APLIKASI SISTEM BIOFLOK DENGAN FEEDING RATE BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH LELE (Clarias gariepinus) Oleh

(1)

ABSTRACT

APPLICATION OF BIOFLOCK SYSTEM WITH VARIANS FEEDING RATE TOWARDS THE CULTIVATION OF CATFISH (Clarias gariepinus)

By

SHOFFAN AL-HAQ

Autotroph system that is applied on common catfish aquaculture has a limitation on its waste management, mainly in the form of Total Ammonia Nitrogen (TAN). Therefore we need a system that is more efficient in utilizing waste aquaculture. Heterotrophic system is one of the applications that are expected to overcome the problem of low feed efficiency by utilizing heterotrophic bacteria to convert inorganic nitrogen into organic nitrogen in the form of bacterial biomass as a feed supplement for catfish that is called as bioflock. The objectives of this research were to analyse the growth and survival rate of catfish with different feeding rate. This research is an experimental research. Complete Randomized Design (CRD) was used in this research which consists of 5 treatments and each treatment was repeated 3 times. The treatment are shown as follow; (A) application of bioflock system with FR 5% (B) FR 3.75% (C) FR 2.5% (D) FR 1.25% and (E) applications of bioflock system without artificial feed. The study was conducted using 5 cm long catfish seeds with an average weight of 1 gram. The parameters of the research include absolute growth, growth rate, survival and quality of water. The results showed that the bioflock system with 5% of feeding rate has a significant effect on growth by producing catfish weighing 10.85 grams on average. The highest value of daily growth rate is bioflock system with 5% of feeding rate with 0,35 gram/day. Meanwhile for the highest survival rate, bioflock system with 3,75% of feeding rate with 94,16 %. The water quality parameters measured, namely temperature, pH level, dissolved oxygen (DO), and ammonia indicated optimum figures for catfish aquaculture.


(2)

ABSTRAK

APLIKASI SISTEM BIOFLOK DENGAN FEEDING RATE BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH LELE (Clarias gariepinus)

Oleh

SHOFFAN AL-HAQ

Sistem budidaya lele yang diaplikasikan selama ini adalah sistem autotrof yang mempunyai keterbatasan dalam memanfaatkan limbah budidaya terutama dalam bentuk Total Ammonia Nitrogen (TAN) baik oleh fitoplankton maupun oleh bakteri nitrifikasi. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem yang lebih efisien dalam memanfaatkan limbah budidaya. Sistem heterotrof adalah salah satu aplikasi yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan efisiensi pakan yang rendah dengan memanfaatkan bakteri heterotrof untuk mengonversi nitrogen anorganik menjadi nitrogen organik dalam bentuk biomassa bakteri sebagai pakan tambahan bagi benih lele. Salah satu penerapan sistem heterotrof adalah dengan menggunakan teknologi bioflok. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ikan lele dengan feeding rate yang berbeda. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan sistem rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Perlakuan tersebut adalah (A) aplikasi sistem bioflok dengan FR 5% (B) FR 3,75% (C) FR 2,5% (D) FR 1,25% dan (E) aplikasi sistem bioflok tanpa pakan buatan. Penelitian dilakukan menggunakan benih lele berukuran 5 cm dengan bobot rata-rata 1 gram. Parameter penelitian meliputi pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan, kelangsungan hidup dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukan bahwa budidaya sistem bioflok dengan FR 5% memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dengan menghasilkan benih lele seberat 10,85 gram/ekor, laju pertumbuhan harian benih lele tertinggi pada sistem bioflok dengan FR 5 % yaitu 0,35 gram/hari. Sedangkan kelangsungan hidup tertinggi pada budidaya bioflok dengan FR 3,75 % yaitu 94,16 %. Parameter kualitas air yang diukur berupa suhu, pH, DO dan ammonia menunjukkan angka optimum untuk budidaya lele.

Kata kunci : benih lele, bioflok, feedingrate, pertumbuhan dan kelangsungan hidup


(3)

APLIKASI SISTEM BIOFLOK DENGAN FEEDING RATE BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH LELE (Clarias gariepinus)

Oleh

SHOFFAN AL-HAQ

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERIKANAN

Pada

Jurusan Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

APLIKASI SISTEM BIOFLOK DENGAN FEEDING RATE BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH LELE (Clarias gariepinus)

(Skripsi)

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015

Oleh


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 6

2. Rancangan Tata Letak Wadah Penelitian ... 9

3. Pertumbuhan Bobot Lele Selama 35 Hari Pemeliharaan ... 13

4. Laju Pertumbuhan Harian (LPH) ... 15

5. Kelangsungan Hidup Ikan Lele ... 17

6. Suhu Air Media Pemeliharaan Selama Penelitian ... 20

7. Oksigen Terlarut Air Media Pemeliharaan Selama Penelitian ... 21

8. Kadar pH Air Media Pemeliharaan Selama Penelitian ... 23


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Manfaat Penelitian ... 3

1.4 Kerangka Pemikiran ... 4

1.5 Hipotesis ... 7

II. METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat ... 8

2.2 Alat dan Bahan Penelitian ... 8

2.3 Rancangan Penelitian ... 9

2.4 Prosedur Penelitian ... 10

2.4.1 Pembuatan Bioflok ... 10

2.4.2 Persiapan Wadah ... 10

2.4.3 Persiapan Ikan Uji ... 10

2.4.4 Pemeliharaan Ikan Uji ... 10

2.4.5 Pengukuran Kualitas Air ... 11

2.5 Pengambilan Data ... 11

2.5.1 Laju Pertumbuhan Harian (LPH) ... 11

2.5.2 Biomassa ... 11

2.5.3 Kelulushidupan ... 12

2.6 Analisis Data ... 12

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Pertumbuhan ... 13

3.1.1. Pertumbuhan Berat Mutlak Benih Lele (Clarias gariepinus) ... 13


(7)

ii

3.2 Kelangsungan Hidup Benih Lele (Clarias gariepinus) ... 17

3.3 Kualitas Air ... 19

3.3.1 Suhu ... 19

3.3.2 Oksigen Terlarut (DO) ... 21

3.3.3 pH Air ... 22

3.3.4 Ammonia (NH3) ... 25

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 28

4.2 Saran ... 28 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Alat dan Bahan Yang Digunakan Pada Penelitian ... 8 2. Bahan Yang Akan Digunakan Pada Penelitian ... 22


(9)

(10)

(11)

(12)

I want to Inspire, and be Inspired

~ Sam Mendes ~

The Key to Succes is to Start before you’re Ready

~ Marie Forleo~

If You are Grateful, I Will Give You More

~Q.S Ibrahim, 7~

Moto


(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bengkulu, pada tanggal 10 Januari 1992, sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Meiza Khoirawan, S.H dan Ibu Nasipawati, S.H.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Al– Kautsar Bandar lampung pada tahun 2004. Menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 1 Bandar lampung pada tahun 2007 serta menamatkan pendidikan di Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Negeri Kotaagung pada tahun 2010.

Tahun 2010, penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan S1 ke Perguruan Tinggi Universitas Lampung di Fakultas Pertanian, Jurusan Budidaya Perairan melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa penulis ikut organisasi di Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan Unila (HIDRILA) bidang penelitian dan pengembangan.

Selama menjalani masa perkuliahan pada bulan Juli 2013 selama 30 hari penulis mengikuti Praktik Umum (PU) di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok – Jawa Barat dengan judul “Pembenihan Ikan Botia (Chromobotia macracanthus Bleeker)” dan juga mengikuti Kuliah Kerja Nyata


(14)

(KKN) di Kecamatan Gedung Aji desa Aji Murni jaya, Tulang Bawang selama 40 hari di awal tahun 2014. Dan yang terakhir penulis melakukan penelitian yang berjudul “Aplikasi Sistem Bioflok Dengan Feeding Rate Berbeda Terhadap Pertumbuhan Benih Lele (Clarias gariepinus) di Laboratorium Budidaya Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Mei s/d Juli 2014.


(15)

SANWACANA

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahamat dan dan karunia – Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan (S.Pi) pada program studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dengan judul “Aplikasi Sistem Bioflok Dengan Feeding Rate Berbeda Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele (Clarias gariepinus)”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang senantiasa memberikan kekuatan dan kesabaran hati kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Ayah dan Bunda atas cinta dan kasih sayang, perhatian, pengorbanan dan dukungan serta do’a yang selalu dipanjatkan demi kelancaran, keselamatan dan kesuksesan hingga penulis bisa sampai pada tahap ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. , selaku dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

4. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan selaku dosen pembahas yang telah memberikan kritik, saran dan bimbingannya kepada penulis.


(16)

5. Ibu Henni Wijayanti Maharani, S.Pi., M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang memberikan motivasi penuh selama penulis menyelesaikan perkuliahan.

6. Bapak Herman Yulianto, S.Pi., M.Si, selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

7. Ibu Rara Diantari, S.Pi., M.Sc, selaku dosen pembimbing II atas bimbingan, kritik dan saran yang membangun dalam penulisan skripsi ini.

8. Adik-adikku Razes Al-Haq, Reyhan Al-Haq, Rizka Ulya Haq dan Keluarga Besar Bahiki Fattah, S.H untuk setiap doa, dukungan, kebahagiaan, dan kebersamaan yang menjadi motivasi terbesar dalam hidup penulis.

9. Sahabat-sahabat kecilku Dedi Febriandi, Deni Septandi, Efridho Al Azana, Febriansyah Arba, Galih Adi Samudera, Ghazi Rio, Gita Kurniawan Putra, Oddie Yuranda, Pandu Prabowo, Pramadhan Muhammad, Restu Sasdli, Rinaldy F. Izaputra, Rindhy Dwi Rangga, Siraj El Munier, Yahya Rendra Sesario, Yoga Dwi Anggara, Yoga kurniawan dan Yusan Gamaro yang selalu setia menemani penulis dalam kondisi apapun.

10. Sahabat-sahabatku Aprilia Mutiara Sari, Assova Ria, Dio Sandi Kiswara, Fadli Dzil Ikrom, Khusnul Irfani, Roma Ade Saputra, Sandi Putra Barlian, Vina Olivia, Winda Rohaila dan Windi Pratiwi atas dukungan dan motivasi penuh kepada penulis.

11. Rekan seperjuangan Anggi Tri Satria, Ahmad Jumaidi, Siti Fatimah yang selalu solid dan kompak hingga penyelesaian skripsi.


(17)

12. Teman–teman seperjuangan angkatan 2010, terima kasih atas kekompakan, kesolidan, kebersamaan, dan persaudaraan kita selama ini sehingga kita semua mampu menghadapi berbagai masalah bersama-sama.

13. Teman – teman seperjuangan KKN Aji Murni Jaya Rolan Ardeka Putra, Rully Prayetno, Siti Mutmainah Balqis, Siti Novayanti, Sonya Liza Anggraini, Syalian Sepky Ananda, Syendi Surya Atmaja, dan Taufik Hidayat. 14. Rekan-rekan Budidaya Perairan Unila angkatan 2008, 2009, 2011, 2012,

2013 dan 2014.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Hanya dengan Do’a yang dapat penulis berikan untuk membalas budi semuanya. Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita semua, dan dengan segala kerendahan semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua, aamiin.

Bandar Lampung, 11 Februari 2016 Penulis


(18)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budidaya ikan lele merupakan salah satu jenis usaha budidaya perikanan yang semakin berkembang. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan teknologi budidaya yang relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, pemasarannya relatif mudah dan modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah serta dapat dibudidayakan dilahan sempit dengan padat tebar tinggi (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2007). Beberapa tahun terakhir budidaya ikan lele telah banyak dikembangkan secara intensif. Kegiatan budidaya secara intensif menerapkan padat tebar yang tinggi dan pemakaian pakan buatan berkadar protein tinggi (Febrianti et al, 2009).

Permasalahan utama dalam sistem budidaya secara intensif adalah konsentrasi limbah budidaya (ammonia, nitrat dan nitrit) mengalami peningkatan yang sangat cepat dan beresiko terhadap kematian ikan (Febrianti et al., 2009). Hal ini tidak dapat dihindari karena ikan hanya memanfaatkan 20%-30% nutrien pakan, sedangkan 75% terbuang ke perairan (De Schryver et al., 2008; Crab et al., 2009).

Sistem budidaya yang diaplikasikan selama ini adalah sistem autotrof yang mempunyai keterbatasan dalam memanfaatkan limbah budidaya terutama dalam bentuk Total Ammonia Nitrogen (TAN) baik oleh fitoplankton maupun oleh bakteri nitrifikasi. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem yang lebih efisien dalam memanfaatkan limbah budidaya. Sistem heterotrof adalah salah satu aplikasi yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan efisiensi pakan yang rendah dengan memanfaatkan bakteri heterotrof untuk mengonversi nitrogen anorganik menjadi nitrogen organik dalam bentuk biomassa bakteri sebagai pakan tambahan bagi ikan lele. Salah satu penerapan sistem heterotrof adalah dengan menggunakan teknologi bioflok.

Bioflok berasal dari kata bios yang berarti kehidupan dan flok yang berarti gumpalan. Bioflok merupakan campuran heterogen dari mikroba (bakteri, plankton, fungi, protozoa), partikel, koloid, polimen organik, dan kation yang


(19)

2 saling berinteraksi cukup baik dalam air (Azim et al., 2007; De Schryver et al., 2008).

Menurut McIntosh (2000) prinsip dasar bioflok yaitu mengubah senyawa organik dan anorganik yang mengandung senyawa karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N) dan sedikit fosfor (P) menjadi massa sludge berupa bioflok dengan memanfaatkan bakteri pembentuk flok yang mensintesis biopolymer sebagai bioflok. Teknologi bioflok dalam budidaya perairan yaitu memanfaatkan nitrogen anorganik dalam kolam budidaya menjadi nitrogen organik yang tidak bersifat toksik. Nitrogen anorganik dapat diubah menjadi protein sel tunggal dengan adanya penambahan materi karbon di perairan dan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan atau udang (Avnimelech, 1999).

Kemampuan bioflok dalam mengontrol konsentrasi ammonia dalam sistem akuakultur secara teoritis maupun aplikasi telah terbukti sangat tinggi. Secara teoritis Ebeling et al. (2006) dan Mara (2004) menyatakan bahwa immobilisasi ammonia oleh bakteri heterotrof 40 kali lebih cepat daripada oleh bakteri nitrifikasi. Secara aplikasi de Schryver et al. (2009) menemukan bahwa bioflok yang ditumbuhkan dalam bioreaktor dapat mengkonversi N dengan konsentrasi 110 mg NH4/L hingga 98% dalam sehari. Penelitian ini menunjukkan bahwa bioflok memiliki kapasitas yang besar dalam mengkonversi nitrogen anorganik dalam air, sehingga dapat memperbaiki kualitas air dengan lebih cepat.

Sistem bioflok dalam budidaya perairan menekankan pada pertumbuhan bakteri pada kolam untuk menggantikan komunitas autotrofik yang di dominasi oleh fitoplankton. Agar bioflok dapat terbentuk, C/N yang terdapat dalam perairan sebaiknya >15:1 (Avnimelech, 2009).

Avnimelech (2007) menyatakan bahwa peningkatan C/N dalam air untuk menstimulasi pertumbuhan bakteri heterotrof dapat dilakukan dengan mengurangi kandungan protein dan meningkatkan kandungan karbohidrat dalam pakan atau dengan penambahan sumber karbohidrat secara langsung ke dalam air. Sumber karbohidrat dapat berupa gula sederhana seperti gula pasir, molase, atau bahan-bahan pati seperti tepung tapioka, tepung jagung, tepung terigu dan sorgum (Avnimelech, 1999; Hari et al., 2004; Van Wyk & Avnimelech, 2007). Jika unsur


(20)

3 C dan N tidak seimbang maka bakteri heterotrof tidak mampu mengubah unsur organik dalam air menjadi protein sebaliknya menghasilkan senyawa ammonia yang bersifat toksik (Maulina, 2009).

Bakteri pembentuk bioflok mempunyai kemampuan untuk mensintesa senyawa Polihidroksi Alkanoat (PHA). Senyawa ini diperlukan sebagai bahan polimer untuk pembentukan ikatan polimer antara substansi substansi pembentuk bioflok (Aiyushirota, 2009; Maharani, 2014).

Karakteristik bioflok adalah kebutuhan oksigen yang tinggi dan laju produksi biomas bakteri yang tinggi, sehingga sistem ini memerlukan aerasi dan pengadukan yang kuat untuk memastikan bahwa bioflok tetap tersuspensi dalam air dan tidak mengendap. Kadar oksigen yang dibutuhkan untuk pengoksidasian bahan organik sekitar 4-5 ppm (Suryaningrum, 2014).

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sistem bioflok terhadap pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup benih lele dengan feeding rate yang berbeda.

1.3Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat khususnya pelaku budidaya mengenai teknologi dan sistem budidaya yang efisien dalam memanfaatkan pakan pada budidaya ikan lele.

1.4Kerangka Pemikiran

Ikan lele memiliki prospek ekonomi untuk memenuhi pasar lokal karena harga, tekstur daging dan kuantitasnya memenuhi persyaratan untuk dijadikan bahan baku protein yang murah untuk masyarakat. Permintaan lele segar untuk konsumsi diperkirakan akan terus meningkat, sehingga untuk memenuhi permintaan pasar kegiatan budidaya terutama pembesaran harus terus ditingkatkan (Soeres, 2011).


(21)

4 Permintaan pasar yang terus meningkat harus diimbangi dengan produksi yang besar. Salah satu kendala dalam budidaya ikan lele adalah mahalnya biaya pakan. Biaya pakan dalam budidaya dapat mencapai 60% - 70% dari biaya operasional (Handajani, 2008). Hal ini dikarenakan mahalnya harga pakan dipasaran. Mahalnya harga pakan ini diakibatkan karena terbatasnya ketersedian bahan baku pakan.

Pakan dalam budidaya tidak sepenuhnya di manfaatkan oleh ikan untuk pertumbuhan. Pakan yang di manfaatkan hanya 25% dari total pakan yang di berikan, sedangkan 75% terbuang ke perairan sebagai limbah budidaya (De Schryver et al., 2008; Crab et al., 2009).

Organisme akuatik umumnya membutuhkan protein yang cukup tinggi dalam pakannya. Metabolisme protein oleh organisme akuatik umumnya menghasilkan ammonia sebagai hasil ekskresi. Pada saat yang sama protein dalam feses dan pakan yang tidak termakan akan diuraikan oleh bakteri menjadi produk yang sama. Dengan demikian semakin intensif suatu kegiatan budidaya akan diikuti dengan semakin tingginya konsentrasi senyawa nitrogen terutama ammonia dalam air (Avnimelech, 2007).

Agar tidak membahayakan organisme yang dibudidayakan, maka konsentrasi ammonia dalam media budidaya harus dibatasi. Pergantian air merupakan metode yang paling umum dalam membatasi konsentrasi ammonia dalam air. Namun demikian metode ini membutuhkan air dalam jumlah besar serta dapat mencemari lingkungan pcrairan sekitar jika air yang dibuang tidak diberi perlakuan lebih lanjut. Oleh karena itu perlu adanya suatu sistem atau teknologi yang dapat memanfaatkan limbah budidaya.

Bioflok merupakan sistem budidaya yang menggunakan bakteri heterotrofik dalam pengendalian limbah nitrogen dengan penambahan sumber karbon tertentu (Gunadi et al., 2009). Bioflok merupakan salah satu teknologi yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas air dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan nutrisi. Teknologi ini didasarkan pada konversi nitrogen anorganik terutama ammonia oleh bakteri heterotrof menjadi biomassa mikroba yang kemudian dapat dikonsumsi oleh organisme budidaya (Ekasari, 2009).


(22)

5 Bakteri heterotrofik merupakan golongan bakteri yang mampu memanfaatkan dan mendegradasi senyawa organik kompleks yang mengandung unsur C, H, dan N. kelompok bakteri ini mengawali tahap degradasi senyawa organik dengan serangkaian tahapan reaksi enzimatis, dan menghasilkan senyawa yang lebih sederhana atau senyawa anorganik. Senyawa tersebut digunakan sebagai sumber energi untuk pembentukan sel-sel baru dan untuk reproduksi yang menyebabkan pertambahan populasi. Bakteri heterotrof yang ada di perairan biasanya memanfaatkan pakan yang tidak termakan, feses, dan bahan organic lain sebagai sumber protein untuk diubah menjadi ammonia anorganik (Avnimelech, 2007).

Feeding rate merupakan persentase pemberian pakan harian yang ditentukan berdasarkan Average Body Weight (ABW) dan dihitung dari biomassa ikan. Feeding rate pada budidaya ikan lele pada umumnya sebesar 5%. Penggunaan feeding rate yang tinggi tersebut berdampak pada biaya pakan yang mahal. Oleh karena itu pemakaian feeding rate yang tepat dapat menghasilkan pertumbuhan ikan yang optimal dan penggunaan pakan yang efisien.

Peningkatan efisiensi pakan ditunjukkan oleh beberapa penelitian aplikasi bioflok. Menurut Husain (2014) dan Suryaningrum (2014) penerapan aplikasi bioflok dengan feeding rate 5% menunjukkan hasil terbaik. Penerapan sistem bioflok dengan pemakaian feeding rate yang tepat diharapkan mampu meningkatkan efisiensi pakan dan pertumbuhan pada ikan lele yaitu dengan memanfaatkan limbah budidaya menjadi pakan tambahan bagi ikan lele. Selain itu juga penerapan sistem bioflok ini diharapkan dapat membantu memperbaiki kualitas air pada kolam budidaya.


(23)

6 Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Budidaya Ikan Lele

Pakan yang dimanfaatkan

ikan 25%

Penerapan Sistem Bioflok Pemanfaatan Limbah Budidaya

Pertumbuhan Meningkat Efisiensi Pakan

SR Tinggi Kualitas Air Terjaga Harga Pakan Buatan

Relatif Tinggi

Feeding Rate

75% terbuang ke perairan

Limbah Budidaya (Ammonia, Nitrat, Nitrit)


(24)

7 1.5 Hipotesis

H0 = Aplikasi sistem bioflok dengan feeding rate yang berbeda tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih lele. H1 = Aplikasi sistem bioflok dengan feeding rate yang berbeda berpengaruh


(25)

II. METODE PENELITIAN

2.1Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015, di Laboratorium Budidaya Perikanan Program Studi Budidaya Perairan Universitas Lampung.

2.2Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada tabel 2. Tabel 2. Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian

No. Alat Ketelitian Fungsi

Alat

1. Ember Plastik 1 cm Wadah budidaya

2. DO meter 0,1 ppm Mengukur DO

3. pH meter 0,1 Mengukur pH

4. Ember 1 cm Wadah air

5. Timbangan Digital 1 mg Mengukur berat 6. Milimeter Block 0,1 cm Mengukur panjang

7. Blower Sumber oksigen pada kolam

8. Selang Aerasi Menyalurkan oksigen dari blower

9. Batu Aerasi Pemberat pada selang aerasi

10. Penggaris 1 cm Mengukur panjang

11. Alat Tulis

Bahan

1. Benih Lele Ikan uji

2. Air Tawar Media pemeliharaan

3. Molase Sumber C pada bioflok


(26)

9 2.3Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan sistem rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri 5 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Perlakuan tersebut adalah sebagai berikut :

Perlakuan A : Budidaya lele sistem bioflok dengan FR 5% Perlakuan B : Budidaya lele sistem bioflok dengan FR 3,75% Perlakuan C : Budidaya lele sistem bioflok dengan FR 2,5% Perlakuan D : Budidaya lele sistem bioflok dengan FR 1,25% Perlakuan E : Budidaya lele sistem bioflok tanpa pakan buatan

Gambar 2. Rancangan Tata Letak Wadah Penelitian

Dengan model linier sebagai berikut :

Yij = µ + τi + εij Keterangan :

Yij = Nilai Pengamatan

i = Perlakuan sistem budidaya A, B, C, D, E j = Ulangan ( 1, 2, 3 )

µ = Rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan sistem budidaya A, B, C, D, E pada ulangan 1,2,3 εij = Galat percobaan pada perlakuan sistem budidaya A, B, C, D, E pada ulangan

1,2,3 A1 D3 B3 C2 D2 B2 A2 B1 A3

C3 D1

C1


(27)

10 2.4 Prosedur Penelitian

2.4.1 Pembuatan Bioflok

Wadah pemeliharaan berupa ember plastik berkapasitas 60 liter diisi air sebanyak 40 liter. Ditambahkan 25 gram pakan dengan kandungan protein 29% dan 20 gram molase dan di aerasi. Kemudian dimasukkan biakan bakteri Bacillus sp. sebanyak 106 CFU/ml. Proses pembentukan bioflok berlangsung selama 15 hari.

2.4.2 Persiapan Wadah

Wadah pemeliharaan yang akan digunakan berupa ember plastik sebanyak 15 unit dengan diameter 40 cm dengan tinggi air 35 cm, jadi volume air pada wadah tersebut 43.960 cm3 atau 0,043 m3 Wadah pemeliharaan terlebih dahulu dibersihkan dengan cara disikat kemudian dikeringkan selama 24 jam. Air yang akan digunakan sebagai media pemeliharaan sebelumnya telah diendapkan selama 24 jam dan diberi aerasi agar kandungan oksigen pada air tersebut memadai.

2.4.3 Persiapan Ikan Uji

Benih lele yang akan digunakan berukuran 5 cm dengan berat rata-rata 1 gram. Setiap wadah pemeliharaan dimasukkan ikan uji dengan kepadatan 1.000 ekor/m3, jadi dengan volume pada masing-masing wadah 43.960 cm3 ditebar benih lele sebanyak 40 ekor.

Kondisi benih lele yang akan digunakan harus dalam keadaan sehat. Sebelum dimasukan ke dalam kolam pemeliharaan, benih lele terlebih dahulu ditimbang untuk mengetahui berat awal, kemudian diaklimatisasi dengan cara membiarkan benih lele selama beberapa menit sehingga benih lele masuk ke dalam kolam pemeliharaan dengan sendirinya.

2.4.4 Pemeliharaan Ikan Uji

Pemeliharaan ikan uji dilakukan selama 35 hari. Benih lele diberi pakan berdasarkan pada feeding rate yang digunakan yaitu 5%, 3,75%, 2,5% dan 1,25%. Frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali pada pagi hari pukul 07.00 WIB,


(28)

11 siang hari pukul 13.00 WIB dan sore hari pukul 17.00 WIB, kecuali ikan uji pada perlakuan E. Sampling pertumbuhan benih lele akan dilakukan setiap satu minggu sekali. Pergantian air dilakukan setiap 7 hari sekali sebanyak 10%. Penambahan sumber C berupa molase dengan kadar karbon 53,78% dilakukan setiap hari sebanyak 20% dari pakan.

2.4.5 Pengukuran kualitas air

Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian meliputi suhu yang dilakukan setiap hari, pH dan oksigen terlarut (DO) yang dilakukan setiap 3 hari sekali dan uji amoniak (NH3) yang dilakukan pada awal, tengah dan akhir penelitian.

2.5 Pengambilan Data

2.5.1 Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

Menurut De Silva dan Anderson (1995), laju pertumbuhan harian dihitung menggunakan rumus :

Keterangan :

GR : Laju pertumbuhan harian (gram/hari) Wt : Bobot rata-rata ikan pada hari ke-t (gram) Wo : Bobot rata-rata ikan pada hari ke-0 (gram) t : Waktu pemeliharaan (hari)

2.5.2 Biomassa

Pertumbuhan biomassa adalah selisih antara bobot basah pada akhir penelitian dengan bobot basah pada awal penelitian. Menurut De Silva dan Anderson (1995) rumus mencari biomassaa adalah:

t Wo Wt GR  


(29)

12 ∆ W = Wt – Wo

Keterangan :

W = Biomassa (gram)

Wt = Biomassa pada akhir penelitian (gram) Wo = Biomassa pada awal penelitian (gram) 2.5.3 Kelangsungan Hidup (SR)

Tingkat kelangsungan hidup populasi ikan budidaya merupakan nilai persentase jumlah ikan yang berpeluang hidup selama masa pemeliharaan tertentu untuk menentukan produksi yang akan diperoleh (Najiyati, 1992).

Kelangsungan hidup ikan dihitung menurut De Silva dan Anderson (1995) :

Nt

SR = x 100% No

Keterangan:

SR = Kelangsungan hidup ikan uji (%)

Nt = Jumlah ikan uji pada akhir penelitian (ekor). No = Jumlah ikan uji pada awal penelitian (ekor)

2.6Analisis Data

Data hasil pengamatan meliputi pertumbuhan, biomassa, dianalisa statistik dengan uji ANOVA pada tingkat kepercayaan 95%. Apabila hasil uji perlakuan berbeda nyata maka akan dilakukan uji BNT pada tingkat kepercayaan 95%.


(30)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Aplikasi sistem bioflok dengan feeding rate berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan benih lele. Pertumbuhan benih lele tertinggi pada budidaya sistem bioflok dengan menggunakan FR 5% yaitu 10,85 gram. Laju pertumbuhan harian benih lele tertinggi yaitu pada sistem bioflok dengan FR 5 % sebesar 0,35 gram/hari. Sedangkan kelangsungan hidup tertinggi pada budidaya sistem bioflok dengan FR 3,75 % dengan persentase hidup sebesar 94,16 %.

4.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh budidaya ikan lele menggunakan sistem bioflok dengan pemberian pakan buatan pada tahap pembesaran.


(31)

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, I. 2009. Aplikasi Bakteri Nitrifikasi Dan Bacillus subtilis Untuk Meningkatkan Produktivitas Kultur Daphnia magna. Sekolah Ilmu Teknologi Hayati. Institut Teknologi Bandung.

Aiyushirota, I. 2009. Konsep Budidaya Udang Sistem Bakteri Heterotroph Dengan Biofloc. Aiyushirotabiota. Indonesia.

Arifin, M.Z. 1991. Budidaya Lele. Dohara prize. Semarang

Avnimelech, Y. 1999. Carbon/Nitrogen Ratio As A Control Element In Aquaculture Systems. Aquaculture, 176: 227-235.

Avnimelech, Y. 2007. Feeding with microbial flocs by tilapia in minimal discharge bio-flocs technology ponds. Aquaculture. 264: 140-147.

Avnimelech, Y. 2009. Biofloc Technology. A Pratical Guide Book. World Aquacultur Society. Technion Israel Institute of Technology.

Azim, M.E., Little, D. and North, B. 2007. Growth and Welfare of Nile Tilapia (Oreochromis niloticus) Cultured Indoor Tank using Biofloc Technology (BFT). Presentation in Aquacultured 2007, 26 February-3 March 2007. Sna Antonio, Texas, USA.

Boyd, C.E. 1990. Water Quality In Ponds For Aquaqulture. Birmingham Publishing CO. Birmingham, Alabama: ix+482.

Cholik F., Artati dan R.Arifudin., 1986. Pengelolaan Kualitas Air Kolam. INFIS Manual seri nomor 26. Dirjen Perikanan. Jakarta. 52 hal.

Crab, R. M. Kochva, W. Verstraete, and Y. Avnimelech. 2009. Biofloc technology application in over-wintering of tilapia. Aquaculture Engineering, 40: 105-112.

Cole, T.M dan H.H Hannan. 1998. Dissolved Oxygen Dynamics dalam Reservoir Lymnology : Ecological Perspectives. Edited by K.W Thornton; B. L Kimmel; E.R Payne. A Wiley Interscience Publication. New York.

De Schryver P., Crab, R. Detroit, T. Boon, N., Verstrate, W. 2008. The Basic of Bioflock Technology: The Added Value For Aquaculture. Aquaculture. 227:125-137.

De Silva, S.S. and A. Anderson. 1995. Fish Nutrition in Aqua Culture; The First Series. London: Chapman and Hall.


(32)

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2007. Budidaya Lele Sangkuriang. http://www.dkp.go.id/content.php?c=2558.

Djajasewaka dan R. Djajadireja. 1990. Budidaya Ikan di Indonesia, Cara Pengembangannya. Badan Litbang Pertanian. Lembaga Penelitian Perikanan Darat. Jakarta. 48 hal.

Ebeling, J.M., Timmons, M.B., and Bisogni, J. J. 2006. Engineering Analysis Of The Stoichiometry Of Photoautotrophic, Autotrophic, and Heterotrophic Removal Of Ammonia-Nitrogen In Aquaculture Systems. Aquaculture 257 (2006) 364-358

Effendie. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta

Effendie, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta : Penebar Swadaya.

Ekasari J. 2009. Bioflocs Technology: Theory and Application in Intensive Aquaculture System. Jurnal Akuakultur Indonesia, 8(2): 117-126.

Febrianti, R., B. Gunadi, dan Lamanto. 2009. Dinamika Kualitas Air Pada Budidaya Intensif Ikan Mas Di Kolam Air Tenang. Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Perikanan Air Tawar, Sukamandi, Subang. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2009.

Gunadi, B., H. Krettiawan, R. Febrianti, dan Lamanto. 2009. Rasio C/N dan Akumulasi Limbah N pada Budidaya Ikan lele Secara Intensif. Laporan Riset. Loka Riset Pemuliaan Teknologi dan Budidaya Perikanan Air Tawar. Departemen Kelautan dan Perikanan. Subang

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menegah Kejuruan. Jakarta.

Halver, J.E. 1988. The vitamins, pp. 32-102. In: Fish nutrition, J.E. Halver (ed.). Academic Press, Inc., California

Halver, J.E. 2002. Fish Nutrition. 3rd Ed. Chapter 2: The Vitamins. Edited by J.E. Halver and R.W. Hardy. Academic Press. San Diego. 62-143 p.

Handajani, H. 2008. Pengujian Tepung Azolla Terfermentasi Sebagai Penyusun Pakan Ikan Terhadap Pertumbuhan dan Daya Cerna Ikan Nila Gift. Fakultas Peternakan Perikanan. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang


(33)

Hargreaves, J.A., 1998. Nitrogen biogeochemistry of aquaculture ponds. Aquaculture, 166, 181-212.

Hepher, B., 1990. Nutrition of pond fishes. Cambridge University Press. Cambridge New York. 388pp

Hari, B., Kurup, B.M.,Varghese, J.T., Schrama, J.W., Verdegem,M.C.J., 2006. The effect of carbohydrate addition on water quality and the nitrogen budget in extensive shrimp culture systems. Aquaculture 252, 248-263. Husain, N. 2014. Analisis Rasio C:N Berbeda pada Sistem Bioflok Terhadap

Pertumbuhan Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus). Universitas Lampung. Lampung

Ikrom, F.D. 2014. Pemanfaatan Teknologi Dasar Kolam Buatan Pada Pembesaran Lele Masamo (Clarias gariepinus) Dengan Pemberian Probiotik. Universitas Lampung. Lampung

Khairuman dan K. Amri., 2002. Budidaya Lele Lokal secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Maharani, F. 2014. Biofolk Technology Application on the Cultivation of Nila Fish Seed (Oreochromis niloticus). Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Terbuka Jakarta.

Mara, D., 2004. Domestic waste water treatment in developing countries. Earthscan. UK. 293p.

Maulina, N. 2009. Aplikasi Teknologi Bioflok Dalam Budidaya Udang Putih (Lipotenaeus vannamei Boone). Tesis School of Life Science and Technology, ITB. Bandung.

McIntosh, R.P. 2000. Changing Paradigms in Shrimps Farming. The Advocate, April: 44-50.

Moss, B. 1993. Ecology of Freshwaters. Second Edition. Blackwell scientific publications. London. 415p

Mujiman, S. 1998. Makan Ikan. Penerbit Penebar Swadaya Jakarta.

Najiyati, S. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Novitasari, D. 2008. Optimasi pH dan Salinitas terhadap Pembentukan Bioflok untuk Uji Kualitas Air pada Sistem Akuakultur. Bandung: Program Sarjana Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Padjajaran


(34)

Novotny, V. And Olem, H. 1994. Water Quality, Prevention, Identification, and Management of Diffuse Pollution. Van Nostrans Reinhold, New York. Pramudya, A. 2013. Efektivitas Pembatas Ruang Pada Pembesaran LeleMasamo

(Clarias gariepinnus) Dengan Skala Intensif. Universitas Lampung. Lampung

Purnomo, P.D. 2012. Pengaruh Penambahan Karbohidrat Pada Media Pemeliharaan Terhadap Produksi Budidaya Intensif Nila (Oreochromis niloticus). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Rianuary, C. 2015. Penambahan Tepung Bioflok Sebagai Suplemen pada Pakan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus). Universitas Lampung. Lampung

SNI. 2000. Induk lele dumbo (Clarias gariepinus)

Soares, T. 2011. Kajian usaha benih ikan lele dumbo di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur, Surabaya

Stickney, R. R. 2005. Principal of warmwater aquaculture. John Wiley and Sons Publisher. New York

Subandiyono dan S. Hastuti. 2010. Buku Ajar Nutrisi Ikan. Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Universitas Diponegoro, Semarang. 233 hlm.

Suryaningrum, M.F. 2014. Aplikasi Teknologi Bioflok pada Pemeliharaan Benih Ikan Nila (Oreochromis nilotics).Universitas Terbuka. Jakarta.

Suyanto SR. 1992. Budidaya Ikan Lele Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta. Sylvia, D. M., J.J. Fubrman, P.G. Hartel dan D.A. Zuberer. 1990. Principles and

Application of Soil Microbiology. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Van Wyk, P. and Avnimelech, Y. 2007. Management of nitrogen cycling and microbial populations in biofloc-based aquaculture sistems. Presented in World Aquaculture Society Meeting, San Antonio, Texas, USA.

Welch, P. S. 1952. Lymnologi. Mc. Graw - Hill publication. New York.

Wetzel, R.G. 2001. Lymnology Lake and River Ecosytem 3rd Ed. Academic Press. London.


(35)

Widjaja, F. 2002. Factors And Processes Affecting The Degree of Eutrophication. Dalam Third Regional Training Course on Eutrophication in lake and Reservoirs. Bogor. Indonesia. 20-30 August 2002.

Zonneveld. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 318 hal.. j : PT. Gramedia Utama Pustaka


(1)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Aplikasi sistem bioflok dengan feeding rate berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan benih lele. Pertumbuhan benih lele tertinggi pada budidaya sistem bioflok dengan menggunakan FR 5% yaitu 10,85 gram. Laju pertumbuhan harian benih lele tertinggi yaitu pada sistem bioflok dengan FR 5 % sebesar 0,35 gram/hari. Sedangkan kelangsungan hidup tertinggi pada budidaya sistem bioflok dengan FR 3,75 % dengan persentase hidup sebesar 94,16 %.

4.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh budidaya ikan lele menggunakan sistem bioflok dengan pemberian pakan buatan pada tahap pembesaran.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, I. 2009. Aplikasi Bakteri Nitrifikasi Dan Bacillus subtilis Untuk Meningkatkan Produktivitas Kultur Daphnia magna. Sekolah Ilmu Teknologi Hayati. Institut Teknologi Bandung.

Aiyushirota, I. 2009. Konsep Budidaya Udang Sistem Bakteri Heterotroph Dengan Biofloc. Aiyushirotabiota. Indonesia.

Arifin, M.Z. 1991. Budidaya Lele. Dohara prize. Semarang

Avnimelech, Y. 1999. Carbon/Nitrogen Ratio As A Control Element In Aquaculture Systems. Aquaculture, 176: 227-235.

Avnimelech, Y. 2007. Feeding with microbial flocs by tilapia in minimal discharge bio-flocs technology ponds. Aquaculture. 264: 140-147.

Avnimelech, Y. 2009. Biofloc Technology. A Pratical Guide Book. World Aquacultur Society. Technion Israel Institute of Technology.

Azim, M.E., Little, D. and North, B. 2007. Growth and Welfare of Nile Tilapia (Oreochromis niloticus) Cultured Indoor Tank using Biofloc Technology (BFT). Presentation in Aquacultured 2007, 26 February-3 March 2007. Sna Antonio, Texas, USA.

Boyd, C.E. 1990. Water Quality In Ponds For Aquaqulture. Birmingham Publishing CO. Birmingham, Alabama: ix+482.

Cholik F., Artati dan R.Arifudin., 1986. Pengelolaan Kualitas Air Kolam. INFIS Manual seri nomor 26. Dirjen Perikanan. Jakarta. 52 hal.

Crab, R. M. Kochva, W. Verstraete, and Y. Avnimelech. 2009. Biofloc technology application in over-wintering of tilapia. Aquaculture Engineering, 40: 105-112.

Cole, T.M dan H.H Hannan. 1998. Dissolved Oxygen Dynamics dalam Reservoir Lymnology : Ecological Perspectives. Edited by K.W Thornton; B. L Kimmel; E.R Payne. A Wiley Interscience Publication. New York.

De Schryver P., Crab, R. Detroit, T. Boon, N., Verstrate, W. 2008. The Basic of Bioflock Technology: The Added Value For Aquaculture. Aquaculture. 227:125-137.

De Silva, S.S. and A. Anderson. 1995. Fish Nutrition in Aqua Culture; The First Series. London: Chapman and Hall.


(3)

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2007. Budidaya Lele Sangkuriang. http://www.dkp.go.id/content.php?c=2558.

Djajasewaka dan R. Djajadireja. 1990. Budidaya Ikan di Indonesia, Cara Pengembangannya. Badan Litbang Pertanian. Lembaga Penelitian Perikanan Darat. Jakarta. 48 hal.

Ebeling, J.M., Timmons, M.B., and Bisogni, J. J. 2006. Engineering Analysis Of The Stoichiometry Of Photoautotrophic, Autotrophic, and Heterotrophic Removal Of Ammonia-Nitrogen In Aquaculture Systems. Aquaculture 257 (2006) 364-358

Effendie. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta

Effendie, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta : Penebar Swadaya.

Ekasari J. 2009. Bioflocs Technology: Theory and Application in Intensive Aquaculture System. Jurnal Akuakultur Indonesia, 8(2): 117-126.

Febrianti, R., B. Gunadi, dan Lamanto. 2009. Dinamika Kualitas Air Pada Budidaya Intensif Ikan Mas Di Kolam Air Tenang. Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Perikanan Air Tawar, Sukamandi, Subang. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2009.

Gunadi, B., H. Krettiawan, R. Febrianti, dan Lamanto. 2009. Rasio C/N dan Akumulasi Limbah N pada Budidaya Ikan lele Secara Intensif. Laporan Riset. Loka Riset Pemuliaan Teknologi dan Budidaya Perikanan Air Tawar. Departemen Kelautan dan Perikanan. Subang

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menegah Kejuruan. Jakarta.

Halver, J.E. 1988. The vitamins, pp. 32-102. In: Fish nutrition, J.E. Halver (ed.). Academic Press, Inc., California

Halver, J.E. 2002. Fish Nutrition. 3rd Ed. Chapter 2: The Vitamins. Edited by J.E. Halver and R.W. Hardy. Academic Press. San Diego. 62-143 p.

Handajani, H. 2008. Pengujian Tepung Azolla Terfermentasi Sebagai Penyusun Pakan Ikan Terhadap Pertumbuhan dan Daya Cerna Ikan Nila Gift. Fakultas Peternakan Perikanan. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang


(4)

Hargreaves, J.A., 1998. Nitrogen biogeochemistry of aquaculture ponds. Aquaculture, 166, 181-212.

Hepher, B., 1990. Nutrition of pond fishes. Cambridge University Press. Cambridge New York. 388pp

Hari, B., Kurup, B.M.,Varghese, J.T., Schrama, J.W., Verdegem,M.C.J., 2006. The effect of carbohydrate addition on water quality and the nitrogen budget in extensive shrimp culture systems. Aquaculture 252, 248-263. Husain, N. 2014. Analisis Rasio C:N Berbeda pada Sistem Bioflok Terhadap

Pertumbuhan Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus). Universitas

Lampung. Lampung

Ikrom, F.D. 2014. Pemanfaatan Teknologi Dasar Kolam Buatan Pada Pembesaran Lele Masamo (Clarias gariepinus) Dengan Pemberian Probiotik. Universitas Lampung. Lampung

Khairuman dan K. Amri., 2002. Budidaya Lele Lokal secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Maharani, F. 2014. Biofolk Technology Application on the Cultivation of Nila Fish Seed (Oreochromis niloticus). Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Terbuka Jakarta.

Mara, D., 2004. Domestic waste water treatment in developing countries. Earthscan. UK. 293p.

Maulina, N. 2009. Aplikasi Teknologi Bioflok Dalam Budidaya Udang Putih (Lipotenaeus vannamei Boone). Tesis School of Life Science and Technology, ITB. Bandung.

McIntosh, R.P. 2000. Changing Paradigms in Shrimps Farming. The Advocate, April: 44-50.

Moss, B. 1993. Ecology of Freshwaters. Second Edition. Blackwell scientific publications. London. 415p

Mujiman, S. 1998. Makan Ikan. Penerbit Penebar Swadaya Jakarta.

Najiyati, S. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Novitasari, D. 2008. Optimasi pH dan Salinitas terhadap Pembentukan Bioflok untuk Uji Kualitas Air pada Sistem Akuakultur. Bandung: Program Sarjana Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Padjajaran


(5)

Novotny, V. And Olem, H. 1994. Water Quality, Prevention, Identification, and Management of Diffuse Pollution. Van Nostrans Reinhold, New York. Pramudya, A. 2013. Efektivitas Pembatas Ruang Pada Pembesaran LeleMasamo

(Clarias gariepinnus) Dengan Skala Intensif. Universitas Lampung. Lampung

Purnomo, P.D. 2012. Pengaruh Penambahan Karbohidrat Pada Media Pemeliharaan Terhadap Produksi Budidaya Intensif Nila (Oreochromis niloticus). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Rianuary, C. 2015. Penambahan Tepung Bioflok Sebagai Suplemen pada Pakan

Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus). Universitas Lampung. Lampung

SNI. 2000. Induk lele dumbo (Clarias gariepinus)

Soares, T. 2011. Kajian usaha benih ikan lele dumbo di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur, Surabaya

Stickney, R. R. 2005. Principal of warmwater aquaculture. John Wiley and Sons Publisher. New York

Subandiyono dan S. Hastuti. 2010. Buku Ajar Nutrisi Ikan. Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Universitas Diponegoro, Semarang. 233 hlm.

Suryaningrum, M.F. 2014. Aplikasi Teknologi Bioflok pada Pemeliharaan Benih Ikan Nila(Oreochromis nilotics).Universitas Terbuka. Jakarta.

Suyanto SR. 1992. Budidaya Ikan Lele Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta. Sylvia, D. M., J.J. Fubrman, P.G. Hartel dan D.A. Zuberer. 1990. Principles and

Application of Soil Microbiology. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Van Wyk, P. and Avnimelech, Y. 2007. Management of nitrogen cycling and microbial populations in biofloc-based aquaculture sistems. Presented in World Aquaculture Society Meeting, San Antonio, Texas, USA.

Welch, P. S. 1952. Lymnologi. Mc. Graw - Hill publication. New York.

Wetzel, R.G. 2001. Lymnology Lake and River Ecosytem 3rd Ed. Academic Press. London.


(6)

Widjaja, F. 2002. Factors And Processes Affecting The Degree of Eutrophication. Dalam Third Regional Training Course on Eutrophication in lake and Reservoirs. Bogor. Indonesia. 20-30 August 2002.

Zonneveld. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 318 hal.. j : PT. Gramedia Utama Pustaka