Pengaruh Pemberian Pakan Buatan Sendiri, Pabrik dan Alami terhadap Bobot Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)

(1)

(2)

Lampiran 1. Pakan Ikan

Berbagai jenis pakan ikan yang diberikan terhadap ikan gurami :  Pakan Buatan Sendiri

Pakan Buatan Pabrik


(3)

Lampiran 2. Tabel Hasil Perhitungan Kadar Protein No. Sampel Massa

sampel(g) Vb (ml) Vs (ml) Kadar Nitrogen (%) Kadar Protein (%)

1. A 1 0,1 37,4 5,224 32,655

2. B 1 0,1 35,5 4,958 30,992

3. C 1 0,1 44,25 6,184 38,653

Catatan : A = Pakan Buatan Sendiri B = Pakan Pabrik

C = Pakan Alami

Data diatas diperoleh dengan menggunakan rumus: % N = − L NHC ,

g e x 100%

Keterangan:

Vs : volume HCl 0,1 N untuk titrasi sampel Vb : volume HCl 0,1 N untuk titrasi blanko N : normalitas

m : massa %P = % N x FK Keterangan :

P : Protein N : Nitrogen

FK : Faktor Konversi

 Pakan Buatan Sendiri (Nomor 1 pada lampiran 2) %N = , − , L , N ,

g x 100%

= 5,224 %P = % N x FK

= 5,224 x 6,25 = 32,655 %


(4)

Lampiran 3. Tabel Hasil Perhitungan Kadar Abu N

O

Sampel Berat sampel (g)

Berat cawan porselen (g)

Berat cawan porselen + abu (g)

Kadar abu (%)

1. A 2 21,17 21,37 10

2. B 2 22,81 22,97 8

3. C 2 21,23 21,33 5

Catatan : A = Pakan Buatan Sendiri B = Pakan Pabrik

C = Pakan Alami

Kadar abu diperoleh dengan rumus:

Kadar Abu = e e e + − e e e

e e x %

 Pakan Buatan Sendiri ( Nomor 1 pada lampiran 3) Kadar abu = , − , × %

= 10%


(5)

Lampiran 4. Tabel Hasil Perhitungan Kadar Air

NO Sampel Ws (g) Wo (g) Wi (g) Kadar air (%)

1. A 2,0207 55,9579 55,8669 4,5

2. B 2,0030 57,5934 57,5080 4,3

3. C 2,0156 44,9724 43,2876 83,6

Catatan : A = Pakan Buatan Sendiri B = Pakan Pabrik

C = Pakan Alami

Data diatas diperoleh dengan menggunakan rumus: % Kadar Air = W +W − Wi

W x 100%

Keterangan :

- Wo : Berat cawan porselen - Ws : Berat Sampel

- Wi : Berat cawan + Sampel setelah dikeringkan  Pakan Buatan Sendiri ( Nomor 1 pada lampiran 4)

% Kadar Air = , + , − ,

, x 100%

= 4,5%


(6)

Lampiran 5. Tabel Hasil Perhitungan Kadar Karbohidrat NO Sampel Kadar air

(%)

Kadar abu (%)

Kadar lemak (%)

Kadar Protein (%)

1. A 4,5 10 6,631 32,655

2. B 4,3 8 4,917 30,992

3. C 83,6 5 8,126 38,653

Catatan : A = Pakan Buatan Sendiri B = Pakan Pabrik

C = Pakan Alami

Penetapan kadar karbohidrat dilakukan dengan metode carbohidrat by difference : Kadar karbohidrat = 100% - (kadar air + kadar abu + kadar lemak + kadar protein)  Pakan Buatan Sendiri (Nomor 1 pada lampiran 5)

Kadar karbohidrat = 100% - (4,5 + 10 + 6,631 + 32,655) = 46,22%


(7)

Lampiran 6. Tabel Hasil Perhitungan Kadar Lemak

No Sampel Ws (g) Wo (g) Wi (g) Kadar Lemak (%) 1 A 2,0207 122,6282 122,7622 6,631 2 B 2,0030 122,6352 122,7337 4,917 3 C 2,0156 122,6365 122,8003 8,126

Catatan : A = Pakan Buatan Sendiri B = Pakan Pabrik

C = Pakan Alami

Data diatas diperoleh dengan menggunakan rumus: % Kadar Lemak = ��−��

� x 100%

Keterangan :

- Wo : Berat Labu Alas - Ws : Berat Sampel

- Wi : Berat Labu Alas + Berat Ekstrak Sampel  Pakan Buatan Sendiri (Nomor 1 pada lampiran 6)

% Kadar Lemak = , − ,

, x 100%

= 6,631%


(8)

Lampiran 7. Tabel Hasil Perhitungan Kadar Serat

No Sampel Ws (g) Wo (g) Wi (g) Kadar Serat (%)

1 A 2,0207 1,0840 1,1740 4,453

2 B 2,0030 1,0534 1,133 3,974

3 C 2,0156 1,1046 1,1724 3,363

Catatan : A = Pakan Buatan Sendiri B = Pakan Pabrik

C = Pakan Alami

Data diatas diperoleh dengan menggunakan rumus: % Kadar Serat = ��−��

� x 100%

Keterangan :

- Wo : Berat Kertas Saring - Ws : Berat Sampel

- Wi : Berat Kertas Saring + Berat Residu  Pakan Buatan Sendiri (Nomor 1 pada lampiran 7) % Kadar Serat = , − ,

, x 100%

= 4,453%


(9)

Lampiran 8. Perhitungan Uji Biologis Pada Ikan % Pertambahan Berat Ikan = � ℎ �� �� �− �� � ℎ �� �� 0

� � � ℎ �� �� 0 x 100%

 Pakan Buatan Sendiri - Hari ke 0-7

% Pertambahan Berat Ikan = , − ,

, x 100%

= 33,70% - Hari ke 7-14

% Pertambahan Berat Ikan = , − ,

, x 100%

= 40,44% - Hari ke 14-21

% Pertambahan Berat Ikan = , − ,

, x 100%

= 50,56% - Hari ke 21-28

% Pertambahan Berat Ikan = − ,

, x 100%

= 57,30% - Hari ke 28-35

% Pertambahan Berat Ikan = , − ,

, x 100%

= 85,39% - Hari ke 35-42

% Pertambahan Berat Ikan = , − ,

, x 100%

= 96,62%


(10)

Lampiran 9. Bobot Ikan Sebelum dan Sesudah Pengamatan Untuk Pakan Buatan Sendiri, Pakan Buatan Pabrik dan Pakan Alami

 Ikan gurami dengan pemberian pakan buatan sendiri

Gambar A. Ikan gurami sebelum Gambar B. Ikan gurami sesudah perlakuan (8,9 gram) perlakuan (17,5 gram)  Ikan gurami dengan pemberian pakan buatan pabrik

Gambar A. Ikan gurami sebelum Gambar B. Ikan gurami sesudah perlakuan (15,5 gram) perlakuan (27,3 gram)  Ikan gurami dengan pemberian pakan alami

Gambar A. Ikan gurami sebelum Gambar B. Ikan gurami sesudah Perlakuan (12,2 gram) perlakuan (13,9 gram)


(11)

Lampiran 10. Standart Makanan Ikan

No. Nutrisi Persentase

1. Protein 30%-35%

2. Lemak Min 3%

3. Serat kasar Max. 4%

4. Abu Max. 12%

5. Air Max. 12%


(12)

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E dan E. Liviawati. 2005. Pakan Ikan. Yogyakarta : Kanisius.

Agung. 2007. Panduan lengkap Budidaya Gurami. Jakarta : Agromedia Pustaka. Alam, J. 2010. Effects of some Artificial Diets on the Growth Performance,

Survival Rate and Biomass of the Fry of Climbing perch. Journal of Nature and Science. Bangladesh : University of Dhaka.

Buwono, I. 2010. Kebutuhan Asam Amino Esensial Ransum Ikan. Yogyakarta : Kanisius.

Dani, N. 2005. Komposisi Pakan Buatan untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Kandungan Protein Ikan Tawes (Puntius javanicus Blkr.). Jurnal SAINS. Vol.7. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Darmono. 1993. Tatalaksana Usaha Sapi Kereman. Yogyakarta : Kanisius.

Dharmawan, B. 2010. Usaha Pembuatan Pakan Ikan Konsumsi. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Djarijah, A. 1996. Pakan Ikan Alami. Yogyakarta : Kanisius.

Khairuman. 2002. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Jakarta : Agromedia Pustaka. Khairuman. 2003. Pembenihan dan pembesaran Gurami secara Intensif. Jakarta :

Agromedia Pustaka.

Khairuman. 2008. Peluang Usaha Budidaya Cacing Sutra. Jakarta : Agromedia Pustaka.

Kordi, K. 2004. Pakan Ikan : Formulasi, Pembuatan dan Pemberian. Jakarta : PT Perca.

Kordi, K. 2014. Panen Untung dari Akuabisnis Ikan Gurami. Yogyakarta : Andi Publisher.

Lingga dan Susanto. 1989. Ikan Hias Air Tawar. Jakarta : Penebar Swadaya. Lukito, A. 2007. Panduan Lengkap Lobster Air Tawar. Jakarta : Penebar

Swadaya.

Mujiman, A.1991. Makanan Ikan. Jakarta : Penebar Swadaya.

Murtidjo, B. A. 2001. Beberapa Metode Pengolahan Tepung Ikan. Yogyakarta : Kanisius.


(13)

Olele, N. 2011. Comparative Study on the Use of Natural and Artificial Based Feeds for the Culture of Clarias gariepinus Fingerlings. Journal of Agricultural and Biologial Science. Vol.6. Nigeria : Delta State University.

Puspowardoyo, H dan A. S. Djarijah. 1992. Membudidayakan Gurami Secara Intensif. Yogyakarta : Kanisius.

Rasidi. 1998. Formulasi Pakan Lokal Alternatif untuk Unggas. Jakarta : Penebar Swadaya.

Ricky, B. 2008. Usaha Pemeliharaan Gurami (Osphronemus gouramy sp.). Jakarta : Penebar Swadaya.

Sahwan, M.F. 2002. Pakan Ikan dan Udang. Jakarta : Penebar Swadaya.

Santi. 2004. Studi Pembuatan Pakan Ikan dari Campuran Ampas Tahu, Ampas Ikan, Darah Sapi Potong dan Daun Keladi yang disesuaikan dengan Standar Mutu Pakan Ikan. Prosiding Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Sarwono, B dan Yan P. S. 2003. Membuat Aneka Tahu. Jakarta : Niaga Swadaya. Sudarmadji, S. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta :

Liberty.

Suharno, B. 1998. Beternak Itik secara Intensif. Jakarta : Niaga Swadaya.

Sumantadinata, K. 1983. Pengembangbiakan Ikan Peliharaan di Indonesia. Jakarta : Sastra Hudaya.

Sumeru, S. 1992. Pakan Udang Windu (Penaeus Monodon). Yogyakarta : Kanisius.

Suryana, D. 2013. Membuat Tepung. Yogyakarta : Andi.

Susanto, H. 2000. Budidaya Ikan Gurame. Yogyakarta : Kanisius.

Tiana, H.A. 2004. Memilih dan Membuat Pakan Tepat untuk Koi. Jakarta : Agromedia.

Tim Lentera. 2002. Pembesaran Ikan Air Tawar di Kolam Air Deras. Jakarta : Agromedia Pustaka.

Widiyati, E. 1996. Limbah untuk Pakan Ternak. Surabaya : Trubus Agrisarana. Winarno, F. G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia.

Zonneveld, N. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.


(14)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : - Akuarium

- Aerator

- Ayakan Fisher

- Blender National

- Cetakan

- Kjeldhal apparatus Gallenkamp

- Labu kjeldhal - Oven

- Beaker glass Pyrex

- Erlenmeyer Pyrex

- Gelas ukur Pyrex

- Neraca analitik Sartorius

- Labu takar Pyrex

- Cawan porselin

- Buret Pyrex

- Statif dan klemp - Desikator

- Tanur Gallenkamp

- Spatula - Gabus karet - Pendingin liebig - Kertas saring - Pipet tetes - Batu didih - Alu dan lumpang - Alat soklet


(15)

3.2Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : - Ampas ikan teri

- Ampas tahu - Darah sapi potong - Daun keladi - Tepung tapioka - Cacing sutra - Pelet pabrik - Ikan gurami - Aquades - Selenium

- H2SO4(p) 98% p.a (E-Merck)

- NaOH pellet

- H3BO3 3% p.a (E-Merck)

- Indikator tashiro

- HCl(p) 37% p.a (E-Merck)

- n – Heksan p.a (E-Merck)

- Etanol p.a (E-Merck)


(16)

3.3Prosedur Penelitian 3.3.1 Pembuatan Larutan

3.3.1.1 Pembuatan Larutan NaOH 30%

Sebanyak 75 g NaOH pellet dilarutkan dengan 200 ml aquadest dalam beaker glass, diaduk hingga larut, dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml, ditambahkan dengan aquadest hingga garis tanda, dihomogenkan.

3.3.1.2 Larutan H3BO3 3%

Sebanyak 3 g Kristal H3BO3 dilarutkan dengan 75 ml aquadest dalam beaker

glass, diaduk hingga larut, lalu dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, ditambahkan dengan aquadest hingga garis tanda, dihomogenkan.

3.3.1.3 Larutan HCl 0,1 N

Sebanyak 0,92 ml HCl(p) 37% dilarutkan dengan 75 ml aquadest dalam beaker

glass, diaduk hingga larut, lalu dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, ditambahkan dengan aquadest hingga garis tanda, dihomogenkan.

3.3.1.4 Larutan H2SO4 1,25%

Sebanyak 3,25 % ml H2SO4(p) 98% dilarutkan dengan 200 ml aquadest dalam

beaker glass, diaduk hingga larut, lalu dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml, ditambahkan dengan aquadest hingga garis tanda, dihomogenkan.

3.3.1.5 Larutan NaOH 3,25 %

Sebanyak 8,125 g NaOH pellet dilarutkan dengan 200 ml aquadest dalam beaker glass, diaduk hingga larut, lalu dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml, ditambahkan dengan aquadest hingga garis tanda, dihomogenkan.


(17)

3.3.2 Penyiapan Sampel

Ampas tahu, ampas ikan teri, daun keladi dan darah sapi potong masing-masing dikeringkan. Setelah kering dihaluskan dan diayak dengan ayakan 100 mesh hingga diperoleh tepung ampas tahu, tepung ikan, tepung daun dan tepung darah.

3.3.3 Pembuatan Pelet Ikan

Diambil 25 g tepung ampas tahu, 25 g tepung ikan, 25 g tepung daun, 20 g tepung darah dan 5 g tepung tapioka, dicampur lalu diaduk dan ditambahkan aquadest perlahan-lahan hingga merata (homogen). Setelah diperoleh adonan yang rata, lalu dilakukan pencetakan berbentuk pelet. Lalu dikeringkan dalam oven dengan suhu 60 oC. Setelah kering pakan dianalisa kadar protein, kadar abu, kadar air, kadar karbohidrat, kadar lemak, dan kadar serat kasar.

3.3.4 Penentuan Kadar Protein

Pelet ditimbang sebanyak 1 g dan dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 500 ml. Ditambahkan 0,2 g selenium dan 15 ml H2SO4(aq) 98%. Dipanaskan diatas

kjeldahl apparatus sampai larutan menjadi jernih kehijauan (sekitar 2 jam).

Didinginkan kemudian dimasukkan ke dalam labu alas lalu ditambahkan 100 ml aquadest kemudian ditambahkan NaOH(aq) 30% sampai menjadi basa. Didestilasi selama beberapa menit dan ditampung destilat dalam erlenmeyer yang berisi H3BO3 3% dan indikator tashiro sampai larutan bewarna hijau. Dititasi larutan

dengan HCl 0,1 N sampai larutan bewarna ungu. Dicatat volume HCl 0,1 N yang terpakai sebagai V1. Dilakukan titrasi untuk blanko yaitu titrasi asam borat tanpa

adanya NH3. Dicatat volume sebagai V2.

3.3.5 Penentuan Kadar Air

Ditimbang pelet sebanyak 2 g dalam cawan timbang yang telah diketahui beratnya. Dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 oC selama 3 jam. Didinginkan di dalam desikator. Kemudian ditimbang hingga diperoleh bobot tetap.


(18)

3.3.6 Penentuan Kadar Abu

Ditimbang pelet sebanyak 2 g dalam sebuah cawan porselen yang telah diketahui beratnya. Dikeringkan di dalam oven. Diabukan di dalam tanur pengabuan pada suhu maksimum 600 oC selama 3 jam. Didinginkan dalam desikator. Kemudian

ditimbang hingga diperoleh bobot tetap.

3.3.7 Penentuan Kadar Karbohidrat (by difference)

Penentuan Karbohidrat secara by difference dihitung sebagai 100% dikurangi kadar air, abu, lemak, dan protein.

3.3.8 Penentuan Kadar Lemak

Pelet ditimbang sebanyak 2 g, dimasukkan ke dalam beaker glass kemudian ditambahkan HCl(aq) 25% sebanyak 25 ml dan aquades sebanyak 20 ml. Ditutup beaker glass dengan kaca arloji dan didihkan selama 15 menit. Disaring dalam keadaan panas dan dicuci dengan aquadest panas hingga tidak bereaksi asam lagi. Dikeringkan kertas saring dan isinya pada suhu 100-105 oC kemudian dimasukkan kedalam selongsong kertas. Kemudian dimasukkan ke dalam alat soklet yang telah dihubungkan dengan labu alas yang berisi batu didih. Diekstraksi dengan n-heksan selama lebih kurang 2-3 jam. Didestilasi larutan n-n-heksan dari ekstrak lemak pada suhu 105oC. Didinginkan dalam desikator dan ditimbang hingga bobot tetap.


(19)

3.3.9 Penentuan Kadar Serat

Dimasukkan 2 gram pelet yang telah dihilangkan kandungan lemaknya dengan n-heksan menggunakan metode soxlet selama 2 jam kedalam beaker glass. Ditambahkan 50 ml H2SO4(aq) 1,25% dan didihkan selama 30 menit sambil ditutup

dengan cawan petri/kaca arloji. Ditambahkan 50 ml NaOH(aq) 3,25% dan didihkan

selama 30 menit sambil ditutup dengan kaca arloji. Disaring dengan kertas saring whatman no 42. Dicuci dengan H2SO4(aq) 1,25% yang telah dipanaskan panas.

Dicuci dengan aquadest panas. Dicuci dengan etanol 96%. Dimasukkan ke dalam cawan timbang yang telah diketahui beratnya. Dikeringkan di dalam oven pada suhu 105oC. Didinginkan di dalam desikator. Ditimbang sampai berat konstan. Dihitung kadar seratnya.

3.3.10 Uji Biologis terhadap Ikan Gurami

Dimasukkan ikan kedalam akuarium yang dilengkapi aerator. Diberi pakan buatan sendiri, pabrik dan alami sebanyak 2 kali sehari. Dilakukan pergantian air setiap 2 hari sekali. Ditimbang berat ikan setiap 7 hari sekali selama 42 hari. Dicatat hasilnya.


(20)

3.4 Bagan Penelitian 3.4.1 Skema Penelitian

Pembuatan Pelet Ikan

Pakan Buatan Sendiri

Kadar

Protein Kadar Air KadarAbu

Kadar Karbohidrat

Kadar

Lemak KadarSerat Biologis

Catatan : Dilakukan hal yang sama terhadap pakan buatan pabrik dan alami tetapi tidak dilakukan proses pembuatan pelet.


(21)

3.4.2 Pembuatan Pelet Ikan

25 g Tepung ikan 25 g Tepung ampas tahu 25 g Tepung daun 20 g Tepung darah 5 g Tepung tapioka

100 g Sampel

Dicampur

Ditambah 200 ml air

Dibuat adonan hingga homogen Adonan tepung

Dicetak bentuk pelet Pelet

Dikeringkan dalam oven dengan suhu 60o C

Hasil

Kadar

Protein Kadar Air

Kadar Abu

Kadar Karbohidrat

Kadar


(22)

3.4.3 Penentuan Kadar Protein 1 g Pelet

Dimasukkan ke dalam labu kjeldahl Ditambahkan 0,2 g selenium

Ditambahkan 15 mL H2SO4(p) 98% Dipanaskan di atas kjeldahl apparatus Larutan Bening Kehijauan

Didinginkan

Dimasukkan ke dalam labu alas Ditambahkan 100 mL aquadest

Ditambahkan NaOH(aq) 30% hingga menjadi basa Didestilasi selama beberapa menit

Ditampung destilat dalam erlenmeyer yang berisi H3BO3 3% dan indikator tashiro

Larutan Hijau

Dibilas ujung kondensor dengan aquadest Dititrasi dengan larutan standard HCl 0,1N Larutan Ungu

Dihitung %N Dihitung %P Hasil


(23)

2 g Pelet

Dikeringkan dalam oven pada suhu 106 oC selama 3 jam

Didinginkan di dalam desikator Ditimbang

Dihitung kadar airnya

Hasil

2 g Pelet

Dimasukkan kedalam cawan porselen yang telah diketahui beratnya

Dipanaskan dalam tanur pada suhu 600 oC selama 3 jam hingga diperoleh abu berwarna keputih

Abu

Didinginkan dalam desikator Ditimbang

Diulangi sampai diperoleh berat Dihitung kadar abunya

Hasil

3.4.4 Penentuan Kadar Air

3.4.5 Penentuan Kadar Abu


(24)

3.4.6 Penentuan Kadar Karbohidrat

Berat Aliquot (100%)

dikurangkan kadar protein (%) dikurangkan kadar lemak (%) dikurangkan kadar air (%) dikurangkan kadar protein (%)


(25)

3.4.7 Penentuan Kadar Lemak

Dimasukkkan ke dalam beaker glass

Ditambahkan 30 ml HCl(aq) 25% dan 20 ml aquades Ditutup beaker glass dengan kaca arloji

Didihkan selama 15 menit

Disaring dalam keadaan panas dan dicuci dengan akuades panas Dikeringkan kertas saring dan isinya pada suhu 100 - 105 oC Dibungkus dengan kertas saring

Dimasukkan ke dalam alat soklet

Diekstraksi dengan larutan n-heksan selama 2-3 jam pada suhu 80 oC Didestilasi larutan n-heksan dari ekstrak lemak pada suhu 105 oC

Didinginkan dalam desikator Ditimbang sampai berat konstan

Dihitung kadar lemak 2 g pelet

Hasil Lemak


(26)

3.4.8 Penentuan Kadar Serat Kasar

Pelet

Dimasukkan 2 g pelet ikan yang telah dihilangkan kandungan lemaknya dengan n-heksan menggunakan metode soxlet selama 2 jam kedalam beaker glass

Ditambahkan 50 ml H2SO4(aq) 1,25%

Didihkan selama 30 menit dan ditutup cawan petri Ditambahkan 50 ml NaOH(aq) 3,25%

Didihkan selama 30 menit dan ditutup cawan petri Disaring

Dicuci dengan H2SO4(aq) 1,25% Dicuci dengan aquadest panas Dicuci dengan etanol 96%

Dimasukkan kedalam cawan timbang yang telah diketahui beratnya Dikeringkan didalam oven pada suhu 105 oC

Didinginkan didalam desikator Ditimbang

Dihitung kadar seratnya


(27)

Ikan

Dimasukkan ke dalam akuarium yang dilengkapi aerator

Diberi pakan ikan 2 kali sehari

Dilakukan pergantian air setiap 2 hari sekali Ditimbang bobot ikan setiap 7 hari sekali selama 42 hari

Hasil

3.4.9 Uji Biologis terhadap Ikan Gurami

Catatan : Pemberian pakan ikan terdiri dari pakan buatan sendiri, pabrik dan alami


(28)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Data Pakan Buatan Sendiri

Pakan buatan sendiri dari variasi berat tepung ampas tahu, tepung ikan, tepung daun, tepung darah dan tepung tapioka dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1. Variasi Berat Tepung Variasi Sampel

Pengamatan Tepung

Ampas Tahu (g)

Tepung Ikan (g)

Tepung Daun

(g)

Tepung Darah

(g)

Tepung Tapioka

(g)

25 25 25 20 5

Pelet dapat dicetak dengan baik dan dapat mengapung diatas permukaan air ± 10 menit.


(29)

4.1.2. Hasil Analisa Kandungan Zat Gizi Pakan Ikan

Pada penelitian ini dilakukan analisa terhadap pakan ikan yaitu analisa kadar protein, kadar air, kadar abu, karbohidrat, lemak dan serat kasar. Hasil analisa dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel. 4.2. Hasil Analisa Kandungan Zat Gizi Pakan Ikan

No. Zat Gizi Hasil Analisa (%)

A B C

1. Protein 32,65 30,99 38,65

2. Air 4,50 4,30 83,60

3. Abu 10 8 5

4. Karbohidrat 46,22 51,82 35,37

5. Lemak 6,63 4,91 8,12

6. Serat Kasar 4,45 3,97 3,36

Keterangan : A = Pakan Buatan Sendiri B = Pakan Buatan Pabrik C = Pakan Alami


(30)

4.1.3. Data Dosis Pemberian Pakan Ikan

Pada penelitian ini dilakukan pemberian pakan ikan sebanyak dua kali. Dosis pemberian pakan ikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel. 4.3. Dosis Pemberian Pakan Ikan Hari

Ke-

Dosis Pemberian Pakan Ikan (g)

A B C

0 0,44 0,77 0,61

7 0,59 0,94 0,62

14 0,62 0,95 0,65

21 0,67 1,01 0,66

28 0,7 1,11 0,67

35 0,82 1,31 0,68

42 0,87 1,36 0,69

Keterangan : A = Pakan Buatan Sendiri B = Pakan Buatan Pabrik C = Pakan Alami


(31)

4.1.4. Hasil Uji Biologis Ikan Gurami

Berdasarkan hasil analisa kandungan zat gizi pada pakan ikan dengan berbagai pemberian pakan berupa pakan buatan sendiri, pakan buatan pabrik dan pakan alami terhadap ikan gurami yang memiliki kandungan zat gizi yang berbeda. Selanjutnya pakan ikan tersebut diuji secara biologis selama 42 hari. Hasil uji biologis dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut :

Tabel. 4.4. Data Hasil Pertambahan Berat Ikan Gurami Hari

ke-

Pertambahan Berat Ikan Gurami

A (g) B (g) C (g)

0 8,9 15,5 12,2

7 11,9 18,9 12,4

14 12,5 19,1 13

21 13,4 20,3 13,2

28 14 22,3 13,4

35 16,5 26,2 13,7

42 17,5 27,3 13,9

Keterangan : A = Pakan Buatan Sendiri B = Pakan Buatan Pabrik C = Pakan Alami


(32)

Hasil pertambahan bobot ikan gurami (%) ditunjukan dalam tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5 Hasil Pertambahan Bobot Ikan (%) Jumlah

Hari

Pertambahan Bobot Ikan (%)

A B C

0-7 33,70 21,93 1,64

7-14 40,44 23,22 6,55

14-21 50,56 30,96 8,19

21-28 57,30 43,87 9,83

28-35 85,39 69,03 12,3

35-42 96,62 76,12 13,93

Keterangan : A = Pakan Buatan Sendiri B = Pakan Buatan Pabrik C = Pakan Alami

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pakan Buatan Sendiri

Dari hasil penelitian diketahui bahwa, kondisi fisik pakan buatan sendiri berupa pelet yang baik adalah variasi 25 g tepung ampas tahu, 25 g tepung ikan, 25 g tepung daun, 20 g tepung darah dan 5 g tepung tapioka sebagai perekat. Hal ini dilihat dari dapat menyatunya seluruh bahan yang digunakan dengan baik dan pelet dapat mengapung diatas permukaan air selama ± 10 menit.

Daya apung pakan ada hubungannya dengan berat jenis (BJ) pakan. Semakin besar BJ pakan dibanding dengan BJ air (BJ air = 1), pakan yang bersangkutan makin cepat tenggelam. Apabila BJ pakan sekitar 1 maka pakan akan melayang sedangkan jika BJ pakan lebih kecil dari 1 maka pakan akan mengapung (Mujiman, 1991).


(33)

Daya apung dari pakan buatan sendiri ini lebih rendah jika dibandingkan dengan pakan buatan pabrik yang memiliki daya apung ± 20 menit. Hal ini disebabkan perbedaan teknologi pembuatan pakan buatan. Dimana pakan buatan pabrik dicetak dengan alat ekstruder, sedangkan pakan buatan sendiri dengan alat-alat sederhana dalam skala laboratorium. Selain itu, pakan buatan pabrik dibuat dari proses gelatinasi dengan temperatur , kelembapan dan kecepatan feeder screw yang tetap, sedangkan pakan buatan sendiri ini menggunakan cetakan sederhana dengan tekanan yang berbeda-beda sehingga menghasilkan pelet buatan yang berbeda ukurannya.

4.2.2. Analisa Kandungan Zat Gizi Pelet Ikan 4.2.2.1 Kadar Protein

Dari hasil analisa protein dengan metode Kjedahl diperoleh kadar protein pakan buatan sendiri 32,655%, pakan buatan pabrik 30,992% dan pakan alami 38,653% , dimana kadar protein kasar diperoleh dari persentase kandungan nitrogen dikalikan dengan faktor koreksi (Fk) untuk makanan ikan besar Fk adalah 6,25.

Hal ini disebabkan karena tingginya kadar protein yang terkandung didalam tepung darah sapi 71,45% dan tepung tahu 23,55%. Hal ini menyebabkan hasil pakan buatan sendiri mengandung protein yang tinggi.

Menurut Mujiman (1991) pada umumnya ikan membutuhkan makanan yang kadar proteinnya berkisar antara 20-60 persen. Sedang kadar optimum berkisar antara 30-36 persen. Apabila protein dalam pakan kurang dari 6 persen, maka ikannya tidak dapat tumbuh. Dan menurut Standart makanan ikan (lampiran 10) adalah 30-35%, maka hasil analisa yang diperoleh telah dapat memenuhi syarat sebagai pakan ikan.


(34)

4.2.2.2 Kadar Abu

Hasil analisa kadar abu pada pakan ikan yaitu pakan buatan sendiri 10%, pakan buatan pabrik 8% dan pakan alami 5%. Hal ini karena komposisi bahan dari masing-masing perlakuan mempunyai persentase yang berbeda-beda. Kadar abu pada pakan ikan menunjukkan indikator besarnya kandungan untuk mineral yang terdapat dalam pakan tersebut (Jangkaru, 1974). Dan menurut standart makanan ikan (lampiran 10) kadar abu adalah maksimal 12%, maka hasil analisa yang diperoleh telah dapat memenuhi syarat sebagai pakan ikan.

4.2.2.3 Kadar Air

Menurut Sahwan (2002) kadar air pakan sebaiknya lebih baik tidak lebih besar dari 10%. Jadi, kadar air pada pakan buatan sendiri 4,5% dan pakan buatan pabrik 4,3% ini masih dalam batasan kisaran ideal. Tingkat kekeringan pakan ikan sangat menentukan daya tahan pakan karena apabila pakan buatan mengandung banyak air maka akan menjadi lembab. Dalam kondisi ini apabila pakan disimpan terlalu lama akan ditumbuhi jamur. Dengan demikian, kualitas dari pakan akan menurun, bahkan dapat berbahaya bagi ikan. Kadar air pada pakan ini sudah relatif rendah sehingga dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama. Dan menurut standart makanan ikan kadar air pakan adalah maksimal 12%, maka hasil analisa diperoleh telah dapat memenuhi syarat sebagai pakan ikan.

4.2.2.4 Kadar Karbohidrat

Pada ikan, karbohidrat merupakan salah satu sumber energi setelah protein dan lemak yang didapat dari pakan. Kadar karbohidrat dalam makanan ikan menurut Mujiman (1991) berkisar 10-50%. Dari hasil analisa perhitungan kasar (proximate

analysis) atau juga disebut Carbohydrate by difference. Diperoleh kadar

karbohidrat pakan ikan yang memenuhi persyaratan tersebut. Hal ini disebabkan sumber baku pakan ikan yaitu tepung tahu dan tepung tapioka.


(35)

4.2.2.5 Kadar Lemak

Lemak dalam makanan mempunyai peranan yang penting sebagai sumber tenaga. Lemak tergolong mudah teroksidasi sehingga penggunaannya dalam pembuatan pakan buatan jumlahnya dibatasi. Jika kandungan lemak yang digunakan terlalu tinggi sebaiknya ditambahkan bahan antioksidan untuk menghambat terjadinya proses oksidasi tersebut. Dalam kaitan dengan pakan buatan, penggunaan lemak berpengaruh terhadap rasa dan tekstur pakan yang dibuat ( Mujiman, 1991).

Menurut Mujiman (1991), kebutuhan lemak untuk ikan air tawar berkisar 4-18 %, sedangkan menurut standart makanan ikan (lampiran 10) minimal 3%. Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa kadar lemak pakan ikan ini telah memenuhi persyaratan sebagai pakan ikan.

4.2.2.6 Kadar Serat

Kandungan serat kasar yang tinggi dalam pakan ikan akan mempengaruhi daya cerna dan penyerapan didalam alat pencernaan ikan. Selain itu, kandungan serat kasar yang tinggi akan menyebabkan meningkatkannya sisa metabolisme dan akan mempercepat penurunan kualitas air. Kandungan serat kasar yang tinggi (lebih dari 8%) akan mengurangi kualitas pakan ikan, sedangkan kandungan serat kasar yang rendah (dibawah 8%) akan menambah baik struktur pakan ikan dalam bentuk pelet (Kordi, 2014).

Menurut Kordi (2014), kandungan serat kasar yang diperlukan oleh ikan adalah dibawah 8%, sedangkan menurut standart makanan ikan yaitu maksimal 4%. Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa kadar serat pakan buatan sendiri hampir memenuhi standart makanan ikan. Hal ini disebabkan sumber serat kasar dari daun keladi dan tepung darah yang tinggi.


(36)

4.2.3. Dosis Pemberian Pakan Ikan

Jumlah pakan yang diberikan 5% dari berat total ikan yang dipelihara dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore. Tujuan penerapan teknik pemberian pakan adalah untuk menekan sesedikit mungkin pakan terbuang percuma (Kordi, 2004).

4.2.4. Uji Biologis Ikan Gurami

Uji biologis dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh makanan terhadap pertumbuhan ikan. Makanan yang kandungan gizinya yang cukup tinggi belum tentu berpengaruh baik terhadap pertumbuhan ikan hal ini dipengaruhi oleh sifat bahan baku yang digunakan mudah atau sukar dicerna oleh ikan tersebut sehingga dapat diserap oleh usus ikan. Uji biologis selama 1-1,5 bulan, dimana dilakukan pengukuran pertambahan berat ikan setiap minggunya (Mujiman,A.1991).

Data pada tabel 4.5 dapat ditunjukan melalui gambar 4.1 sebagai berikut:

Gambar 4.1. Grafik pertambahan bobot ikan gurami (%) terhadap pakan ikan 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00%

7 14 21 28 35 42

% P e r ta m b a h a n B o b o t Ika n G u r a m i Jumlah Hari


(37)

Menurut Sudarman (1988), bahwa kecepatan pertumbuhan tergantung pada jumlah pakan yang dikomsumsikan, kualitas air dan faktor lain seperti keturunan, umur dan daya tahan serta kemampuan ikan tersebut memanfaatkan pakan, selanjutnya Supratno (1999) menambahkan bahwa jumlah pakan yang dikomsumsi harus lebih banyak daripada jumlah yang digunakan untuk pemeliharaan tubuh dan aktivitas agar ikan dapat melangsungkan pertumbuhannya.

Berdasarkan gambar 4.1 diatas, pemberian pakan buatan sendiri, pabrik dan alami memperlihatkan hasil yang signifikan terhadap bobot ikan gurami yang diperoleh. Pakan buatan sendiri memiliki persentase pertambahan bobot ikan gurami 96,6% sedangkan pabrik hanya 76,12% dan alami sebesar 13,93% . Dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pakan buatan sendiri adalah pakan ikan yang terbaik didalam pertambahan bobot ikan gurami. Hal ini disebabkan pakan buatan sendiri memiliki kandungan protein yang tinggi yaitu 32,65%. Memiliki bau yang disukai oleh ikan yang berasal dari tepung darah. Dan kelima bahan baku pembuatan pakan buatan sendiri yang terdiri dari tepung ampas tahu, tepung ikan, tepung darah sapi , tepung daun talas dan tepung tapioka memiliki kadar protein yang tinggi.


(38)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Kandungan gizi pada pakan buatan sendiri yaitu protein 32,65%, air 4,50%,

abu 10%, karbohidrat 46,22%, lemak 6,63% dan serat kasar 4,45% yang mana telah memenuhi standart makanan ikan.

2. Pengaruh pemberian pakan ikan terhadap ikan gurami menghasilkan pertambahan bobot optimum yaitu pakan buatan sendiri sebesar 33,70% menjadi 96,62% pada hari ke 42.

5.2Saran

Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar membuat pakan buatan dengan campuran bahan baku yang sama dengan formulasi yang berbeda dan menambahkan bahan tambahan berupa vitamin atau antioksidan pada pakan buatan sehingga diperoleh pakan buatan yang kualitasnya lebih baik.


(39)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pakan Ikan 2.1.1 Pakan Alami

Pakan alami adalah makanan yang keberadaannya tersedia di alam. Sifat pakan alami yang mudah dicerna digunakan sebagai pakan benih ikan karena benih ikan memiliki alat percernaan yang belum sempurna. Oleh karena itu, pakan alami merupakan pakan yang tepat untuk benih, sehingga kematian yang tinggi pada benih ikan dapat dicegah (Lingga, 1989).

Keunggulan dari pakan alami sebagai pakan benih ikan antara lain pakan alami memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, mudah dicerna, gerakan pakan menarik perhatian ikan (Djarijah, 1995). Ukuran diameter pakan yang relatif kecil sehingga benih ikan mudah memakannya, dan tidak mencemari media pemeliharaan dibandingkan dengan pakan buatan (Lingga, 1989).

Kerugian yaitu seringkali pakan alami bersifat musiman, sehingga pada saat tertentu sulit didapat. Dapat membawa hama dan penyakit, seperti cacing sutra, yang hidup pada lumpur tercemar, sehingga bisa mengimpor bakteri terhadap lingkungan akuarium. Hama seperti larva capung atau hydra bisa secara tidak sengaja masuk ke akuarium dan memangsa burayak (Dharmawan, 2010).

Cacing sutra memiliki warna tubuh yang dominan kemerah-merahan. Ukuran tubuhnya sangat ramping dan halus dengan panjang 1-2 cm. Cacing ini sangat senang hidup berkelompok atau bergerombolan karena masing-masing individu berkumpul menjadi koloni yang sangat sulit diurai dan saling berkaitan satu sama lainnya. Dasar perairan yang paling banyak mengandung bahan organik terlarut merupakan habitat kesukaannya. Membenamkan kepala merupakan kebiasaan cacing ini untuk mencari makanan (Khairuman, 2008).


(40)

Cacing sutra sering digunakan dalam pembudidayaan ikan hias. Kandungan gizi dari cacing sutra, terdiri dari protein 57,50%, lemak 13,50%, serat kasar 2,04%, abu 3,60% dan kadar air sebesar 87,19%. Keunggulannya adalah memiliki kandungan protein yang mampu memacu pertumbuhan ikan lebih efesien (Lingga, 1989).

2.1.2 Pakan Buatan

Pakan merupakan sumber energi dan materi bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan. Zat yang terpenting dalam pakan adalah protein. Jumlah dan kualitas protein mempengaruhi pertumbuhan optimal ikan. Karena zat ini merupakan bagian terbesar dari daging ikan. Karena itu, dalam menentukan kebutuhan zat makanan, kebutuhan protein perlu dipenuhi terlebih dahulu (Khairuman, 2003).

Pakan yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Pakan harus dapat dimakan oleh ikan, maksudnya kondisi pakan harus baik dan ukuran pakan harus sesuai dengan ukuran mulut ikan.

2. Pakan harus mudah dicerna.

3. Pakan harus dapat diserap oleh tubuh ikan.

Apabila ketiga persyaratan diatas dapat dipenuhi, pemberian pakan akan memberikan manfaat yang optimal bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan (Khairuman, 2002).

Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan pertimbangan kebutuhannya. Pembuatan pakan sebaiknya didasarkan pada pertimbangan kebutuhan nutrisi ikan, kualitas bahan baku, dan nilai ekonomis. Dengan pertimbangan yang baik, dapat dihasilkan pakan buatan yang disukai ikan, tidak mudah hancur dalam air, aman bagi ikan (Dharmawan, 2010).


(41)

Berdasarkan tingkat kebutuhannya pakan buatan dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu (1) pakan tambahan, (2) pakan suplemen, dan (3) pakan utama. Pakan tambahan adalah pakan pakan yang sengaja dibuat untuk memenuhi kebutuhan pakan. Dalam hal ini, ikan yang dibudidayakan sudah mendapatkan pakan dari alam, namun jumlahnya belum memadai untuk tumbuh dengan baik sehingga perlu diberi pakan buatan sebagai pakan tambahan. Pakan suplemen adalah pakan yang sengaja dibuat untuk menambah komponen nutrisi tertentu yang tidak mampu disediakan pakan alami. Sementara pakan utama adalah pakan yang sengaja dibuat untuk menggantikan sebagian besar pakan alami (Dharmawan, 2010).

Dalam pembuatan pakan ikan, pertama-tama perlu diperhatikan tentang pemilihan bahannya. Bahan-bahan tersebut harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:

- Mempunyai nilai gizi tinggi - Mudah diperoleh

- Mudah diolah

- Tidak mengandung racun - Harga relatif murah

- Tidak merupakan makanan pokok manusia, sehingga tidak merupakan saingan (Mujiman, 1991).

2.1.3 Jenis-jenis Pakan

Berdasarkan bahan bakunya, pakan buatan memiliki dua karakter, yakni pakan pakan basah dan pakan kering.

a. Pakan basah

Pakan basah adalah pakan ikan yang bahan penyusunnya mengandung kadar air lebih dominan. Karakter pakan seperti ini sengaja dibuat agar larva dan burayak ikan lebih mudah mengomsumsi dan mencernanya. Jenis pakan basah ini beragam bentuknya, dari larutan emulsi, larutan suspensi, sampai bentuk pasta.


(42)

Pada bentuk emulsi, bahan-bahan yang terlarut menyatu dengan air sebagai pelarutnya. Apabila dipegang, terasa agak liat mirip lem encer. Contohnya adalah sari kacang kedelai yang sudah diramu dengan vitamin serta tambahan protein dari kuning telur. Pakan berbentuk suspensi, bahan terlarutnya tidak menyatu dengan pelarutnya karena mengandung partikel-partikel halus yang tidak dapat larut. Contohnya adalah bubuk spirulina yang ditebarkan dalam kolam pemeliharaan ikan. Pakan bentuk pasta adalah pakan hasil adonan yang berbentuk gumpalan - gumpalan.

b. Pakan kering

Pakan kering adalah pakan ikan yang bahan penyusunnya mengandung sedikit kadar air, yakni sekitar 5-20 persen. Persentase kandungan air ini sengaja dibuat agar pakan bisa disimpan lebih lama dan mengapung diperairan. Kandungan air yang ada dalam pakan digunakan untuk melarutkan komposisi bahan-bahan penyusunnya agar mudah diramu. Bentuk pakan kering cukup beragam, seperti granule (butiran), flake (remah), pellet (bulat), dan stick (batang) (Tiana, 2004).

2.1.4. Pelet

Pelet adalah bentuk pakan buatan yang terdiri dari beberapa macam bahan yang diramu dan dijadikan adonan, kemudian dicetak sehingga bentuknya merupakan batangan kecil-kecil. Panjangnya biasanya berkisar antara 1-2 cm. Jadi pelet tidak berupa tepung, tidak berupa butiran dan juga tidak berupa larutan (Mujiman, 1991).

Pakan yang tidak mudah hancur dalam air, minimum tahan dalam air sekitar 10 menit. Pakan yang tidak cepat tenggelam antara lain pakan buatan berbentuk butiran dengan diameter 2-5 mm yang populer disebut pelet. Pakan yang akan melayang dalam air dan tidak hancur selama 2-3 menit akan lebih baik. Pakan yang baik memberikan aroma yang dapat menarik dan merangsang nafsu makan ikan. Pakan yang baik dapat disimpan maksimum 2 bulan tanpa berubah kualitasnya (Tim lentera, 2002).


(43)

2.2 Bahan Baku 2.2.1 Ampas tahu

Ampas tahu merupakan hasil sisa perasan bubur kedelai. Ampas ini mempunyai sifat cepat basi dan berbau tidak sedap kalau tidak segera ditangani dengan cepat. Pemanfaatan ampas tahu menjadi pakan merupakan pengolahan yang paling mudah karena hanya dengan cara mengeringkannya. Ampas tahu yang dihasilkan segera dikeringkan. Dalam kondisi kering, ampas tahu dapat disimpan lama (Sarwono, 2003).

Biasanya para pengusaha tahu akan membuang ampas tahu begitu saja dan dibiarkan sampai membusuk. Ampas tahu dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ikan dalam kondisi masih baik atau tidak busuk. Ampas tahu merupakan sumber protein (Khairuman, 2002). Kandungan gizi tepung ampas tahu adalah protein 23,55%, lemak 5,54%, karbohidrat 26,92%, serat kasar 16,53%, abu 17,03% dan air 10,43% (Mujiman, 1991).

2.2.2 Tepung ikan

Tepung ikan yang baik berasal dari jenis ikan yang kadar lemaknya rendah. Bau khusus suatu jenis ikan kadang-kadang juga mempengaruhi daya tariknya, sehingga lebih merangsang. Ikan-ikan rucah (tidak bernilai ekonomis penting) dari sisa-sisa hasil pengolahan biasanya merupakan bahan baku yang penting untuk pembuatan tepung ikan (Mujiman, 1991). Tepung ikan yang berbau tengik, menandakan bahwa kualitas tepung ikan sudah menurun, demikian juga dengan kandungan gizinya. Sehingga tidak ekonomis lagi jika digunakan dalam pembuatan makanan ternak atau ikan (Suryana, 2013).

Tepung ikan yang memiliki kandungan lemak tinggi, akan menurunkan kualitas tepung ikan, meskipun kandungan protein tinggi. Kandungan lemak yang tinggi, menyebabkan tepung ikan mudah menjadi tengik dan tidak dapat disimpan lama (Murtidjo, 2001). Kandungan gizi tepung ikan adalah protein 22,65%, lemak 15,38%, abu 26,65%, serat 1,80% dan air 10,72% (Dharmawan, 2010).


(44)

2.2.3 Tepung darah

Darah ternak merupakan limbah dari rumah pemotongan hewan/ ternak. Limbah ini dapat diolah menjadi tepung darah dan dapat digunakan sebagai bahan baku pakan ikan, karena mengandung nutrisi yang cukup tinggi. Namun, tepung darah sukar dicerna oleh ikan. Oleh karena itu, bahan baku ini disarankan hanya digunakan sebagai bahan campuran dengan jumlah tidak melebihi 10% (Kordi, 2004).

Darah hewan tersebut dipanaskan sampai 100oC sehingga membentuk gumpalan, kemudian dikeringkan dan dipres (tekanan tinggi) untuk mengeluarkan serum yang tersisa. Setelah itu dikeringkan dengan pemanasan lagi dan akhirnya digiling. Tepung darah hewan ini biasanya berwarna coklat gelap dengan bau yang khas (Darmono, 1993).

Darah yang berasal dari hewan yang dipotong ditampung lalu diolah menjadi tepung. Seekor ternak bila dipotong akan menghasilkan darah sekitar 7-9% dari bobot badannya (Suharno, 1998). Kandungan gizi tepung darah adalah protein 71,45%, lemak 0,42%, karbohidrat 13,12%, abu 5,45%, serat 7,95% dan air 5,19 (Dharmawan, 2010).

2.2.4 Daun keladi

Makanan yang sering dimakan oleh ikan tawar adalah daun keladi (Colocasia

estulata Schott), ketela pohon (Manihot utilissima Bohl), pepaya (Carica papaya Linn). Konon yang paling bagus untuk makanan ikan adalah daun keladi. Namun

daun ini tidak boleh langsung diberikan pada ikan. Harus dikeringkan dahulu agar getahnya kering. Bagian-bagian daun keladi yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan misalnya umbi, tangkai, dan daun keladi (Susanto, 2000). Komposisi gizi daun keladi menurut Widayati (1998) adalah protein 4,4 gram, lemak 1,8 gram, karbohidrat 12,2 gram, serat 3,4 gram dan kadar air 79,6%.


(45)

2.2.5 Tepung Tapioka

Tepung tapioka atau tepung kanji berfungsi sebagai perekat agar bahan baku yang ada dalam pakan dapat bersatu menjadi campuran yang homogen dan sebagai pengikat antar komponen. Dengan demikian pakan tidak mudah hancur terurai kembali ketika dimasukkan kedalam air. Bahan jadi perekat tersebut juga dapat berfungsi sebagai sumber berbagai zat makanan. Tepung tapioka tersebut apabila kita larutkan dalam air panas akan menghasilkan larutan kental yang lekat seperti lem encer. Jumlah penggunaan bahan perekat ini dapat mencapai 10% dari seluruh bobot ramuan (Mujiman, 1991). Kandungan nutrisi bahan tepung tapioka adalah protein 8,09%, lemak 1,30%, karbohidrat 77,30%, abu 0,06% dan air 13,25% (Lukito, 2007).

2.3 Kandungan Nutrisi Pakan

Yang dimaksud dengan nutrisi untuk ikan adalah kandungan gizi yang dikandung pakan, yang diberikan kepada ikan peliharaan. Apabila pakan yang diberikan ikan peliharaan mempunyai kandungan nutrisi yang cukup tinggi, maka hal ini tidak saja akan menjamin hidup dan aktivitas ikan, tetapi juga akan mempercepat pertumbuhannya. Beberapa komponen nutrisi yang penting dan tersedia dalam pakan ikan antara lain protein, karbohidrat, lemak, dan serat kasar (Kordi, 2004).

2.3.1 Protein

Protein merupakan senyawa organik kompleks, tersusun atas banyak asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung fospor dan sulfur. Kualitas protein suatu bahan pakan ditentukan oleh kandungan asam amino, khususnya asam amino esensial (Sumeru, 1992).


(46)

Protein merupakan unsur yang paling penting dalam penyusunan formulasi pakan karena usaha budidaya diharapkan pertumbuhan ikan yang cepat. Dalam hal ini, protein mempunyai tiga fungsi bagi tubuh yaitu:

a. Sebagai zat pembangun yang membentuk berbagai jaringan baru untuk pertumbuhan, mengganti jaringan yang rusak, maupun yang bereproduksi. b. Sebagai zat pengatur yang berperan dalam pembentukan enzim dan hormon

penjaga serta pengatur berbagai proses metabolisme didalam tubuh ikan.

c. Sebagai zat pembakar karena unsur karbon yang terkandung didalamnya dapat difungsikan sebagai sumber energi pada saat kebutuhan energi tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak (Sahwan, 2002).

Kebutuhan protein masing-masing jenis ikan berbeda-beda. Jumlah protein yang dibutuhkan ikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain ukuran ikan, suhu air, jumlah pakan yang dimakan ikan, ketersediaan dan kualitas pakan alami, dan kualitas protein (Kordi, 2004). Pada umumnya ikan membutuhkan makanan yang kadar proteinnya berkisar antara 20-60 persen. Sedang kadar optimum berkisar antara 30-36 persen. Apabila protein dalam pakan kurang dari 6 persen, maka ikan tidak dapat tumbuh (Mujiman, 1991).

Pakan buatan terdiri dari beberapa macam campuran bahan pakan yang berasal dari protein hewani maupun nabati. Sumber protein hewani antara lain tepung ikan, telur ayam, tepung tulang dan tepung darah. Sumber protein nabati bisa diperoleh dari limbah industri pertanian seperti bungkil kacang tanah, ampas tahu, kedelai dan sorghum (Tiana, 2004).

Protein nabati (asal tumbuh-tumbuhan) lebih sukar dicerna daripada protein hewani (asal hewan). Hal itu disebabkan karena protein nabati terbungkus didalam dinding selulose yang memang sukar dicerna. Selain itu kandungan asam amino esensial dari protein nabati pada umumnya kurang lengkap dibandingkan dengan protein hewani (Mujiman,1991).


(47)

2.3.2 Lemak

Lemak adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik melalui ekstraksi eter. Lemak juga sering diistilahkan dengan fat, lipid, minyak atau lemak kasar. Beberapa jenis vitamin juga terlarut dalam lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan K (Lukito, 2007).

Lemak berfungsi sebagai sumber energi yang paling besar diantara protein dan karbohidrat, satu gram lemak dapat menghasilkan 9 kkal per gram, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal per gram. Lemak juga menjadi sumber asam lemak, pospolipid, kolestrol dan sebagai pelarut pada proses penyerapan vitamin A, D, E, dan K. Selain itu, lemak berfungsi membantu proses metabolisme, osmoregulasi, dan menjaga keseimbangan daya apung ikan dalam air serta untuk memelihara bentuk dan fungsi jaringan (Kordi, 2004).

Kandungan lemak pakan ikan rata-rata berkisar antara 4-18%. Kandungan lemak pakan ini sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, misalnya ukuran ikan, kondisi lingkungan (suhu), dan adanya sumber tenaga lain (Mujiman, 2004). Kisaran kadar lemak yang tidak terlalu rendah ataupun tidak terlalu tinggi, disamping dapat memperbaiki daya awet pakan juga dapat memperbaiki (mempertinggi) kualitas pakan (Puspowardoyo, 2000).

2.3.3 Karbohidrat

Karbohidrat merupakan senyawa organik yang terdiri dari serat kasar dan bahan bebas tanpa nitrogen (nitrogen free extract) atau dalam bahasa Indonesia disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Jadi, unsur-unsur karbohidrat terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen dalam perbandingan yang berbeda-beda. Karbohidrat dalam bentuk yang sederhana pada umumnya lebih mudah larut dalam air daripada lemak atau protein (Kordi, 2014).


(48)

Karbohidrat merupakan salah satu komponen sumber energi. Selain itu berperan dalam menghemat penggunaan protein sebagai sumber energi. Apabila pakan yang diberikan kekurangan karbohidrat, ikan akan kurang efesien dalam penggunaan pakan berprotein untuk menghasilkan energi dan kebutuhan metabolik lainnya (Afrianto, 2005).

Kebutuhan karbohidrat pada pakan ikan bergantung dari jenis ikannya. Menurut Wilson, hanya ikan herbivor dan omnivor yang dapat memanfaatkan karbohidrat tanaman. Watanabe , mengatakan bahwa kadar karbohidrat optimum untuk ikan omnivor adalah 20-40%, sedangkan untuk ikan karnivor antara 10-20% (Kordi, 2014).

Kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat ini tergantung pada kemampuannya untuk menghasilkan enzim amilase. Dan kemampuan ini tergantung pula pada jenis ikannya. Apabila makan karbohidrat lebih dari 12 persen, maka pada hatinya akan terjadi timbunan glikogen yang berlebihan, dan dapat menyebabkan angka kematian yang tinggi. Tapi ikan pemakan segala, dapat hidup baik dengan makanan yang kadar karbohidratnya sampai 50% atau bahkan lebih (Mujiman, 1991).

Bahan-bahan pakan yang banyak mengandung karbohidrat adalah jagung, beras, tepung terigu, dedak halus, tepung tapioka, tepung sagu dan beberapa bahan lainnya. Sebagian bahan diatas, selain sebagai sumber karbohidrat, juga berfungsi sebagai bahan perekat (binder) dalam pembuatan pakan ikan (Kordi, 2004).

2.3.4 Serat kasar

Serat kasar mengandung senyawa selulosa, lignin, dan zat lain yang belum dapat diidentifikasikan dengan pasti. Yang disebut serat kasar disini adalah senyawa yang tidak dapat dicerna dalam organ pencernaan manusia ataupun binatang. Didalam analisa penentuan serat kasar diperhitungkan banyaknya zat-zat yang tidak larut dalam asam encer ataupun basa encer dalam kondisi tertentu (Sudarmadji, 1996).


(49)

Menurut Mujiman (1991) dalam jumlah tertentu serat kasar diperlukan juga antara lain untuk membentuk gumpalan kotoran, sehingga mudah dikeluarkan dari dalam usus. Kandungan serat kasar yang tinggi dalam pakan ikan akan mempengaruhi daya cerna dan penyerapan didalam alat pencernaan ikan. Selain itu, kandungan serat kasar yang tinggi akan menyebabkan meningkatkannya sisa metabolisme dan akan mempercepat penurunan kualitas air. Kandungan serat kasar yang tinggi (lebih dari 8%) akan mengurangi kualitas pakan ikan, sedangkan kandungan serat kasar yang rendah (dibawah 8%) akan menambah baik struktur pakan ikan dalam bentuk pelet (Kordi, 2014).

2.4 Uji Kualitas Pakan Buatan

Pakan yang diberikan pakan ikan harus diuji dulu dengan beberapa uji yaitu uji fisik, kimiawi, dan biologis. Uji-uji tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah pantas, berguna, berkualitas suatu pakan diberikan pada ikan (Dharmawan, 2010).

2.4.1 Uji Fisik

Dalam hal ini yang perlu dilakukan adalah pengujian fisik terhadap pakan buatan berbentuk pelet, yaitu antara lain mengenai kehalusan bahan bakunya, daya tahannya didalam air, dan daya mengapungnya (Mujiman, 1991).

Uji kehalusan bahan baku pakan dilakukan dengan menggiling bahan baku pakan sampai halus. Semakin banyak bagian bahan pakan yang halus, semakin baik bahan pakan tersebut. Semakin halus bahan pakan menyebabkan semakin memudahkan untuk pembuatan pelet yang berkualitas. Beberapa faktor yang menyebabkan bahan pakan menjadi halus antara lain yaitu kandungan serat kasar, kandungan air dan kekerasan bahan pakan (Dharmawan, 2010).

Pengujian daya tahan didalam air dilakukan dengan merendamnya didalam air dingin. Waktu yang diperlukan sampai pelet yang bersangkutan ambyar, merupakan daya tahannya. Makin lama waktu yang dibutuhkan, semakin baiklah mutunya. Pelet untuk ikan, setidak-tidaknya harus mempunyai daya tahan selama 10 menit (Mujiman, 1991).


(50)

Daya apung pakan buatan dapat diukur dengan menjatuhkan atau menebarkan pakan tersebut kedalam bejana kaca yang telah diisi air hingga kedalaman 15-25 cm. Waktu yang diperlukan oleh pakan sejak ditebarkan hingga tenggelam didasar bejana, adalah merupakan ukuran daya apungnya. Paling tidak harus dapat melayang selama 5 menit (Afrianto, 2005).

2.4.2 Uji Kimiawi

Pengujian kimiawi ini dimaksudkan untuk mengetahui kandungan zat-zat gizi dari makanan yang bersangkutan, yaitu mengenai kadar protein, lemak, serat kasar dan kandungan air. Pengujian ini dilakukan didalam laboratorium. Untuk mengetahui tentang kadar air sangat penting. Sebab apabila kadar airnya masih terlalu tinggi, pakan tersebut cepat rusak dan jamuran. Pelet yang baik kadar airnya tidak boleh lebih dari 10 persen (Mujiman, 1991).

a. Analisa kadar protein dengan metode Kjeldhal

Kadar protein dalam ransum atau pakan dapat ditentukan dengan prosedur Kjeldahl, yaitu dengan cara menentukan jumlah nitrogen (N) yang terdapat dalam ransum, kecuali N yang berasal dari nitrat, nitrit, dan senyawa N siklik. Setelah diketahui jumlah N-nya, selanjutnya dapat dihitung kadar protein kasarnya dengan rumus ∑N% x faktor protein.

Besarnya faktor protein umum sama dengan 6,25. Hal ini dianggap bahwa jumlah semua N yang diperoleh berasal dari protein dan semua protein mengandung 16% N. Analisis kadar protein kasar secara Kjeldahl meliputi proses destruksi, destilasi, dan titrasi. Ketiga proses ini dilakukan untuk memecah molekul-molekul protein menjadi molekul terkecil yang mengandung unsur-unsur C, H, O dan N (Buwono, 2010).


(51)

b. Analisa lemak dengan metode sokletasi

Penentuan kadar lemak pada cara kering, bahan dibungkus atau ditempatkan dalam thimble. Kemudian dikeringkan dalam oven untuk menghilangkan airnya. Karena sampel kering maka pelarut yang dipilih harus bersifat tidak menyerap air. Pelarut yang banyak digunakan adalah petroleum eter karena lebih murah, kurang berbahaya terhadap kebakaran dan lebih selektif dalam pelarutan lipida. Pemanasan sebaiknya menggunakan penangas air untuk menghindari kebakaran. Pada akhir ekstraksi yaitu kira-kira 4-6 jam, labu godok diambil dan ekstrak dituangkan kedalam botol timbang yang telah diketahuinya beratnya. Kemudian pelarut diuapkan diatas penangas air sampai pekat. Selanjutnya dikeringkan pada suhu 100oC. Berat residu dalam botol timbang dinyatakan sebagai berat lemak atau minyak (Sudarmadji, 1996).

c. Analisa karbohidrat

Ada beberapa cara analisis yang dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan karbohidrat dalam bahan makanan. Yang paling mudah adalah dengan cara perhitungan kasar (proximate analysis) atau juga disebut Carbohydrate by

difference. Yang dimaksud dengan proximate analysis adalah suatu analisis

dimana kandungan karbohidrat termasuk serat kasar diketahui bukan melalui analisis tetapi melalui perhitungan, sebagai berikut :

% karbohidrat = 100% - % (protein + lemak + abu + air)

Perhitungan Carbohydrate by difference adalah penentuan karbohidrat dalam bahan makanan secara kasar, dan hasilnya ini biasanya dicantumkan dalam daftar komposisi bahan makanan (Winarno, 1992).

d. Analisa serat kasar

Didalam analisa penentuan serat kasar diperhitungkan banyaknya zat-zat yang tak larut dalam asam encer ataupun basa encer dalam kondisi tertentu.


(52)

Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisa adalah:

1. Defatting yaitu menghilangkan lemak yang terkandung dalam sampel

menggunakan pelarut lemak.

2. Digestion terdiri dari dua tahapan yaitu pelarutan dengan asam dan

pelarutan dengan basa.

Penyaringan harus segera dilakukan setelah digestion selesai karena penundaan penyaringan dapat mengakibatkan lebih rendahnya hasil analisa karena terjadi perusakan serat lebih lanjut oleh bahan kimia yang dipakai (Sudarmadji, 1996).

2.4.3 Uji Biologis

Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui sampai seberapa jauh pengaruh pakan tersebut terhadap pertumbuhan ikan yang diumpani. Pakan yang kandungan gizinya cukup tinggi belum tentu berpengaruh baik terhadap pertumbuhan. Sebab apabila bahan bakunya merupakan bahan yang sukar dicerna, maka zat gizi yang terkandung didalam pakan yang bersangkutan tidak banyak diserap oleh usus ikan (Mujiman, 1991).

Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian langsung di laboratorium untuk menguji suatu pakan. Ikan yang dicobakan diperlakukan pemberian pakan selama periode waktu tertentu umumnya berkisar 1,5-2 bulan. Setiap minggu dilakukan pengukuran pertambahan berat ikan (Dharmawan, 2010).


(53)

2.5 Ikan Gurami

Ikan gurami merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke seluruh perairan Asia Tenggara dan Cina. Gurami termasuk salah satu dari 12 komoditas untuk pemenuhan gizi masyarakat gurami banyak dikembangkan oleh para petani, hal ini dikarenakan permintaan pasar yang cukup tinggi dan pemeliharaannya yang relatif mudah. Namun salah satu jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi ini memiliki pertumbuhan yang lambat tetapi dapat diatasi dengan pemberian pakan berkualitas dalam jumlah yang cukup (Ricky, 2008).

Klasifikasi ikan gurami sebagai berikut : Filum : Cordata

Subfilum : Vertebrata Kelas : Pisces Bangsa : Labirinthici Suku : Anabantidae Marga : Osphronemus


(54)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pakan merupakan faktor yang memegang peranan sangat penting dan menentukan dalam keberhasilan usaha perikanan dan ketersediaan pakan merupakan salah satu faktor utama untuk menghasilkan produksi maksimal. Syarat pakan yang baik adalah mempunyai nilai gizi yang tinggi, mudah diperoleh, mudah diolah, mudah dicerna, harga relatif murah, tidak mengandung racun. Jenis pakan disesuaikan dengan bukaan mulut ikan, dimana semakin kecil bukaan mulut ikan maka semakin kecil ukuran pakan yang diberikan, dan juga disesuaikan dengan umur ikan (Khairuman, 2003).

Pakan yang diberikan harus memiliki kualitas yang tinggi. Laju pertumbuhan ikan akan terhambat, jika pakan yang diberikan tidak sesuai atau kualitas pakan yang rendah. Kandungan protein dalam pakan berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan, karena ikan membutuhkan protein sebagai sumber energi untuk perkembangan tubuh dan kelangsungan hidup (Zonneveld, 1991).

Permasalahan yang sering dihadapi dalam penyediaan pakan buatan ini adalah biaya yang cukup tinggi untuk pembelian pakan. Menurut Rasidi (1998), biaya pakan ini dapat mencapai 60-70% dari komponen biaya produksi. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menekan biaya produksi tersebut adalah dengan membuat pakan buatan sendiri. Pembuatan pakan buatan ini menggunakan teknik sederhana dengan memanfaatkan sumber-sumber bahan baku lokal, termasuk pemanfaatan limbah hasil industri pertanian yang relatif murah.


(55)

Bahan yang dipakai untuk pakan buatan, misalnya ampas tahu adalah sisa industri yang masih dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan yang memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang cukup tinggi. Ikan-ikan rucah yang tidak bernilai ekonomis, darah sapi potong yang terbuang, semua ini masih dapat menjadi sumber protein bagi ikan. Daun keladi yang biasanya tumbuh disekitar kolam dapat juga digunakan sebagai pakan ikan.

Untuk mendapatkan pertumbuhan ikan yang optimum, perlu ditambahkan pakan tambahan yang berkualitas tinggi, yaitu pakan yang memenuhi kebutuhan nutrisi ikan. Nilai gizi pakan ikan pada umumnya dilihat dari komposisi zat gizinya, seperti kandungan protein, lemak dan karbohidrat (Sumantadinata, 1983).

Dani (2005) telah melakukan penelitian tentang Komposisi Pakan Buatan untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Kandungan Protein Ikan Tawes (Puntius

javanicus Blkr.). Pakan buatan dengan komposisi 42% tepung ikan, 8% tepung

jagung, 14% dedak, 30% tepung daun turi, 4% tepung kanji, dan 2% premix vitamin menghasilkan pertumbuhan ikan tawes paling baik sebesar 385,37% dan kandungan protein daging paling tinggi sebesar 18,43%.

Olele (2011) telah melakukan Studi Perbandingan Pakan alami dan Buatan terhadap Pembudidayaan Ikan Lele Dumbo. Pakan alami belatung memberikan hasil yang terbaik dengan bobot ikan yaitu 14,02 g, panjang harian sebesar 117,5 mm, dan kelangsungan hidup 100%.

Alam (2010) telah melakukan Pengaruh Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan, Kelangsungan Hidup dan Biomassa pada Ikan Betok. Penelitian ini menggunakan bahan baku dengan perbandingan berat yaitu 40 g tepung ikan, 25 g tepung tahu, 15 g tepung gandum, 19 g tepung beras dan 1 g vitamin dengan bobot ikan betok sebesar 50,92% dan kelangsungan hidup sebesar 85%.


(56)

Santi (2004) telah melakukan penelitian tentang Studi Pembuatan Pakan Ikan dari Campuran Ampas Tahu, Ampas Ikan, Darah Sapi Potong dan Daun Keladi yang disesuaikan dengan Standar Mutu Pakan Ikan. Diperoleh karakterisasi dari pelet ikan sebagai berikut yaitu kadar protein 31,1925%, lemak 6,0102%, karbohidrat 4,4033% dan serat kasar 4,8290%.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian pakan buatan sendiri, pabrik dan alami terhadap bobot ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.). Hal ini karena pada penelitian sebelumnya hanya melakukan uji kimia terhadap pelet ikan sehingga peneliti tertarik untuk melakukan uji biologis terhadap ikan gurami.

1.2Perumusan Masalah

1. Apakah kandungan protein, lemak, karbohidrat dan serat kasar dalam pakan buatan sendiri telah memenuhi standar makanan ikan?

2. Bagaimana pengaruh pemberian pakan ikan antara pakan buatan sendiri, pabrik dan alami terhadap bobot ikan gurami?


(57)

1.3Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini objek masalah dibatasi sebagai berikut:

1. - Ampas ikan yang digunakan diperoleh dari Pajak Sore Padang Bulan. - Ampas tahu yang digunakan diperoleh dari desa Tj. Beringin.

- Daun keladi yang digunakan diperoleh dari daerah Sei Padang. - Darah sapi yang diperoleh dari rumah potong hewan di Mabar.

- Tepung tapioka yang digunakan diperoleh dari Pasar Sore PadangBulan. - Cacing sutra yang digunakan diperoleh dari Pajak USU.

- Pelet Pabrik yang digunakan diperoleh dari Pajak USU. - Ikan gurami yang digunakan diperoleh dari Tanjung Morawa.

2. Variasi sampel ditentukan dengan metode penyusunan formulasi pakan yaitu : Metode percobaan dimana perbandingan berat tepung ikan : tepung ampas tahu : tepung daun talas : tepung darah sapi: tepung tapioka adalah 25 : 25 : 25 : 20 : 5.

3. Lama pengamatan terhadap uji biologis pada ikan gurami dilakukan selama 42 hari.

4. Bentuk pakan buatan yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk butiran / pelet.

5. Dalam penelitian ini pakan alami yang diberikan terhadap ikan gurami adalah cacing sutra.

1.4Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kandungan Gizi pakan ikan yang sesuai dengan standart makanan ikan.

2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan buatan sendiri, pabrik dan alami terhadap bobot maksimum ikan gurami.


(58)

1.5Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya kepada para petani ikan, tentang jenis pakan ikan yang optimal bagi pertumbuhan ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac).

1.6Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia / Kimia Bahan Makanan (KBM) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara, Medan.

1.7Metodologi Penelitian

1. Penelitian ini adalah eksperimen yang dilakukan di Laboratorium. Ampas ikan, ampas tahu, daun keladi, darah sapi potong dikeringkan. Kemudian dihaluskan dan diayak dengan menggunakan ayakan berukuran 100 mesh hingga diperoleh tepung ikan, tepung ampas tahu, tepung daun talas dan tepung darah sapi. Masing-masing tepung dicampur dengan perbandingan berat tepung ikan : tepung ampas tahu : tepung daun talas : tepung darah sapi : tepung tapioka : 25 : 25 : 25 : 20 : 5. Dan selanjutnya diproses menjadi pakan berbentuk pelet, kemudian dikeringkan pada suhu 60oC. Pelet inilah yang selanjutnya dianalisa kadar protein, kadar air, kadar abu, kadar karbohidrat, kadar lemak dan kadar serat.

2. Pada tahap ini adalah proses pengujian secara biologis terhadap ikan gurami dimana ikan dimasukkan kedalam akuarium yang dilengkapi aerator. Kemudian diberi pakan buatan sendiri, pabrik dan alami 2 kali sehari. Dilakukan pergantian air 2 hari sekali. Dihitung bobot ikan 7 hari sekali selama 42 hari.


(59)

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BUATAN SENDIRI, PABRIK DAN ALAMI TERHADAP BOBOT IKAN

GURAMI (Osphronemus gouramy Lac.)

ABSTRAK

Penelitian pengaruh pemberian pakan buatan sendiri, pabrik dan alami terhadap bobot ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) telah dilakukan. Pakan buatan sendiri dibuat dari pencampuran 25 g tepung ikan, 25 g tepung ampas tahu, 25 g tepung daun, 20 g tepung darah dan 5 g tepung tapioka dengan variasi tertentu. Campuran diolah dan dicetak dengan diameter ± 3 mm berbentuk silinder lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 60oC, dimana pelet yang diperoleh dapat mengapung di atas permukaan air ± 10 menit. Selanjutnya pelet tersebut di analisa dengan uji kadar protein, kadar air, kadar abu, kadar karbohidrat, kadar lemak dan kadar serat. Kandungan gizi pada pakan buatan sendiri antara lain protein 32,655%, air 4,5%, abu 10%, karbohidrat 46,22%, lemak 6,631% dan serat kasar 4,453. Serta uji biologis terhadap ikan gurami selama 42 hari. Pengaruh pemberian pakan ikan terhadap ikan gurami menghasilkan pertambahan bobot optimum yaitu pakan buatan sendiri sebesar 33,70% menjadi 96,62% pada hari ke 42.


(60)

GIVING EFFECT OF HOMEMADE FEED, FACTORY AND NATURAL WEIGHT OF GOURAMY FISH

(Osphronemus gouramy Lac.)

ABSTRACT

Research about Effect of feeding a homemade, factory and natural to weight of gouramy (Osphronemus gouramy Lac.) has been done. Homemade feed were made from mixing 25 g of fish powder, 25 g of soybean dreg powder, 25 g of leaves powder, 20 g of blood powder and 5 g of tapioca powder with certain variations. The mixture is processed and molded with ± 3 mm diameter cylindrical then dried in an oven at a temperature of 60 °C, where the obtained pellets can float on the water surface ± 10 minutes. Furthermore, these pellets were analyzed with the test protein content, water content, ash content, carbohydrates, fat and fiber content. Nutrient content in the homemade feed include 32,655% protein, 4,5% water, 10% ash, 46,22% carbohydrate, 6,631% fat and crude fiber 4,453 %. As well as biological assay against gouramy for 42 days. effect of feeding fish diets to gouramy fish was produced fish weight increase from 33,70% to 96,62% in 42 day. Results show that artificial feed fish food has fulfill standart food fish. Keywords: Feed, Gouramy Fish, Pellets, Standart Food Fish


(61)

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BUATAN SENDIRI,

PABRIK DAN ALAMI TERHADAP BOBOT IKAN

GURAMI (Osphronemus gouramy Lac.)

SKRIPSI

PAULINA AULIYA LUBIS

110802001

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016


(62)

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BUATAN SENDIRI, PABRIK DAN ALAMI TERHADAP BOBOT IKAN

GURAMI (Osphronemus gouramy Lac.) SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

PAULINA AULIYA LUBIS 110802001

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016


(63)

PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Pemberian Pakan Buatan Sendiri, Pabrik dan Alami terhadap Bobot Ikan Gurami (Osphronemus

gouramy Lac.)

Kategori : Skripsi

Nama : Paulina Auliya Lubis

Nomor Induk Mahasiswa : 110802001

Program : Sarjana (S1) Kimia

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Disetujui di

Medan, Februari 2016

Komisi Pembimbing :

Pembimbing II Pembimbing I

Dr. Rumondang Bulan Nst,MS Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si NIP: 195408301985032001 NIP: 195512181987012001

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr.Rumondang Bulan Nst,MS NIP: 195408301985032001


(64)

PERNYATAAN

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BUATAN SENDIRI, PABRIK DAN ALAMI TERHADAP BOBOT IKAN

GURAMI (Osphronemus gouramy Lac.)

SKRIPSI

Saya mengakui skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Februari 2016

PAULINA AULIYA LUBIS 110802001


(65)

PENGHARGAAN

Bismillahirrohmanirrohim, Assalamualaikum, Wr...Wb

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Penulis kemudahan dan jalan hingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam Penulis hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya ke alam penuh ilmu pengetahuan.

Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda tersayang H. Pirman Lubis, S.T dan Ibunda Hj.Nurhotiah Siregar atas segala doa, kasih sayang, bimbingan, waktu, materi dan segala pengorbanan sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan sampai saat ini. Untuk keluarga penulis Kakanda Paida Hafni, SE dan keluarga, Abangda Pandent Mhd Noor, SH dan Hafijun Rahman yang telah memberikan doa dan motivasi dalam kuliah dan menyelesaikan skripsi ini.

Terimakasih Penulis ucapkan sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si selaku pembimbing I dan Ibu Dr. Romandang Bulan Nst, M.S selaku pembimbing II atas segala bimbingan, ilmu dan waktu yang telah diberikan kepada Penulis dalam menyelesaikan skripsi Penulis ini. Terimakasih kepada Ibu Dr.Rumondang Bulan Nst, M.S selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU dan Bapak Drs.Albert Pasaribu,M.Sc selaku Sekretaris Departemen Kimia FMIPA USU yang telah memberikan kemudahan terhadap apa yang Penulis perlukan selama ini, serta seluruh staf pegawai Departemen Kimia FMIPA USU yang telah membantu segala keperluan Penulis selama ini.

Terima kasih juga Penulis ucapkan kepada seluruh teman-teman seperjuangan Kimia 2011, kakak dan abang Kimia 2008-2010, dan adik-adik Kimia 2012-2014. Keluarga Besar Laboratorium Biokimia/KBM yang telah menemani Penulis dalam proses perkuliahan hingga penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini sangat Penulis harapkan. Akhir kata Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.


(66)

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BUATAN SENDIRI, PABRIK DAN ALAMI TERHADAP BOBOT IKAN

GURAMI (Osphronemus gouramy Lac.)

ABSTRAK

Penelitian pengaruh pemberian pakan buatan sendiri, pabrik dan alami terhadap bobot ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) telah dilakukan. Pakan buatan sendiri dibuat dari pencampuran 25 g tepung ikan, 25 g tepung ampas tahu, 25 g tepung daun, 20 g tepung darah dan 5 g tepung tapioka dengan variasi tertentu. Campuran diolah dan dicetak dengan diameter ± 3 mm berbentuk silinder lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 60oC, dimana pelet yang diperoleh dapat mengapung di atas permukaan air ± 10 menit. Selanjutnya pelet tersebut di analisa dengan uji kadar protein, kadar air, kadar abu, kadar karbohidrat, kadar lemak dan kadar serat. Kandungan gizi pada pakan buatan sendiri antara lain protein 32,655%, air 4,5%, abu 10%, karbohidrat 46,22%, lemak 6,631% dan serat kasar 4,453. Serta uji biologis terhadap ikan gurami selama 42 hari. Pengaruh pemberian pakan ikan terhadap ikan gurami menghasilkan pertambahan bobot optimum yaitu pakan buatan sendiri sebesar 33,70% menjadi 96,62% pada hari ke 42.


(67)

GIVING EFFECT OF HOMEMADE FEED, FACTORY AND NATURAL WEIGHT OF GOURAMY FISH

(Osphronemus gouramy Lac.)

ABSTRACT

Research about Effect of feeding a homemade, factory and natural to weight of gouramy (Osphronemus gouramy Lac.) has been done. Homemade feed were made from mixing 25 g of fish powder, 25 g of soybean dreg powder, 25 g of leaves powder, 20 g of blood powder and 5 g of tapioca powder with certain variations. The mixture is processed and molded with ± 3 mm diameter cylindrical then dried in an oven at a temperature of 60 °C, where the obtained pellets can float on the water surface ± 10 minutes. Furthermore, these pellets were analyzed with the test protein content, water content, ash content, carbohydrates, fat and fiber content. Nutrient content in the homemade feed include 32,655% protein, 4,5% water, 10% ash, 46,22% carbohydrate, 6,631% fat and crude fiber 4,453 %. As well as biological assay against gouramy for 42 days. effect of feeding fish diets to gouramy fish was produced fish weight increase from 33,70% to 96,62% in 42 day. Results show that artificial feed fish food has fulfill standart food fish. Keywords: Feed, Gouramy Fish, Pellets, Standart Food Fish


(68)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak iv

Abstract v

Daftar Isi vi

Daftar Tabel vii

Daftar Gambar viii

Daftar Lampiran ix

Daftar Singkatan x

BAB 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 3

1.3 Pembatasan Masalah 4

1.4 Tujuan Penelitian 4

1.5 Manfaat Penelitian 5

1.6 Lokasi Penelitian 5

1.7 Metodologi Penelitian 5

BAB 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Pakan Ikan 6

2.1.1 Pakan Alami 6

2.1.2 Pakan Buatan 7

2.1.3 Jenis-jenis Pakan 8

2.1.4 Pelet 9

2.2 Bahan Baku 10

2.2.1 Ampas Tahu 10

2.2.2 Tepung Ikan 10

2.2.3 Tepung Darah 11

2.2.4 Daun Keladi 11

2.2.5 Tepung Tapioka 12

2.3 Kandungan Nutrisi Pakan 12

2.3.1 Protein 12

2.3.2 Lemak 14

2.3.3 Karbohidrat 14

2.3.4 Serat Kasar 15

2.4 Uji Kualitas Pakan Ikan 16

2.4.1 Uji Fisik 16

2.4.2 Uji Kimiawi 17

2.4.3 Uji Biologis 19


(69)

BAB 3. Metode Penelitian

3.1 Alat 21

3.2 Bahan 22

3.3 Prosedur Penelitian 23

3.3.1 Pembuatan Larutan 23

3.3.1.1 Larutan NaOH 30% 23

3.3.1.2 Larutan H3BO3 3% 23

3.3.1.3 Larutan HCl 0,1 N 23

3.3.1.4 Larutan H2SO4 1,25% 23

3.3.1.5 Larutan NaOH 3,25% 23

3.3.2 Penyiapan Sampel 24

3.3.3 Pembuatan Pelet 24

3.3.4 Penentuan Kadar Protein 24

3.3.5 Penentuan Kadar Air 24

3.3.6 Penentuan Kadar Abu 25

3.3.7 Penentuan Kadar Karbohidrat 25

3.3.8 Penentuan Kadar Lemak 25

3.3.9 Penentuan Kadar Serat 26

3.3.10 Uji Biologis terhadap Ikan Gurami 26

3.4 Bagan Penelitian 3.4.1 Skema Penelitian 27

3.4.2 Pembuatan Pelet Ikan 28

3.4.3 Penentuan Kadar Protein 29

3.4.4 Penentuan Kadar Air 30

3.4.5 Penentuan Kadar Abu 30

3.4.6 Penentuan Kadar Karbohidrat 31

3.4.7 Penentuan Kadar Lemak 32

3.4.8 Penentuan Kadar Serat 33

3.4.9 Uji Biologis terhadap Ikan Gurami 34

BAB 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Penelitian 35

4.1.1 Data Pakan Buatan Sendiri 35

4.1.2 Hasil Analisa Kandungan Gizi Pakan Ikan 36

4.1.3 Data Dosis Pemberian Pakan Ikan 37

4.1.4 Hasil Uji Biologis Ikan Gurami 38

4.2 Pembahasan 39

4.2.1 Pakan Buatan Sendiri 39

4.2.2 Analisa Kandungan Gizi Pelet Ikan 40

4.2.2.1 Kadar Protein 40

4.2.2.2 Kadar Abu 41

4.2.2.3 Kadar Air 41

4.2.2.4 Kadar Karbohidrat 41

4.2.2.5 Kadar Lemak 42

4.2.2.6 Kadar Serat 42

4.2.3 Dosis Pemberian Pakan Ikan 43

4.2.4 Uji Biologis Ikan Gurami 43


(70)

BAB 5. Kesimpulan

5.1 Kesimpulan 45

5.2 Saran 45

Daftar Pustaka 46


(71)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Judul Halaman

4.1 Variasi Berat Tepung 35

4.2 Hasil Analisa Kandungan Zat Gizi Pakan Ikan 36

4.3 Dosis Pemberian Pakan Ikan 37

4.4 Data Hasil Pertambahan Berat Ikan Gurami 38 4.5 Persen Pertambahan / Penurunan Bobot Ikan 39


(72)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Judul Halaman

4.1 Grafik pertambahan / penurunan bobot ikan gurami terhadap pakan ikan


(73)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

Judul Halaman

1 Pakan Ikan 49

2 Tabel Hasil Perhitungan Kadar Protein 50

3 Tabel Hasil Perhitungan Kadar Abu 51

4 Tabel Hasil Perhitungan Kadar Air 52

5 Tabel Hasil Perhitungan Kadar Karbohidrat 53

6 Tabel Hasil Perhitungan Kadar Lemak 54

7 Tabel Hasil Perhitungan Kadar Serat 55

8 Perhitungan Uji Biologis Pada Ikan 56

9 Bobot Ikan Sebelum Dan Sesudah Pengamatan Untuk Pakan Buatan Sendiri, Pakan Buatan Pabrik dan Pakan Alami

58


(74)

DAFTAR SINGKATAN

BETN = Bahan ekstrak tanpa nitrogen BJ = Berat jenis


(1)

BAB 3. Metode Penelitian

3.1 Alat 21

3.2 Bahan 22

3.3 Prosedur Penelitian 23

3.3.1 Pembuatan Larutan 23

3.3.1.1 Larutan NaOH 30% 23

3.3.1.2 Larutan H3BO3 3% 23

3.3.1.3 Larutan HCl 0,1 N 23

3.3.1.4 Larutan H2SO4 1,25% 23

3.3.1.5 Larutan NaOH 3,25% 23

3.3.2 Penyiapan Sampel 24

3.3.3 Pembuatan Pelet 24

3.3.4 Penentuan Kadar Protein 24

3.3.5 Penentuan Kadar Air 24

3.3.6 Penentuan Kadar Abu 25

3.3.7 Penentuan Kadar Karbohidrat 25

3.3.8 Penentuan Kadar Lemak 25

3.3.9 Penentuan Kadar Serat 26

3.3.10 Uji Biologis terhadap Ikan Gurami 26

3.4 Bagan Penelitian 3.4.1 Skema Penelitian 27

3.4.2 Pembuatan Pelet Ikan 28

3.4.3 Penentuan Kadar Protein 29

3.4.4 Penentuan Kadar Air 30

3.4.5 Penentuan Kadar Abu 30

3.4.6 Penentuan Kadar Karbohidrat 31

3.4.7 Penentuan Kadar Lemak 32

3.4.8 Penentuan Kadar Serat 33

3.4.9 Uji Biologis terhadap Ikan Gurami 34

BAB 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Penelitian 35

4.1.1 Data Pakan Buatan Sendiri 35

4.1.2 Hasil Analisa Kandungan Gizi Pakan Ikan 36

4.1.3 Data Dosis Pemberian Pakan Ikan 37

4.1.4 Hasil Uji Biologis Ikan Gurami 38

4.2 Pembahasan 39

4.2.1 Pakan Buatan Sendiri 39

4.2.2 Analisa Kandungan Gizi Pelet Ikan 40

4.2.2.1 Kadar Protein 40

4.2.2.2 Kadar Abu 41


(2)

BAB 5. Kesimpulan

5.1 Kesimpulan 45

5.2 Saran 45

Daftar Pustaka 46

Lampiran 48


(3)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Judul Halaman

4.1 Variasi Berat Tepung 35

4.2 Hasil Analisa Kandungan Zat Gizi Pakan Ikan 36

4.3 Dosis Pemberian Pakan Ikan 37

4.4 Data Hasil Pertambahan Berat Ikan Gurami 38


(4)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Judul Halaman

4.1 Grafik pertambahan / penurunan bobot ikan gurami terhadap pakan ikan

43


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

Judul Halaman

1 Pakan Ikan 49

2 Tabel Hasil Perhitungan Kadar Protein 50

3 Tabel Hasil Perhitungan Kadar Abu 51

4 Tabel Hasil Perhitungan Kadar Air 52

5 Tabel Hasil Perhitungan Kadar Karbohidrat 53

6 Tabel Hasil Perhitungan Kadar Lemak 54

7 Tabel Hasil Perhitungan Kadar Serat 55

8 Perhitungan Uji Biologis Pada Ikan 56

9 Bobot Ikan Sebelum Dan Sesudah Pengamatan Untuk Pakan Buatan Sendiri, Pakan Buatan Pabrik dan Pakan Alami

58


(6)

DAFTAR SINGKATAN

BETN = Bahan ekstrak tanpa nitrogen BJ = Berat jenis

Fk = Faktor koreksi