PEMANFAATAN Sargassum sp. DAN INOSITOL DALAM PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN DAYA TAHAN TUBUH JUVENIL IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy Lac. )

(1)

PEMANFAATAN Sargassum sp. DAN INOSITOL DALAM PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN DAYA TAHAN TUBUH JUVENIL

IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy Lac. )

ABSTRAK Oleh Dwi Lestari

Ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) merupakan salah satu ikan air tawar yang pemeliharaannya relatif mudah namun pertumbuhannya sangat lambat, tingkat mortalitasnya tinggi yang disebabkan oleh perubahan lingkungan dan penyakit. Salah satu alternatif cara untuk memacu pertumbuhan ikan gurami yaitu dengan pemberian pakan yang bernutrisi tinggi. Sargassum sp. dan inositol diketahui memiliki kandungan senyawa yang dapat memacu pertumbuhan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan Sargassum sp. dan inositol pada pakan komersil terhadap pertumbuhan dan daya tahan tubuh juvenil ikan gurami. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – April 2015 di Laboratorium Biologi Molekuler Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan lima ulangan. Keseluruhan data dianalisis menggunakan Anova dan uji Tukey’s (=5%). Hasil penelitian menunjukkan penambahan senyawa inositol dan Sargassum sp. dalam pakan komersil berpengaruh nyata terhadap pertambahan berat tubuh, panjang tubuh, tinggi tubuh, dan laju pertumbuhan spesifik juvenil ikan gurami dibandingkan dengan kontrol. Pada perlakuan penambahan pakan Sargassum sp. dan campuran (Sargassum sp. dan inositol) dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan tingkat kelulushidupan / sintasan juvenil ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) sebesar 100% terhadap bibit penyakit yang disebabkan oleh protozoa yaitu Mixobolus sp.


(2)

PEMANFAATAN Sargassum sp. DAN INOSITOL DALAM PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN DAYA TAHAN TUBUH JUVENIL

IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy Lac. )

Oleh Dwi Lestari

Skripsi

SARJANA SAINS Pada

Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

2015


(3)

(4)

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Bintang, Provinsi Lampung pada tanggal 12 Mei 1993, sebagai anak pertama dari dua saudara, dari pasangan Bapak Marimin dan Ibu Sukiyem.

Penulis mulai menempuh pendidikan pertamanya pada tahun 1999 di Sekolah Dasar Negeri 3 Jatibaru Tanjung Bintang Lampung Selatan. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Tanjung Bintang Lampung Selatan pada tahun 2005, dan melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Tanjung Bintang Lampung Selatan pada tahun 2008.

Pada tahun 2011, penulis tercatat sebagai salah satu mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tertulis. Penulis memperoleh beasiswa BBM pada tahun 2012 dan beasisiswa PPA pada tahun 2013 hingga 2015. Selama menjadi mahasiswa di Jurusan Biologi FMIPA Unila, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum dan Botani Umum jurusan Agroteknologi Pertanian, Struktur Perkembangan


(6)

Tumbuhan, Struktur Perkembangan Hewan, Biologi Umum, Planktonologi, Pteridologi, Pencemaran Lingkungan dan Genetika Jurusan Biologi. Penulis juga aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) FMIPA Unila sebagai Anggota Biro Kesekretariatan dan Pengembangan Diri 2013-2014.

Pada Tahun 2014, Penulis melaksanakan Kerja Praktik di UPTD Laboratorium Pengendalian dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi Lampung dengan judul “Pengujian Escherichia coli dalam Produk Udang Beku dengan Metode SNI 01-2332.1-2006 di Laboratorium Pengendalian dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi Lampung ”.


(7)

PERSEMBAHAN

Sembah sujud dan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan Kasih sayang-Mu yang telah memberikannku kekuatan,

kesabaran, kesehatan, rizeki dan membekaliku ilmu.

Atas karuniamu dan kemudahan yang engkau berikan akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam terlimpah

keharipan baginda Rasullah Muhammad SAW.

Kupersembahkan karya ini kepada kepada orang-orang terkasih dan kusayangi:

Ayahanda (Marimin) dan Ibunda (Sukiyem)

Sebagai tanda hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga atas segala dukungan, motivasi, cinta kasih, serta doa yang tiada

hentinya.

Terima kasihku juga ku persembahkan kepada bapak/ibu guru dan dosen yang telah banyak memberiku bekal ilmu bermanfaat, serta

bimbingan dan arahan kepadaku.

Terima kasihku persembahkan juga kepada adikku (Riska Tri Setya Wati), kakakku (Efendi), keluarga besarku dan sahabat-sahabat baikku atas motivasi, kebersamaan dan doa yang teriring

selalu.


(8)

MOTO

Sesungguhnya Allah SWT telah mewajibkan kalian berusaha, maka hendaklah kalian berusaha (HR. Tabrani)

Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu bekerja keras untuk mengubahnya (Al-Qur’an 13:11)

Janganlah membanggakan dan meyombongkan diri dari apa yang kita peroleh, turut dan ikutilah ilmu padi makin berisi makin tunduk dan makin bersyukur kepada yang menciptakan kita Allah SWT.


(9)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur atas rahmat Allah SWT dengan segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan salah satu syarat dalam menempuh pendidikan strata satu atau sarjana dalam bidang sains yaitu skripsi yang berjudul “PEMANFAATAN Sargassum sp. DAN INOSITOL DALAM PAKAN TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN DAYA TAHAN TUBUH JUVENIL IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy Lac.)”.

Dengan terselesaikannya skripsi ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orangtua tercinta, Bapak (Marimin) dan Ibu (Sukiyem) terima kasih yang teramat dalam atas doa , kasih sayang, kesabaran, semangat, dan nasehat-nasehatnnya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Endang Linirin Widiastuti, Ph.D., selaku pembimbing I yang begitu sabar

membimbing, menasehati, memberikan saran, kritik, serta kepercayaan bagi penulis.

3. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc. selaku pembimbing II sarta Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas


(10)

Lampung yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini untuk setiap nasihat, saran, dan motivasi yang membangun bagi penulis.

4. Bapak Dr. G.Nugroho Susanto, M.Sc., selaku penguji skripsi terimakasih atas bimbingan, saran dan kritik serta ketersediaannya menjadi pembahas dalam penelitian ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Bapak Dr. Sumardi M.Si, selaku pembimbing akademik terimakasih atas bimbingan, saran dan kritik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

6. Bapak Prof. Suharso Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Alam Universitas Lampung.

7. Bapak dan ibu Dosen Jurusan Biologi FMIPA Unila terimakasih atas ilmu, bimbingan dan bantuannya kepada penulis.

8. Adikku tersayang (Riska Tri Setyawati), kak Efendi dan keluarga besarku terima kasih yang teramat dalam atas doa , kasih sayang, kesabaran, semangat, dan nasehat-nasehatnnya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 9. Sahabat seperjuangan penelitian (Umi Latifah, Tiara Luthfi, Dewi Okvita)

terimakasih untuk kerjasama, kebersamaan, dukungan, semangat, saran, kritik, bimbingan dan doa selama menjalani penelitian ini.

10.Ibu Nunung sebagai Laboran Biologi Molekuler terimakasih untuk ,

kebersamaan, kerjasama, dukungan , semangat, saran, kritik, dan doa selama menjalani penelitian ini.

11.Karyawan dan staff Laboran Jurusan Biologi serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.


(11)

12.Seluruh sahabat seperjuangan dan keluarga Biologi angkatan 2011, Agra, Agung, Iyan, Aini, Isro, Anggi, Astrid, Aysca, Christi, Dany, Debby D, Debby S,Diah, Edel, Eka, Fadil, Suci, Fenida, Cendana, Ariani, Sobran, Mardha, Maria, Melinda, Mery, Mirna, Nindia, Nori, Hani, Putri, Ori, Rangga, Reni, Ria, Rila, Riska, Robit, Sa’adah, Siti,Vista, Wayan, Wendy, Widamay dan Yuliani terimakasih atas dukungan, bantuan, saran, kritik, canda tawa, dan kebersamaannya untuk penulis.

13.Kakak tingkat 2008, 2009, 2010, adik-adik tingkat 2012, 2013, 2014, dan seluruh Wadya Ballad HIMBIO yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih kebersamaan dan pembelajaran yang sangat berarti bagi penulis. 14.Almamater Tercinta.

Semoga Allah SWT selalu memberikan hidayah dan barokah kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penyusunan laporan ini dan jauh dari kesempurnaan, akan tetapi besar harapan semoga hasil tulisan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum Wr. Wb. Bandar Lampung, Juli 2015 Penulis,


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 4

C. Manfaat Penelitian ... 4

D. Kerangka Pemikiran ... 5

E. Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Klasifikasi Ikan Gurami ... 7

B. Morfologi Ikan Gurami ... 8

C. Strain Gurami ... 11

D. Habitat dan Penyebaran Ikan Gurami ... 11

E. Penyakit Pada Ikan Gurami ... 12

F. Klasifikasi dan Morfologi Myxobolus sp. ... 14

G. Habitat dan Penyebaran Myxobolus sp. ... 15

H. Tanda-Tanda Serangan Myxobolus sp. ... 16

I. Sistem Pertahanan Tubuh Ikan Gurami ... 17

J. Pakan Ikan Gurami ... 17

K. Klasifikasi dan Morfologi Sargassum sp. ... 21

L. Habitat dan Penyebaran Sargasssum sp. ... 22

M. Kandungan dan Manfaat Sargassum sp. ... 23

N. Senyawa Inositol ... 25


(13)

iv

III. METODE PENELITIAN ... 29

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 29

B. Alat dan Bahan ... 29

C. Metode Penelitian ... 30

D. Pelaksanaan Penelitian ... 30

1. Persiapan Aquarium ... 30

2. Persiapan Ikan ... 31

3. Aklimasi ... 31

4. Persiapan dan Pemberian Pakan ... 31

5. Pengambilan Sampel Air yang Mengandung Mikroorganisme Patogen ... 33

6. Pengambilan Data ... 33

7. Pengukuran Kualitas Air ... 33

8. Parameter Penelitian ... 34

8.1. Sintasan/Survival Rate (SR) ... 34

8.2. Berat, Panjang, dan Tinggi Tubuh ... 34

8.3. Laju Pertumbuhan Spesifik/Specific Growth Rate (SGR) 35 8.4. Rasio Konversi Pakan ... 35

8.5. Parameter Ikan Sakit ... 36

E. Analisis Data ... 38

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Pertumbuhan Juvenil Ikan Gurami ... 39

A.1. Penambahan Berat Tubuh Juvenil Ikan Gurami ... 39

A.2. Penambahan Panjang Tubuh Juvenil Ikan Gurami ... 42

A.3. Penambahan Tinggi Tubuh Juvenil Ikan Gurami ... 44

B. Laju Pertumbuhan Spesifik/Specific Growth Rate (SGR) ... 45

C. Rasio Konversi Pakan ... 48

D. Sintasan ... 49

E. Perilaku Juvenil Ikan Gurami ... 52

E.1. Perilaku Nafsu Makan Juvenil Ikan Gurami ... 52

E.2. Perilaku Agresif Ketika Makan Juvenil Ikan Gurami ... 53

E.3. Perilaku Mengambil Udara di Permukaan ... 54

F. Morfologi Juvenil Ikan Gurami ... 55

G. Kualitas Air ... 57

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Persentase Kadar Abu, Protein, Lemak, Serat Kasar, dan

Nitrogen Bebas yang Diberikan Berdasarkan Ukuran Tubuh

Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) ... 21

Tabel 2. Rerata Penambahan Berat Tubuh Juvenil Ikan Gurami ... 40

Tabel 3. Rerata Penambahan Panjang Tubuh Juvenil Ikan Gurami ... 42

Tabel 4. Rerata Penambahan Tinggi Tubuh Juvenil Ikan Gurami ... 44

Tabel 5. Rerata Laju Pertumbuhan Spesifik/Specific Growth Rate (SGR) ... 46

Tabel 6. Rerata Rasio Konversi Pakan ... 48

Tabel 7. Sintasan Juvenil Ikan Gurami ... 50

Tabel 8. Rata- rata Perilaku Nilai Nafsu Makan Juvenil Ikan Gurami .. 53

Tabel 9. Rata-rata Perilaku Nilai Agresif Ketika Makan Juvenil Ikan Gurami ... 54

Tabel 10. Parameter Kualitas Air ... 57

Tabel 11. Perilaku Mengambil Udara di Permukaan Air pada Juvenil Ikan Gurami ... 66

Tabel 12. Kondisi Tubuh Juvenil Ikan Gurami... 69

Tabel 13. Perilaku Nafsu Makan Pada Juvenil Ikan Gurami ... 72

Tabel 14. Perilaku Nilai Agresif Ketika Makan Juvenil Ikan Gurami ... 75


(15)

vi

Tabel 16. Panjang Tubuh Juvenil Ikan Gurami ... 78

Tabel 17. Lebar Tubuh Juvenil Ikan Gurami ... 79

Tabel 18. Penambahan Berat Tubuh Juvenil Ikan Gurami ... 80

Tabel 19. Penambahan Panjang Tubuh Juvenil Ikan Gurami ... 80

Tabel 20. Penambahan Lebar Tubuh Juvenil Ikan Gurami ... 81

Tabel 21. Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR) Juvenil Ikan Gurami ... 82

Tabel 22. Rasio Konversi Pakan ... 82

Tabel 23. Jumlah Pemberian Pakan Juvenil Ikan Gurami ... 83


(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Morfologi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) ... 10

Gambar 2. Morfologi Myxobolus sp. ... 15

Gambar 3. Morfologi Sargassum sp. ... 22

Gambar 4. Rumus Bangun Inositol ... 26

Gambar 5. Juvenil Ikan Gurami ... 85

Gambar 6. Sargassum sp. ... 85

Gambar 7. Inositol ... 85

Gambar 8. Pembuatan Pakan Buatan ... 85

Gambar 9. Akuarium Penelitian ... 85

Gambar 10. Pengukuran Panjang ... 85

Gambar 11. Pengukuran Tinggi ... 85

Gambar 12. Pengukuran Berat ... 85

Gambar 13. Pengukuran Suhu ... 86

Gambar 14. Pengukuran pH ... 86


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang 70% alamnya merupakan perairan yang terdiri dari rawa, sungai, danau, telaga, sawah, tambak, dan laut. Kekayaan alam ini sangat potensial untuk dimanfaatkan bagi pengembangan usaha perikanan. Segala jenis hasil perikanan merupakan sumber bahan makanan yang mengandung protein tinggi. Protein berguna untuk memenuhi kebutuhan gizi manusia agar tumbuh sehat. Selain mengandung protein yang tinggi ikan juga mengandung vitamin dan mineral untuk pertahanan tubuh.

Ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) adalah salah satu ikan air tawar yang pemeliharaannya relatif mudah sehingga banyak dibudidayakan di Indonesia. Ikan gurami diketahui mengandung gizi yang baik, daging yang tebal, gurih, rasa daging yang lezat, dan tekstur daging yang tidak lembek. Selain itu ikan gurami memiliki nilai jual yang tinggi dan kebutuhan untuk konsumsi yang setiap harinya semakin menunjukkan peningkatan (Akademi Perikanan Yogyakarta, 2011).

Salah satu penyebab kurangnya ketersediaan ikan gurami di pasaran adalah pertumbuhan ikan yang relatif lambat jika dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya sehingga memerlukan waktu yang lebih lama pada proses


(18)

2

budidaya dan pembenihan. Di perairan alam, gurami hidup di sungai, rawa air tawar yang berada 50–600 meter di atas permukaan laut. Tempat ideal untuk budidaya gurami berada pada ketinggian 50–400 meter di atas permukaan laut dengan suhu optimal bagi pertumbuhan gurami adalah 24– 28°C (Murtidjo, 2001). Menurut Effendi, Bugri, dan Widanarni (2006), pembudidaya ikan membutuhkan waktu delapan bulan untuk mencapai bobot 500 gram per ikannya. Menurut Akademi Perikanan Yogyakarta (2011), tingginya mortalitas larva yang disebabkan oleh penyakit juga merupakan faktor penyebab penyediaan benih yang belum sesuai dengan kebutuhan pasar.

Penyakit merupakan salah satu faktor kendala dalam kegiatan budidaya yang disebabkan oleh ketidakseimbangan interaksi antara faktor lingkungan, inang, dan agen penyakit. Faktor lingkungan dapat berperan sebagai pemicu

terjadinya stres bagi inang akibat perubahan fisik, kimia, dan biologis

lingkungan tersebut, sehingga daya tahan tubuh menurun dan menjadi rentan terhadap serangan penyakit (Irianto, 2007). Menurut Hastuti (2007), pada umumnya budidaya ikan dengan padatan jumlah tinggi melebihi kondisi normal di lingkungan bebas akan meningkatkan stres yang memicu munculnya penyakit yang disebabkan oleh virus maupun bakteri.

Secara umum penyakit ikan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu penyakit infeksius dan non infeksius. Penyakit infeksius terdiri dari penyakit yang disebabkan oleh parasit, bakteri, jamur, dan virus, sedangkan penyakit non-infeksius disebabkan oleh lingkungan, makanan, dan genetis. Salah satu


(19)

3

penyakit yang berbahaya bagi kegiatan budidaya adalah jamur (Subandi, 2010). Gejala adanya jamur yang dapat dilihat secara klinis adalah terdapat benang-benang halus mirip dengan kapas yang menempel pada telur atau luka pada bagian eksternal ikan, serta perubahan warna sirip dan tubuh ikan menjadi merah. Penyebaran jamur tersebut sangat cepat menular ke ikan lain yang berada dalam satu kolam. Hal ini berpotensi menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi pembudidaya ikan (Jefri, 2011).

Haryati (2005), menyatakan bahwa pakan merupakan faktor pembatas produksi dalam suatu kegiatan budidaya terutama budidaya ikan secara intensif, setelah faktor kunci yang lain terpenuhi. Pada budidaya intensif, pakan merupakan penentu pertumbuhan, apabila pakan yang diberikan tidak memenuhi syarat maka laju pertumbuhan akan menurun, berkurangnya bobot badan dan terjadinya malnutrisi. Palinggi dan Usman (2005) menyatakan bahwa ikan dapat tumbuh dengan baik bila diberi pakan yang berkualitas yaitu pakan yang mengandung semua nutrien yang dibutuhkan oleh ikan untuk tumbuh. Pakan yang berkualitas diperoleh dari hasil ramuan yang baik dari bahan-bahan berkualitas.

Tingkat mortalitas ikan akan tinggi, apabila sistem imun ikan kurang memadai. Peningkatan sistem imun dapat dilakukan dengan pemberian pakan bernutrisi tinggi, salah satunya adalah rumput laut Sargassum sp. dan inositol. Rumput laut berpotensi sebagai produsen metabolit bioaktif yang beragam dengan aktivitas yang sangat luas sebagai antibakteri, antivirus, antijamur, dan sitotastik. Kandungan nutrisi yang cukup juga dapat


(20)

4

meningkatkan laju pertumbuhan ikan gurami. Menurut Winarno (1990), rumput laut umumnya mengandung air antara 12,95–27,50 %, protein 1,60–10,00 %, karbohidrat32,25–63,20 %, lemak 3,50–11,00 %, serat kasar 3,00–11,40 % dan abu 11,50–23,70 %. Sargassum sp. merupakan alga coklat (Phaeophyceae) yang dikenal mengandung bahan kimia utama sebagai

sumber alginat, protein, vitamin C, tannin, iodin, dan phenol. Kandungan alginat dalam alga coklat ini mampu meningkatkan sistem ketahanan tubuh pada ikan. Inositol merupakan nutrisi alami yang tersusun atas isomer gula alkohol dengan rantai C6 dan termasuk kelompok vitamin B-kompleks serta dapat membantu dalam peningkatan imunitas tubuh. Inositol merupakan bahan alami yang dapat ditemukan pada jaringan tumbuhan dan hewan. Inositol juga dapat disintesis dalam tubuh manusia. Makanan yang dapat menjadi sumber inositol adalah biji-bijian, kacang-kacangan, dan sereal.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran penambahan rumput laut Sargassum sp. dan inositol pada pakan komersil terhadap peningkatan pertumbuhan dan daya tahan tubuh juvenil ikan gurami (Osphronemus

gouramy Lac.).

C. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat memberi informasi ilmiah kepada masyarakat khususnya pembudidaya ikan gurami (Osphronemus gouramy


(21)

5

pada pakan komersil dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan melindungi ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) dari mikroorganisme yang disebabkan oleh protozoa yaitu Myxobolus sp.

D. Kerangka Pemikiran

Ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) memiliki pertumbuhan yang sangat lambat dan mudah terserang penyakit. Selain itu, tingkat mortalitas ikan akan tinggi apabila sistem imun ikan kurang memadai. Pakan merupakan salah satu penentu pertumbuhan serta sistem imun, apabila pakan yang diberikan tidak memenuhi syarat maka laju pertumbuhan dan bobotnya akan menurun. Peningkatan sistem imun dan pertumbuhan dapat dilakukan dengan pemberian pakan bernutrisi tinggi dan mengandung bahan yang dapat

meningkatkan kekebalan tubuh ikan. Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh ikan adalah rumput laut Sargassum sp. Rumput laut memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Selain untuk

meningkatkan laju pertumbuhan ikan, rumput laut ini juga diharapkan dapat meningkatkan daya tahan tubuh ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.). Inositol merupakan karbohidrat yang mempunyai peran penting sebagai dasar struktural untuk pembawa pesan sekunder ke dalam sel eukariotik. Inositol adalah nutrisi alami yang tersusun atas isomer gula alkohol dengan rantai C6 yang juga diharapkan dapat membantu dalam peningkatan daya imunitas tubuh dan menjaga membran sel ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.).


(22)

6

E. Hipotesis

Pemberian rumput laut Sargassum sp. dan inositol pada pakan komersil mampu memacu pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh juvenil ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.).


(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)

Gurami atau biasa dikenal dengan sebutan ikan gurami merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang telah lama dikenal dan dibudidayakan oleh

masyarakat Indonesia. Sejak tahun 1802, ikan gurami (Osphronemus

gouramy Lac.) sudah ditulis orang sebagai ikan hias dan ikan konsumsi. Ikan gurami dipublikasikan secara besar-besaran pada tahun 1985. Tempat asal ikan gurami yang asli belum diketahui, namun menurut The Complete Aquarist’s Guide to Freshwateryang diedit oleh John Gilbert, disebutkan bahwa ikan gurami berasal dari Kepulauan Sunda Besar. Ikan gurami tersebar ke seluruh Kepulauan Indonesia seperti Sulawesi Utara, Madura, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara serta negara tetangga seperti Filipina (Sitanggang dan Sarwono, 2007).

Berdasarkan Sitanggang dan Sarwono (2006), ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Pisces


(24)

8

Super Ordo : Perciformes Ordo : Labyrinthici Sub-Ordo : Anabantoidea Famili : Anabantidae Genus : Osphronemus

Spesies : Osphronemus gouramy Lac.

B. Morfologi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)

Berdasarkan Sitanggang dan Sarwono (2007), gurami mempunyai bentuk badan yang khas dengan bentuk tubuhnya agak panjang, pipih, dan lebar. Badan tertutupi oleh sisik yang kuat dengan tepi yang kasar. Ikan ini

memiliki ukuran mulut yang kecil yang letaknya miring tidak tepat di bawah ujung moncong. Bibir bawah terlihat sedikit lebih maju dibandingkan dengan bibir atas dan dapat disembulkan. Menurut Respati dan Santoso (1993), warna badan umumnya biru kehitam-hitaman, bagian perut berwarna putih, bagian punggung berwarna kecoklatan. Warna tersebut akan berubah menjelang dewasa, yakni pada bagian punggung berwarna kecoklatan dan pada bagian perut berwarna keperakan atau kekuningan. Pada ikan gurame muda terdapat garis tegak berwarna hitam berjumlah ± 7–8 buah dan akan tidak terlihat bila sudah menjadi ikan dewasa.

Menurut Nijiyati (1992), ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) memiliki lima jenis sirip yaitu sirip dada, punggung, perut, anal, dan ekor. Sirip punggung (dorsal) bentuknya memanjang dan terletak di bagian permukaan tubuh,


(25)

9

bagian belakang sirip punggung dan sirip anal dengan bagian akhir berbentuk gerigi. Sirip ekor berbentuk cagak dan berukuran cukup besar dengan tipe sisik berbentuk lingkaran (cycloid) yang terletak beraturan. Gurat sisi (linea lateralis) ikan gurame berada di pertengahan badan dengan posisi melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor. Morfologi ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) dapat dilihat pada Gambar 1.

Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) memiliki alat pernafasan tambahan berupa labirin. Labirin merupakan alat pernafasan tambahan pada ikan yang berupa lipatan-lipatan epithelium pernafasan yang berfungsi untuk

mengambil oksigen secara langsung dari udara. Labirin mulai terbentuk pada umur 18–24 hari sehingga gurami dapat bertahan hidup pada perairan yang kurang oksigen karena mampu mengambil oksigen dari udara bebas. Labirin memiliki struktur pembuluh darah kapiler yang memungkinkan ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) mengambil zat asam dari udara yang berada di ruangan labirin. Labirin merupakan turunan dari lembar insang pertama (Susanto, 2002). Akan tetapi, masih banyak ditemukan kendala dalam usaha budidaya ikan gurami, salah satu kendala adalah

pertumbuhannya yang relatif lambat dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Untuk mencapai ukuran konsumsi dengan berat badan minimal 500 gram dari benih yang berukuran 1 g memerlukan waktu pemeliharaan lebih dari satu tahun (Sarwono dan Sitanggang, 2007).


(26)

10

Gambar 1. Morfologi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) (Sitanggang dan Sarwono, 2007)

Keterangan : a. mulut b. operkulum c. sirip dada d. sirip perut e. sirip anal f. sirip ekor g. sirip punggung

Berdasarkan Jangkaru (1998), pada dasar sirip dada ikan gurami betina terdapat tanda sebuah lingkaran hitam, sedangkan pada ikan gurami jantan tidak ada. Induk betina ditandai dengan bentuk kepala atas datar, ada bintik hitam pada kelopak sirip dada dan rahang bawah tipis, sedangkan pada induk jantan memiliki benjolan di atas kepala, tidak ada bintik hitam di kelopak sirip dada dan rahang bawahnya tebal. Menurut Risky, Julius dan Prasetya (2011), ikan gurami jantan memiliki tutup insang berwarna kekuningan, dasar sirip dada berwarna lebih putih, warna badan kemerahan, dan hitam terang, serta gerakannya lebih lincah. Pada ikan gurami betina, tutup insang berwarna putih kecoklatan, dengan dasar sirip dada berwarna kehitaman, warna badan yang relatif lebih terang, dan gerakannya cenderung lamban.

f g

c

d b

a


(27)

11

C. Strain Gurami

Menurut Sitanggang dan Sarwono (2007), berdasarkan daya produksi telur, kecepatan tumbuh, dan bobot maksimal gurami dewasa, pembudidaya ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) di Bogor membedakan ada 6 macam varietas atau strain gurami, diantaranya gurami angsa, jepun, blausafir, paris, bastar, dan porselen. Namun berdasarkan warna, terdapat ikan gurami hitam, belang dan albino (putih). Menurut Susanto (2002), walaupun sekian banyak strain gurami, namun yang umum dan banyak dikenal oleh masyarakat luas hanya berdasarkan bentuknya saja, yakni ada dua macam, gurami jepang (jepun) dan gurami angsa (soang).

D. Habitat dan Penyebaran Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)

Habitat asli gurami (Osphronemus gouramy Lac.) adalah perairan tawar yang tenang dan tergenang seperti rawa dan sungai dengan kadar oksigen yang cukup dan mutu air yang baik. Apabila dibudidayakan di daerah dataran rendah dengan ketinggian 50–600 m dari permukaan laut ikan gurami akan berkembang dengan baik. Ikan gurami juga akan menunjukkan pertumbuhan optimal apabila dikembangkan di dataran dengan ketinggian 50-400 m dari permukaan laut dengan suhu 24-28 oC (Agri, 2011).

Di Indonesia ikan gurami dijuluki sebagai Giant Gouramy karena ukurannya yang besar. Mulanya ikan gurami banyak ditemukan di pulau Sumatera , Jawa, dan Kalimantan. Namun karena banyak digemari oleh masyarakat karena rasanya yang enak dan gurih, ikan gurami sudah banyak diperkenalkan


(28)

12

ke negara lain sejak abad 18, seperti Madagaskar, Sychales, Australia,

Srilanka, Mauritius, Suriname, Haiti, Martinique, dan Guyane (Robert, 1992).

E. Penyakit pada Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)

Berdasarkan Sitanggang dan Sarwono (2007), penyakit pada ikan dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni penyakit parasit dan non parasit. Penyebab penyakit parasit diantaranya adalah jamur, virus, dan berbagai mikroorganisme penyebab penyakit. Penyakit non parasit disebabkan oleh kerusakan akibat penangkapan, kelainan tubuh karena keturunan, dan pencemaran air, seperti adanya gas beracun berupa amoniak atau belerang. Bila ada gas beracun di dalam air, biasanya ikan lebih suka berenang pada permukaan air untuk mencari udara segar.

Berdasarkan letak penyerangannya, Sitanggang dan Sarwono (2007) membagi parasit menjadi dua kelompok yaitu ektoparasit yang menempel pada bagian luar tubuh ikan dan endoparasit yang berada dalam tubuh ikan. Ciri-ciri ikan yang terkena penyakit parasiter menurut Rusito (2013) adalah sebagai berikut :

a. Penyakit pada kulit

Tubuh ikan biasanya berlendir dan warnanya pucat. Pada bagian dada, perut, dan pangkal sirip berwarna merah.

b. Penyakit pada insang

Biasanya tutup insang mengembang, lembaran insang pucat, dan tampak semburat merah dan kelabu.


(29)

13

Ikan yang terserang parasit pada organ dalam biasanya di bagian perut menjadi bengkak, sisiknya berdiri. Terkadang perut menjadi kurus, ikan lemah, dan mudah ditangkap.

Penyakit yang sering menyerang ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) adalah cacar ikan. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas sp., Aeromonas sp., dan Bacillus (Rahman, 2008). Selain itu penyakit White Spot juga sering menyerang ikan gurami. Penyakit ini disebabkan oleh parasit Ichthyophthyrius sp. yang dicirikan dengan timbulnya bercak-bercak putih pada kulit ikan, mulut ikan kembang kempis seperti kekurangan oksigen. Macam-macam penyakit ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) menurut Daryanto (2012) antara lain :

a. Kutu ikan, disebabkan oleh Argulus indicus yang biasanya disebabkan karena kualitas air kolam yang buruk. Argulus indicus menyerang ikan gurami dengan menempel dan menggigit tubuh ikan yang menyebabkan ikan mengalami pendarahan.

b. Cacing ikan, disebabkan Dactylogyrus sp. dan Gyrodactylus sp. yang muncul akibat kualitas air yang buruk, kepadatan ikan tinggi di satu kolam. Jenis Dactylogyrus sp. menyerang pada insang ikan gurami ditandai dengan ikan sering muncul kepermukaan air dan nafsu makan ikan menurun. Jenis Gyrodactylus sp. menyerang pada bagian sirip. c. Mata Belo, ditandai dengan nafsu makan berkurang, pergerakan ikan

kurang aktif, dan ikan sering muncul ke permukaan air. Apabila tidak segera dilakukan perawatan ikan akan menjadi buta dan mati.


(30)

14

d. Jamur, biasanya jenis Saprolegnia yang sering menyerang ikan gurami. Dicirikan dengan adanya benang-benang seperti kapas berwarna krem pada tubuh yang terinfeksi.

e. Carp Erytrodermatits, disebabkan oleh bakteri Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. ditandai dengan adanya luka yang mengeluarkan darah di tubuh ikan gurami, lendir mencair, sisik mengelupas, timbul borok di tubuh ikan gurami yang terinfeksi, dan perut membesar.

F. Klasifikasi dan Morfologi Myxobolus sp.

Berdasarkan Kent, Andree, Bartholomew, El-Matbouli, Desser, Devlin, Hedrick, Hoffmann, Khattra, Hallett, Lester, Siddall, dan Xiao (2001), Myxobolus sp. diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Protozoa Filum : Myxozoa Kelas : Myxosporea Ordo : Bivalvulida Famili : Myxobolidae Genus : Myxobolus Spesies : Myxobolus sp.

Myxobolus sp. merupakan ektoparasit yang disebabkan oleh protozoa. Myxobolus sp. memiliki bentuk seperti buah pir atau biji semangka yang terbungkus dalam nodul yang berisi ribuan spora. Spora ini berbentuk oval atau bulat dengan bagian anterior meruncing (berukuran 10–20 µm), memiliki dua buah kapsul polar yang sama tampak jelas di bagian anterior spora yaitu


(31)

15

dengan panjang 5–8 mm dan lebar 1,6–2,7 mm (Anshary, 2008). Morfologi Myxobolus sp. dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Morfologi Myxobolus sp. ( Anonim, 2012)

G. Habitat dan Penyebaran Myxobolus sp.

Organ yang menjadi target parasit Myxobolus sp. adalah intestinal, ginjal, gonad, hati, insang, kulit, dan jaringan tulang rawan. Parasit ini berbentuk kista (mengandung spora-spora) dan akan pecah apabila matang (Anshary, 2008). Djajadiredja, Panjaitan, Rukyani, Sarono, Satyani, dan Supriyadi (1982) menyatakan bahwa Myxobolus sp. muncul di Indonesia sejak tahun 1952 di Jawa Tengah dan membunuh ribuan benih ikan koi.

Farmer (1980) menyatakan bahwa infeksi terjadi pada saat spora bebas di perairan termakan oleh inang dan masuk ke dalam usus. Isi spora berubah menjadi dua flagel yang mampu menembus dinding sel usus ikan. Beberapa spora yang sudah masuk ke dalam tubuh ikan, sebagian akan masuk ke pembuluh darah dan menyebar ke seluruh anggota tubuh. Kemudian spora


(32)

16

yang larut akan keluar bergerak seperti pergerakan amoeba yang kemudian spora tersebut masuk ke dalam peredaran darah seluruh tubuh dan akhirnya membentuk bintil baru.

H. Tanda-tanda Serangan Myxobolus sp.

Tanda-tanda klinis pada ikan yang terserang oleh parasit ini adalah mempunyai ekor yang khas dan mudah dikenali, yaitu ekor ikan menjadi

berwarna gelap sehingga disebut “black tail”, terjadi deformasi tulang sehingga ikan terlihat bengkok-bengkok pada tubuh bagian kepala atau rahangnya, dan ikan memperlihatkan abnormalitas tingkah laku yaitu berenang berputar-putar seperti sedang mengejar ekornya sendiri. Gejala abnormalitas tersebut dinamakan whirling (Anshary, 2008).

Schaperclaus (1992) mengatakan bahwa Myxobolus sp. kebanyakan

menyerang insang ikan mas dan hidup di antara baris-baris lembaran insang. Nodul yang menempel pada organ insang yang merupakan alat utama

pernafasan akan mengganggu suplai oksigen ke dalam darah sehingga menimbulkan kematian. Fungsi pernafasan pada insang kemungkinan akan melemah akibatnya sebagian besar permukaan lembaran insang yang digunakan untuk pertukaran gas ditutupi oleh kista. Kondisi ikan akan semakin parah ketika kista pecah sehingga menyebabkan fungsi pernafasan terganggu. Serangan yang berat pada insang menyebabkan berkurangnya berat ikan, khususnya pada benih, gerakan ikan menjadi lambat, warna tubuh menjadi gelap, dan lemahnya sistem saraf (Dana dan Angka, 1990). Hal ini juga dikatakan oleh Rukyani (1990), kerusakan insang akibat padatnya


(33)

17

infestasi parasit akan berimbas pada masalah respirasi, ikan akan berenang lebih ke arah permukaan dengan meregangkan operkulumnya.

I. Sistem Pertahanan Tubuh Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)

Secara fisiologis, ikan memiliki sistem kekebalan untuk mengantisipasi infeksi mikroorganisme. Pertama pertahanan tubuh yang bersifat non spesifik dan peradangan. Jaringan yang terlibat diantaranya kulit, mukus, sisik, dan lendir. Imunoglobulin adalah antibodi yang dapat menghancurkan patogen yang menyerang tubuh. Pada mukus ikan terdapat IgM yang mampu

menghambat koloniasi mikroorganisme pada kulit, insang, dan mukosa. Sisik dan kulit berperan mengendalikan osmolaritas tubuh dan melindungi ikan dari luka fisik (Anggie, 2008). Apabila terjadi luka atau invasi patogen ke dalam tubuh ikan, maka organisme yang bersangkutan akan mengalami inflamasi. Inflamasi akut akan menyebabkan bengkak, kemerah-merahan, dan rasa sakit (Irianto, 2005). Pertahanan yang kedua adalah pertahanan yang bersifat spesifik atau respon imun spesifik. Organ-organ yang berperan adalah ginjal (organ hematopitik dan pembentuk sel limfoid) (Rijkers, 1980), limpa

(berperan dalam proliferasi dan diferensiasi limfosit B menjadi sel plasma) dan thymus yang berperan dalam pembentukan antibodi (Anderson, 1997).

J. Pakan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)

Dalam kegiatan budidaya ikan, pakan merupakan salah satu komponen yang memegang peranan yang sangat penting. Produksi pakan yang melambung tinggi disebabkan karena harga pakan yang mahal terutama komponen utama


(34)

18

dalam pakan ikan masih diimpor. Di Indonesia potensi bahan baku pakan cukup memadai, namun daerah penyebarannya terpencar-pencar dan pengelolaannya tidak efisien, sehingga menyebabkan harga jual menjadi tinggi dengan kualitas yang rendah. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan budidaya serta tingkat efesiensi pakan yang cukup rendah juga

disebabkan seringnya penggunaan pakan yang memiliki kualitas rendah dan penerapan manajemen budidaya yang tidak mengikuti kaidah yang standar (Palinggi dan Usman, 2005).

Faktor pembatas produksi dalam suatu kegiatan budidaya terutama budidaya ikan secara intensif, setelah faktor kunci yang lain terpenuhi adalah pakan. Pakan merupakan penentu pertumbuhan, apabila pakan yang diberikan tidak memenuhi syarat maka dapat menyebabkan malnutrisi, laju pertumbuhan akan menurun, dan berkurangnya bobot badan ikan (Haryati, 2005).

Selanjutnya Palinggi dan Usman (2005), menyatakan bahwa ikan membutuhkan pakan mula-mula untuk kelangsungan hidupnya dan

selebihnya untuk pertumbuhan. Pakan yang berkualitas akan mempengaruhi pertumbuhan ikan menjadi lebih baik. Pakan yang berkualitas yaitu pakan yang mengandung semua nutrien yang dibutuhkan oleh ikan untuk

bertumbuh. Pakan yang berkualitas tersebut dapat diperoleh dari hasil ramuan yang baik dari bahan-bahan berkualitas.

Berdasarkan Anonim (2013), pakan ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) harus mengandung nutrisi utama yang dibutuhkan ikan gurami tersebut yaitu protein. Akan tetapi karbohidrat, vitamin, lemak, dan mineral juga


(35)

19

dibutuhkan ikan gurami untuk pertumbuhan. Pakan ikan gurami

(Osphronemus gouramy Lac.) dapat berupa plankton, serangga dan tumbuhan yang berdaun lunak. Banyaknya nutrisi yang dibutuhkan ikan gurami

tergantung dengan ukuran dan usia ikan yang dipelihara. Pakan ikan gurami berdasarkan ukuran diuraikan sebagai berikut.

1. Pakan larva gurami hingga mencapai ukuran kuku

Larva gurami yang baru berumur 10 hari tidak perlu diberi pakan karena pakannya sudah tersedia pada kuning telur dalam tubuhnya. Setelah 10 hari larva sudah mulai diberi pakan berupa fitoplankton seperti Rotifera, Infusoria, Chlorella, dan zooplankton seperti Daphnia, Cladochera, Artemia sampai berumur 40 hari. Pada usia ini larva mencapai ukuran kuku (1-2 cm).

2. Pakan gurami ukuran kuku hingga mencapai ukuran silet

Pakan ikan gurami yang berukuran kuku sampai jempol dapat berupa cacing sutra, pelet dengan kandungan protein 38-40 %. Pakan gurami yang berumuran 100 hari, ukuran silet diberi pakan butiran pelet ukuran 1 mm dengan kandungan protein 32-40 %.

3. Pakan gurami ukuran silet hingga mencapai ukuran bungkus rokok Pakan gurami ukuran silet berupa pelet (1-2 mm) dengan kandungan protein 32-40 %, dan talas muda, daun keladi muda, daun pepaya muda, tanaman air sebagai pakan tambahan. Ikan gurami dapat mencapai ukuran bungkus rokok (3-4 jari) setelah usia 6 bulan atau sekitar 190 hari. 4. Pakan gurami ukuran bungkus rokok hingga mencapai ukuran konsumsi


(36)

20

Pakan yang diberikan berupa pelet (2 mm) dengan kadar protein 27 %, pakan alami berupa Azolla, daun talas, singkong, dan daun pepaya. 5. Pakan induk gurami

Pakan utama berupa daun-daunan, seperti daun talas. Kecambah atau rebusan jagung pipil juga dapat diberikan 1-2 kali seminggu.

Kebutuhan pakan berupa pelet per hari adalah 3% dari berat ikan namun jika pakan berupa daun-daunan kebutuhan pakan perhari sebanyak 5-10% dari berat ikan. Untuk penggunaan pakan secara kombinasi diberikan pelet sebanyak 1,5% per hari dari berat ikan dan hijauan sebanyak 5% per hari dari berat ikan. Pemberian pakan secara teratur dalam jumlah yang tepat dapat menghasilkan pertumbuhan ikan gurami yang optimal. Konversi pakan untuk pemeliharaan dalam kolam adalah 1,5-2%, artinya untuk menghasilkan 1 kg daging ikan memerlukan pakan sebanyak 1,5 kg sampai dengan 2 kg. Untuk memberikan pakan yang tepat sesuai kebutuhan dilakukan sampling berat ikan (Risky, Julius, Prasetyo, 2011). Persentase kadar abu, protein, lemak, serat kasar, dan nitrogen bebas yang diberikan berdasarkan ukuran tubuh ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) dapat dilihat pada Tabel 1. Syarat mutu pakan ikan gurami yang baik, mencakup 12% kadar air untuk

pertumbuhan 3–5 cm. Kadar abu yang diberikan pada setiap ikan gurami juga memiliki persentase yang berbeda-beda.


(37)

21

Tabel 1. Persentase kadar abu, protein, lemak, serat kasar, dan nitrogen bebas yang diberikan berdasarkan ukuran tubuh ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.)

(Badan Standarisasi Nasional, 2009)

K. Klasifikasi dan Morfologi Sargassum sp.

Berdasarkan Anggadiredja, Achmad, Heri, dan Sri (2006), rumput laut Sargassum sp. diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisi : Thallophyta Kelas : Phaeophyceae Ordo : Fucales Famili : Sargassaceae Genus : Sargassum Spesies : Sargassum sp.

Rumput laut Sargassum sp. memiliki tubuh berupa thallus atau lembaran menyerupai semak yang berbentuk simetris bilateral atau radial. Pada untaian cabang thalli terdapat kantong udara (bladder). Umumnya tanaman ini

Bahan Ukuran tubuh Persentase

Kadar abu 3 – 5 cm 12 %

> 15 cm 13 % Kadar protein

3 – 5 cm 38 % 5 – 15 cm 32 % > 15 cm 28 % Kadar lemak

3 – 5 cm 7 %

5 – 15 cm 6 % > 15 cm 5 % Kadar serat kasar

3 – 5 cm 5 %

5 – 15 cm 6 % > 15 cm 8 % Nitrogen bebas 3 - > 15 cm 0,20 %


(38)

22

mempunyai pigmen warna coklat (fukosantin) dan dapat menghasilkan alginat, laminarin, selulosa, fikoidin, dan manitol. Panjang Sargassum sp. dapat mencapai 1-3 meter. Morfologi Sargassum sp. dapat dilihat pada Gambar 3. Di perairan Indonesia diperkirakan terdapat lebih dari 15 jenis alga Sargassum dan yang telah dikenal mencapai 12 jenis, sedangkan di perairan Indo-Pasifik tercatat 58 jenis ( Bosse, 1928).

Gambar 3. Morfologi Sargassum sp. (Anonim C, 2014)

L. Habitat dan Penyebaran Sargasssum sp.

Habitat dan sebaran Sargasssum sp.di Indonesia pada umumnya tumbuh di

perairan yang terlindung maupun berombak besar pada habitat batu. Pengaruh alam yang banyak menentukan sebarannya adalah jenis substrat, cahaya matahari, kadar garam, dan lain-lain. Substrat dasar tempat

melekatnya adalah berupa batu karang, batu, lumpur, pasir, kulit kerang, dan kayu. Penyebaran spesies ini banyak terdapat di perairan Indonesia yaitu


(39)

23

Sumatera, Jawa, Kepulauan Seribu, Sulawesi, dan Aru (Indriani dan

Sumiarsih, 2001)

M. Kandungan dan Manfaat Sargassum sp.

Kandungan nutrisi thalus Sargassum sp. berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Handayani, Sutarno, dan Ahmad (2004) adalah sebagai berikut.

1. Kadar protein sebesar 5,19% (b/b) dengan komposisi asam amino (dalam

μmol asam amino /g sampel segar) yang terdiri dari asam glutamat

(13,77), asam aspartat (12,92), glisin(12,05), leusin (10,33), alanin (8,38), valin(7,86), serin (7,66), isoleusin (6,90), treonin (6,34), fenilalanin (4,95), prolin (4,92), lisin (4,52), arginin (4,28), tirosin (3,66), sistein (3,09), histidin (1,30), dan hidroksilisin (0,83).

2. Kadar abu (mineral) sebesar 36,93% (b/b), dengan kadar unsur Ca

(1540,66 mg/100 g), P ( 474,03 mg/100 g), dan Fe (132,65 mg/100 g).

3. Kadar vitamin A sebesar 489,55 g RE/100 g dan vitamin C sebesar 49,01

mg/100 g.

4. Kadar lemak sebesar 1,63% (b/b), dengan komposisi asam lemak yang

terdiri dari asam laurat (12:0) :1,45%, asam miristat (14:0) : 3,53%, asam palmitat (16:0) : 29,49%, asam palmitoleat (16:1) : 4,10%, asam oleat (18:1) : 13,78%, asam linoleat (18:2) : 33,58% dan asam linolenat (18:3) : 5,94%.


(40)

24

Rumput laut jenis Sargassum sp. memiliki berbagai manfaat (Izzati, 2007)

diantaranya sebagai berikut:

1. Sebagai sumber penghasil alginat yang digunakan sebagai bahan

pembuat cangkang kapsul, emulsifier, dan stabilizer.

2. Berguna untuk kosmetik, kandungan koloid alginatnya di gunakan

sebagai bahan pembuat sabun, shampo, dan cat rambut.

3. Sebagai bahan baku untuk industri antara lain industri makanan,

minuman, farmasi maupun industri lainnya seperti cat tekstil, film, makanan ternak, keramik, kertas, dan fotografi.

4. Dalam perikanan budidaya, keberadaan Sargassum sp. membantu

meningkatkan produksi udang windu, sehingga rumput laut jenis

Sargassum sp.ini digunakan sebagai model budidaya ganda dengan

udang windu. Adanya rumput laut jenis Sargassum sp.di sekitar tambak

udang windu dapat mengurangi jumlah bakteri patogen sehingga mampu menurunkan kemungkinan berkembangnya penyakit yang menyerang udang windu.

5. Sebagai obat gondok, anti bakteri, tumor, dan kanker.

Potensi rumput laut di bidang pengendalian penyakit masih belum banyak di eksplorasi dan dieksploitasi. Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa rumput laut memiliki prospek yang masih terbuka untuk

pengembangannya dalam bidang pengendalian penyakit. Telah diketahui bahwa ekstrak rumput laut mempunyai khasiat sebagai anti tumor,


(41)

25

radikal oksigen dan fagositosis pada peritonial dan splenicmurine macrophage (Castro, Zarrab, dan Lamas, 2004).

Sargassum sp. memiliki kandungan Mg, Na, Fe, tanin, iodin, dan fenol yang berpotensi sebagai bahan antimikroba terhadap beberapa jenis bakteri patogen yang dapat menyebabkan diare (Sastry dan Rao, 1994).

N. Senyawa Inositol

Menurut Michael dan Koshio (2008), inositol merupakan nutrisi yang penting untuk sebagian besar hewan air. Di dalam tubuh, inositol berupa myoinositol. Inositol tersusun atas isomer gula alkohol dengan rantai C6 (Gambar 4). Gusrina (2008) mengungkapkan bahwa di dalam tubuh ikan segar inositol berperan menghilangkan lemak dalam hati dan sebagai komponen inositida hampir pada semua membran sel. Selain itu inositol juga berperan dalam sejumlah proses biologis yaitu sebagai jalur sinyal transduksi yang dikontrol oleh hormon tertentu, neurotransmiter, dan faktor pertumbuhan sel-sel darah dan sel-sel hati (Shiau dan Yu, 2006).

Inositol merupakan bahan alami yang dapat ditemukan pada jaringan tumbuhan dan hewan. Inositol juga dapat disintesis dalam tubuh manusia. Makanan yang dapat menjadi sumber inositol adalah biji-bijian, kacang-kacangan, dan sereal. Inositol penting untuk transduksi sinyal seluler sehingga dapat mengatur berbagai fungsi sel dan berguna untuk transmisi syaraf. Selain itu inositol juga dapat mencegah kanker paru-paru bagi perokok dan menyembuhkan sindrom polikista ovarium (Anonim B, 2014).


(42)

26

Gambar 4. Rumus Bangun Inositol (Anonim C, 2014)

O. Kualitas Air

Kualitas air sangat penting perannya dalam kehidupan biota perairan. Kualitas air merupakan variabel-variabel yang dapat mempengaruhi

kehidupan ikan dan binatang lainnya (Jangkaru, 1995). Air merupakan unsur penunjang terpenting dalam kegiatan budidaya ikan. Kualitas air secara umum dapat dilihat dari 3 faktor, yaitu faktor fisik, kimiawi, dan biologis. 1. Suhu air

Salah satu faktor pembatas utama pada habitat akuatik adalah suhu. Suhu air untuk budidaya gurami adalah 24-28 oC. Penyebaran suhu dalam perairan dapat terjadi karena adanya penyerapan angin. Musim, cuaca, waktu pengukuran, ke dalam air, dan atlitude (letak ketinggian dari permukaan laut) merupakan faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu (Sitanggang dan Sarwono, 2006).

2. pH (derajat keasaman)

Menunjukkan aktivitas ion hidrogen dalam larutan tersebut dan

dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (dalam mol per liter) pada suhu tertentu. Nilai pH yang baik untuk budidaya ikan pada kolam air


(43)

27

tenang adalah 6,7–8,2. Ikan gurami akan tumbuh dengan baik pada kisaran pH antara 6,5–7,5 (Sitanggang dan Sarwono, 2007).

3. Penetrasi cahaya

Ketersediaan makanan dalam perairan dipengaruhi oleh cahaya. Cahaya matahari digunakan oleh zooplankton dan fitoplankton dalam

pertumbuhan. Apabila penetrasi cahayanya tinggi maka sumber makanan akan melimpah, karena ikan gurami merupakan ikan yang memakan zooplankton dan fitoplankton. Penetrasi yang optimal dalam perairan suatu tempat untuk budidaya ikan air tawar berkisar 45–55 cm. Cahaya akan menembus perairan pada kisaran 45–55 cm, sehingga ketersediaan makanan yang ada mencukupi (Jangkaru, 1998).

Dalam SNI : 01-6485.3-2000 tentang produksi benih ikan gurami kelas benih sebar disebutkan bahwa kualitas air media untuk :

a. Media pemijahan

1. Suhu : 25–30ºC 2. Nilai pH : 6,5–8,0

3. Laju pergantian air : 10 –15 % per hari b. Media penetasan telur

1. Suhu : 29 –30 ºC 2. Nilai pH : 6,7–8,6 3. Waktu penetasan : 36–48 jam 4. Ketinggian air : 15 –20 cm c. Media pemeliharaan larva


(44)

28

2. Nilai pH : 6,5–8,0 3. Ketinggian air : 15–20 cm d. Media pendederan benih

1. Suhu : 25–30ºC 2. Nilai pH : 6,5–8,5 3. Ketinggian air : 40–60 cm 4. Kecerahan : > 30 cm


(45)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari – April 2015 di Laboratorium Biologi Molekuler Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah 12 buah akuarium berukuran 65 x 40 x 40 cm, kaca penyekat akuarium, ember digunakan sebagai tempat pakan ikan, gayung atau selang digunakan untuk menguras air dalam akuarium, jerigen digunakan untuk mengambil sampel air yang terkena penyakit, neraca analitik digunakan untuk menimbang pakan dan ikan, millimeter blok digunakan untuk mengukur panjang dan tinggi tubuh ikan, aerator, gelas kimia, alat semprot, penggaris, alat tulis, kamera, pH indikator strip untuk mengukur pH air, termometer air raksa 100oC untuk mengukur suhu air.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih ikan gurami yang berukuran 7–9 cm sebanyak 40 ekor yang digunakan sebagai hewan uji, pakan buatan berupa pelet komersil, rumput laut Sargassum sp., inositol,


(46)

30

sampel air yang mengandung mikroorganisme patogen sebanyak 8 liter, alkohol 75%, dan larutan yang mengandung chlorin.

C. Metode Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan yang masing-masing

mempunyai lima ulangan sehingga terdapat dua puluh satuan percobaan. Adapun perlakuannya sebagai berikut :

1. Perlakuan I : pakan komersil berupa pelet (kontrol)

2. Perlakuan II : pakan komersil berupa pelet ditambah inositol 10mg/100gpakan

3. Perlakuan III : pakan pelet ditambah Sargassum sp.10g/100g pakan 4. Perlakuan IV : pakan pelet ditambah Sargassum sp. 10g/100g pakan

dan inositol 10mg/100g pakan

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Akuarium

Akuarium yang digunakan dalam penelitian ini berukuran 65 cm x 40 cm x 40 cm sebanyak 12 buah yang masing – masing diisi dua ekor ikan. Sebelum digunakan, akuarium tersebut dibersihkan dan direndam dengan menggunakan larutan yang mengandung chlorin selama 24 jam dengan tujuan agar mikroorganisme yang ada di sekitar lingkungan akuarium mati. Selanjutnya akuarium diisi air sebanyak 30.000 ml dan dilengkapi dengan aerator sebagai pensuplai oksigen ikan uji.


(47)

31

2. Persiapan Ikan

Ikan uji yang digunakan adalah ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) berukuran 7–9 cm sebanyak 40 ekor dengan padat penebaran dua ekor per akuarium. Ikan gurami ini diperoleh dari salah satu pengusaha benih ikan gurami di Lampung.

3. Aklimasi

Sebelum ikan dimasukkan ke dalam akuarium, terlebih dahulu ikan harus diadaptasikan dengan lingkungan baru atau dikenal dengan aklimasi selama 2 minggu. Proses ini lebih ditunjukkan untuk penyesuaian suhu air. Selama proses aklimasi, ikan diberi pakan 2% dari berat biomassa ikan dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali yaitu pada pagi dan sore hari. Penggantian air dilakukan sebanyak 70–80 % setiap 3 hari sekali dengan membersihkan sisa pakan dan feses ikan.

4. Persiapan dan Pemberian Pakan

Rumput laut dilayukan dengan cara dijemur selama dua hari, kemudian dipotong-potong lalu diblender. Setelah rumput laut halus, selanjutnya dicampur dengan pelet. Adonan tersebut kemudian ditambah minyak cumi sebanyak 3% dari berat adonan untuk memberi aroma yang disukai ikan dan meningkatkan nafsu makan ikan. Selanjutnya adonan yang telah jadi dicetak kecil - kecil, kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama kurang lebih 7 jam.


(48)

32

Pada penelitian ini digunakan pakan uji yang berasal dari pakan komersil berupa pelet dan diberi penambahan sesuai dengan perlakuan yang digunakan.

Pemberian pakan ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi hari (pukul 07.00 WIB) dan sore hari (pukul 16.00 WIB) dengan pakan sebanyak 2% dari berat tubuh per minggu.

Dosis inositol yang akan digunakan ditentukan dengan cara melakukan konversi dosis penggunaan inositol pada manusia dewasa sebanyak 730 mg (NOWFoods, 2012) untuk ikan dengan berat 30-50 g menggunakan rumus:

Keterangan :

DI : Dosis Inositol (g) DItot : Dosis Inositol Total (g) n : Jumlah Individu (ekor)

W1 : Berat Standar Biomassa Manusia (kg) W2 : Berat biomassa ikan (kg)


(49)

33

5. Pengambilan Sampel Air yang Mengandung Mikroorganisme

Patogen dan Uji Tantang Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)

Pengambilan sampel air yang mengandung mikroorganisme patogen dilakukan dari kolam – kolam ikan pembudidaya yang sering terkena penyakit sebanyak 8 liter. Mikroorganisme patogen yang digunakan adalah jenis protozoa berupa Myxobolus sp., karena Myxobolus sp ini banyak ditemukan pada ikan gurami yang sakit. Pemberian

mikroorganisme patogen dilakukan setelah satu bulan ikan diberi

perlakuan pakan. Air sampel sebanyak 250 ml kemudian dimasukkan ke dalam akuarium ikan uji.

6. Pengambilan Data

Pengambilan data berat, panjang, dan tinggi tubuh juvenil ikan gurami dilakukan setiap 7 hari sekali selama 7 minggu. Pencatatan data terhadap ikan yang mati dilakukan setiap hari, sedangkan ada atau tidaknya ikan yang sakit dibuktikan dengan adanya kelainan pada morfologi dan perilaku ikan tersebut dilakukan selama tiga minggu mulai dari ikan diberi uji tantang penyakit Myxobolus sp.

7. Pengukuran Kualitas air

Pengukuran kualitas air dilakukan setiap 7 hari sekali. Parameter yang diamati berupa derajat keasaman air yang diukur dengan menggunakan pH indikator strip dan suhu yang diukur dengan menggunakan


(50)

34

termometer. Selanjutnya dilakukan monitoring terhadap kesehatan ikan dengan mengamati ada tidaknya indikasi penyakit pada tubuh ikan.

8. Parameter Penelitian

Parameter yang akan digunakan pada penelitian ini antara lain sebagai berikut :

8.1. Sintasan / Survival Rate (SR)

Survival rate (SR) dapat dihitung menggunakan rumus (Effendie,1997) :

Keterangan:

SR = Survival Rate / Sintasan (%)

No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor) Nt = Jumlah ikan yang hidup pada waktu ke-t (ekor)

8.2. Berat Tubuh, Panjang Tubuh dan Tinggi Tubuh

Pola pertumbuhan ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) dapat dilihat dengan mengukur pertambahan panjang tubuh ikan dengan menggunakan millimeter blok atau jangka sorong dari ujung mulut hingga pangkal ekor, sedangkan untuk mengukur tinggi tubuh ikan dilakukan dengan cara mengukur garis tegak lurus dari dasar perut sampai ke punggung dengan menggunakan jangka sorong.


(51)

35

8.3. Laju Pertumbuhan Spesifik / Specific Growth Rate (SGR)

Laju pertumbuhan spesifik ikan dihitung mengikuti rumus yang digunakan oleh Mundheim, Aksnes, Hope (2004) yaitu:

Keterangan:

SGR = Laju pertumbuhan spesifik (%)

Wo = Rata-rata bobot individu pada hari ke- 0 (g) Wt = Rata-rata bobot individu pada hari ke- t (g) t = Lama pemeliharaan (hari)

8.4. Rasio Konversi Pakan

Menurut Effendi (1997), rasio konversi pakan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan :

FCR =Food Convertion Ratio/Rasio konversi pakan F = Berat pakan yang dimakan (g)

Wt = Biomassa hewan uji pada akhir pemeliharaan (g) D = Bobot ikan mati (g)


(52)

36

8.5. Parameter Ikan Sakit Dengan Asumsi dipastikan Bahwa Semua Makanan yang Diberikan Habis Dimakan

Adapun parameter yang diamati dalam perilaku ikan yaitu perilaku nafsu makan pada ikan, perilaku agresif ikan ketika makan, perilaku mengambil udara di permukaan pada ikan dan morfologi ikan.

a. Perilaku Nafsu Makan Pada Juvenil Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)

Perilaku ini diamati secara deskriptif, yaitu dengan melihat seberapa banyak juvenil ikan gurami memakan pelet yang diberikan untuk per dua ikan. adapun pengamatannya sebagai berikut:

+ : ikan memakan lebih dari 80 butir pelet - : ikan memakan 40-80 butir pelet

# : ikan memakan kurang dari 40 butir pelet

b. Perilaku Agresif Ketika Makan Pada Juvenil Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)

Perilaku ini diamati secara deskriptif, yaitu dengan melihat bagaimana agresivitas juvenil ikan gurami ketika diberi

rangsangan berupa pakan. Adapun pengamatannya yaitu sebagai berikut:

+ : ikan berenang cepat menuju makanan - : ikan berenang lambat menuju makanan


(53)

37

c. Perilaku Mengambil Udara Di Permukaan Air Pada Juvenil Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)

Tujuan dari pengamatan perilaku ini adalah untuk mengetahui kandungan oksigen apakah sudah memenuhi kebutuhan ikan atau tidak. Pengamatan dilakukan selama satu menit dengan jarak pengamat 2 meter. Adapun pengamatannya sebagai berikut: ++ : 0-3 x per menit mengambil udara ke permukaan air + : 4-6 x per menit mengambil udara ke permukaan air - : 7-9 x per menit mengambil udara ke permukaan air -- : > 10 x per menit mengambil udara ke permukaan air

d. Morfologi atau Kondisi Tubuh Juvenil Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)

Pengamatan morfologi bertujuan untuk membandingkan kondisi tubuh juvenil ikan gurami pada 4 minggu awal penelitian dengan 3 minggu setelah ikan diberi uji tantang dengan menggunakan protozoa yaitu Myxobolus sp. Adapun pengamatannya yaitu sebagai berikut:

+ : warna ikan cerah, tidak berlendir, tidak luka, dan tidak ada White spot

- : terdapat warna garis hitam pada tubuh

x : warna tubuh gelap, mengeluarkan lendir (L), ada luka / memar (M), dan ditemukan White spot (W)


(54)

38

E. Analisis Data

Data yang diperoleh dari parameter uji berupa sintasan, panjang, tinggi ikan, dan laju pertumbuhan spesifik pada penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Anova pada taraf signifikansi α = 5% dan jika ada

perbedaan antar perlakuan akan di uji lanjut menggunakan Tukey pada taraf signifikansi α = 5%. Data kualitas air dan parameter ikan sakit disajikan secara deskriptif.


(55)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penambahan senyawa Sargassum sp. dan inositol berpengaruh nyata terhadap pertambahan berat tubuh, panjang tubuh, tinggi tubuh, laju pertumbuhan spesifik, dan sintasan juvenil ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.)

2. Penambahan senyawa Sargassum sp. dan campuran (Sargassum sp. dan inositol) dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh tingkat

kelulushidupan (Osphronemus gouramy Lac.) sebesar 100% terhadap bibit penyakit yang disebabkan oleh protozoa Mixobolus sp.

B. SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh penambahan Sargassum sp. dan inositol terhadap pertumbuhan dan daya tahan tubuh juvenil ikan gurami dengan uji tantang menggunakan bibit penyakit yang lebih berbahaya.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Agri. 2011.Panduan Lengkap Budidaya Gurami. Agro Media. Jakarta. Akademi Perikanan Yogyakarta. 2011. Ikan Gurami Sebagai Ikan Budidaya.

http://apy.ac.id/berita-116-ikangurami-sebagai-ikanbudidaya.html. Diakses pada tanggal 10 September 2014 pukul 19.45WIB.

Anderson, D.P. 1997. Adjuvant and Immunostimulants For Enhancing Vaccine Potency In Fish. In: Fish Vaccinolgy. Basel. Kager. 484 (90): 257-265. Anggadiredja, J. T., Z.Achmad, P. Heri, I. Sri. 2006. Rumput Laut. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Anggie, R. S. 2008. Studi Histopatologi Insang, Usus, dan Otot Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Akibat Infestasi Parasit Protozoa Di Desa Carang Pulang Darmaga Bogor. http//repository.ipb.ac.id/handle/123456789/ 50366. Diakses pada tanggal 10 September 2014.

Anggraini, M. 2010. Pemberian Senyawa Osmolit Organik Taurin Pada Pakan Alami yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Cobia (Rachycentron canadum) di Balai Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Anonim. 2012. Myxobolus sp. http://fishparasite.fs.a.u-tokyo.ac.jp/Myxobolus-wulii/M%20wulii%20spores2.jpg. Diakses pada tanggal 5 Juni 2015 pukul 13.45 WIB.

Anonim. 2013. Jenis Pakan Untuk Ikan Gurami.

http://budidaya-ikan.com/jenis-pakan-untuk-ikan-gurami/. Diakses pada tanggal 10 September 2014 pukul 20.30 WIB.

Anonim A. 2014. Inositol.http: examine.com/supplements/Inositol/. Diakses pada tanggal 3 Juli 2015 pukul 22.00 WIB.

Anonim B. 2014. Inositol.http://www.scientisthomeind.com/product /787878/ inositol.html. Diakses pada tanggal 10 September 2014 pukul 20.00 WIB.


(57)

61

Anonim C. 2014. Morfologi Sargassum sp. http://photos1.blogger.com/blogger /7377/2885/1600/Sargassum3.jpg. Diakses pada tanggal 20 November 2014 pukul 20.00 WIB.

Anshary, H. 2008. Modul Pembelajaran Berbasis Student Center Learning (SCL) Mata Kuliah Parasitologi Ikan. Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Hassanudin. Makasar. hal.126.

Aswanto, E. 2012. Myxobolus. http://sambilan-harianku.blogspot.com/202/11/ myxobolus.html. Diakses pada tanggal 8 April 2015 pukul 12.30 WIB. Badan Standarisasi Nasional. 2009. Pakan Buatan untuk Ikan Gurami

(Osphronemus gourami Lac.). BSN 7473. Jakarta.

Bosse, W.V. 1928. Rhodophyceae, Gigartinales et Rhodimeniales. List des algues du Siboga. Siboga exed: 49 (4): 1 - 141.

Castro, R., I. Zarrab, dan J. Lamas. 2004. Water-soluble Seaweed Extracts Modulate the Pantoea agglomerans lipopolysaccharide(LPS). Fish Shellfish Immunol, 10: 555–558.

Cheng, W., C. H. Liu, S.T. Yeh, and J.C. Chen. 2004. The immune stimulatory effect of sodium alginate on the white shrimp Litopenaeus vannamei and its resistance against Vibrio alginolyticus. Fish and Shellish Immunology 17:41-51.

Dana, D dan S. L. Angka., 1990. Masalah Penyakit Parasit dan Bakteri pada Ikan Air Tawar Serta cara Penanggulangannya. Prosiding seminar II Penyakit Ikan dan Udang. BPPAT. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor : 10 – 23.

Daryanto. 2012.http://1001budidaya.com/penyakit-ikan-gurame/. Diakses pada tanggal 11 September 2014 pukul 13.00 WIB.

Djajadiredja, R., T.H. Panjaitan, A. Rukyani, A. Sarono, D. Satyani, and H. Supriadi. 1982. Fish Quarantine and Fish Disease in Southeast Asia. Report of a Workshop 7-10 Desember 1982 held in Jakarta. 19- 21p. Djangkaru, Z. 1974. Makanan Ikan. Direktorat Jenderal Perikanan. Departemen

Pertanian. Jakarta.

Effendi, I., H.J. Bugri, dan Widarnani. 2006. Pengaruh Padat Penebaran terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac. Ukuran 2 cm. Jurnal Akuakultur Indonesia. Institut

Pertanian Bogor. Bogor. 5(2):127-135.


(58)

62

Effendi, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 163 hlm.

Farmer, J. N. 1980. The Protozoan Introduction to Protozoology. The C.V. Mosby Company, St. Louis.

Firdaus. 2004. Pengaruh Vitamin C dalam Percobaan Imunoprofilaksi Terhadap Infeksi Bakteri Streptococcusiniae pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Akuakultur. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 2. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Handayani, T.,Sutarno, D.S. Ahmad. 2004. Analisis Komposisi Nutrisi Rumput Laut Sargassum crassifolium J. Agardh. Jurnal Biofarmasi 2 (2):45-52. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta.

Haryati, A.M. 2005. Makanan Ikan. Fish Fisheries Project Malang. UNIBRAW. Malang.

Hastuti, D.S. 2007. Evaluation of non-specific defence of Tilapia (Oreochromis sp.) injected with LPS (Lipopolysaccharides) of Aeromonas hydrophilla. Jurnal Protein 14: 79-84.

Huet, M. 1971. Textbook of Fish Culture : Breeding and Cultivation of Fish. Fishing News Book. Ltd. England. 436 hlm.

Indriani, H. dan E. Sumiarsih. 2001. Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta.

Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Irianto, K. 2007. Mikrobiologi. Yrama Widya. Bandung.

Jangkaru, Z. 1998. Memacu Pertumbuhan Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta. Jefri. 2011. Penyakit Ikan Air Tawar.

http://jeffri022.student.umm.ac.id/2011/04/12/penyakit-ikan-airtawar/. Diakses pada tanggal 11 September 2014 pukul 19.35 WIB.

Kent, M.L., K.B. Andree, J.L. Bartholomew, M. El-Matbouli, S.S. Desser, R.H. Devlin, R.P. Hedrick, R.W. Hoffmann, J. Khattra, S.L. Hallett, R.J.G. Lester, O. Palenzeula, M.E. Siddall, and C. Xiao. 2001. Recent advances in our knowledge of the Myxozoa. Journal Euk. Microbiol. 48:395-413. Khairuman dan Amri. 2003. Pembenihan dan Pembesaran Gurame Secara


(59)

63

Malik, I. 2011. Sitem Pertahanan Tubuh Pada Ikan.

http://bontocinakaizen.blogspot.com. Diakses pada tanggal 8 April 2015 pukul 13,45 WIB.

Merawati, F. 2001. Efektifitas Penggunaan Jagung Hasil Rebusan, Perendaman dan Pengukusan dalam Pakan Nabati terhadap Laju Pertumbuhan dan Konversi Pakan Benih Ikan Mas. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Unpad. Jatinangor.

Michael, F.R. dan S. Koshio. 2008. Biochemical Studies on The Interactive Effects of Dietary Choline and Inositol in Juvenile Kuruma Shrimp, Marsupenaeus japonicus Bate. Journal Aquaculture 285:179-183.

Mudjiman, A. 2008. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mundheim, H., A. Aksnes, dan B. Hope. 2004. Growth, feed efficiency and digestibility in salmon (Salmo salar L.) fed different dietary proportions of vegetable protein sources in combination with two fish meal qualities. Journal Aquaculture 237: 315-331.

Murtidjo, B.A. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. Nijiyati, S. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penebar Swadaya.

Jakarta.

NOWFoods. 2012. Inositol Powder Vegetarian – 8 oz.

http://now.foods.com/Inositol-Powder-8oz.htm. Diakses pada 10 September 2014 pukul 20.40 WIB.

National Research Council (NRC). 1993. Nutrient Requirement of Fish. National Academy of Science. National Press. USA. Pp 39-53.

Palinggi dan Usman. 2005. Manajemen Pemberian Pakan. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Maros.

Rahman, M. F. 2008. Potensi Antibakteri Ekstrak Daun Pepaya Pada Ikan Gurami yang Diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Respati, H. dan B. Santoso. 1993. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Gurami. Kanisius. Jakarta.

Rijkers, G. T. 1980. The Immune System of Cyprinid Fish. PUDOC. Wegeningen. Risky, M.H., T. Julius dan B.W. Prasetya. 2011. Usaha Pembenihan Gurami.


(60)

64

Robert, T.R. 1992. Systematic Revision of the Southeast Asian Anabantoid Fish Genus Osphronemus, with Description of Two New Spesies. Ichthyol Explor, Freshwater 2(4):351-360.

Rukyani, A. 1990. Histopathological Changes in the Gill of Common Carp (Cyprinus carpio L.) Infected with the Myxosporean Parasite Myxobolus Koi Kudo. Jurnal Perikanan. Surabaya. 337-341.

Sari, W. P., Agustono, dan Y. Cahyoko. 2009. Pemberian Pakan dengan Energi yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Tikus

(Cromileptusaltivelia). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 1(2): 149-156.

Sastry dan Rao. 1994. Antibacterial Substance From Marine Algae. Successive Extraction Using Benzene, Chloroform and Methanol. Department of Biochemistry, Institute of Medical Science, Banaras Hindu University. India.

Schaperlaus, W. 1992. Fish Disease. Vol.2. Schaperlaus, W , H. Kulow, K., Schereckenbach, K. (Eds.), A.A. Balkema. Rotterdam. 245 p.

Shiau, S. Y. dan H. L. Yu. 2006. Vitamin Requirements of Tilapia- A Review. Aquaculture Nutritions International Symposium 8:129-138.

Sitanggang, M. dan B. Sarwono. 2007. Budidaya Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta.

Stickney, R.R. 1979. Principles of Warm Water Aquaculture. John Wiley and Sons Inc. New York. Pp 223-229.

Subandi. 2010. Mikrobiologi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Susanto, H. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Patin. Penebar Swadaya. Jakarta. Wardoyo, S. T. H.1981. Kriteria Kualitas Air untuk Evaluasi Pertanian dan

Perikanan. Analisa Dampak Lingkungan UND-PSL IPB. PPLH-UND-PSL IPB. Bogor.

Widagdo, D. 2012. Peluang Emas Budidaya Gurami di Kolam Sempit. CV. Sahabat. Klaten.

Widyati, W. 2009. Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila (Orechromis niloticus) yang Diberi Berbagai Dosis Enzim Cairan Rumen Pada Pakan Berbasis Daun Lamtorogung (Leucaena leucophala). Skripsi. Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya. Institutut Pertanaian Bogor.

Winarno, F.G. 1990. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.


(61)

65

Yandest, Z., A. Ridwan, dan M. Ing. 2003. Pengaruh Pemberian Selulosa dalam Pakan Terhadap Kondisi Biologis Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.). Jurnal Iktiologi Indonesia 3(1):27-33.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Agri. 2011.Panduan Lengkap Budidaya Gurami. Agro Media. Jakarta. Akademi Perikanan Yogyakarta. 2011. Ikan Gurami Sebagai Ikan Budidaya.

http://apy.ac.id/berita-116-ikangurami-sebagai-ikanbudidaya.html. Diakses pada tanggal 10 September 2014 pukul 19.45WIB.

Anderson, D.P. 1997. Adjuvant and Immunostimulants For Enhancing Vaccine Potency In Fish. In: Fish Vaccinolgy. Basel. Kager. 484 (90): 257-265. Anggadiredja, J. T., Z.Achmad, P. Heri, I. Sri. 2006. Rumput Laut. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Anggie, R. S. 2008. Studi Histopatologi Insang, Usus, dan Otot Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Akibat Infestasi Parasit Protozoa Di Desa Carang Pulang Darmaga Bogor. http//repository.ipb.ac.id/handle/123456789/ 50366. Diakses pada tanggal 10 September 2014.

Anggraini, M. 2010. Pemberian Senyawa Osmolit Organik Taurin Pada Pakan Alami yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Cobia (Rachycentron canadum) di Balai Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Anonim. 2012. Myxobolus sp. http://fishparasite.fs.a.u-tokyo.ac.jp/Myxobolus-wulii/M%20wulii%20spores2.jpg. Diakses pada tanggal 5 Juni 2015 pukul 13.45 WIB.

Anonim. 2013. Jenis Pakan Untuk Ikan Gurami.

http://budidaya-ikan.com/jenis-pakan-untuk-ikan-gurami/. Diakses pada tanggal 10 September 2014 pukul 20.30 WIB.

Anonim A. 2014. Inositol.http: examine.com/supplements/Inositol/. Diakses pada tanggal 3 Juli 2015 pukul 22.00 WIB.

Anonim B. 2014. Inositol.http://www.scientisthomeind.com/product /787878/ inositol.html. Diakses pada tanggal 10 September 2014 pukul 20.00 WIB.


(2)

Anonim C. 2014. Morfologi Sargassum sp. http://photos1.blogger.com/blogger /7377/2885/1600/Sargassum3.jpg. Diakses pada tanggal 20 November 2014 pukul 20.00 WIB.

Anshary, H. 2008. Modul Pembelajaran Berbasis Student Center Learning (SCL) Mata Kuliah Parasitologi Ikan. Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Hassanudin. Makasar. hal.126.

Aswanto, E. 2012. Myxobolus. http://sambilan-harianku.blogspot.com/202/11/ myxobolus.html. Diakses pada tanggal 8 April 2015 pukul 12.30 WIB. Badan Standarisasi Nasional. 2009. Pakan Buatan untuk Ikan Gurami

(Osphronemus gourami Lac.). BSN 7473. Jakarta.

Bosse, W.V. 1928. Rhodophyceae, Gigartinales et Rhodimeniales. List des algues du Siboga. Siboga exed: 49 (4): 1 - 141.

Castro, R., I. Zarrab, dan J. Lamas. 2004. Water-soluble Seaweed Extracts Modulate the Pantoea agglomerans lipopolysaccharide(LPS). Fish Shellfish Immunol, 10: 555–558.

Cheng, W., C. H. Liu, S.T. Yeh, and J.C. Chen. 2004. The immune stimulatory effect of sodium alginate on the white shrimp Litopenaeus vannamei and its resistance against Vibrio alginolyticus. Fish and Shellish Immunology 17:41-51.

Dana, D dan S. L. Angka., 1990. Masalah Penyakit Parasit dan Bakteri pada Ikan Air Tawar Serta cara Penanggulangannya. Prosiding seminar II Penyakit Ikan dan Udang. BPPAT. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor : 10 – 23.

Daryanto. 2012.http://1001budidaya.com/penyakit-ikan-gurame/. Diakses pada tanggal 11 September 2014 pukul 13.00 WIB.

Djajadiredja, R., T.H. Panjaitan, A. Rukyani, A. Sarono, D. Satyani, and H. Supriadi. 1982. Fish Quarantine and Fish Disease in Southeast Asia. Report of a Workshop 7-10 Desember 1982 held in Jakarta. 19- 21p. Djangkaru, Z. 1974. Makanan Ikan. Direktorat Jenderal Perikanan. Departemen

Pertanian. Jakarta.

Effendi, I., H.J. Bugri, dan Widarnani. 2006. Pengaruh Padat Penebaran terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac. Ukuran 2 cm. Jurnal Akuakultur Indonesia. Institut

Pertanian Bogor. Bogor. 5(2):127-135.


(3)

Effendi, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 163 hlm.

Farmer, J. N. 1980. The Protozoan Introduction to Protozoology. The C.V. Mosby Company, St. Louis.

Firdaus. 2004. Pengaruh Vitamin C dalam Percobaan Imunoprofilaksi Terhadap Infeksi Bakteri Streptococcusiniae pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Akuakultur. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 2. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Handayani, T.,Sutarno, D.S. Ahmad. 2004. Analisis Komposisi Nutrisi Rumput Laut Sargassum crassifolium J. Agardh. Jurnal Biofarmasi 2 (2):45-52. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta.

Haryati, A.M. 2005. Makanan Ikan. Fish Fisheries Project Malang. UNIBRAW. Malang.

Hastuti, D.S. 2007. Evaluation of non-specific defence of Tilapia (Oreochromis sp.) injected with LPS (Lipopolysaccharides) of Aeromonas hydrophilla. Jurnal Protein 14: 79-84.

Huet, M. 1971. Textbook of Fish Culture : Breeding and Cultivation of Fish. Fishing News Book. Ltd. England. 436 hlm.

Indriani, H. dan E. Sumiarsih. 2001. Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta.

Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Irianto, K. 2007. Mikrobiologi. Yrama Widya. Bandung.

Jangkaru, Z. 1998. Memacu Pertumbuhan Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta. Jefri. 2011. Penyakit Ikan Air Tawar.

http://jeffri022.student.umm.ac.id/2011/04/12/penyakit-ikan-airtawar/. Diakses pada tanggal 11 September 2014 pukul 19.35 WIB.

Kent, M.L., K.B. Andree, J.L. Bartholomew, M. El-Matbouli, S.S. Desser, R.H. Devlin, R.P. Hedrick, R.W. Hoffmann, J. Khattra, S.L. Hallett, R.J.G. Lester, O. Palenzeula, M.E. Siddall, and C. Xiao. 2001. Recent advances in our knowledge of the Myxozoa. Journal Euk. Microbiol. 48:395-413. Khairuman dan Amri. 2003. Pembenihan dan Pembesaran Gurame Secara


(4)

Malik, I. 2011. Sitem Pertahanan Tubuh Pada Ikan.

http://bontocinakaizen.blogspot.com. Diakses pada tanggal 8 April 2015 pukul 13,45 WIB.

Merawati, F. 2001. Efektifitas Penggunaan Jagung Hasil Rebusan, Perendaman dan Pengukusan dalam Pakan Nabati terhadap Laju Pertumbuhan dan Konversi Pakan Benih Ikan Mas. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Unpad. Jatinangor.

Michael, F.R. dan S. Koshio. 2008. Biochemical Studies on The Interactive Effects of Dietary Choline and Inositol in Juvenile Kuruma Shrimp, Marsupenaeus japonicus Bate. Journal Aquaculture 285:179-183.

Mudjiman, A. 2008. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mundheim, H., A. Aksnes, dan B. Hope. 2004. Growth, feed efficiency and digestibility in salmon (Salmo salar L.) fed different dietary proportions of vegetable protein sources in combination with two fish meal qualities. Journal Aquaculture 237: 315-331.

Murtidjo, B.A. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. Nijiyati, S. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penebar Swadaya.

Jakarta.

NOWFoods. 2012. Inositol Powder Vegetarian – 8 oz.

http://now.foods.com/Inositol-Powder-8oz.htm. Diakses pada 10 September 2014 pukul 20.40 WIB.

National Research Council (NRC). 1993. Nutrient Requirement of Fish. National Academy of Science. National Press. USA. Pp 39-53.

Palinggi dan Usman. 2005. Manajemen Pemberian Pakan. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Maros.

Rahman, M. F. 2008. Potensi Antibakteri Ekstrak Daun Pepaya Pada Ikan Gurami yang Diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Respati, H. dan B. Santoso. 1993. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Gurami. Kanisius. Jakarta.

Rijkers, G. T. 1980. The Immune System of Cyprinid Fish. PUDOC. Wegeningen. Risky, M.H., T. Julius dan B.W. Prasetya. 2011. Usaha Pembenihan Gurami.


(5)

Robert, T.R. 1992. Systematic Revision of the Southeast Asian Anabantoid Fish Genus Osphronemus, with Description of Two New Spesies. Ichthyol Explor, Freshwater 2(4):351-360.

Rukyani, A. 1990. Histopathological Changes in the Gill of Common Carp (Cyprinus carpio L.) Infected with the Myxosporean Parasite Myxobolus Koi Kudo. Jurnal Perikanan. Surabaya. 337-341.

Sari, W. P., Agustono, dan Y. Cahyoko. 2009. Pemberian Pakan dengan Energi yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Tikus

(Cromileptusaltivelia). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 1(2): 149-156.

Sastry dan Rao. 1994. Antibacterial Substance From Marine Algae. Successive Extraction Using Benzene, Chloroform and Methanol. Department of Biochemistry, Institute of Medical Science, Banaras Hindu University. India.

Schaperlaus, W. 1992. Fish Disease. Vol.2. Schaperlaus, W , H. Kulow, K., Schereckenbach, K. (Eds.), A.A. Balkema. Rotterdam. 245 p.

Shiau, S. Y. dan H. L. Yu. 2006. Vitamin Requirements of Tilapia- A Review. Aquaculture Nutritions International Symposium 8:129-138.

Sitanggang, M. dan B. Sarwono. 2007. Budidaya Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta.

Stickney, R.R. 1979. Principles of Warm Water Aquaculture. John Wiley and Sons Inc. New York. Pp 223-229.

Subandi. 2010. Mikrobiologi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Susanto, H. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Patin. Penebar Swadaya. Jakarta. Wardoyo, S. T. H.1981. Kriteria Kualitas Air untuk Evaluasi Pertanian dan

Perikanan. Analisa Dampak Lingkungan UND-PSL IPB. PPLH-UND-PSL IPB. Bogor.

Widagdo, D. 2012. Peluang Emas Budidaya Gurami di Kolam Sempit. CV. Sahabat. Klaten.

Widyati, W. 2009. Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila (Orechromis niloticus) yang Diberi Berbagai Dosis Enzim Cairan Rumen Pada Pakan Berbasis Daun Lamtorogung (Leucaena leucophala). Skripsi. Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya. Institutut Pertanaian Bogor.

Winarno, F.G. 1990. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.


(6)

Yandest, Z., A. Ridwan, dan M. Ing. 2003. Pengaruh Pemberian Selulosa dalam Pakan Terhadap Kondisi Biologis Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.). Jurnal Iktiologi Indonesia 3(1):27-33.