17 Baik profit margin maupun total asset turnover tidak dapat
memberikan pengukuran yang memadai atas efektivitas keseluruhan perusahaan.
Profit margin tidak memperhitungkan penggunaan
aktiva,sementara total asset turnover tidak memperhitungkan profitabilitas dalam penjualan. Rasio return on asset atau return on investment mengatasi
kedua kelemahan tersebut. Peningkatan kemampuan perusahaan dapat terjadi jika ada peningkatan profit margin atau peningkatan total asset turn over atau
keduanya. Dua perusahaan dengan profit margin dan total asset turnover yang berbeda dapat saja memiliki rasio ROA yang sama Van Horne 2005:225.
Myers et al. 1984 dalam Christianti 2006 menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara profitabilitasdengan leverage. Sedangkan
Jensen 1986 dalam Christiati 2006 menyatakan terdapat hubungan positif antara leverage dengan profitabilitasjika pasar dalam mengontrol perusahaan
tidak efektif.
2.1.6 Firm Size
Firm Size Ukuran perusahaan menunjukkan berapa aset atau kekayaan yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan ini diukur dengan
menghitungtotal asset yang ada pada masing-masing perusahaan Fidyati, 2003. Menurut Riyanto 1995, suatu perusahaan yang besar sahamnya
tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan memberikan pengaruh kecil terhadap hilangnya atau tergesernya pengendalian dari pihak
dominan terhadap perusahaan bersangkutan. Sebaliknya, perusahaan yang kecil, dimana sahamnya tersebar hanya dilingkungan kecil, penambahan
Universitas Sumatera Utara
18 jumlah saham akan memberikan pengaruh ya ng besar terhadap kemungkinan
hilangnya control pihak dominan terhadap perusahaan bersangkutan. Menurut Christianti 2006 perusahaan dengan ukuran yang lebih besar
dan kompleks tidak mempunyai kendala untuk mendapatkan dana eksternal hutang. Dengan begitu, perusahaan besar memiliki resistansi yang lebih
tinggi terhadap kemungkinan kebangkrutan dibandingkan perusahaan kecil. Berarti semakin besar sebuah perusahaan maka semakin besar manfaat yang
diperoleh dari penghematan pajak karena penerbitan hutang jangka panjang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Titman dan Wessels 1988 serta
Rajan dan Zingales 1995 mengatakan bahwa kemungkinan perusahaan yang besar mengalami kebangkrutan itu kecil, sehingga size return berhubungan
positif dengan tingkat leverage yang diambil perusahaan. Pada kenyataannya bahwa semakin besar suatu perusahaan maka
kecenderungan penggunaan dana eksternal juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar memilikikebutuhan dana yang
besar, dan salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan dana yang tersedia menggunakan pendanaan eksternal. Size return mempunyai hubungan yang
signifikan positif terhadap kebijakan leverage.
2.1.7 Asset Tangibility
Asset tangibility menunjukkan suatu kekayaan yang biasanya dapat dijadikan jaminan. Semakin banyak asset tangibility suatu perusahaan berarti
semakin banyak collateral asset jaminan untuk bisa mendapatkan sumber dana eksternal berupa hutang, hal ini dikarenakan pihak kreditur akan
Universitas Sumatera Utara
19 meminta collateral asset untuk memback-up hutang, Christianti, 2006.Hal
ini disebabkan oleh penggunaan aktiva tetap akan menimbulkan adanya beban tetap yang berupa fixed cost. Dan apabila perusahaan memakai modal asing,
untuk membelanjakan aktiva tetapnya maka cost tetap yang akan ditanggungnya juga akan besar, Mayangsari, 2001.
Haris dan Raviv 1991 dalam Christianti 2006 menyatakan perusahaan dengan level fixed assets yang rendah mempunyai lebih banyak
masalah asymmetric information dibandingkan perusahaan dengan level fixed asset yang tinggi. Perusahaan dengan level fixed assets yang tinggi umumnya
adalah perusahaan yang besar, yang dapat menerbitkan saham dengan harga yang fair sehingga tidak menggunakan hutang untuk mendanai investasinya.
Perusahaan yang memiliki aset nyata yang besar, diharapkan risiko kegagalan dalam melunasi hutangnya menjadi lebih rendah dan hal ini
memungkinkannya untuk menggunakan lebih banyak hutang. Sehingga antara aset nyata dan hutang memiliki hubungan positif. Hubungan positif ini
didukung dari beberapa penelitian yang dilakukan di Negara-negara maju Titman dan Wessels, 1988; Rajan dan Zingales, 1995, Sedangkan penelitian
di negara berkembang memberikan hasil yang bervariasi. Beberapa penelitian di Negara berkembangan seperti Wiwattanakantang 1999 di Thailand, dan
Um 2001 di Korea menemukan hasil terdapatnya hubungan positif antara aset nyata dan hutang. Sedangkan penelitian lain Booth et al, 2001 di 10
negara berkembang, dan Huang dan Song 2002 di China, menemukan bahwa aset nyata memiliki hubungan negatif terhadap utang.
Universitas Sumatera Utara
20 Myers 1984 menyatakan bahwa penerbitan utang yang dijamin
dengan aset akan mengurangi informasi yang asimetris sehubungan dengan biaya pendanaan. Perbedaan dalam informasi antara pihak-pihak yang terlibat
memungkinkan terjadinya masalah moral hazard. Dengan kata lain, utang yang dijamin dengan aset mungkin dapat mengurangi informasi yang
asimetris sehingga berdampak pada hubungan yang positif antara aset nyata dan utang.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Gina Aristasari 2006 melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan leverage perusahaan pada perusahaanfood and beverage
yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 1996-2004. Dalam penelitian ini ditunjukkan bahwa faktorasset tangibility, profitability, size,
business risk, dan growth opportunities secara serempak atau simultan berpengaruh secara signifikan terhadap leverage.
Penelitian Anisa’u Sa’diyah 2007 mengenai pengaruh asset tangibility, size, growth, profitability dan earning volatility terhadap leverage dengan
pengujian pecking order theory atau static trade off dengan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2002-2005 menemukan
bahwa Perubahan leverage pada penelitian tahun 2002 sampai dengan tahun 2005 disebabkan oleh perubahan berbagai faktor penentu keputusan struktur modal
perusahaan yang meliputi asset tangibility, firm size, growth, profitability, earning volatility. Perusahaan manufaktur di Indonesia lebih cenderung mengikuti
Pecking order theory dalam menetapkan keputusan pendanaan perusahaan. Hal
Universitas Sumatera Utara