Analisis Kemenangan Ridho Ficardo dan Bachtiar Basri dalam pemilihan Gubernur Lampung 2014

ANALISIS
KEMENANGAN RIDHO FICARDO DAN BACHTIAR BASRI
DALAM PEMILIHAN GUBERNUR LAMPUNG 2014

(Skripsi)

Oleh

MUHAMMAD RIZAL PUTRA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2015

ABSTRACT

An Analysis of Ridho Ficardo and Bachtiar Basri’s victory in the Gubernatorial election
Lampung 2014
By
Muhammad Rizal Putra

Lampung provincial government has managed to do the election of regional heads of
Lampung’s governor in the year of 2014-2019 although in the implementation process
occurs resignation of time and a bit of barriers, but the general elections of regional heads of
Lampung’s governor has succeeded. Ridho-Bachtiar pair elected as the new governor of
Lampung and replace Syahrudin ZP as the governor for two periods. Ridho-Bachtiar were
able to defeat their competitors which is actually are the experienced politicians in the
government. It is not easy for the couple to compete in the general election. Rido is the
youngest governor candidate who managed to occupy the lampung governor's seat in 2014.
Based on the research found that : 1) Ridho-Bachtiar have a larger campaign funds of each
candidate so that in this campaign, they have the advantages in logistics. 2) age factors can
influence in Ridho-Bachtiar’s campaign because they success to pick up the sound of young
voters with using organization deliberately formed by a team to lead to the voters. 3) ethnic
factor now does not have special effect in the eyes of voters. 4) many campaigns are
deployed to the people and make direct contact with the activities of the people is supporting
factors in the victory of the candidate, and it is not a major factor of victory but needs a lot of
funds logistics and a good track record on society.
Keywords: political victory strategy, Ridho-Bachtiar couple

ABSTRAK


ANALISIS KEMENANGAN RIDHO FICARDO DAN BACHTIAR BASRI
DALAM PEMILIHAN GUBERNUR LAMPUNG 2014

oleh
Muhammad Rizal Putra

Pemerintah provinsi Lampung telah berhasil melakukan pemilukada Gubernur
Lampung tahun 2014 – 2019 meskipun dalam proses pelaksanaan terjadi
pengunduran waktu dan sedikit hambatan namun pemilukada Gubernur Lampung
telah berhasil serta pasangan Ridho – Bachtiar terpilih sebagai gubernur Lampung
yang baru dan telah menggantikan Sjahroedin ZP sebagai gubernur 2 periode.
Pasangan Ridho – Bachtiar mampu mengalahkan para pesaingnya yang notabennya
sebagai politisi berpengalaman di bidang pemerintahan tak mudah untuk pasangan ini
dalam bersaing di pemilukada ini sebagai calon gubernur termuda Ridho berhasil
menduduki kursi gubernur Lampung 2014.
Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa : (1) Pasangan Ridho – Bachtiar memiliki
dana kampanye yang lebih besar dari setiap kandidat sehingga dalam kampanye
pasangan ini memiliki kelebihan dalam bidang logistik (2) Faktor usia dapat
berpengaruh dalam kampanye Ridho – Bachtiar karena berhasil mengambil suara
pemilih pemula dengan menggunakan organisasi yang sengaja dibentuk tim untuk

mengarah ke pemilih pemula (3) faktor etnis suku kini sudah tidak terlalu berdampak
khusus dalam mata pemilih (4) banyaknya kampanye yang diterjunkan kemasyarakat
dan membuat kegiatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat merupakan
faktor pendukung dalam kemenangan calon dan hal tersebut bukan menjadi faktor
utama kemenangan melainkan kebutuhan dana logistik yang banyak dan jejak rekam
yang baik terhadap masyarakat.
Kata Kunci : Strategi Kemenangan politik, pasangan Ridho – Bachtiar.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada
tanggal 29 Agustus 1992, merupakan putra dari
pasangan Bapak Thoat Zaini Ratem dan Ibu Lili
Rosliana Amir. Penulis merupakan anak ketiga
dari 4 bersaudara, dengan kakak Ariza Revianty,
S.E dan Ahmad Tedi Wijaya, S.P seta Adik
Clarissa Rizki Kirani.

Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-kanak Al Azhar Bandar Lampung
pada tahun 1997, kemudian dilanjutkan pada Sekolah Dasar


Al Azhar Bandar

Lampung lulus pada tahun 2004, kemudian dilanjutkan di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 21 Bandar Lampung lulus pada tahun 2007, dan dilanjutkan di
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bandar Lampung dan di selesaikan pada tahun
2010. Pada tahun 2010 penulis berkesempatan untuk melanjutkan pendidikannya ke
jenjang yang lebih tinggi dan diterima sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Semasa kuliah penulis aktif dalam Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara
Sebagai Ketua Bidang Hubungan Luar pada periode 2012-2013, Staf Ahli Gubernur

BEM FISIP UNILA periode 2012-2013, dan serta ketua umum himpunan mahasiswa
sungkai dari tahun 2014-2015. Pada tahun 2013 penulis mengikuti Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten
Pesawaran.

MOTO


Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang
tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan
saat mereka menyerah.
( Thomas Alva Edison )

Sementara kalian berpikir bahwa saya sedang belajar
bagaimana untuk hidup,namun saya telah belajar bagaimana
untuk mati.
(Leonardo da Vinci )

Apakah aku manusia yang bermimpi menjadi kupu-kupu atau
kupu-kupu yang bermimpi jadi manusia
(Muhammad Rizal Putra)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim
Dengan segala kekurangan dan kerendahan hati sebagai hambanya
tida kata lain selain ucap syukur kehadirat Allah SWT yang
senantiasa memberikan nikmat dan ridhonya dalam menjalani

kehidupan ini,Terima kasih untuk segalanya, semoga saya senantiasa
menjadi hambamu yang selalu bersyukur...
Kupersembahkan Karya sederhana ini untuk semua orang yang ku
kasihi dan mengasihiku :
Kedua orang tua ku tersayang
Ayahku tercinta ( Alm ) Thoat Zaini Ratem
Ibuku Tercinta Lili Rosliana
Selalu menjadi sumber inspirasi di dalam kehidupanku selalu
mendoakan dan mendukung segala aktifitasku hingga sekarang
semua curahan kasih sayang yang kalian berikan tidak akan mampu
aku gantikan dengan apapun dan penyesalan tak mampu
memperlihatkan saya menggunakan toga di depan ayah
Kakakku Ariza Revianti S.E. dan Ahmad Tedi Wijaya P. S.P, serta
adikku tercinta Clarissa Risky Kirani. Kehadiran kalian
menyempurnkan hidupku semoga kita berhasil dan tetap menjadi
kebanggaan orang tua.
Untuk Rhani Umi Khairani yang selalu ada saat keadaan sulit dan
keadaan menyenangkan, terimakasih sudah hadir dalam hidupku.
Keluarga Besarku, sahabat, Himagara,
Almamater dan seluruh dosen pengajar

TERIMA KASIH UNTUK SEGALANYA

SANWACANA

‫ْسب‬
‫ِِ ر‬
ِ ِِ ‫م ِلهلل ِاهل ال رِلاِهل ال‬
Assalamua’alaikumwarahmatullahwabarakatuh

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT berkat nikmat iman, ilmu dan amalnya serta taklupa
panjatkan selawat serta salam kepada junjungan besar Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari zaman jahiliah menuju zaman yang terang menderang ini.
Penulis bersyukur karena telah lancar dalam menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis

kemenangan Ridho Ficardo dan Bachtiar Basri dalam pemilihan Gubernur Lampung 2014”.
Skripsi ini disusun dengan maksud sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
(S1) pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengutarakan ucapan terima kasih sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah berperan dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga secara

khusus mengucapkan terima kasih kepada ayah dan ibu tersayang yang tidak kenal lelah
dalam mendo’akan dan memberi dukungan moril serta materil demi kasih saying dan
harapannya kepada penulis dan ucapan sangat bangga telah memiliki kalian ini semua penulis
lakukan untuk janji penulis terhadap ayah semasa hidupnya.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis selalu
membuka kesempatan kepada pihak pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun dengan harapan mendekati kesempurnaan dikemudian hari. Pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terimakasih dan mempersembahkan kepada:

1. Bapak serta abang Dr. Dedy Hermawan, S.Sos, M.Si sebagai ketua jurusan Administrasi
Negara yang selama ini memberikan pembelajaran yang berarti.
2. Bapak serta abang ketua IKAGARA Simon Sumanjoyo Hutagalung, S.A.N., M.P.A.,
selaku Sekretaris Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik.
3. Bapak Syamsul Ma’arif. S.IP., M.Si. selaku dosen pembimbing utama dari penulis
terimakasih atas dukungan, arahan serta bimbingan sehingga penulis bisa menyelesaikan
skripsi nya dengan baik terimakasih banyak pak sudah sabar.
4. Bapak serta kanda Arizka Warganegara selaku dosen pembahas di seminar hasil penulis
semoga sukses menempuh pendidikan PHD nya kanda.
5. Bapak Dr. Bambang Utoyo S., M.Si selaku dosen pembahas menggantikan pak Arizka

sehingga skripsi ini bisa berjalan dengan baik.
6. Bapak Eko Budi Sulistyo yang telah menjadi dosen pembimbing akademik dari sodara
penulis.
7. Segenap civitas akademik jurusan Administrasi Negara FISIP UNILA yang selama ini
telah memberikan bekal ilmu untuk kedepan nya.
8. Segenap Informan dari tim sukses Ridho BerBakti kanda Levi Tuzaidi dan abang Yusuf

Kohar serta beberapa informan yang tidak mau disebutkan namanya terimakasih semua.
9. Segenap informan dari KPU Lampung dan BAWASLU Lampung yang telah

mempermudahkan penulis mencari data penelitian.
10. Ayahanda ( Alm ) Thoat Zaini Ratem S.E dan ibunda Lili Rosliana Amir yang telah memberikan
penuh kasih dan sayang untuk selama ini hanya bisa memberikan doa untuk ayah disurga
meskipun hidup ayah tidak bisa menunggu sampai melihat anak ke 3 nya menggunakan toga
kalian inspirasi penulis untuk meraih impian.

11. Kakakku Arinza Revianti S.E dan Ahmad Tedi Wijaya Pratama S.P serta adikku Clarissa Rizky
Kirani dan kakak iparku Reza Alqifari S.E semoga kita menjadi orang yang sukses dikemudian
hari.
12. Rhani Umi Khairani yang telah hadir dan memberikan catatan baik selama ini dalam hidup

penulis terimakasih telah mau hadir serta memberikan senyuman untuk semangat penulis dan
bantuan yang tak mungkin penulis bisa kembalikan terimakasih banyak.
13. Keluarga besar ADUSELON ( Angkatan Dua Belas Public Administrasion ) : Rofi’i ( ketua
angkatan yang dulunya primitif) , Aden ( Semoga sukses dengan perwiranya ), Uyung ( Sukseskan
lah skripsimu kawan jangan nakal terus ), Satria ( jangan kebanyakan ngabisin duit ), Ridho (
temukan cinta sejatimu ), Pandu ( makasih ya bantuan nya ), Hepsa ( semoga jadi seniman handal
), Mas Loy ( semangat loy buat apapun itu ), Kiki Bogel, Ardiansyah Not-not, Tian ( Sukses selalu
di dunia marinirmu kawan ), Desmon (terima kasih ilmunya), Rahmani, Rahman, Datas, Abil

(jangan jadi bintang get rich le), Triadi , Thio, Karina, Nona, Nuzul, Shela, Cory, Mery,
Bunga, Ali, Samsu, Candra, Rahma, Cahya, Ratna, Rahmani, Rofi, Julian, Annisa, Lica,
Astria, Fadri, Indah, Maya, Hanny, Tami, Nunu, Erisa, Yulia, Dora, Jenny, Sari, Ani, Seli,
Yogis, Taufik, Gery, Daus, Anjas, Ade, Jodi, Wayan, Izal, Enggi, Nurul, Putri (adik
perguruan ), Fadri,

Oyen, Dita, Eeng, Gideon, Randy, Aris,dll. Terimakasih atas

kerjasama selama ini ya semoga kita bersama sama sukses. Amin.
14. Senior HIMAGARA 1999, 2000, 2001 bang ari, bang arpan, dan bang ginanjar, 2002,


2003, 2004 mbak Intan ( Terimakasih proyekan nya ), 2005 bang syamsi, bang arwin,
bang denot, bang Randi, bang Dani, dll. 2006 bang fajrin, bang vicko, bang panji dll.
2007, 2008, dan rekan angkatan 2009.
15. Adik – adik HIMAGARA angkatan 2011 seperti wahyu, vike, aji, yori, menceng, akbar dan
nyonya, rosyid, rio, widi, esha dkk. 2012 seperti denis, bery, dwini, alga, kiki, akbar, fajar, ciby,
rezky dkk. 2013 seperti Adi, Dhimas, Sidiq, Zulham, Hafiz, Pindo, Sedi, Tong Bajil, Balur,

Haidir, Uun, Sarah, Okta. Semoga kalian bisa menjadi penerus HIMAGARA yang hebat.

16. Kawan – kawan KKN Tematik 2013 Derry, Yulian, Fahmi, xendra, Ika, Sifa, Fara, Inne, dan Novi
terimakasih atas kerjasama nya.
17. Rekan kerja di LSI ( Lembaga Survey Indonesia ) dan SMRC ( Saiful Mujani Resecrh and
Consulting ) seperti Elang Mustakim ( TPM ), bu Nanda Utharida ( Koordinator Lampung ),
Prastya Nugroho ( Asisten Koordinator ), Tama Hermansyah, Ridwan, Hendry, Budi, Eko, Diki,
Imam, Saiful, Dkk. Terimakasih sudah bekerjasama dengan baik.
18. Kawan – kawan SMANSA galuh, deo, adit, dani, destya, azhari, heri, dll yang tidak mungkin
saya sebutkan satu persatu terimakasih atas bantuan kalian.
19. Beserta seluruh rekan – rekan yang membantu penulis selama ini dalam belajar, bekerja sampai
mengerjakan skripsi ini yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu nama – namanya berkat
kalian skripsi ini saya kerjakan dengan cukup baik.

Semoga kita sukses dengan apa yang kita cita-citakan. Serta siapapun yang nantinya
membaca skripsi ini, semoga bermamfaat, boleh dibaca tapi jangan diambil dari ruang baca
karena membuat skripsi ini tidak mudah. Terima Kasih.
Bandar lampung, 12 Januari 2015
Penulis,

Muhammad Rizal Putra

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRACT
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP
MOTO
PERSEMBAHAN
SAN WACANA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR BAGAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .........................................................................
B. Rumusan Masalah ...................................................................................
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................
D. Kegunaan Penelitian ...............................................................................

1
5
6
6

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Desentralisasi dan otonomi daerah .........................................................
B. Demokratisasi ditingkat lokal melalui pemilukada ...............................
C. Strategi pemenangan kandidat dalam pemilukada .................................
c.1 Strategi Pra Kampanye ............................................................
i. Strategi membangun koalisi ...........................................
ii. Strategi molisisasi dana .................................................
iii. Jaringan basis masa pendukung ...................................
iv. Menyusun pesan kampanye .........................................
c.2 Strategi kampanye langsung ...................................................
i. Marketing Politik.........................................................
ii. Black Campaign ..........................................................
iii. Strategi pergerakan partai ...........................................
D. Penentu kemenangan dalam pemilihan kepala daerah ...........................
a. Modal sosial..............................................................................
b. Modal ekonomi .........................................................................
c. Isu program ...............................................................................

7
15
21
22
23
28
30
32
34
36
37
39
40
42
43
48

III.

METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian ........................................................................................
B. Fokus Penelitian......................................................................................
C. Lokasi Penelitian ....................................................................................
D. Proses dan teknik pengumpulan data .....................................................
E. Teknik Analisis data ...............................................................................
F. Teknik Keabsahan data ...........................................................................

IV.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Profil Provinsi Lampung ........................................................................
B. Kependudukan Provinsi Lampung .........................................................
C. Kondisi Pemerintahan Provinsi Lampung ..............................................
D. Kondisi Sosial Politik Provinsi Lampung .............................................

V.

50
51
53
53
56
59

63
65
68
71

HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Data ........................................................................................
B. Proses Pemilihan Kepala daerah Provinsi Lampung ..............................
b.1 Tahap Pilkada ..................................................................................
b. 2 Tahap Persiapan ..............................................................................
b.3 Tahap Pelaksanaan ...........................................................................
b.4 Tahap Kampanye .............................................................................
b.5 Tahap Pemungutan Suara ................................................................
C. Proses Pemenangan calon .......................................................................
C.1 Proses Prakampanye ..........................................................
a Membangun koalisi ...........................................................
b Mobilisasi dana .................................................................
c Jaringan pendukung ..........................................................
d Pesan kampanye................................................................
C.2 Proses kampanye langsung ................................................
a Pergerakan Partai ..............................................................
b Marketing Politik ..............................................................
c Black Campaign ................................................................
C.3 Penentu kemenangan .........................................................
a Modal sosial ........................................................................
b Modal ekonomi .................................................................
c Isu Program .......................................................................
D. Analisis Data ........................................................................................
D.1 Proses Penyelenggaraan PILGUB Lampung 2014 ...........
D.2 Strategi Kemenangan ........................................................
D.3 Penentu Kemenangan .......................................................

77
77
77
79
80
82
83
84
84
85
89
91
92
94
94
97
99
101
102
104
107
112
112
114
120

VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................. 125
B. Saran ....................................................................................................... 127

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

i

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

Tabel 3.1 Pihak yang diwawancarai ..................................................................... 55
Tabel 3.2 Dokumen .............................................................................................. 56
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kota dan Kabupaten Lampung .................................... 64
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin ............................................. 67
Tabel 4.3 Jumlah kecamatan dan desa / kelurahan di Lampung .......................... 70
Tabel 4.4 Perolehan suara Partai dalam Pemilu 2014 di Lampung ...................... 72
Tabel 5.1 Tahap Pelaksanaan Pilkada .................................................................. 78
Tabel 5.2 Rekapitulasi Jumlah pemilih per TPS di Provinsi Lampung ............... 80
Tabel 5.3 Daftar nama calon Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung 2014 ..... 81
Tabel 5.4 Jadwal Kampanye calon Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung .... 82
Tabel 5.5 Hasil Rekapitulasi suara ....................................................................... 84
Tabel 5.6 Laporan dana kampanye ....................................................................... 90
Tabel 5.7 Rekapitulasi laporan dana kampanye ................................................... 90
Tabel 5.8 Hasil Persentase suara di DPR ............................................................. 101

ii

DAFTAR BAGAN

Bagan

Halaman

Bagan 2.1 Sistematika dalam menetapkan strategi ..............................................
Bagan 2.2 Dana Politik .........................................................................................
Bagan 3.1 Analisis data model interaktif .............................................................
Bagan 5.1 Struktur Kepengurusan KPU tahun 2013 ............................................

40
47
58
78

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemilihan umum kepala daerah merupakan sarana pelaksana kedaulatan
rakyat indonesia yang berdasarkan pancasila dan undang – undang dasar negara
republik Indonesia tahun 1945. Pemilihan umum kepala daerah diselenggarakan
untuk memilih calon kepala daerah yang berasal dari partai politik maupun
independen menurut (Gerald E. Caiden: 1982: 212-222) mengatakan ada 2 cara
dalam melakukan rekruitmen pejabat publik baik secara pemilihan langsung
oleh masyarakat atau penduduk setempat atau dengan cara di tunjuk yang biasa
didengar dengan demokrasi keterwakilan1. Pelaksanaan pemilihan kepala
daerah dan wakil kepala daerah semula dilakukan melalui pemilihan oleh
DPRD, namu sejak berlakunya undang – undang nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintah daerah, kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat melalui
pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah atau disingkat PILKADA.
Pilkada pertama kali diselenggarakan pada juni 2005. Pilkada diselenggarakan
oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) provinsi atau kabupaten/kota dengan
1

http://theearthagunggeo.blogspot.com/2013/11/patologi-administrasi.html

2

diawasi oleh panitia pengawas pemilihan umum (Panwaslu) provinsi dan
kabupaten/kota.
Seiring dengan berjalannya waktu,ketentuan pilkada mengalami perubahan
dengan ditandai keluarnya Undang – Undang 22 tahun 2007 tentang
penyelenggara pemilihan umum. Dalam Undang – Undang tersebut ditegaskan
bahwa pemilihan kepala daerah dimasukan ke dalam rezim pemilu, sehingga
secara resmi bernama Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah
atau disingkat Pemilukada. Perubahan kembali di lakukan pada tahun 2011, di
tandai dengan terbitnya undang – undang baru mengenai penyelenggara
pemilihan umum yaitu Undang – Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang
penyelenggaraan pemilu. Di dalam undang – undang ini, istilah yang digunakan
adalah pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota .
Provinsi Lampung selaku salah satu provinsi di pulau Sumatra, pada tahun
2014 telah melakukan pergantian kepala daerah menyusul habisnya masa
jabatan Sjahroedin ZP setelah ia memegang jabatan 2 periode antara tahun 2004
– 2009 dan 2009 - 2014. Pada saat pendaftaran calon gubernur dan calon wakil
gubernur dibuka terdapat 5 pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur.
Pihak KPU Provinsi Lampung setelah melakukan verifikasi berhasil
menetapkan 5 nama calon gubernur dan calon wakil gubernur yang bakal maju
sebagai peserta pemilihan umum kepala daerah di provinsi lampung yaitu (i)
Herman HN – Zainudin Hasan, (ii) Amalsyah Tarmizi – Gunadi Ibrahim, (iii)
Ridho Ficardo – Backhtiar Basri, (iv) Berlian Tihang – Mukhlis Basri, (v)

3

Alzier Dianis T – Lukman Hakim2. Namun pada tanggal 23 Januari 2014
pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur Amalsyah Tarmizi - Gunadi
Ibrahim dari jalur perorangan (Independen) menyatakan mengundurkan diri
dari pencalonan dengan alasan mengurangi ketegangan politik yang mungkin
akan terjadi.
Pengunduran diri pasangan calon Amalsyah Tarmizi – Gunadi Ibrahim ini
membuat kontestasi politik yang semula diikuti oleh 5 pasangan calon gubernur
dan calon wakil gubernur berubah menjadi 4 pasangan saja. Sesuai dengan
jumlah pasangan calon yang akan mengikuti pemilukada, KPU Provinsi
Lampung pada tanggal 25 febuari 2014 menetapkan nomor urut calon pasangan
gubernur dan calon wakil gubernur Lampung serta partai politik yang menjadi
pengusungnya. Secara berurutan pasangan Berlian Tihang - Mukhlis Basri
memperoleh nomor urut 1, disusul pasangan Ridho Ficardo - Bakhtiar Basri di
nomor urut 2, pasangan Herman HN - Zainudin Hasan di nomor urut 3, dan
Alzier Dianis T - Lukman Hakim di nomor urut 4.3
Setelah penetapan calon serta nomor urut telah dilakukan, KPU Provinsi
Lampung kemudian membuka masa kampanye bagi masing – masing pasangan
calon untuk menarik pendukung sebanyak – banyaknya. Kegiatan kampanye itu
dijadwalkan berlangsung sejak tanggal 23 Maret – 5 April 2014. Dalam
kampanye pemilukada tersebut, pihak KPU telah mengatur sistem kampanye
setiap pasangan calon gubernur dan wakil gubernur guna mengantisipasi
2

Sumber KPU D Provinsi Lampung Tahun 2014

3

Ibid

4

terjadinya konflik antara massa pendukung. Disadari bahwa persaingan antara
pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Lampung sangatlah ketat karena
yang bersaing adalah tokoh daerah yang mempunyai latar belakang yang
berbeda. Dalam konteks ini strategi dalam kampanye juga merupakan bagian
dasar dalam menentukan langkah para calon gubernur untuk menarik masa
sebanyak – banyak nya sehingga dapat memperoleh suara yang tinggi. Pada
tanggal 5 April masing – masing pasangan calon telah mengakhiri masa
kampanye. Setelah masa kampanye dan masa tenang usai proses politik
memasuki tahapan yang paling dinantikan yaitu tahan pemungutan suara pada
tanggal 9 April 2014 yang bertepatan dengan pemilihan legislatif (Pileg).
Berdasarkan rapat pleno tanggal 17 April 2014, KPU Provinsi Lampung
kemudian mengumumkan perolehan suara masing – masing pasangan calon
sebagai berikut : (1) Pasangan berlian Tihang – Mukhlis Basri memperoleh
606.566 suara (14,96 persen), (2) Pasangan Ridho ficardo – Bachtiar Basri
memperoleh 1.818.533 suara (44,96 persen), (3) Pasangan Herman HN –
Zainudin Hasan memperoleh 1.342.763 suara (33,12 persen), (4) Pasangan M.
Alzier Dianis T – Lukman Hakim memperoleh 288.272 suara ( 7,11 persen)4.
Penyelenggaraan pemilukada untuk memilih calon gubernur dan calon
wakil gubernur Lampung ini menarik untuk dikaji karena didasarkan beberapa
alasan. Pertama pemilukada ini diselenggarakan serentak dengan pemilihan
legislatif secara serentak ini semula menuai pro dan kontra akibat perbedaan
kepentingan gubernur dan KPU. Situasi tersebut pada awalnya membuat
4

Data pleno KPU Provinsi

5

pengamat politik yang khawatir bahwa penyelenggaraan akan mengalami
kegagalan. Namun diluar prediksi penyelenggaraan tersebut ternyata berjalan
dengan lancar serta sukses.
Kedua kemenangan pasangan Ridho Ficardo – Bachtiar Basri menjadi
diluar dugaan. Hal ini disebabkan bukan saja karena partai pengusung
utamanya (Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sosial) sedang dilanda krisis
kepercayaan, melainkan pula karena pasangan Ridho Ficardo – Bachtiar Basri
bukanlah figur yang populer di Provinsi Lampung. Sosok Bachtiar Basri
memang dikenal di Tulang Bawang Barat setelah ia menjabat sebagai bupati
dalam beberapa tahun terakhir, namun demikian Bachtiar Basri belum begitu
dikenal di level Provinsi Lampung. Sementara itu sosok Ridho Ficardo
merupakan figur yang benar – benar baru dalam peta politik di Provinsi
Lampung. Penulis tertarik untuk mengkaji strategi kampanye dalam
kemenangan pasangan Ridho Ficardo dan Bachtiar Basri dengan melihat
beberapa faktor yang terjadi sehingga penelitian ini menjadi menarik untuk
dikaji. Berdasarkan pertimbangan tersebut penulis memili pasangan Ridho
Ficardo dengan Bachtiar Basri dalam objek penelitian.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses penyelenggaraan pemilihan Gubernur Lampung 2014
?
2. Bagaimanakah strategi pemenangan pasangan calon Gubernur Ridho
Ficardo dengan Bachtiar Basri dalam pemilihan kepala daerah Provinsi
Lampung Tahun 2014?

6

3. Faktor-faktor apakah yang mendorong kemenangan pasangan calon
Gubernur Ridho Ficardo dengan Bachtiar Basri dalam pemilihan kepala
daerah Provinsi Lampung tahun 2014?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui bagaimana proses penyelenggaraan pemilihan
Gubernur Lampung 2014 ?
2. Untuk mengetahui strategi pemenangan pasangan calon Gubernur Ridho
Ficardo dengan Bachtiar Basri dalam pemilihan kepala daerah Provinsi
Lampung tahun 2014?
3. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor pendorong
kemenangan pasangan calon Gubernur Ridho Ficardo dengan Bachtiar
Basri dalam pemilihan kepala daerah Provinsi Lampung tahun 2014?

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Teoritis: hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi
perkembangan Ilmu Administrasi Negara terutama berkaitan dengan
pelaksanaan Otonomi Daerah tentang rekruitmen pejabat publik.
2. Praktis: hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
sebagai bahan masukan atau pembelajaran dan pengetahuan bagi
masyarakat umum

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Desentralisasi adalah penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangga sendiri berdasarkan
prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka negara kesatuan Republik
Indonesia. Dengan adanya desentralisasi maka munculkan otonomi bagi suatu
pemerintah

daerah.

Desentralisasi

sebenarnya

adalah

istilah

dalam

keorganisasian yang secara sederhana didefinisikan sebagai penyerahan
kewenangan1. Dalam kaitannya dengan sistem pemerintahan Indonesia,
Desentralisasi akhir – akhir ini seringkali dikaitkan dengan sistem pemerintah
karena dengan adanya desentralisasi sekarang menyebabkan perubahan
paradigma pemerintah di Indonesia.
Dengan adanya desentralisasi, maka akan berdampak positif pada
pembangunan daerah – daerah yang tertinggal dalam suatu negara agar daerah
tersebut dapat mandiri dan secara otomatis dapat memajukan pembangunan
nasional, Menurut Josef Riwo Kaho, tujuan desentralisasi adalah, (a)
mengurangi bertumpuknya pekerjaan di Pusat Pemerintahan, (b) dalam
menghadapi masalah yang amat mendesak yang membutuhkan tindakan yang
1

Syamsuddin haris. 2007. Desentralisasi dan otonomi daerah. Jakarta. LIPPI pres. Hal 52

8

cepat, daerah tidak perlu menunggu instruksi lagi dari Pemerintah Pusat, (c)
dapat mengurangi birokrasi dalam arti yang buruk karena setiap keputusan
dapat segera dilaksanakan, (d) dalam sistem desentralisasi, dapat diadakan
pembedaan dan pengkhususan yang berguna bagi kepentingan tertentu.
Khususnya desentralisasi teritorial, dapat lebih mudah menyesuaikan diri
kepada kebutuhan dan kebutuhan khusus daerah, (e) mengurangi kemungkinan
kesewenang-wenangan dari Pemerintah Pusat, (f) dari segi psikologis,
desentralisasi dapat lebih memberikan kepuasan bagi daerah-daerah karena
sifatnya yang lebih langsung2.
Desentralisasi terbagi dalam beberapa bentuk kegiatan utama yaitu
desentralisasi politik (devolusi) dan desentralisasi administrasi (dekonsentrasi).
Devolusi menurut Rondinelli adalah penyerahan tugas-tugas dan fungsi-fungsi
kepada sub nasional dari pemerintah yang mempunyai tingkat otonomi tertentu
dalam melaksanakan tugas-tugas dan fungsi-fungsi tersebut. Konsekuensi dari
devolusi adalah pemerintah pusat membentuk unit-unit pemerintah di luar
pemerintah pusat dengan menyerahkan sebagian fungsi tertentu kepada unitunit untuk dilaksanakan secara mandiri. Sedangkan dekonsentrasi menurut
Rondinelli

adalah penyerahan tugas-tugas dan fungsi-fungsi dalam

administrasi pemerintah pusat kepada unit-unit di daerah3.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, bahwa desentralisasi berhubungan
dengan otonomi daerah. Menurut Haris, otonomi daerah merupakan
2

Josef Riwu Kaho, 1997. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia. Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada.Hal 12

3

Syamsuddin haris. 2007. Desentralisasi dan otonomi daerah. Jakarta. LIPPI pres. Hal 4

9

kewenangan suatu daerah untuk menyusun, mengatur, dan mengurus daerahnya
sendiri tanpa ada campur tangan serta bantuan dari pemerintah pusat untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah dalam
rangka pelayanan terhadap terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan
sesuai dengan peraturan perundang – undangan4. Kewenangan otonomi daerah
ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu otonomi luas dan otonomi terbatas.
Kewenangan Otonomi luas menurut Haris

adalah kekuasaan daerah untuk

menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang
pemerintahan, kecuali kewenangan dibidang politik luar negeri, pertahanan
keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewenangan yang utuh
dan bulat dalam penyelenggaraan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, pengendalian dan evaluasi5.
Otonomi untuk daerah Propinsi diberikan secara terbatas yang meliputi
kewenangan lintas kabupaten dan kota, dan kewenangan yang tidak atau belum
dilaksanakan oleh daerah Kabupaten dan daerah Kota, serta kewenangan bidang
pemerintahan lainnya. Pemerintah provinsi secara administratif juga merupakan
perpanjangan dari Presiden (pemerintah pusat). Sedangkan dalam Pelaksanaan
otonomi yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten dan kota.
Kewenangan Otonomi luas bagi kabupaten dan kota adalah kekuasaan daerah
untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua

4

Ibid. Hal 39

5

Ibid Hal 51

“Konsekuensi dari dekonsentrasi adalah Pemerintah Pusat membentuk instansi-instansi
vertikal di daerah seperti TNI/Polri, Kehakiman, BPK, dan sebagainya.”

10

bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dibidang politik luar negeri,
pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewenangan
yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi6.
Secara konstitusional pemberian otonomi daerah dilakukan dengan mengacu
kepada Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 di bidang ketatanegaraan,
pemerintah Republik Indonesia melaksanakan pembagian daerah-daerah
dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang.
Oleh karena itu, pemerintah beberapa kali membentuk Undang-Undang tentang
Pemerintah Daerah. Perubahan-perubahan terlihat karena masing-masing
undang-undang menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi waktu terjadinya,
sehingga akhirnya terbentuk Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah. Ada tiga alasan pokok dibentuknya
Undang-Undang No 5 Tahun 1974 yaitu alasan politis, sosiologis dan
konstitusional. Alasan politis adalah alasan karena perubahan struktur politis
waktu itu. Alasan sosiologis yaitu karena situasi dan kondisi masyarakat yang
semakin berkembang. Alasan konstitusional yaitu alasan perimbangan keadaan
serta memperhatikan pendapat yang timbul dari sidang-sidang Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR).
Ketidakpuasan daerah yang awalnya dilakukan secara terselubung,
belakangan mulai ditunjukan secara terbuka. Tidak kurang dari masyarakat
Kalimantan Timur, Aceh, Irian Jaya dan Riau telah melontarkan protes keras

6

Otonomi kekuasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan

11

terhadap gaya sentralistis dan sekaligus eksploitatif Jakarta. Ketidakpuasan
masyarakat di daerah-daerah, ditambah dengan krisis ekonomi yang membuat
kemampuan finansial Pemerintahan Pusat melemah membuat Pemerintah Pusat
tidak ada pilihan lain kecuali mencoba merebut hati masyarakat di daerah.
Hasilnya,

Pemerintah

Pusat

bersedia

untuk

mendesentralisasikan

kewenangannya sebagaimana ditandai dengan keluarnya Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah pada
prinsipnya mengatur penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang lebih
mengutamakan pelaksanaan asas desentralisasi. Substansi kewenangan daerah
mencakup seluruh kewenangan bidang pemerintahan, kecuali kewenangan
dalam bidang pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter, dan fiskal, serta
agama dan kewenangan bidang lain, sebagaimana tercantum dalam Pasal 7 ayat
Hal-hal yang mendasar dalam Undang-Undang tersebut adalah mendorong
untuk memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas,
meningkatkan peran serta masyarakat, dan mengembangkan peran dan fungsi
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
terwakili dari partai-partai politik yang menang dalam pemilu diharapkan dapat
benar-benar mewakili suara rakyatnya
Beberapa substansi dasar Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 bisa
digaris bawahi secara singkat dalam beberapa butir kebijakan7 Pertama,
semangat otonomi daerah yang lebih besar ini dimulai dengan perubahan
7

Abdul Gaffar Karim. 2006. Kompleksitas Persoala Otonomi Daerah di Indonesia. Jogjakarta:
Pustaka Pelajar Hal 42-44

12

simbolisasi pada nama daersah otonom. Istilah tingkatan daerah otonom (Dati I
dan Dati II) dihapuskan, dan diganti dengan istilah yang lebh netral yaitu
Propinsi, Kabupaten, dan Kota. Hal ini didasari semangat untuk menghindari
citra bahwa tingkatan lebih tinggi secara hierarki lebih berkuasa daripada
tingkatan lebih rendah. Kedua, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
memperpendek jangkauan asas dekonsentrasi yang dibatasi hanya sampai
pemerintahan Propinsi. Pemerintahan Kabupaten dan Kota telah terbebas dari
intervensi pusat yang sangat kuat melalui perangkapan jabatan Kepala Daerah
Otonom dan Kepala Administratif.
Bupati dan walikota adalah kepada daerah otonom saja. Sementara itu,
jabatan kepala wilayah pada kabupaten dan kota sudah tidak dikenal lagi.
Ketiga, bupati dan walikota dipilih secara mandiri oleh DPRD Kabupaten atau
Kota tanpa melibatkan pemerintah Provinsi maupun Pemerintahan Pusat. Oleh
karena itu, Bupati / Walikota harus bertanggung jawab kepada DPRD dan bisa
diberhentikan oleh DPRD sebelum masa jabatan selesai. Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah mempunyai peran yang sangat strategis dalam rangka
pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan, pemerataan, kesejahteraan
masyarakat dan memelihara hubungan yang serasi antara Pemerintah Pusat dan
Daerah. Sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 dilaksanakan berdasarkan asas desentralisasi dalam
bentuk

otnomi

yang

luas

dan

bertanggung

jawab.

Dalam

rangka

penyelenggaraan otonomi yang luas dan bertanggung jawab tersebut, Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah mempunyai peranan yang strategis di bidang

13

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat dan
bertanggung jawab sepenuhnya tentang jalannya pemerintahan daerah.
Keempat, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 ini menghapuskan posisi
wilayah administratif(field administratif) pada level Daerah Kabupaten dan
Daerah Kota. Integrated Profectoral System yang sentralistis yang digunakan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 diubah menjadi Functional System,
bukan sekedar Unintegrated Prefectoral System yang dikenal pada UndangUndang Nomor 1 Tahun 1957. Kelima, Undang-Undang ini menempatkan
pemerintahan

kecamatan

dan

kelurahan

sebagai

perangkat

daerah.

Pemerintahan kecamatan menempati posisi sebagai perpanjangan tangan
pemerintahan daerah otonom (desentralisasi), dan bukan sebagai aparat
dekonsentrasi. Keenam, Undang-Undang ini mengenalkan Badan Perwakilan
Desa yang menjadi lembaga perwakilan rakyat di tingkat desa. Ketujuh, UU ini
memberikan kewenangan yang lebih luas kepada daerah otonom yang meliputi
seluruh bidang pemerintahan kecuali politik luar negeri, hankam, peradilan,
moneter, dan fiskal dan kewenangan lainnya.
Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu
ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara
eksekutif fan legislatif, sehingga terjalinnya hubungan yang harmonis antara
kedua lembaga tersebut. Pada Undang-Undang 22 Tahun 1999 banyak
mandapat kritikan tentang ketentuan yang mengatur tentang penunjukan
sekretaris daerah rawan intervensi dari kalangan partai politik yang ada di
DPRD, dengan keharusan adanya persetujuan pimpinan DPRD sehingga dapat

14

mengurangi bobot profesionalitas. Jabatan sekda sebagai bahan sharing
kekuasaan pada akhirnya lebih dominan daripada pertimbangan kemampuan
teknis dan profesionalitas. Kemudian ditambah lagi oleh perilaku dan kinerja
DPRD yang merupakan wakil-wakil partai politik peserta pemilu 1999, belum
mencerminkan sebagai pemegang amanah rakyat dalam rangka memenuhi
aspirasi keinginan masyarakat daerah8. Legislatif dapat mengangkat kepala
daerah dan memecatnya, sehingga adanya dominasi kekuasaan legislatif
dibandingkan dengan eksekutif.
Dengan perkembangan zaman dan berubahnya keadaan ketatanegaraan dan
tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah, perlu adanya pergantian UndangUndang yang mengatur tentang Pemerintahan Daerah (revisi). Revisi tersebut
kemudian di sahkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Dalam
Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa eksekutif dan legislatif sama-sama
dipilih oleh rakyat. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pemerintahan
Daerah adalah revisi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah. Salah satu isu yang paling penting dengan disahkannya
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ini
adalah pemilihan kepala daerah secara langsung oleh rakyat daerah. Kepala
daerah adalah Kepala Pemerintah Daerah yang dipilih secara demokratis.
Pemilihan secara demokratis terhadap Kepala Daerah tersebut, dengan
mengingati bahwa tugas dan wewenang DPRD menurut Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2003
8

tentang Susunan dan Kedudukan Majelis

Widjaja. 2005. Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia. Palembang : Raja Grafindo Persada
Hal 115

15

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, menyatakan antara lain bahwa
DPRD tidak memiliki tugas dan wewenang untuk memilih Kepala Daerah dan
wakil Kepala Daerah, maka pemilihan secara demokratis dalam UndangUndang 32 Tahun 2004 dilakukan oleh rakyat secara langsung9.
Dalam Pasal 56 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 dijelaskan
bahwa “kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan
calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil” dan ayat 2 “pasangan calon sebagaimana
dimaksud ayat (1) diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau
perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang yang memenuhi persyaratan
sebagaimana ketentuan dalam Undang-Undang ini”. Hal tersebut membuka
kesempatan bagi semua anggota masyarakat untuk ikut mencalonkan kepala
daerah dalam Pilkada dengan syarat yang sudah ditentukan.
B. Demokratisasi Di Tingkat Lokal Melalui Pemilukada
Dibukanya ruang yang luas bagi semua masyarakat untuk mencalonkan
kepala daerah, mencerminkan semangat untuk melakukan demokratisasi di
daerah. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya
memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat merubah hidup
mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara
langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan

9

Ibid Hal 432

16

pembuatan hukum. Demokrasi mencangkup kondisi sosial, ekonomi, dan
budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan
setara. 10
Demokrasi juga dilaksanakan di daerah – daerah sebagai wujud upaya
menciptakan keterbukaan dan keterlibatan masyarakat. Demokrasi yang
berlangsung didaerah, dalam kajian akademik amat populer dikenal dengan
istilah demokrasi ditingkat lokal. Konsep-konsep demokrasi lokal Demokrasi
tingkat lokal adalah suatu konsep yang berupaya mendekatkan alam bernegara
kepada individu. Jarak, sebagai suatu hal yang kerap membuat warganegara
punya political efficacy yang rendah, dipangkas oleh konsep ini. Sebab itu,
demokrasi local kerap dipahami sebagai cara berdemokrasi (memerintah) di:
Dalam lembaga-lembaga pemerintahan local seperti walikota, dewan kota atau
DPRD, komite-komite, dan pelayanan administrative; dalam pengorganisasian
dan aktivitas masyarakat (civil society).11. Secara ideal, kedua elemen di atas
(pemerintah dan civil society) bekerja sama dalam melakukan penyusunan dan
implementasi kebijakan. Keduanya merupakan partner kerja, kendati di alam
kenyataan keduanya lebih merupakan “sparring enemy.” Sebab itu, demokrasi
lokal memperkenal beberapa konsep yang bisa diacu guna mendekatinya
sebagai berikut12.

10

Richard M ketchum. 2004. Demokrasi sebuah pengantar. yogyakarta : niagara Hal 5

11

Timothy D. Sisk, 2002 Demokrasi di Tingkat Lokal, (International Institute for Democracy
and Electoral Assistance,). Hal 23

12

Ibid hal 33

17

1. Kewarganegaraan dan masyarakat. Peran serta masyarakat lokal
sesungguhnya adalah fondasi utama dalam gagasan modern mengenai
kewarganegaraan, sebab lembaga-lembaga masyarakat yang ada beserta
segala proses pengambilan keputusannya memungkinkan terwujudnya
praktik demokrasi yang lebih langsung, yang di dalamnya suara
individu dapat didengar dengan lebih mudah.
2. Musyawarah. Demokrasi bukanlah semata berarti pemilu. Di dalamnya
terkandung unsur-unsur penting seperti dialog, debat, dan diskusi yang
bermakna, yang muaranya adalah mencari solusi bagi segala masalah
yang timbul di dalam masyarakat. Perundingan atau musyawarah juga
bukan sekadar mendengar dan menampung keluhan warga. Demokrasi
berdasar musyawarah pasti melibatkan dialog yang bersifat saling
memberi dan menerima antar kelompok-kelompok kepentingan dalam
masyarakat tentang keputusan-keputusan terpenting dan tindakantindakan yang mereka hadapi dan tanggung bersama-sama.
3. Pendidikan politik. Demokrasi lokal akan memberi fasilitas bagi
proses pendidikan politik. Maksudnya, peran serta warga masyarakat
memungkinkan setiap individu memperoleh informasi mengenai semua
urusan dan masalah di masyarakat, yang, jika tidak, hanya diketahui
oleh pejabat terpilih atau para profesional pemerintahan di kantor
walikota. Penduduk yang terdidik dan memiliki informasi akan
membuat demokrasi yang berarti pengambilan keputusan oleh rakyat
semakin mungkin dan efektif. Peran serta masyarakat berarti

18

mengurangi jurang pemisah antara para elite politik dan anggota
masyarakat.
4. Pemerintah yang baik dan kesejahteraan sosial. John Stuart Mill dan
para pendukung paham demokrasi partisipatoris di tingkat lokal
berpendapat bahwa membuka keran bagi kebijakan dan kecerdasan
masyarakat akan mendukung terciptanya pemerintahan yang baik serta
mendukung tercapainya kesejahteraan sosial. Artinya, demokrasi
cenderung meningkatkan hubungan yang baik antarwarga, membangun
masyarakat yang mandiri dan memiliki semangat sosial.
Pemilu kepala daerah adalah salah satu wujud kongkrit pelaksanaan
demokratisasi di tingkat lokal. Pemilihan umum (Pemilu) adalah salah satu cara
dalam sistem demokrasi untuk memilih pemimpin yang akan duduk di lembaga
eksekutif maupun lembaga legislatif, serta salah satu bentuk pemenuhan hak
asasi warga negara di bidang politik. Pemilu dilaksanakan untuk mewujudkan
kedaulatan rakyat. Sebab, rakyat tidak mungkin memerintah secara langsung.
Karena itu, diperlukan cara untuk memilih pemimpin dalam memerintah suatu
negara selama jangka waktu tertentu. Pemilu dilaksanakan dengan menganut
asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
Sebelum dilakukan kajian seputar sistem pemilihan umum, ada baiknya kita
telusuri definisi dari sistem pemilihan umum dari sejumlah ahli. Definisidefinisi tersebut akan mengantar kita kepada definisi operasional sistem
pemilihan umum yang digunakan dalam tulisan ini. Dieter Nohlen13
13

Dieter Nohlen,2008 "Electoral Systems", dalam Lynda Lee Kaid and Christina HoltzBacha, Encyclopedia of political communication, (California: Sage Publications,)

19

mendefinisikan sistem pemilihan umum dalam 2 pengertian, dalam arti luas dan
dalam arti sempit. Dalam arti luas, sistem pemilihan umum adalah segala proses
yang berhubungan dengan hak pilih, administrasi pemilihan dan perilaku
pemilih. Lebih lanjut Nohlen menyebutkan pengertian sempit sistem pemilihan
umum adalah cara dengan mana pemilih dapat mengekspresikan pilihan
politiknya melalui pemberian suara, di mana suara tersebut ditransformasikan
menjadi kursi di parlemen atau pejabat publik.
Definisi lain diberikan oleh Matias Laryczower and Andrea Mattozzi dari
California Institute of Technology. Menurut mereka, yang dimaksud dengan
sistem pemilihan umum adalah menerjemahkan suara yang diberikan saat
Pemilu menjadi sejumlah kursi yang dimenangkan oleh setiap partai di dewan
legislatif nasional. Dengan memastikan bagaimana pilihan pemilih terpetakan
secara baik dalam tiap kebijakan yang dihasilkan, menjadikan sistem pemilihan
umum sebagai lembaga penting dalam demokrasi perwakilan.14 Melalui dua
definisi sistem pemilihan umum yang ada, dapat ditarik konsep-konsep dasar
sistem pemilihan umum seperti: Transformasi suara menjadi kursi parlemen
atau pejabat publik, memetakan kepentingan masyarakat, dan keberadaan partai
politik.
Sistem pemilihan umum yang baik harus memenuhi konsep-konsep dasar
sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa ahli diatas konsep tersebut amat
cocok diterapkan untuk konteks pemilihan lagislatif namun dalam konteks
pemilu di Indonesia, namun pemilu di daerah – daerah juga dilakukan untuk
14

Ibid

20

memilih kepala daerah – wakil kepala daerah. Pemilu yang demikian lazim
dikenal dengan istilah pemilukada ( pemilihan umum kepala daerah ).
Pemilihan Langsung Kepala Daerah menjadi sebuah Konsensus politik
nasional,

yang

merupakan

salah

satu

instrument

penting

dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah setelah digulirkannya otonomi daerah di
Indonesia.
Sedangkan Indonesia sendiri telah melaksanakan Pilkada secara langsung
sejak diberlakukannya Undang-undang nomor 32 tahun 2004. tentang
pemerintahan daerah.15 Hal ini apabila dilihat dari perspektif desentralisasi,
Pilkada langsung tersebut merupakan sebuat terobosan baru yang bermakna
bagi proses konsolidasi demokrasi di tingkat lokal. Pilkada langsung akan
membuka ruang partisipasi yang lebih luas bagi masyarakat dalam proses
demokrasi untuk menentukan kepemimpinan politik di tingkat lokal. Sistem ini
juga membuka peluang bagi masyarakat untuk mengaktualisasi hak-hak
politiknya secara lebih baik tanpa harus direduksi oleh kepentingankepentingan elite politik, sepertik etika berlaku sistem demokrasi perwakilan.
Pilkada langsung juga memicu timbulnya figure