapai Rp. 12,5 triliun. Total dana pihak ketiga yang dikelola, seluruhnya disalurkan dalam bentuk pembiayaan dengan jenis akad profit and loss sharing (PLS) maupun non PLS termasuk yang fee based income. (Laporan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan BMI, 2008: 6).


(29)

10 Berdasarkan uraian diatas maka penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian dalam hal ini dengan mengangkat tema/judul: “Analisis Faktor Eksternal dan Faktor Internal yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.).

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh berdasarkan runtun waktu (Time Series) dengan periode penelitian tahun 2000 sampai dengan tahun 2009.

Dari hasil penelitian ini penulis mengharapkan dapat mengetahui faktor eksternal dan faktor internal yang dapat mempengaruhi margin pembiayaan

murabahah pada PT. Bank Muamalat Indonesia secara lebih terperinci.

B.Perumusan Masalah

Adapun pertanyaan penelitian yang dirumuskan berdasarkan masalah diatas adalah sebagai berikut:

1. Apakah variabel biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate), tingkat keuntungan bank yang diinginkan (profit target) secara simultan berpengaruh terhadap margin

pembiayaan murabahah ?

2. Apakah variabel biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate), tingkat keuntungan bank


(30)

11 yang diinginkan (profit target) secara parsial berpengaruh terhadap margin

pembiayaan murabahah ?

3. Dari variabel-variabel bebas tersebut, manakah yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap margin pembiayaan murabahah?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1.Untuk menganalisis pengaruh biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate), dan tingkat keuntungan bank yang diinginkan (profit target) secara simultan terhadap

margin pembiayaan murabahah.

2.Untuk menganalisis pengaruh biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate), dan tingkat keuntungan bank yang diinginkan (profit target) secara parsial simultan terhadap margin pembiayaan murabahah.

3. Untuk menganalisis variabel bebas biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Landing Rate), dan tingkat keuntungan yang diinginkan (profit target) yang paling dominan mempengaruhi margin pembiayaan murabahah.


(31)

12

D.Manfaat Penelitiaan

1.Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wahana pengetahuan dan pengalaman mengenai perbankan syariah serta sebagai perbandingan antara konsep-konsep yang telah dipelajari dari perkuliahan dengan prakteknya dan mencoba untuk menerapkan pada keadaan nyata. Penelitian ini juga merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar Strata 1 (S1).

2.Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan bagi PT. Bank Muamalat Indonesia dalam memberikan pembiayaan murabahah kepada para nasabahnya. Selain itu, kepercayaan nasabah kepada bank syariah diharapkan dapat meningkat karena rasa keingintahuan nasabah cepat atau lambat akan dapat memahami mekanisme perbankan syariah dari penelitian ini serta dapat memberikan informasi yang berguna agar lebih meningkatkan kinerja bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam memberikan pembiayaan bagi hasil sehingga pembiayaan yang diberikan dapat disesuaikan dengan karakter sumber dana pihak ketiga. Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan pembiayaan untuk mengurangi Non Performing Financing.

3.Bagi Nasabah

Bagi nasabah penelitian ini dapat memberikan informasi yang dibutuhkan, dengan informasi tersebut nasabah dapat mengambil keputusan


(32)

13 yang lebih baik dalam memilih jenis pembiayaan yang dibutuhkan. Nasabah juga dapat mengetahui perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional serta dapat membandingkan sistem mana yang mampu memberikan keamanan dan keuntungan bagi nasabah.

4.Bagi Dunia Akademik

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya dengan tema yang sama. Bagi pembaca diharapkan dapat mengenal produk atau jasa Bank Muamalat Indonesia sehingga dapat mensosialisasikannya kepada pihak lain.


(33)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Bank

1.Pengertian Bank

Menurut Ahmad Rodoni (2006: 31) banyak definisi mengenai bank, pada dasarnya semua definisi tersebut tidak berbeda satu sama lain, perbedaaanya hanya pada tugas atau usaha bank. Bank dapat didefinisikan sebagai suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai perantara (financial intermediary) untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada waktu yang ditentukan.

Pengertian bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang kemudian diubah dengan UU No.10 Tahun 1998 adalah:

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka tujuan bank meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

a. Bank umum adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.


(34)

15 b.Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2.Pengertian Bank Syariah

Bank syariah menurut Perwataatmadja dan Antonio (1992) adalah bank yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Dalam tata cara bermuamalat itu dijauhi praktek-praktek yang dikawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investatasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.

Menurut Muhammad (2005: 1) bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan bank tanpa bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya berdasarkan syariat Islam.

Menurut Dahlan Siamat (2004: 183) bank syariah adalah bank yang menjalankan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam yaitu mengacu kepada Al-Qur’an dan Hadist. Berusaha sesuai dengan prinsip syariat Islam yang dimaksud disini adalah beroperasi mengikuti


(35)

ketentuan-16 ketentuan syariat Islam khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam antara lain misalnya menjauhi praktek-praktek yang mengandung unsur-unsur riba dan melakukan kegiatan investasi atas dasar bagi hasil pembiayaan perdagangan.

B.Jenis-Jenis Pembiayaan Pada Bank Syariah

Menurut Dahlan Siamat (2004: 192) dalam menyalurkan dana kepada nasabah, secara garis besar terdapat 3(tiga) kelompok pembiayaan pada bank syariah, yaitu dengan prinsip bagi hasil (syirkah), prinsip jual beli (bai’), dan sewa beli.

1.Pembiayan Dengan Prinsip Bagi Hasil

a.Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan Mudharabah adalah perjanjain antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

b.Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan Musyarakah adalah perjanjian diantara pemilik dana/modal untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan diantara pemilik dana/modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnnya.


(36)

17 2.Pembiayaan Dengan Prinsip Jual-Beli (al-Bai’)

a.Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan Murabahah adalah perjanjain jual beli antara bank dan nasabah dimana bank syariah membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin/keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah.

b.Pembiayaan Salam

Pembiayaan Salam adalah perjanjian jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat tertentu dan pembayaran harga terlebih dahulu.

c. Pembiayaan Istishna

Pembiayaan Istishna adalah perjanjian jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual.

3.Pembiayaan Dengan Prinsip Sewa

a.Pembiayaan Ijarah

Pembiayaan Ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa.

b.Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Biltamlik

Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Biltamlik adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan barang dari pihak yang memberikan sewa kepada pihak penyewa.


(37)

18

C.Jual Beli

Menurut Zainul Arifin (2001: 20) Pengertian jual-beli meliputi berbagai akad pertukaran (exchange contract) antara suatu barang dan jasa dalam jumlah tertentu atas barang dan jasa lainnya. Penyerahan jumlah atau harga barang jasa tersebut dapat dilakukan dengan segera (cash and carry) ataupun secara tangguh (deferred). Oleh karenanya, untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan (debt financing) syarat-syarat al ba’I menyangkut berbagai tipe kontrak jual-beli tangguh (deferred contract of exchange).

1. Macam-macam jual beli

Macam dan jenis jual beli menurut Zainul Arifin (2001: 21) antara lain: a. Bai’ al mutlaqah, yaitu pertukaran antara barang atau jasa dengan uang.

Uang berperan sebagai alat tukar. Jual beli semacam ini menjiwai semua produk-produk lembaga keuangan yang didasarkan atas prinsip jual beli. b. Bai’ al muqayyadah, yaitu jual beli dimana pertukaran terjadi antara

barang dengan barang (barter). Aplikasi jual beli semacam ini dapat dilakukan sebagai jalan keluar bagi transaksi ekspor yang tidak dapat menghasilkan valuta asing (devisa). Karena itu dilakukan pertukaran barang dengan barang yang dinilai dalam valuta asing. Transaksi semacam ini lazim disebut counter trade.

c. Bai’ al sharf, yaitu jual beli atau pertukaran antara satu mata uang asing dengan mata uang asing lain, seperti antara rupiah dengan dolar, dolar dengan yen dan sebgainya. Mata uang asing yang diperjualbelikan itu


(38)

19 dapat berupa uang kartal (bank notes) ataupun dalam bentuk uang giral (telegraphic transfer atau mail transfer).

d. Bai’ al murabahah, adalah akad jual beli barang tertentu. Dalam transaksi jual beli tersebut penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan, termasuk harga pembelian dan keuntungan yang diambil.

e. Bai’ al musawamah, adalah jual beli biasa, dimana penjual tidak memberitahukan harga pokok dan keuntungan yang didapatnya.

f. Bai’ al muwadha’ah, yaitu jual beli dimana penjul melakukan penjualan dengan harga yang lebih rendah dari pada harga pasar atau dengan potongan (discount). Penjualan semacam ini biasanya hanya dilakukan untuk barang-barang atau aktiva tetap yang nilai bukunya sudah sangat rendah.

g. Bai’ as salam, adalah akad jual beli dimana pembeli membayar uang (sebesar harga) atas barang yang telah disebutkan spesifikasinya, sedangkan barang yang diperjualbelikan itu akan diserahkan kemudian, yaitu pada tanggal yang disepakati. Bai’ as salam biasanya dilakukan untuk produk-produk pertanian jangka pendek.

h. Bai’ al istishna’, hampir sama dengan Bai’ as salam, yaitu kotrak jual beli dimana harga atas barang tersebut dibayar lebih dulu tapi dapat diangsur sesuai dengan jadwal dan syarat-syarat yang disepakati bersama, sedangkan barang yang dibeli diproduksi dan diserahkan kemudian.


(39)

20

Dalam ibadah kaidah hukum yang berlaku adalah bahwa semua hal dilarang, kecuali ada ketentuannya berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Sedangkan dalam urusan muamalah, semuanya diperbolehkan kecuali ada dalil yang melarangnya.

Menurut Karim (2005) ketika suatu transaksi baru muncul dan belum dikenal sebelumnya dalam hukum Islam, maka transaksi tersebut dianggap dapat diterima, kecuali terdapat implikasi dari dalil Qur’an dan Hadist yang melarangnya, baik secara eksplisit maupun implisit. Dengan demikian dalam bidang muamalah, semua transaksi dibolehkan kecuali yang diharamkan. Penyebab terlarangnya sebuah transaksi adalah disebabakan faktor-faktor

sebagai berikut: (Karim, 2007: 30).

2.Penyebab terlarangnya sebuah transaksi a. Haram Zatnya

Transaksi dilarang karena objek (barang dan/atau jasa) yang ditransaksikan juga dilarang, misalnya minuman keras, daging babi, dan sebagainya. Jadi transaksi jual beli minuman keras adalah haram, walaupun akad jual belinya sah. Dengan demikian, bila ada nasabah yang mengajukan pembiayaan pembelian minuman kesras kepada benk dengan menggunakan akad murabahah, maka walaupun akadnya tetapi transaksi ini haram karena objek transaksinya haram.


(40)

21 b.Haram Selain Zatnya

c. Tidak Sah/Lengkap Akadnya

Suatu transaksi yang tidak masuk dalam kategori haram li dzatiti

maupun haram li ghairihi, belum tentu serta-merta menjadi halal. Masih ada kemungkinan transaksi tersebut menjadi haram bila akad atas transaksi itu tidak sah atau tidak lengkap.

D.Murabahah

Menurut Perwataatmadja dan Antonio (1999: 106) Bai’ al-Murabahah adalah suatu perjanjian yang disepakati antara bank dan nasabah, dimana bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank plis margin keuntungan pada saat jatuh tempo).

Chapra (2000: 65) mengemukakan bahwa murabahah merupakan transaksi yang sah menurut ketentuan syariat Islam apabila risiko transaksi tersebut menjadi tanggung jawab pemodal sampai penguasaan atsa barang (possession) telah dialihkan kepada naabah. Agar transaksi yang demikian sah secara hukum, bank harus menandatangani 2 (dua) perjanjian yang terpisah. Perjanjian yang satu dengan pemasok barang dan perjanjian yang lain dengan nasabah. Adalah tidak sah apabila bank hanya memiliki satu perjanjian saja, yaitu hanya dengan pemasok, dimana bank hanya bertindak sebagai pembayar


(41)

22 harga barang kepada pemasok barang untuk dan atas nama pembeli atau nasabah. Bila transaksi dilakukan seperti itu, maka transaksi tersebut tidak berbeda dengan suatu transaksi yang didasarkan atas bunga (yang dilarang dalam Islam: fatwa MUI No. 1 tahun 2004).

Al-Qur’an tidak pernah secara langsung membicarakan tentang

murabahah, meski di sana ada sejumlah acuan tentang jual beli, laba, rugi dan perdagangan. Demikian pula tampaknya tidak ada hadist yang memiliki rujukan langsung kepada murabahah. Para ulama generasi awal, semisal Malik dan Syafi’I yang secara khusus mengatakan bahwa jual beli murabahah adalah hlaal, tidak memperkuat pendapat mereka dengan satu hadist pun. Al-Kaff (tt), seorang kritikus murabahah kontemporer, menyimpulkan bahwa murabahah

adalah “salah satu jenis jual beli yang tidak dikenal pada zaman Nabi atau para sahabatnya.” Menurutnya para tokoh ulama mulai menyatakan pandapat mereka tentang murabahah pada seperempat pertama abad kedua Hijriah, atau bahkan lebih akhir lagi. Mengingat tidak adanya rujukan baik di dalam Al-Qur’an maupun Hadist sahih yang diterima umum, para pukoha harus membenarkan murabahah dengan dasar yang lain. Malik membenarkan keabsahan dengan merujuk kepada praktik penduduk Madinah: Ada kesepakatan pendapat di sini (Madinah) tentang keabsahan seseorang yang membelikan pakaian di kota, dan kemudian ia membawanya ke kota lain untuk menjualnya lagi dengan suatu keuntungan yang disepakati. (Muhammad, 2002:119).


(42)

23 Murabahah itu menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba. (Fatwa No. 04/DSN-MUI/IV/2000).

Transaksi Murabahah ini lazim dilakukan oleh Rasulullah Saw. dan para sahabatnya. Secara sederhana, murabahah berarti suatu penjualan barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakat. Misalnya, seseorang membeli barang kemudian menjualnya kembali dengan ketentuan tertentu. Berapa besar keuntungan tersebut dapat dinyatakan dalam nominal rupiah tertentu atau dalam bentuk persentase dari harga pembeliannya, misalnya 10% atau 20%.

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa required rate of profit-nya (keuntungan yang ingin diperoleh). (Karim, 2007:113).

Menurut M. Syafi’I Antonio (2001:101) bai’ al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam bai’ al-murabahah penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Misalnya, pedagang eceran membeli computer dari grosir dengan harga Rp 10.000.000,00, kemudian ia menambahkan keuntungan sebesar Rp750.000,00 dan ia menjual kepada si pembeli dengan harga Rp 10.750.000,00. Pada


(43)

24 umumnya si pedagang eceran tidak akan memesan dari grosir sebelum ada pesanan dari calon pembeli dan mereka sudah menyepakati tentang lama pembiayaan, besar keuntungan yang akan diambil pedagang eceran, serta besarnya angsuran jika memang akan dibayar secara angsuran.

Dalam teknis perbankan, murabahah adalah akad jual beli antara bank selaku penyedia barang (penjual) dengan nasabah yang memesan untuk membeli barang. Bank memperoleh keuntungan jual beli yang disepakati bersama. Rukun dan syarat murabahah sama dengan yang terdapat dalam Fiqih, sedangkan syarat-syarat lain seperti barang, harga dan pembayaran adalah sesuai dengan kebijakan bank yang bersangkutan. Harga jual bank adalah harga beli dari pemasok ditambah keuntungan yang disepakati bersama. Jadi nasabah mengetahui keuntungan yang diambil oleh bank.

Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Karakteristiknya adalah penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Suatu jual beli dalam Islam sedikitnya harus memenuhi syarat bahwa ada penjual (ba’i), pembeli (musytari), barang yang diperjualbelikan, harga (saman) dan ijab qabul atau biasa juga disebut dengan akad jual beli. (Institut Bankir Indonesia, 2001: 66).

Tujuan nasabah melakukan jual beli dengan bank adalah karena suatu alasan bahwa nasabah tidak memiliki uang tunai (modal) untuk bertransaksi


(44)

25 langsung dengan supplier. Dengan melakukan transaksi dengan bank (sebagai lembaga keuangan), maka nasabah dapat melakukan jual beli dengan pembayaran tangguh atau diangsur. Jika murabahah dilakukan dengan cara pembayaran angsuran, maka yang timbul dari transaksi ini adalah piutang uang. Artinya, penjual (ba’i) akan memiliki piutang uang sebesar nilai transaksi atas pembeli (musytari) punya utang uang sebesar nilai transaksi kepada penjual. Pada pengertian murabahah diatas disebut adanya “keuntungan yang

disepakati”, karakteristik murabahah adalah si penjual harus memberitahu si pembeli tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut. Melalui akad murabahah, nasabah dapat memenuhi kebutuhannya untuk memiliki barang tanpa harus menyediakan uang tunai terlebih dahulu.

Sebenarnya bank syariah cenderung melakukan akad murabahah karena bank ingin memproleh pendapatan yang tetap (fixed income) dari tingkat

margin murabahah yang telah ditentukan di depan. Bank syariah sebagai

mudharib dapat memberikan nisbah bagi hasil yang cukup menarik bagi para deposan atau penabung mudharabah (shahibul mal). Semakain tinggi margin

yang diminta bank kepada nasabah atau pembeli murabahah, berarti semakain besar pula pendapatan bank syariah yang dapat dibagikan kepada shahibul malnya. Pada gilirannya sumber dana mudharabah yang dapat dihimpun dapat dipertahankan jumlahnya, atau malah semakin meningkat.


(45)

26 1. Landasan Hukum Murabahah

Menurut Sri Wahyuni (2008: 17) landasan hukum murabahah adalah sebagai berikut:

a. Al-Qur’an

1). “Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.” (QS. Al-Baqarah: 275).

2). “….dan tidak dosa bagimu mencari karunia (dari hasil perniagaan) dari Tuhanmu….” (QS. Al-Baqarah: 198).

3). “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka.” (QS. An-Nisaa: 29).

4). “Sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia bertambah, maka tidak bertambah dalam pandangan Allah, dan apa yang kamu berikan berupa zat yang kamu maksudkan untuk memperoleh keridhaan Allah, maka itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya).” (QS. Ar-Rum: 39).

b. Al-Hadist

1). “Sebaik-baiknya nafkah adalah hasil pekerjaan yang halal.” (HR. Ahmad).

2). “Pedagang yang jujur dan terpercaya akan bersama para nabi, orang-orang yang jujur dan para syuhada.” (HR. Tarmidzi).


(46)

27 3). “Nabi bersabda, ada tiga hal mengundang berkah: jual beli tidak secara tunai, muwaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).

4). “Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah sesuatu kedzaliman…” (HR. Abd. Al-Raziq).

5). “Pembeli dan penjual berhak untuk membatalkan perjanjian mereka selama mereka tidak terpisah. Apabila mereka itu berbicara benar dan menjalankannya, maka transaksi itu akan diberkahi, tetapi bila mereka saling menyembunyikan dan berdusta, maka berkah atas transaksi mereka itu akan pupus.” (HR. Imam Bukhari).

6)“Rafa’ah meriwayatkan, bahwa dia telah keluar bersama Nabi Muhammad SAW ke mushalla, kemudian beliau menyaksikan ada orang saling jual beli. Beliau bersabda: “Hai para pedagang”. Kemudian mereka mengangkat kepala dan pandangan mereka tertuju kepada beliau, untuk memenuhi panggilannya. Beliau bersabda: “Bahwa para pedagang nanti akan dibangkitkan pada hari kiamat sebagai orang yang durjana, kecuali pedagang yang bertaqwa kepada Allah, taat, dan jujur.” (HR. Imam At-Tarmidzi).


(47)

28 c. Fatwa Dewan Syariah Nasional

Dasar pertimbangan penerapan murabahah dalam perbankan syariah tercantum dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah menyebutkan:

1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. 2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariat Islam. 3) Barang yang membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian

barang yang disepakati kualifikasinya.

4) Bank membeli barang yang diperlukan oleh nasabah atas nama Bank sendiri dan pembelian ini harus dan bebas riba.

5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.

6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual yang senilai harga plus keuntungan. Dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.

7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.


(48)

29 9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.

Saeed Abdullah (2004: 121) mengemukakan bahwa secara empiris

murabahah memang lebih dibandingkan jenis pembiayaan lain, hal ini disebabkan antara lain oleh:

1) Murabahah adalah suatu mekanisme pembiayaan investasi jangka pendek, dan dibandingkan dengan sistem Profit And Loss Sharing

(PLS) cukup memudajkan.

2) Mark-up dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga memastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan yang sebanding dengan keuntungan berbasis bunga yang menjadi saingan bank-bank Islam.

3) Murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pendapatan dari bisnis-bisnis dengan sistem PLS.

4) Murabahah tidak memungkinkan bank-bank Islam untuk mencampuri manajemen bisnis, karena bank bukanlah mitra si nasabah, sebab hubungan mereka dalam murabahah adalah hubungan antara kreditur dan debitur.

d.Hukum Positif

Salman Alfaridi (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi margin pembiayaan murabahah”


(49)

30 menyebutkan bahwa hukum positif dari murabahah adalah sebagai berikut:

1)Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang telah disempurnakan dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

2)Peraturan Bank Indonesia No. 5/3/PBI/2003 tentang Fasilitas Pembiayaan Jangka pendek Bagi Bank Syariah.

3)Peraturan Bank Indonesia No. 5/7/PBI/2003 tentang Kualitas Aktiva Produktif Bagi Bank Syariah.

4)Peraturan Bank Indonesia No. 5/9/PBI/2003 tentang Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Bagi Bank Syariah.

5)Peraturan Bank Indonesia No. 5/26/PBI/2003 tentang Laporan Bulanan Bank Syariah.

6)Surat edaran Bank Indonesia No. 5/26/BPS/2003 tentang Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia.

7)Surat edaran Bank Indonesia No. 5/31/DSM/2003 tentang Laporan Bulanan Umum Syariah

2. Syarat Murabahah

Syarat Bai’ Al-Murabahah adalah sebagai berikut (M. Syafi’I Antonio, 2001:102):

a. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.


(50)

31 c. Kontrak bebas dari riba

d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian.

e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.

Antonio (2001) berpendapat bahwa secara prinsip, jika syarat dalam (a), (d), (e) tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan:

a. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya,

b.Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual,

c. Membatalkan kontrak.

Jual beli secara al-murabahah diatas hanya untuk barang atau produk yang telah dikuasai atau dimiliki oleh penjual pada waktu negosiasi dan berkontrak. Bila produk tersebut tidak dimiliki penjual, sistem yang digunakan adalah murabahah kepada pemesan pembelian (murabahah

KPP). Hal ini dinamakan demikian karena si penjual semata-mata mengadakan barang untuk memenuhi kebutuhan si pembeli yang memesannya.

3. Tujuan Murabahah Kepada Pemesan Pembelian (KPP)

Antonio (2001) dalam bukunya yang berjudul “Bank syariah dari teori ke praktik” mengemukakan ide tentang jual beli murabahah KPP tampaknya berakar pada dua alasan berikut:


(51)

32

Pertama, mencari pengalaman. Satu pihak yang berkontrak (pemesan pembelian) meminta pihak lain (pembeli) untuk membeli sebuah aset. Pemesan berjanji untuk ganti membeli aset tersebut dan memberinya keuntungan. Pemesan memilih sistem pembelian ini, yang biasanya dilakukan secara kredit, lebih karena ingin mencari informasi dibanding alasan kebutuhan yang mendesak terhadap aset tersebut.

Kedua, mencari pembiayaan. Dalam operasi perbankan syariah, motif pemenuhan pengadaan aset atau modal kerja merupakan alasan utama yang mendorong datang ke bank. Pada gilirannya, pembiayaan yang diberikan akan membantu memperlancar arus kas (cash flow) yang bersangkutan. (M. Syafi’I Antonio, 2001:103)

4. Beberapa Ketentuan Umum Tentang Murabahah

Salman Alfaridi (2007) menyebutkan mengenai ketentuan umum tentang murabahah adalah sebgai berikut:

a. Jaminan

Pada dasarnya jaminan bukanlah satu rukun atau syarat yang mutlak dipenuhi dalam bai’ al-murabahah, demikian juga dalam murabahah

KPP. Jaminan dimaksudkan untuk menjaga agar si pemesan tidak main-main dengan pesanan. Si pembeli (penyedia pembiayaan/bank) dapat meminta si pemesan (pemohon/nasabah) suatu jaminan (rahn) untuk dipegangnya. Dalam teknis operasionalnya, barang-barang yang dipesan


(52)

33 dapat menjadi salah satu jaminan yang bias diterima untuk pembayaran utang.

b.Utang Dalam Murabahah KPP

Secara prinsip, penyelesaian utang si pemesan dalam transaksi

murabahah KPP tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan si pemesan kepada pihak ketiga atas barang pesanan tersebut. Apakah si pemesan menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban menyelesaikan utangnya kepada si pembeli.

Jika pemesan menjual barang tersebut sebelum masa angsurannya berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya. Seandainya penjualan aset tersebut merugi, contohnya jika nasabah adalah pedagang juga, pemesan juga harus menyelesaikan pinjamannya sesuai kesepakatan awal. Hal ini karena transaksi penjualan kepada pihak ketiga yang dilakukan nasabah merupakan akad yang benar-benar terpisah dari akad murabahah pertama dengan baik.

c. Penundaan Pembayaran oleh Debitur Mampu

Seorang nasabah yang mempunyai kemampuan ekonomis dilarang menunda penyelesaian utangnya dalam al-murabahah ini. Bila seorang pemesan menunda penyelesaian utang tersebut, pembeli dapat mengambil tindakan: mengambil prosedur hukum untuk mendapatkan


(53)

34 kembali utang itu dan mengklaim kerugian finansial yang terjadi akibat penundaan.

d.Bangkrut

Jika pemesan berutang dianggap pailit dan gagal menyelesaikan utangnya karena bener-benar tidak mampu secara ekonomis dan bukan karena lalai sedangkan ia mampu, kreditor harus menunda tagihan utang sampai ia menjadi sanggup kembali.

5. Manfaat dan Risiko Murabahah

Sesuai dengan sifat bisnis (tijarah), transaksi bai’ al-murabahah

memiliki beberapa manfaat, demikian juga risiko yang harus diantisipasi.

Bai’ al-murabhah memberi banyak manfaat kepada bank syariah. Salah satunya adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjualan dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem bai’ al-murabahah juga sangat sederhana. Hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya di bank syariah.

Diantara kemungkinan risiko yang harus diantisipasi antara lain sebagai berikut: (Antonio, 2001: 107)

a. Default atau kelalaian; nasabah sengaja tidak membayar angsuran.

b.Fluktuasi harga komparatif . Ini terjadi bila harga suatu barang di pasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bias mengubah harga jual beli tersebut.


(54)

35 c. Penolakan nasabah; barang yang dikirim bias saja ditolak oleh nasabah

karena berbagai sebab. Bias jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga nasabah tidak mau menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan. Bila bank telah menandatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, barang tersebut akan menjadi milik bank. Dengan demikian, bank mempunyai risiko untuk menjualnya kepada pihak lain.

d.Dijual; karena bai’ al-murabahah bersifat jual beli dengan untung, maka ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apa pun terhadap aset miliknya tersebut. Termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian, risiko untuk default

akan besar.

6.Hal-hal Yang Dilarang Dalam Transaksi Perbankan Syariah Yang Menggunakan Akad Bai’ Al-Murabahah

Nibrah Hosen (2008) menyebutkan bahwa transaksi bai’ al-murabahah hanya diperbolehkan untuk transaksi jual beli barang atau komoditi tidak untuk menambahkan modal atau di gunakan untuk modal kerja. Untuk modal kerja bias menggunakan akad lain seperti mudharabah

(bagi hasil) dan musyarakah (kemitraan, bagi hasil dan bagi rugi), bukan akad murabahah.


(55)

36

Nasabah menggunakan dana pinjaman dari Bank dengan akad

murabahah untuk digunakan pada keperluannya yang lain, bukan untuk membeli komoditi dari Bank. Padahal jelas sekali akad bai’ al-murabahah

adalah akad jual beli dimana Bank syariah bertindak sebagai pihak penjual. Bank menjual komoditi kepada nasabah sebelum bank memiliki komoditi tersebut. Hal ini tidak sesuai dengan prinsip ekonomi syariah di mana Bank sebagai pihak penjual harus sudah memiliki barang yang hendak di jualnya kepada pihak pembeli.

Bank dan nasabah melakukan perjanjian akad murabahah pada saat nasabah sudah membeli komoditi dari pihak lain. Seharusnya nasabah membeli komoditi dari Bank pada saat akad berlangsung. Bukannya membeli barang pada pihak lain dan mendapatkan pinjaman pembayarannya dari pihak Bank. Dalam hal ini transaksinya sama dengan memberi pinjaman dengan imbalan bunga (riba) pada Bank konvensional.

Murabahah tidak boleh di roll-over, karena prinsip murabahah adalah jual beli, bukan pinjaman berbasis bunga.

Nasabah tidak boleh dikenakan sangsi untuk late or default payment, karena sekali lagi transaksi murabahah adalah prinsip syariah berdasarkan jual beli, bukan pinjaman dengan bunga. Kalau memang nasabahnya dengan sengaja memanfaatkan kondisi seperti ini, maka Bank syariah dapat mengenakan sangsi berupa denda atas keterlambatan pembayaran kepada


(56)

37 nasabah, dan harus menyalurkan pendapatan dari pembayaran denda tersebut kepada Badan Zakat.

Pemberlakuan praktek da wa ta’ajjal, atau pemberian diskon pada nasabah yang rajin membayar cicilannya sebelum jatuh tempo. Sebagian besar Ulama melarang praktek ini jika diskon tersebut dikaitkan dengan waktu pembayaran yang dipercepat, dengan alasan ada indikasi riba, dimana riba terjadi ketika satu pihak di untungkan dan pihak yang lain di rugikan. Namun, sebagian dari Ulama klasik mengizinkan praktek ini, tetapi kebanyakan dari para Ulama juga menolak “da wa ta’ajjal” ini di terapkan termasuk para Ulama-ulama dari pengikut golongan 4 mazhab yaitu: Maliki, Hanafi, Syafi’I dan Hambali. (Nibrah Hosen, 2008)

E.Penetapan Harga Jual

Menurut Perwataatmadja (2004), praktik dagang Rasulullah ini bisa diterapkan di bank syariah pada pembiayaan murabahah dengan beberapa pendekatan. Biaya yang telah dikeluarkan (cost recovery) bisa didekati dengan membagi proyeksi jumlah biaya operasional bank dengan target volume pembiayaan murabahah. Margin murabahah dalam konteks ini adalah cost recovery ditambah dengan keuntungan yang diinginkan bank. Jadi dapat disimpulkan bahwa harga jual pada skim murabahah merupakan penjumlahan dari harga beli bank ditambah dengan cost recovery dan ditambah dengan


(57)

38 keuntungana yang diinginkan. Sedangkan margin merupakan selisih dari harga jual dikurangi dengan harga beli.

Rumus:

Harga Jual Bank = Harga Beli Bank + Cost Recovery + Keuntungan

Cost Recovery = Proyeksi Biaya Operasi / Target Volume Pembiayaan Murabahah

Margin Murabahah = Cost Recovery + Keuntungan Sumber: Perwataatmadja (2004)

Rumusan di atas memberikan petunjuk bahwa semakin efisien biaya operasi bank, akan semakin murah harga jual bank atau semakin tinggi peluang memperoleh keuntungan. Semakin besar target volume pembiayaan atau jumlah nasabah pembiayaan, akan semakin murah harga jual bank sehingga semakin tinggi peluang memperoleh keuntungan. Petunjuk lainnya adalah bahwa margin yang dihitung dari formula diatas kemudian dibandingkan (benchmark) dengan bunga pinjaman bank konvensional. Apabila margin harga jual bank syariah lebih tinggi dari bunga pinjaman bank konvensional maka dapat dilakukan beberapa kali peninjauan, yaitu: pertama, terhadap keuntungan, kedua terhadap proyeksi biaya operasi, dan ketiga terhadap target volume pembiayaan. Dengan kata lain harga jual bank syariah harus selalu diusahakan bersaing (lebih murah) dari bunga pinjaman bank konvensional. Semakin murah harga jual yang ditawarkan bank syariah dapat merupakan suatu petunjuk bahwa bank syariah tersebut beroperasi dengan efisien. Harga


(58)

39 jual pembiayaan murabahah yang relatif murah, maka akan mendorong sektor riil untuk lebih berkembang lagi.

Berdasarkan rumusan tersebut, dalam margin bank syariah tidak ada unsur bagi hasil yang diberikan bank untuk nasabah penabung maupun deposan yang diperhitungakan. Jadi rumusan diatas semata-mata menggunakan prinsip dagang Rasulullah SAW. Berbeda dengan tataran praktik kebanyakan perbanakn syariah yang saat ini dilakukan, dimana menurut Perwataatmadja (2004), perhitungan margin murabahah misalnya masih mirip dengan perhitungan bunga kredit yang diberikan bank konvensional secara flat rate. Beberapa bank masih memperhitungkan bagi hasil yang diberikan kepada penyimpan dana sebagai cost of fund. Perhitungan bagi hasil masih didasarkan revenue sharing. Agar lebih terlihat perbedaan perhitungan margin akan dipaparkan sistem penetapan tingkat bunga yang digunakan bank konvensional.

Penentuan tingkat bunga di bank konvensional, menurut Dahlan Siamat (2001: 128) dipengaruhi oleh berapa besar biaya dana bank (cost of loanable fund), spread, biaya overhead, pajak dan premi risiko. Teknis perhitungannya adalah sebagai berikut:


(59)

40 Ilustrasi perhitungan:

Cost of Fund : 10,97% Overhead Cost : 4,0% Cost Of Money (COM) : 14,97% Spread : 3,5% COM+Spread : 18,47% Pajak 30% : 1,05% Resiko : 4,85% Base Lending Rate (BLR) : 24,37% Sumber: Dahlan Siamat (2001: 131)

Sehingga penetapan harga ke debitur menjadi sebesar 124,37% dari nilai kredit awal. Apabila hasil perhitungan tingkat bunga kredit bank ternyata lebih tinggi dari market rate antar bank sejenis untuk jenis kredit yang sama, maka bank akan melakukan evaluasi atau penyesuaian untuk biaya yang masih memungkinkan untuk diturunkan, misalnya biaya overhead, spread atau risiko.

Berbagai penelitian telah membuktikan tentang dampak keburukan sistem bunga. Riba telah menjadi permasalahan serius dalam perspektif agama manusia, semua agama melarang riba. Namun seiring perjalanan waktu, larangan riba menjadi hilang ditelan masa, bahkan riba menjadi salah satu instrumen utama dalam aktifitas perekonomian umat manusia.

Yang dimaksud dengan referensi margin keuntungan menurut Karim (2007) adalah marjin keuntungan yang ditetapkan dalam rapat ALCO Bank Syariah. Penetapan margin keuntungan pembiayaan berdasarkan rekomendasi, usul dan saran dari Tim ALCO Bank Syariah, dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut:


(60)

41 1. Direct Competitor’s Market Rate (DCMR)

Yang dimaksud dengan Direct Competitor’s Market Rate (DCMR) adalah tingkat margin keuntungan rata-rata perbankan syariah, atau tingkat margin keuntungan rata-rata beberapa bank syariah yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai kelompok kompetitor langsung atau tingkat margin keuntungan bank syariah tertentu yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai kompetitor langsung terdekat.

2. Indirect Competitor’s Market Rate (ICMR)

Yang dimaksud dengan Indirect Competitor’s Market Rate (ICMR)

adalah tingkat suka bunga rata-rata perbankan konvensional, atau tingkat rata-rata suku bunga beberapa bank konvensional yang dalam rapat ALCO ditetapkan sebagai kelompok kompetitor tidak langsung atau tingkat rata-rata suku bunga bank konvensional tertentu yang dalam rapat ALCO ditetapkan sebagai kompetitor tidak langsung yang terdekat.

3. Expected Competitive Return for Investors (ECRI)

Yang dimaksud dengan Expected Competitive Return for Investors (ECRI) adalah target bagi hasil kompetitif yang diharapkan dapat diberikan kepada dana pihak ketiga.

4. Acquiring Cost

Yang dimaksud dengan Acquiring Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.


(61)

42 5. Overhead Cost

Yang dimaksud dengan Overhead Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang tidak langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.

F.Faktor Eksternal dan Faktor Internal yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan Murabahah

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi margin pembiayaan murabahah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.Faktor Internal a. Biaya Operasional

Menurut Adi Nugroho (2005: 89) biaya operasional adalah biaya-biaya yang dikeluarkan bank dalam kegiatan operasionalnya terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya administrasi dan umum, biaya penyusutan, biaya pencadangan penghapusan aktiva produktif, dan biaya lainnya yang terkait dengan operasinal bank syariah.

Karena operasional bank pada prinsipnya adalah mengumpulkan dana dan menyalurkan pembiayaan, maka semua biaya yang dikeluarkan untuk mendukung operasionalnya baik langsung maupun tidak langsung dapat digolongkan sebagai biaya operasional. Secara rata-rata biaya operasional perbulan dimasukkan ke dalam margin murabahah yang dibebankan kepada nasabah debitur.


(62)

43 b.Return on Assets (ROA)

Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur pengembalian (laba) setelah bunga dan pajak atas total aktiva. Hasil pengembalian total aktiva atau total investasi menunjukan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba. Hasil pengembalian ini dapat dibandingkan dengan penggunaan alternatif dari dana tersebut. Sebagai salah satu ukuran ke-efektifan, maka semakin tinggi hasil pengembalian, semakin efektiflah perusahaan (Dewi Astuti, 2004:37). Menurut Zainul Arifin (2006: 59) terdapat 2 (dua) rasio yang biasanya dipakai untuk mengukur kinerja bank. Salah satunya yaitu rasio

Return On Asset (ROA). ROA adalah perbandingan antara pendapatan bersih (net income) dengan rata-rata aktiva (average assets). Keuntungan bagi para pemilik bank merupakan hasil dari tingkat keuntungan (profitability) dan tingkat laverage yang dapat dipakai.

c. Tingkat keuntungan yang diinginkan (profit target)

Profit target merupakan suatu bentuk perencanaan guna tercapainya kinerja keuangan. Secara syariah pengambilan keuntungan ini diperbolehkan sepanjang adil dan disepakati oleh kedua belah pihak yang bertransaksi. Umumnya bank menetapkan range keuntungan yang telah diperhitungkan dan akhirnya dikelurkan sebgai kebijakan dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) tahunan. (Adi Nugroho, 2005: 84).


(63)

44 2.Faktor Eksternal

a. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto. Sistem yang digunakan dalam lelang SBI adalah sistem Stup Out Rate (SOR), yaitu tingkat diskonto yang dihasilkan dari lelang dalam rangka mencapai target jumlah SBI yang akan dijual oleh Bank Indonesia. (Siti Qoriah, 2009) a. Suku Bunga Pinjaman Bank Konvensional/Base Lending Rate

Tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate) adalah imbalan yang nasabah berikan kepada suatu bank atas dana yang bank tersebut pinjamkan untuk kepentingan nasabah. (Adi Nugroho, 2005: 56)

G.Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Adi Nugroho (2005) yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia)” dikemukakan bahwa biaya

overhead, dan bagi hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap margin muarabaha. Namun variabel volume pembiayaan murabahah dan profit target Bank Muamalat Indonesia tidak berpengaruh secara signifikan terhadap margin murabahah, namun tetap memiliki hubungan antara keduannya.


(64)

45 Penelitian yang dilakukan oleh Adi Nugroho menunjukkan pengaruh biaya

overhead terhadap margin murabahah adalah sebesar 1,734x10-6, pengaruh beban bagi hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap margin murabaha adalah sebesar 3,854x10-6.

Penelitian yang dilakukan Mohamad Heykal (2008) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penetapan Margin Murabahah

untuk Produk Pembiayaan Pemilikan Rumah Studi Kasus: PT. Bank Syariah Mandiri” dikemukakan bahwa volume biaya overhead satu bulan sebelumnya, beban bagi hasil DPK satu bulan sebelumnya, Jumlah tingkat keuntungan bank yang diinginkan dan tingkat bunga pinjaman bank konvensional satu bulan sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap penetapan margin murabahahi pembiayaan pemilikan rumah. Penelitian yang dilakukan Mohamad Heykal menunjukkan pengaruh biaya overhead terhadap margin murabahah pembiayaan pemilikan rumah adalah sebesar 4,349x10-5, pengaruh beban bagi hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap penetapan margin murabahah pembiayaan pemilikan rumah adalah sebesar -4.79x10-5, pengaruh jumlah tingkat keuntungan bank yang diinginkan terhadap penetapan margin murabahah pembiayaan pemilikan rumah adalah sebesar 2,397x10-7, dan pengaruh tingkat bunga pinjaman bank konvensional satu bulan sebelumnya terhadap penetapan margin murabahah pembiayaan pemilikan rumah adalah sebesar 0,546.


(65)

46 Penelitian yang dilakukan Sri Wahyuni (2008) yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Margin Murabahah (Studi Kasus di Bank Mu’malat Indonesia)” dikemukakan bahwa bagi hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) yang diberikan kepada nasabah penabung, deposan maupun pihak lain yang memberikan pinjaman kepada bank syariah secara individu berpengaruh terhadap penetapan margin murabahah. Penelitian yang dilakukan Sri Wahyuni menggunakan metode analisis regresi linier sederhana, dimana hasilnya adalah pengaruh bagi hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap margin murabahah adalah sebesar -7,380E-05.

Penelitian yang dilakukan Ahmad Chumsoni (2007) yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Margin Murabahah (Studi Kasus Pada Bank Syariah “X”)” dikemukakan bahwa suku bunga kredit konsumtif bank konvensional, bagi hasil DPK porsi murabahah, premi risiko murabahah dan target profit bank syariah terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap margin pembiayaan murabahah Bank Syariah “X”.

Penelitian Salman Alfaridi (2007) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus Bank “X” Syariah Jakarta)” dikemukakan bahwa volume pembiayaan murabahah, bagi Hasil Dana Pihak Ketiga (DPK), dan biaya overhead berpengaruh secara signifikan terhadap margin murabahah. Penelitian yang dilakukan Salman Alfaridi menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif, dimana hasilnya adalah pengaruh pembiayaan murabahah terhadap margin murabahah adalah


(66)

47 kk

sebesar -0,018, pengaruh bagi hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap margin murabahah adalah sebesar 0,582, dan pengaruh biaya overhead terhadap

margin murabahah adalah sebesar 0,869.

H.Kerangka Pemikiran

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model persamaan regresi linear berganda. Dalam analisis regresi linear berganda, langkah awal yang akan dilakukan adalah menguji persyaratan, analisis dilakukan uji normalitas data, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autukorelasi. Multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu (residual).

Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik, dilakukan pengujian signifikansi model. Pengujian statistik dapat diukur dari nilai statistik-F (ANOVA), koefisien determinasi (R2), statistik t . uji statistik-F untuk melihat pengaruh seluruh variabel bebas secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel terikat, digunakan angka adjusted R2. Angka adjusted R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebasnya dalam menjelaskan variabel terikatnya sangat terbatas. Selanjutnya dihitung koefisien korelasi untuk melihat hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat, serta sesama


(67)

48 variabel bebas. Selanjutnya dilakukan perhitungan koefisien determinasi untuk mengetahui seberapa besar variabel terikat dapat diterangkan oleh variabel bebas. Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara parsial (individual) dalam menerangkan variabel terikat. Gambar kerangka pemikiran adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

PT. Bank Muamalat Indonesia

Var. Dependen (Y):

Margin murabahah

Var. Independen (X):

Biaya overhead, ROA, profit target,bunga pinjaman bank konvensional, suku bunga SBI

Uji Asumsi Klasik: Normalitas Data, Multikolinearitas, Autokorelasi,

Heteroskedastisitas Analisis Regresi Berganda

Uji Signifikansi: Uji R2, Uji f dan Uji t

INTERPRETASI Uji Model Regresi


(68)

49 I. Hipotesis

Adapun rangkaian hipotesa yang dikembangkan oleh penulis adalah:

1.H0 : β = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara

biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate), tingkat keuntungan bank yang diinginkan (profit target) terhadap margin pembiayaan murabahah.

H1 : β ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate), tingkat keuntungan bank yang diinginkan (profit target) terhadap margin pembiayaan murabahah.

2. H0 : β1, β2, β3, β4, β5 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate), tingkat keuntungan bank yang diinginkan (profit target) terhadap margin pembiayaan murabahah.

H1 : β1, β2, β3, β4, β5 ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara biaya operasional (BOP), rasio Return On Asset (ROA), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat suku bunga pinjaman bank konvensional (Base Lending Rate), tingkat keuntungan bank yang diinginkan (profit target) terhadap margin pembiayaan murabahah.


(1)

112

Coefficientsa

-189.159 202.692 -.933 .357

6.942E-11 .000 .193 .569 .573 .224 4.469

-9.912 20.834 -.118 -.476 .637 .417 2.398

.344 5.993 .016 .057 .955 .325 3.078

12.695 12.070 .462 1.052 .300 .134 7.468

3.232E-10 .000 .334 1.119 .271 .290 3.447

(Constant) BOP ROA SBI BLR PROFIT Model

1 B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: MARGIN a.

Model Summaryb

.348a .121 -.008 69.94093 2.462 Model

1 R R Square

Adjusted

R Square Std. Error ofthe Estimate Durbin-Watson Predictors: (Constant), PROFIT, ROA, SBI, BOP, BLR

a.

Dependent Variable: MARGIN b.

Hasil Uji Multikolinearitas Data Sebelum Ln


(2)

113


(3)

114

Hasil Uji Heteroskedastisitas Setelah Ln

Hasil Uji Multikolinearitas Setelah Ln

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 46.619 11.493 4.056 .000

BOP .536 .296 .901 -4.710 .003 .859 1.164

ROA 1.370 .342 1.094 4.008 .001 .841 1.189

SBI 1.399 .523 .662 2.676 .013 .903 1.107


(4)

115

Profit -1.657 .352 -2.669 1.809 .064 .876 1.141

a. Dependent Variable: margin

Hasil Uji Autokorelasi Setelah Ln

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .742a .551 .458 .45755 2.157

a. Predictors: (Constant), profit, ROA, SBI, BOP, lendingrate b. Dependent Variable: margin

LAMPIRAN 2


(5)

116

Hasil Pengujian Adjusted R

2

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .742a .551 .458 .45755 2.157

a. Predictors: (Constant), profit, ROA, SBI, BOP, lendingrate

Hasil Pengujian Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen Secara

Simultan

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 6.171 5 1.234 5.896 .001a

Residual 5.024 24 .209

Total 11.196 29

a. Predictors: (Constant), profit, ROA, SBI, BOP, lendingrate b. Dependent Variable: margin

Hasil Pengujian Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen Secara

Parsial

Coefficientsa

Unstandardized


(6)

117

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 46.619 11.493 4.056 .000

BOP .536 .296 .901 -4.710 .003 .859 1.164

ROA 1.370 .342 1.094 4.008 .001 .841 1.189

SBI 1.399 .523 .662 2.676 .013 .903 1.107

lendingrate -6.921 1.983 -1.794 -3.491 .002 .898 1.114

Profit -1.657 .352 -2.669 1.809s .064 .876 1.141