PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA DAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAAN COOPERATIVE SCCRIPT DENGAN TEMA KELUARGAKU PADA SISWA KELAS 2 SDN SUKOHARJO III KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2012-2013

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA DAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DENGAN TEMA

KELUARGAKU PADA SISWA KELAS II SDN 1 SUKOHARJO III KABUPATEN PRINGSEWU

TAHUN 2012 – 2013

OLEH ERNAWATI

(Skripsi)

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA DAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAAN COOPERATIVE SCCRIPT DENGAN TEMA KELUARGAKU PADA SISWA KELAS 2 SDN SUKOHARJO III

KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2012-2013

Oleh

ERNAWATI

Pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas II SD Negeri 1 Sukoharjo III pembelajaran yang dilaksanakan masih kurang efektif, masih banyak anak yang tidak mengerti huruf, pembelajaran masih bersifat konfensional, banyak anak yang ribut waktu diterangkan, banyak anak yang mengganggu temannya. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab hasil belajar siswa tidak mencapai nilai KKM yang ditentukan yakni 65.

Jenis penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri 3 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Alat pengumpulan data penelitian ini menggunakan lembar observasi aktivitas siswa, kinerja guru, dan hasil belajar siswa pada setiap siklus.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada siklus I aktivitas siswa cukup baik dengan nilai skor rata-rata 2,2 atau 50% dengan kategori cukup baik. Pada siklus II aktivitas siswa meingkat menjadi baik dengan nilai skor rata-rata 3,3 atau 75% dengan kategori baik. Siklus III aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 3,36 atau 84% dengan kategori sangat baik. Ketuntasan hasil belajar klasikal pada siklus I 16,66% dan ketuntasan hasil belajar pada siklus II meningkat menjadi 80% dengan kategori tuntas. Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus III meningkat menjadi 93,33%. Perbaikan pembelajaran menggunakan model cooperative script dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa SD Negeri 1 Sukoharjo III.


(3)

(4)

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah dan Permasalahannya ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian dan Kegunaan ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar ... 8

B. Keterampilan Membaca ... 11

C. Model cooperative script ... 19

D. Kelebihan dan Kekurangan cooperative script ... 22

E. Bahasa Indonesia ... 22

F. Hipotesis Tindakan ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. Metode ... 25

B. Setting Penelitian ... 27

C. Teknik Pengumpulan Data ... 35

D. Alat Pengumpul Data ... 35

E. Sumber Data ... 36

F. Teknik Analisis Data ... 37

G. Indikator Keberhasilan ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41


(6)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66 A.Kesimpulan ... 66 B.Saran ... 67

Daftar Pustaka


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kemampuan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Supriatna,2007:3).

Sedangkan pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntunan perubahan zaman. Pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa. Melalui pendidikanlah bangsa akan tegak dan mampu menjaga martabat (Kusuma,2009:133).

Undang - undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


(8)

Terindikasi sebagian besar siswa tidak terampil dalam belajar membaca dengan baik. Banyak siswa yang tidak terlibat membaca secara maksimal, ada yang mengantuk, dan ada juga yang mengobrol, serta hasil belajar pun banyak yang dibawah KKM. Hal tersebut menunjukan ada masalah dalam pembelajaran membaca diantaranya aktivitas siswa rendah, dan masalah pada guru adalah tindakan pembelajaran yang kurang tepat.

Proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Bahkan banyak peneitian menunjukan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru. Model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari disebut sebagai sistem pembelajaran cooperative script (Nuryanti, 2009:105)

Di Sekolah Dasar (SD) pembelajaran Bahasa Indonesia masih dianggap sepele, padahal masih banyak siswa yang belum mengetahui tanda baca, intonasi membaca dan mengeja dengan benar dalam berkomunikasi. Sedangkan pelajaran Bahasa Indonesia salah satu pelajaran yang sangat penting dalam menunjang pembelajaran di SD.

Untuk menyatakan pendapat, gagasan, kemauan, dan keinginan pada orang lain agar orang lain dapat memahaminya diperlukan alat komunikasi. Alat komunikasi tersebut adalah bahasa. Badudu (Nurbiana Dhieni, 2009;1.11) menyatakan bahwa “Bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara


(9)

anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya”.

Selanjutnya menurut Bromley (dalam Nurbiana Dhieni, 2009:1.11) definisi “bahasa merupakan sistem simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri dari simbol-simbol visual maupun verbal”. Dapat penulis simpulkan bahwa bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginan untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang menggunakan simbol.

Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills), (Nida dkk dalam Tarigan 2008:1). Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Untuk memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan, merupakan catur tunggal. Setiap keterampilan itu erat pula hubungan dengan proses-proses berpikir yang didasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir. (Tarigan,1980:1).


(10)

Salah satu dari empat keterampilan berbahasa tersebut adalah keterampilan membaca. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit dan melibatkan banyak hal, tidak hanya melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif (Crawley dan Mountain dalam Rahim 2005:2). Pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bahasa Indonesia SD siswa dituntut mempunyai empat aspek keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Pada pembelajaran disekolah, guru diharapkan mampu menumbuhkan kemampuan siswa dalam membaca dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai. Siswa harus diberikan materi dan tugas yang sesuai dengan pembelajaran tersebut agar siswa mampu membuat tugas yang diberikan oleh guru. Untuk mendapatkan hasil yang baik dari siswa tentunya guru harus berusaha maksimal dalam menyampaikan materi pembelajaran.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan peneliti melakukan pembelajaran kepada siswa kelas II di SDN 1 Sukoharjo III pada hasil ulangan semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 pada pelajaran Bahasa Indonesia, siswa yang mendapat nilai ≥ 65 hanya 10 orang siswa dari jumlah keseluruhan 30 orang siswa. Ini berarti jumlah siswa yang tuntas belajar dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan yaitu 65, hanya sekitar 33,3 % selebihnya 66,7% belum tuntas.


(11)

Masih banyak anak yang rendah dalam keterampilan membacanya dikarenakan:

1. Masih banyak anak yang belum mengerti tanda baca, seperti titik dan koma.

2. Dalam membaca anak belum dapat membedakan intonasi dalam kalimat. 3. Anak dalam membaca belum dapat membedakan huruf b dan d, contohnya

bacaan budi dibaca dudi.

Berdasarkan pengamatan tentang rendahnya keterampilan membaca di kelas II, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang peningkatan keterampilan membaca dengan model pembelajaran cooperative script siswa kelas II semester 1 SDN 1 Sukoharjo III Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu 2012/2013.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasi masalah yang terjadi sebagai berikut :

1. Sebagian anak masih banyak yang tidak mengerti huruf, 2. Pembelajaran masih bersifat konvensional,

3. Sebagian anak masih banyak yang ribut waktu diterangkan, 4. Sebagian anak masih banyak yang mengganggu temannya, 5. Keterampilan belajar siswa rendah


(12)

C. Rumusan Masalah dan Permasalahanya

1. Bagaimanakah peningkatan keterampilan membaca dengan pembelajaran cooperative script pada siswa kelas II SDN 1 Sukoharjo III Kabupaten Pringsewu Tahun 2012 - 2013 ?

2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar membaca dengan pembelajaran cooperative script pada siswa kelas II SDN 1 Sukoharjo III Kabupaten Pringsewu Tahun 2012 - 2013 ?

D. Tujuan Penelitian

Merajuk pada permasalahan diatas maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Meningkatkan keterampilan membaca melalui pembelajaran cooperative script pada siswa kelas II SDN 1 Sukoharjo III Kabupaten Pringsewu Tahun 2012 – 2013.

2. Meningkatan hasil belajar melalui pembelajaran cooperative script pada siswa kelas II SDN 1 Sukoharjo III Kabupaten Pringsewu Tahun 2012 – 2013.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa kelas II semester 1 SDN 1 Sukoharjo III Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu tahun ajaran 2012-2013 dengan mengambil judul seperti tersebut diatas diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :


(13)

1. Bagi siswa

Dapat membaca dengan intonasi yang sesuai dengan tanda baca pada pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di kelas II SDN 1 Sukoharjo III sehingga hasil belajarnya meningkat.

2. Bagi Guru

Dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru khususnya dalam penggunaan model cooperative script sehingga dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan profesionalisme guru SD Negeri 1 Sukoharjo III.

3. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas dengan penggunaan metode cooperative script sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan.

4. Bagi SD Negeri 1 Sukoharjo III

Sebagai bahan masukan guna meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan dengan menggunakan model cooperative script


(14)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar

Belajar adalah sebuah proses yang ditempuh oleh seseorang dalam usaha mengembangkan potensi dan kemampuan individu yang dimilikinya. Sebagian besar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Dengan belajar tentunya seseorang berharap akan ada perubahan yang didapatkan sebagai efek dari kegiatan tersebut.

Belajar merupakan kegiatan yang komplek, hasil belajar berupa kapasilitas-kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (1) Stimulus yang berasal dari lingkungan dan (2) proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajaran (Dimyati, 2009:10)

Hal serupa dikemukan oleh Budiningsih (2004:21) belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadi nya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi


(15)

yang dimunculkan peserta didik ketika belajar yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, gerakan atau tindakan.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah sesuatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan perilaku seperti pengetahuan, keterampilan, kebiasaan sikap, persepsi dan tingkah laku efektif lainnya sebagai hasil dari pengalaman.

2. Pengertian Hasil Belajar

Dimyati dan Mujiono (1999:3) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran dengan proses evaluasi hasil belajar.

Hal serupa dikemukakan oleh Hamalik (2006: 30) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang setelah belajar, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (Bundu, 2006:15)


(16)

Surya (1997 : 20) mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak dalam:

1. Kebiasaan; seperti: peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar. 2. Keterampilan; seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya

motorik, keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.

3. Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar.

4. Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat.

5. Berfikir rasional dan kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why).

6. Sikap yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan.

7. Inhibisi (menghindari hal yang mubazir). 8. Apresiasi (menghargai karya-karya bermutu).

9. Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya

Selain untuk mengetahui keberhasilan belajar, penilaian ini digunakan untuk mengevaluasi proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Penilaian ini memiliki arti penting, baik bagi guru maupun siswa. Bagi siswa, penilaian dapat memberikan informasi tentang sejauh mana penguasaan materi yang telah disajikan. Bagi guru, penilaian dapat digunakan sebaagai petunjuk mengenai keadaan siswa, materi yang diajarkan, metode yang tepat dan umpan balik untuk proses belajar mengajar selanjutnya. Nilai yang diperoleh setelah proses belajar mengajar disebut sebagai hasil belajar.


(17)

Berdasarkan pengertian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajar yang telah dialami siswa baik berupa sikap maupun tingkah laku dan indikator ketercapaian hasil belajar dalam penelitian ini mencakup tiga ranah, yaitu: (a) kognitif meliputi pengetahuan dan pemahaman (b) afektif meliputi sikap dan partisipasi, dan (c) Psikomotor meliputi keterampilan dan kreativitas.

Dari kegiatan tersebut tentunya siswa akan mampu menumbuhkan satu perubahan pola dalam dirinya, baik itu pola pikir, tingkah laku, bahkan sikap dan etika dari dirinya sebagai individu dalam usahanya untuk menyesuaikan bahwa dirinya adalah bagian dari komunitas sosial. Tentunya proses belajar ini menghasilkan hasil pembelajaran yang signifikan.

B. Keterampilan Membaca

1. Pengertian Keterampilan membaca

Keterampilan membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan melisankan atau hanya di hati (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, 2002:18). Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (Taringan, 2008:7). Menurut Sujana (1985:3) menyatakan bahwa membaca merupakan kegiatan yang merespon


(18)

lambang-lambang tertulis dengan menggunakan pengertian yang tepat. Membaca yang hanya terbatas pada pembunyian lambang tertulis dan pelafalan kata tanpa harus memahami naskah dinamakan membaca permulaan. Membaca yang sudah berusaha untuk memahami bacaan dinamakan membaca lanjut (Tim Penyusun Kamus Pusat Indonesia, 2002:8).

Dari beberapa pengertian membaca di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa keterampilan membaca adalah memahami ide atau gagasan dari apa yang tertulis untuk mendapatkan suatu informasi, mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar, dan meningkatnya kualitas anak didik.

2.Tujuan Membaca

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.Makna/arti (meaning) erat sekali hubungannya dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Tarigan (2008) mengemukakan tujuan membaca adalah sebagai berikut :

1. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts). Misalnya untuk mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh.


(19)

2. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas). Misalnya untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau dialami sang tokoh, dan merangkum hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya.

3. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization). Seperti menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga/seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian buat dramatisasi.

4. Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference). Seperti menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal.

5. Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify). Misalnya untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. 6. Membaca menilai, membaca evaluasi (reading to evaluate). Seperti

untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu.


(20)

7. Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast). Kegiatan membaca ini dilakukan untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca.

3. Manfaat membaca

Menurut Amir (1996:6) kegiatan membaca mendatangkan berbagai manfaat berikut ini :

(1) Memperoleh banyak pengalaman hidup.

(2) Memperoleh pengetahuan umum dan berbagai informasi tertentu yang sangat berguna bagi kehidupan.

(3) Mengetahui berbagai peristiwa besar dalam peradaban dan kebudayaan suatu bangsa.

(4) Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir di dunia.

(5) Dapat mengayakan batin, memperluas cakrawala pandang dan piker, meningkatkan taraf hidup, dan budaya keluarga, masyarakat, nusa dan bangsa.

(6) Dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan, dapat mengantarkan seseorang menjadi cerdik dan pandai.

(7) Dapat memperkaya perbedaan kata, ungkapan, istilah, dll yang sangat menunjang keterampilan menyimak, berbicara dan menulis.


(21)

(8) Mempertinggi potensialitas setiap pribadi dan mempermantap desistensi.

4. Jenis-jenis Membaca

Menurut Tarigan (2008:11–13) jenis-jenis membaca ada dua macam, yaitu: 1) membaca nyaring, dan 2) membaca dalam hati.

Membaca dalam hati terdiri atas: (a) membaca ekstensif, yang dibagi lagi menjadi: membaca survey, membaca sekilas, dan membaca dangkal, dan (b) membaca intensif, yang terdiri dari: membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi terdiri dari: membaca teliti, pemahaman, kritis, dan membaca ide-ide. Membaca telaah bahasa terdiri dari: membaca bahasa dan membaca sastra.

a. Membaca Nyaring

Membaca nyaring (membaca bersuara) adalah suatu kegiatan membaca yang merupakan alat bagi pembaca bersama orang lain untuk menangkap isi yang berupa informasi bagi pengarang (Kamidjan, 1996:9). Tarigan (2008:22) berpendapat bahwa membaca nyaring adalah suatu kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang. Jadi, membaca nyaring pada hakikatnya adalah proses melisankan sebuah tulisan dengan memperhatikan suara, intonasi, dan tekanan secara tepat, yang diikuti oleh pemahaman makna bacaan oleh pembaca. Menurut Kamidjan (1996:9-10) ada lima aspek dalam


(22)

membaca nyaring yaitu: (1) membaca dengan pikiran dan perasaan pengarang; (2) memerlukan keterampilan menafsirkan lambang-lambang grafis; (3) memerlukan kecepatan pandangan mata; (4) memerlukan keterampilan membaca, terutama mengelompokkan kata secara tepat; dan (5) memerlukan pemahaman makna secara tepat. Dalam membaca nyaring, pembaca memerlukan beberapa keterampilan. antara lain: (1) penggunaan ucapan yang tepat; (2) pemenggalan frasa yang tepat; (3) penggunaan intonasi, nada, dan tekanan yang tepat; (4) penguasaan tanda bacaa dengan baik; (5) penggunaan suara yang jelas; (6) penggunaan ekspresi yang tepat; (7) pengaturan kecepatan membaca; (8) pengaturan ketepatan pernafasan; (9) pemahaman bacaan; dan (10) pemilikan rasa percaya diri.

b. Membaca Ekstensif

Membaca ekstensif merupakan proses membaca yang dilakukan secara luas, bahan bacaan yang digunakan bermacam-macam dan waktu yang digunakan cepat dan singkat. Tujuan membaca ekstensif adalah sekadar memahami isi yang penting dari bahan bacaan dengan waktu yang singkat dan cepat. Broughton (dalam Tarigan, 2008:31) menyebutkan bahwa yang termasuk membaca ekstensif adalah; 1) membaca survey, 2) membaca sekilas, dan 3) membaca dangkal. Berikut ini yang termasuk membaca ekstensif akan diuraikan satu persatu :

1) Membaca survei merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk mengetahui gambaran umum isi dan ruang lingkup bahan


(23)

bacaan. Kegiatan membaca survey ini misalnya melihat judul,pengarang, daftar isi, dan lain-lain.

2) Membaca sekilas atau skimming adalah membaca dengan cepat untuk mencari dan mendapatkan informasi secara cepat. Dalam hal ini pembaca melakukan kegiatan membaca secara cepat untuk mengetahui isi umum suatu bacaan atau bagian-bagiannya. Membaca sekilas merupakan salah satu teknik dalam membaca cepat. Soedarso (2001:88-89) menyatakan bahwa skimming adalah suatu keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien dengan tujuan untuk mengetahui: (1) topik bacaan, (2) pendapat orang, (3) bagian penting tanpa membca seluruhnya, (4) organisasi tulisan, dan (5) menyegarkan apa yang pernah dibaca.

3) Selanjutnya, membaca dangkal merupakan kegiatan membaca untuk memperoleh pemahaman yang dangkal dari bahan bacaan ringan yang kita baca. Tujuan membaca dangkal adalah untuk mencari kesenangan.

c. Membaca Intensif

Membaca intensif merupakan kegiatan membaca bacaan secara teliti dan seksama dengan tujuan memahaminya secara rinci. Membaca intensif merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis. Tarigan (2008:35) mengutip pendapat Brook menyatakan bahwa, membaca intensif merupakan studi seksama,


(24)

telaah teliti, serta pemahaman terinci terhadap suatu bacaan. Yang termasuk membaca intensif ini adalah membaca pemahaman. Menurut Tarigan (1990: 37) ada tiga jenis keterampilan membaca pemahaman, yaitu: 1) membaca literal, 2) membaca kritis, dan 3) membaca kreatif. Masing-masing jenis keterampilan membaca tersebut mempunyai ciri-ciri tersendiri. Oleh karena itu, dalam hubungannya dengan pengajaran membaca, tiga keterampilan membaca pemahaman ini perlu diajarkan secara terus-menerus. Setiap pertanyaan bacaan dalam buku teks harus selalu mencerminkan keterampilan membaca tersebut.

5. Aspek-aspek yang di nilai dalam Keterampilan Membaca

Menurut Kamidjan (1996:9-10) ada beberapa aspek dalam penilaian keterampilan membaca,yaitu :

1. Penggunaan ucapan yang tepat; 2. Pemenggalan frasa yang tepat;

3. Penggunaan intonasi, nada, dan tekanan yang tepat; 4. Penguasaan tanda baca dengan baik;

5. Penggunaan suara yang jelas; 6. Penggunaan ekspresi yang tepat; 7. Pengaturan kecepatan membaca; 8. Pengaturan ketepatan pernafasan; 9. Pemahaman bacaan; dan


(25)

6. Standar Kompetensi Membaca

Menurut Sardiman (2001:32) ada beberapa cara memahami teks diantaranya: 1. Memahami teks pendek dengan membaca nyaring

- Membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat

- Membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat

2. Memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi anak

- Membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3-5 kata dengan intonasi yang tepat.

- Membaca puisi anak yang terdiri atas2-4 baris dengan lafal intonasi yang tepat.

3. Memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi anak

- Menyimpulkan isi teks pendek (10-15 kalimat) yang dibaca dengan membaca lancar

- Menjelaskan isi puisi anak yang dibaca

4. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca nyaring dan membaca dalam hati

- Membaca nyaring teks (15-20 kalimat) dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat

- Menyebutkan isi teks agak panjang (20-25 kalimat) yang dibaca dalam hati

5. Memahami teks dengan membaca nyaring, , membaca intensif, dan membaca dongeng

- Membaca nyaring teks (20-25 kalimat) dengan lafal dan intonasi yang tepat

- Menjelaskan isi teks (100-150 kata) melalui membaca intensif - Menceritakan isi dongeng yang dibaca

6. Memahami teks dengan membaca intensif (150-200 kata) dan membaca puisi

- Menjawab dan atau mengajukan pertanyaan tentang isi teks agak panjang (150-200 kata) yang dibaca secara insentif


(26)

7. Contoh membaca teks agak bersuara Rumahku Dekat Stasiun Namaku Fadillah.

Aku Biasa dipanggil Dillah.

Rumahku berada di dekat stasiun kereta api. Setiap hari selalu ramai.

Ibuku berjualan makanan di kantor stasiun. Sepulang sekolah aku selalu membantu ibu. Tugasku membersihkan peralatan makanan. Aku senang melakukannya.

Banyak sekali pengunjungnya.

Sumber : Buku BSE bahasa Indonesia karya Umri Nuraini Hal.61

C. Model Cooperative Script

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran. Menurut Suprijono (2009:45) model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem.

Sedangkan menurut isjoni (2007:50) model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Menurut Trianto (2010:22) model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan


(27)

pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintakusnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaanya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran yaitu pedoman bagi para guru dalam merencanakan aktivitas pembelajaran, melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide dalam pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Cooperative Script

a. Pengertian Cooperative Script

Model cooperative script adalah model belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi dipelajari (Nuryanti,2009:105)

Skrip kooperatif (cooperative script) adalah model belajar di mana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari (Kiranawati,2007:25). Menurut Dansere (1985) cooperative script adalah model belajar dimana siswa bekerja kelompok (4 orang) bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.


(28)

b. Langkah – Langkah Cooperative Script

Langkah – langkah pembelajaran cooperative script sebagaimana yang dijelaskan oleh Nuryanti( 2009:105) sebagai berikut:

1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.

2. Guru membagi wacana/materi setiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.

3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin dengan memasukkan ide – ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau materi lainnya.

5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti diatas.

6. Kesimpulan siswa bersama guru. 7. Penutup

D. Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Script

Nuryanti (2009:105) menjabarkan Model coorperative script adalah model yang dirancang oleh ahli yang tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran ini antara lain :

Kelebihan :

1. Melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan. 2. Setiap siswa mendapat peran.


(29)

Kekurangan :

1. Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu.

2. Hanya dilakukan 1 kelompok (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreki hanya sebatas pada kelompok tersebut).

E.Bahasa Indonesia

Menurut Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.

Lain halnya menurut Stiawan (2006:1), menjelaskan definisi bahasa yaitu language can be defined as a socially shared combinations of those symbols and rule governed combinations of those symbols (bahasa dapat didefenisikan sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan). Pendapat di atas mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Tarigan (1989:4), beliau memberikan dua definisi bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu sistem yang sistematis, barang kali juga untuk sistem generatif. Kedua, bahasa adalah seperangkat lambang-lambang mana suka atau simbol-simbol arbitrer. Menurut Santoso (1990:1), bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar.


(30)

Definisi lain, Bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu keadaan (lenguage may be form and not matter) atau sesuatu sistem lambang bunyi yang arbitrer, atau juga suatu sistem dari sekian banyak sistem-sistem, suatu sistem dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam sistem-sistem. Pengertian tersebut dikemukakan oleh Mackey (1986:12).

Menurut Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.

Hampir senada dengan pendapat Wibowo, Walija (1996:4), mengungkapkan definisi bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada orang lain. Pendapat lainnya tentang definisi bahasa diungkapkan oleh Syamsuddin (1986:2), beliau memberi dua pengertian bahasa. Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan.

Sementara Pengabean (1981:5), berpendapat bahwa bahasa adalah suatu sistem yang mengutarakan dan melaporkan apa yang terjadi pada sistem saraf. Pendapat terakhir dari makalah singkat tentang bahasa ini diutarakan oleh Soejono (1983:01), bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yang amat penting dalam hidup bersama.


(31)

F. Fakta dalam Keterampilan Membaca di SDN 1 Sukoharjo III Adapun beberapa fakta dalam keterampilan membaca, yaitu :

1. Penggunaan ucapan yang tepat; 2. Pemenggalan frasa yang tepat;

3. Penggunaan intonasi, nada, dan tekanan yang tepat; 4. Penguasaan tanda baca dengan baik;

5. Penggunaan suara yang jelas; 6. Penggunaan ekspresi yang tepat; 7. Pengaturan kecepatan membaca; 8. Pengaturan ketepatan pernafasan; 9. Pemahaman bacaan; dan

10.Pemilikan rasa percaya diri.

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoritis serta kerangka pikir dan kondisi objektif di lapangan, maka perlu dilakukan tindakan melalui penelitian ini. Kemudian dapat dikemukakan bahwa :

“ Jika pembelajaran pada kelas 2 SD I Sukoharjo III menggunakan model pembelajaran cooperative script dengan langkah-langkah yang tepat akan dapat meningkatkan keterampilan membaca dan hasil belajar Bahasa Indonesia di kelas 2.


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Jenis Penelitian

Metode adalah cara atau prosedur yang digunakan untuk menganalisa suatu masalah dalam penelitian (Ratna, 2004:20). Kualitas penelitian tegantung pada metode yang digunakan oleh penelitian.

Menurut Ibrohim (2003:1) penelitian adalah aktivitas atau proses sistematik untuk mengatasi masalah berdasarkan data yang ada untuk membuat kesimpulan. Maksudnya, penelitian ini adalah cara yang digunakan dalam penelitian untuk membuat kesimpulan berdasarkan masalah.

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terfokus pada situasi kelas, atau disebut dengan classroom action research. Wardani (2004:14) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja guru sehingga hasil belajar siswa meningkat. Menurut Arikunto (2006:91) tujuan penelitian tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas adalah untuk memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran.


(33)

Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa PTK adalah sebuah bentuk refleksitas guru dalam mengemban tanggung jawab untuk memberikan sebuah peningkatan mutu dalam pendidikan khususnya dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didiknya.

2. Jenis Penelitian

Banyak sekali macam-macam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia.Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena yang lainnya (Sukmadinata,2006:72). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterprestasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung.

Penulis menggunakan penelitian ini karena selain sebagai mahasiswa, penulis juga bertugas sebagai guru. Di mana seorang guru mengajar di dalam kelas sehingga penelitian dilakukan di kelas untuk memudahkan proses pengambilan data.


(34)

B. Setting Penelitian 1. Tempat penelitian

Penelitian tindakan kelas Peningkatan Keterampilan Membaca dan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Cooperative Script dengan Tema Keluargaku dilaksanakan di SDN 1 Sukoharjo III Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2012/2013

2.Waktu penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada tahun pelajaran 2012/2013 selama empat bulan dari bulan November 2012 sampai Februari 2013.

3. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaborasi parstisipan antara peneliti dengan guru Bahasa Indonesia kelas II SD Negeri I Sukoharjo III. Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas II SD Negeri I Sukoharjo III tahun pelajaran 2012/2013 dengan jumlah 30 siswa yang terdiri dari 16 laki-laki dan 14 perempuan.

4. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaur dari berbagai kegiatan pembelajaran. Kusumah dan Dwitagama (2009:25) mengungkapkan untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas, dibutuhkan tahapan yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting).


(35)

SIKLUS I

Secara lebih rinci, prosedur PTK dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Kemmis dan MC Taggart (dalam Hufad, 2009)

Adapun prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan. Dalam siklus pertama, peneliti mempersiapkan proses pembelajaran dengan model cooperative script dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, membuat pemetaan, silabus, dan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) dalam pembelajaran bahasa indonesia, matematika, dan IPA dengan menggunakan model cooperative script

2) Peneliti bersama guru menyiapkan media pembelajaran Penyusunan Rencana

Tindakan

Observasi

Penyusunan Rencana Perbaikan

Observasi Rencana Tindakan

Selanjutnya

Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan Tindakan Refleksi 1

Refleksi 2


(36)

3) Menyiapkan bahan ajar dan LKS

4) Menyiapkan instrumen tes dan non tes. Instrumen tes berupa soal-soal beserta rubrik penilaiannya. Instrumen non tes berupa lembar observasi. b.Pelaksanaan Tindakan (acting)

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran bahasa indonesia, matematika, dan IPA dengan penggunaan model cooperative script pada siklus I sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut :

1) Kegiatan awal : a. Menertibkan siswa

b. Guru menyampaikan apresiasi berupa penyampaian tujuan pembelajaran serta kegiatan tanya jawab tentang pelajaran yang lalu.

c. Guru memotivasi siswa dan menginformasikan cara belajar yang akan ditempuh yaitu dengan model cooperative script.

d. Memberikan pre test untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan diajarkan yang dikerjakan secara individual.

2) Kegiatan Inti :

a. Guru menyampaikan materi pembelajaran tentang beberapa contoh alat ukur satuan panjang dan berat dengan metode ceramah dan tanya jawab.


(37)

b. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika ada materi yang belum dimengerti.

c. Siswa dibagi dalam 6 kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 5 siswa.

d. Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi soal-soal tentang satuan panjang, berat, waktu dan kuantitas yang harus dipelajari oleh setiap siswa dalam suatu kelompok. Setelah menerima LKS tesebut siswa diminta mendiskusikan dan menentukan kesetaraan antarsatuan panjang, berat, waktu, dan kuantitas, serta menggunakan hubungan antarsatuan panjang, berat, waktu, dan kuantitas dalam memecahkan masalah dalam anggota kelompoknya.

e. Kemudian anak-anak mencocokan hasil diskusi bersama guru. f. Selama kegiatan berlangsung, guru memotivasi, menfasilitasi kerja

siswa, membantu siswa yang mengalami kesulitan dan mengamati kerja sama tiap anggota dalam kelompok belajar.

g. Guru memberikan test kepada setiap siswa secara individual. h. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang

mendapatkan skor rata-rata tertinggi.

i. Guru bersama siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang dipahami.

3) Kegiatan Akhir :

a. Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari.


(38)

b. Guru mengecek pemahaman siswa sebagai refleksi, secara acak menanyakan kepada beberapa siswa tentang materi yang telah dipelajari, serta memberikan tindak lanjut yaitu berupa pemberian PR.

c. Pengamatan (Observing)

Peneliti mengamati dan mencatat kegiatan pembelajaran pada siklus 1 dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya, yaitu lembar observasi kinerja guru dan aktivitas siswa pada kegiatan pembelajaran.

d. Refleksi (reflection)

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap kinerja guru dan akktivitas siswa. Guru melihat kembali kelemahan dan kelebihan selama melaksanakan proses pembelajaran, kelemahan-kelemahan yang ada sebagai bekal perbaikan pembelajaran pada siklus kedua. Analisis aktivitas siswa meliputi sejauh mana aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model cooperative script. Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas. Hasil analisis digunakan sebagai bahan perencanaan pada siklus kedua


(39)

2. Siklus II

a. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti membuat rencana perbaikan pembelajaran yang matang berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Dalam siklus kedua ini, peneliti mempersiapkan proses pembelajaran dengan model cooperative script dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, membuat pemetaan, silabus, dan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) dalam pembelajaran bahasa indonesia, matematika, dan IPA dengan

menggunakan model cooperative script dengan materi sifat benda, bilangan 1 – 500, mendengarkan teks pendek.

2) Peneliti bersama guru menyiapkan media pembelajaran

3) Menyiapkan instrumen tes dan non tes. Instrumen tes berupa soal-soal beserta rubrik penilaiannya. Instrumen non tes berupa lembar observasi.

b.Pelaksanaan Tindakan (acting)

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran bahasa indonesia, matematika, dan IPA dengan penggunaan model cooperative script pada siklus II sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut :

1) Kegiatan awal : a. Menertibkan siswa

b. Guru menyampaikan apresiasi berupa penyampaian tujuan pembelajaran serta kegiatan tanya jawab tentang pelajaran yang lalu.


(40)

c. Guru memotivasi siswa dan menginformasikan cara belajar yang akan ditempuh yaitu dengan model cooperative script.

d. Memberikan pre test untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan diajarkan yang dikerjakan secara individual.

2) Kegiatan Inti :

a. Guru menyampaikan materi pembelajaran tentang beberapa contoh benda cair dan benda padat dengan metode ceramah dan tanya jawab. b. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika ada materi yang belum

dimengerti.

c. Siswa dibagi dalam 6 kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 5 siswa.

d. Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi soal-soal tentang satuan panjang, berat, waktu dan kuantitas yang harus dipelajari oleh setiap siswa dalam suatu kelompok. Setelah menerima LKS tesebut siswa diminta mendiskusikan dan menentukan macam-macam benda cair dan benda padat dalam anggota kelompoknya.

e. Kemudian anak-anak mencocokan hasil diskusi bersama guru.

f. Selama kegiatan berlangsung, guru memotivasi, menfasilitasi kerja siswa, membantu siswa yang mengalami kesulitan dan mengamati kerja sama tiap anggota dalam kelompok belajar.

g. Guru memberikan test kepada setiap siswa secara individual.

h. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor rata-rata tertinggi.


(41)

i. Guru bersama siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang dipahami.

3) Kegiatan Akhir :

a. Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari.

b. Guru mengecek pemahaman siswa sebagai refleksi, secara acak menanyakan kepada beberapa siswa tentang materi yang telah dipelajari, serta memberikan tindak lanjut yaitu berupa pemberian PR.

c. Pengamatan (Observing)

Peneliti mengamati dan mencatat kegiatan pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya, yaitu lembar observasi kinerja guru dan aktivitas siswa pada kegiatan pembelajaran.

d. Refleksi (reflection)

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap kinerja guru dan akktivitas siswa. Guru melihat kembali kelemahan dan kelebihan selama melaksanakan proses pembelajaran, kelemahan-kelemahan yang ada sebagai bekal perbaikan pembelajaran pada siklus kedua. Analisis aktivitas siswa meliputi sejauh mana aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model cooperative script. Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas.


(42)

C.Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data lengkap dan akurat dalam penelitian ini digunakan non tes.

1. Teknik non tes merupakan prosedur atau cara pengumpulan data untuk mengumpulkan data keterampilan membaca dan kinerja guru dengan observasi

2. Teknik tes merupakan prosedur atau cara pengumpulan data tentang hasil belajar siswa.

D. Instrumen Penelitian atau Alat Pengumpul Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Lembar panduan observasi, instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru kelas. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan keterampilan membaca selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran bahasa dengan menggunakan model cooperative script

b. Tes, digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai siswa guna mengetahui hasil belajar siswa setelah digunakannya model cooperative script pada kelas 2 SD Negeri I Sukoharjo III.


(43)

Tabel 3.1 Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG)

No Aspek yang diamati Skor

1 2 3 4

1. Persiapan Mengajar

a. Proses penyusunan RPP dengan metode 37cooperative script.

b. Kelengkapan media, mengecek media, kesesuaian media dengan indikator c. Kesesuaian metode pembelajaran dengan materi ajar

Skor Rata-rata 2. Pendahuluan

a. melakukan kegiatan apersepsi

b. Menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran

c. Mempersiapkan siswa untuk belajar Skor Rata-rata

3. Kegiatan Inti

a. menguasai materi pembelajaran

b. Menguasai penggunaan metode 37cooperative script dalam pembelajaran c. kesesuaian materi dengan indikator d. berperan sebagai fasilitator

e. membimbing siswa dalam kegiatan cooperative script

f. menghubungkan pelajaran dengan kegiatan sehari-hari

g. menumbuhkan partisipasi aktif dalam pembelajaran

Skor rata-rata 4. Penutup

a. melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa b. melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, tugas, penilaian dalam pembelajaran.

Skor rata-rata Jumlah skor rata-rata Skor rata-rata

Keterangan skor 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik


(44)

Tabel 3.2 Instrumen Keterampilan Membaca Siswa

No Indikator Skor Penilaian

1 2 3 4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Penggunaan ucapan yang tepat Pemenggalan frasa yang tepat

Penggunaan intonasi, nada, dan tekanan yang tepat Penguasaan tanda baca dengan baik

Penggunaan suara yang jelas Penggunaan ekspresi yang tepat Pengaturan kecepatan membaca Pengaturan ketepatan pernafasan Pemahaman bacaan

Pemilikan rasa percaya diri Jumlah Skor

Skor Maksimal Nilai

Keterangan Skor: 1 = Kurang 2 =Cukup 3 = Baik 4 = Sangat baik

E.Sumber Data

Sumber data adalah pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan atau data. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa yang berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar pada saat siswa melaksanakan tes yang berbentuk score (angka).


(45)

F.Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data, menjaring kinerja guru, aktivitas belajar siswa, dan pola interaksi pembelajaran tentang penggunaan model cooperative script.

Sedangkan analisis kuantitatif akan digunakan untuk mendeskripsikan kemajuan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru. Dalam hal ini nilai siswa dibandingkan dengan nilai awal kemudian dihitung selisihnya. Dengan hasil yang diperoleh maka dapat dijadikan ukuran kemajuan atau kemunduran belajar.

1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang terdiri atas : a. Data keterampilan membaca siswa selama proses pembelajaran

Data keterampilan membaca siswa diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap keterampilan membaca siswa selama proses pembelajaran, data tersebut dicatat dengan menggunakan lembar observasi, presentase keterampilan membaca siswa diperoleh dengan rumus:

NP =

Keterangan :

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh siswa SM = Skor maksimum dari aspek yang diamati


(46)

100 = Bilangan tetap

Sumber Purwanto (2009:102)

Setelah diperoleh persentase keterampilan membaca siswa, kemudian dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil observasi seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Keterampilan Membaca Nilai keterampilan membaca yang

diperoleh

Kualifikasi

81% - 100% Sangat Baik

61% - 80% Baik

41% - 60% Cukup

0% - 40% Kurang

Sumber Prayitno (2010:49) b. Data Kinerja Guru

Data kinerja guru diperoleh dari pengamatan langsung kinerja guru ketika melaksanakan pembelajaran di kelas. Persentase kinerja guru diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

NP =

Keterangan :

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh siswa SM = Skor maksimum dari aspek yang diamati 100 = Bilangan tetap


(47)

Setelah diperoleh persentase keterampilan membaca siswa, kemudian dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil observasi seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 2. Hasil Observasi Kinerja Guru

Nilai keterampilan membaca yang diperoleh Keterampilan

81% - 100% Sangat Baik

61% - 80% Baik

41% - 60% Cukup

0% - 40% Kurang

Sumber Prayitno (2010:49) 2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang terdiri atas : a. Tes hasil belajar siswa secara individual, diperoleh dengan rumus :

S =

Keterangan :

S = Nilai yang diharapkan

R = Jumlah skor/item yang dijawab benar N = Skor maksimum dari tes

100 = Konstanta

Sumber Purwanto (2009:112)

b. Nilai rata-rata seluruh siswa diperoleh dengan rumus : Nilai rata-rata =


(48)

b. Dan untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dapat diperoleh dengan rumus :

Ketuntasan klasikal =

Sumber Purwanto (2009:102)

Tabel 3. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam %

Tingkat Keberhasilan (%) Arti

≥ 80 %

60 – 79 % 40 – 59 % 20 – 39 %

≤ 20 %

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

Sumber Aqib, dkk., (2009:41) G.Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah :

1. Adanya peningkatan pada setiap siklus dalam hal keterampilan membaca siswa selama proses pembelajaran.

2. Adanya peningkatan nilai rata-rata pada setiap siklusnya.

3. Tingkat keterampilan belajar siswa secara klasikal mencapai ≥ 75% dari jumlah 30 siswa dengan KKM 65.


(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan melalui beberapa tindakan, dari siklus I, II dan III serta berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Keterampilan membaca dalam proses pembelajaran pada siklusnya mengalami peningkatan, pada siklus I skor rata-rata keterampilan membaca siswa 16,5 atau 36,31% (cukup). Pada siklus II skor rata-rata keterampilan membaca siswa meningkat menjadi 34,5 atau 87,05% (sangat baik).

2. Hasil belajar dalam proses pembelajaran pada setiap siklus ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Pada siklus I ketuntasan belajar hanya 16,66% (belum tuntas) dan pada siklus II ketuntasan belajar meingkat menjadi 80% (tuntas).

3. Sedangkan kinerja guru dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Skor rata-rata kinerja guru siklus I adalah 2,21 atau 53,3% (cukup) dan siklus II 3,11 atau 80 (baik).


(50)

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimmbangan dan sebagai bahan uraian penutup skripsi ini, antara lain :

1. Bagi guru

Hendaknya mempersiapkan secara cermat perangkat pendukung pembelajaran dan fasilitas belajar yang diperlukan, karena sangat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pembelajaran yang pada akhirnya berpengaruh pada proses dan hasil belajar bahasa Indonesia. Guru juga harus memahami dan memvariasikan metode ynag sesuai materi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran,sehingga siswa tidak merasa bosan.

2. Bagi siswa

Hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran, selalu mengejakan tugas-tugas yang diberikan guru dan meningkatkan usaha belajar sehingga dapat memperoleh prestasi yang diharapkan.

3. Bagi sekolah

Hendaknya mengupayakan pengadaan berbagai media pembelajaran bahasa Indonesia untuk kelas rendah, baik bantuan maupun swadaya sekolah, sehingga lebih menunjang dalam penanaman konsep-konsep bahasa Indonesia secara lebih nyata sekaligus meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.


(51)

4. Bagi peneliti

Penelitian ini merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki pembelajaran bahasa Indonesia pada pokok bahasan hewan,tumbuhan,dan dokumen keluarga yang menggunakan model cooperative script, yang selanjutnya model ini dapat digunakan pada pokok bahasan yang lain.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Ari Kuntoro, Suharsimi, dkk.. 2006.Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta

Amir. 1996. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan. Universitas Terbuka. Depdikbud.

Budiningsih.2004.Belajar dan Pembelajaran.Rineka Cipta.Jakarta

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Depdikbud.1994. Kurikulum Pendidikan Dasar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Jakarta.

Depdiknas.2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Depdikbud.2007. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang di Sempurnakan. Indonesia :Yogyakarta

Depdikbud.2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Balai Pustaka. Dimyati.2009. Belajar dan Pembelajaran.Rineka Cipta. Jakarta

Guntur, Henry 1989. Pengajaran Kompetensi Bahasa Indonesia. Angkasa : Bandung

Hamalik, Oemar.2004.Proses Belajar Mengajar.Bumi Aksara.Jakarta. Ibrohim.2003.Penelitian Tindakan Kelas.Balai Pustaka.Jakarta.

Kamidjan. 1996. Teori Membaca. Surabaya: JPBSI FPBS IKIP Surabaya. Kunandar.2010.Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai


(53)

Mackey, W.F. 1986. Analisis Bahasa Usaha Nasional. Surabaya

Moedjiono Moh.Dimyati.1991.Strategi Belajar Mengajar.Depdikbud, Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Pendidikan.Jakarta.

Nana Sudjana & Ibrahim.1989.Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Sinar Baru.Jakarta.

Pangabean, Maruli. 1981. Bahasa Pengaruh dan Peranannya. Gramedia : Jakarta Pargito. 2011. Penelitian Tindakan Bagi Guru dan Dosen. Aura.Bandar Lampung Putri, Ika. 2010. Pengertian Definisi Hasil Belajar dari Beberapa ahli

Pendidikan.http://id.shvoong.com/social science/education. Diakses pukul 21.00 pada 26 November 2012.

Rohani, Ahmad.2004.Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta.Jakarta.

Santoso, Kusno Budi. 1990. Problem Bahasa Indonesia : Angkasa : Bandung Sardiman.2010.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Rajawali Pers. Jakarta. Soedarso. 2001. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Gramedia

Pustaka Utama : Jakarta.

Srini M. Iskandar.2001.Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. CV. Maulana, Yogyakarta.

Stiawan, Yasin. 1/02/2013. Perkembangan Bahasa diposting dari situs www.siaksoft.com.

Suryobroto B. 2002. Proses Belajar Mengajar. PT. Rineka Cipta.Jakarta. Syah Muhibbin.2003. Psikologi Belajar. Rajawali Pers.Jakarta.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Depdiknas: Jakarta.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa : Bandung.

Walija. 1996. Bahasa Indonesia dalam Perbincangan. IKIP Muhammadiyah Jakarta Press :Jakarta


(1)

Ketuntasan klasikal =

Sumber Purwanto (2009:102)

Tabel 3. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam %

Tingkat Keberhasilan (%) Arti

≥ 80 % 60 – 79 % 40 – 59 % 20 – 39 %

≤ 20 %

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

Sumber Aqib, dkk., (2009:41) G.Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah :

1. Adanya peningkatan pada setiap siklus dalam hal keterampilan membaca siswa selama proses pembelajaran.

2. Adanya peningkatan nilai rata-rata pada setiap siklusnya.

3. Tingkat keterampilan belajar siswa secara klasikal mencapai ≥ 75% dari jumlah 30 siswa dengan KKM 65.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan melalui beberapa tindakan, dari siklus I, II dan III serta berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Keterampilan membaca dalam proses pembelajaran pada siklusnya mengalami peningkatan, pada siklus I skor rata-rata keterampilan membaca siswa 16,5 atau 36,31% (cukup). Pada siklus II skor rata-rata keterampilan membaca siswa meningkat menjadi 34,5 atau 87,05% (sangat baik).

2. Hasil belajar dalam proses pembelajaran pada setiap siklus ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Pada siklus I ketuntasan belajar hanya 16,66% (belum tuntas) dan pada siklus II ketuntasan belajar meingkat menjadi 80% (tuntas).

3. Sedangkan kinerja guru dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Skor rata-rata kinerja guru siklus I adalah 2,21 atau 53,3% (cukup) dan siklus II 3,11 atau 80 (baik).


(3)

dipergunakan sebagai bahan pertimmbangan dan sebagai bahan uraian penutup skripsi ini, antara lain :

1. Bagi guru

Hendaknya mempersiapkan secara cermat perangkat pendukung pembelajaran dan fasilitas belajar yang diperlukan, karena sangat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pembelajaran yang pada akhirnya berpengaruh pada proses dan hasil belajar bahasa Indonesia. Guru juga harus memahami dan memvariasikan metode ynag sesuai materi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran,sehingga siswa tidak merasa bosan.

2. Bagi siswa

Hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran, selalu mengejakan tugas-tugas yang diberikan guru dan meningkatkan usaha belajar sehingga dapat memperoleh prestasi yang diharapkan.

3. Bagi sekolah

Hendaknya mengupayakan pengadaan berbagai media pembelajaran bahasa Indonesia untuk kelas rendah, baik bantuan maupun swadaya sekolah, sehingga lebih menunjang dalam penanaman konsep-konsep bahasa Indonesia secara lebih nyata sekaligus meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.


(4)

4. Bagi peneliti

Penelitian ini merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki pembelajaran bahasa Indonesia pada pokok bahasan hewan,tumbuhan,dan dokumen keluarga yang menggunakan model

cooperative script, yang selanjutnya model ini dapat digunakan pada


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ari Kuntoro, Suharsimi, dkk.. 2006.Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta

Amir. 1996. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan. Universitas Terbuka. Depdikbud.

Budiningsih.2004.Belajar dan Pembelajaran.Rineka Cipta.Jakarta

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Departemen Pendidikan

Nasional.

Depdikbud.1994. Kurikulum Pendidikan Dasar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Jakarta.

Depdiknas.2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Depdikbud.2007. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang di

Sempurnakan. Indonesia :Yogyakarta

Depdikbud.2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Balai Pustaka. Dimyati.2009. Belajar dan Pembelajaran.Rineka Cipta. Jakarta

Guntur, Henry 1989. Pengajaran Kompetensi Bahasa Indonesia. Angkasa : Bandung

Hamalik, Oemar.2004.Proses Belajar Mengajar.Bumi Aksara.Jakarta. Ibrohim.2003.Penelitian Tindakan Kelas.Balai Pustaka.Jakarta.

Kamidjan. 1996. Teori Membaca. Surabaya: JPBSI FPBS IKIP Surabaya. Kunandar.2010.Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai


(6)

Mackey, W.F. 1986. Analisis Bahasa Usaha Nasional. Surabaya

Moedjiono Moh.Dimyati.1991.Strategi Belajar Mengajar.Depdikbud, Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Pendidikan.Jakarta.

Nana Sudjana & Ibrahim.1989.Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Sinar Baru.Jakarta.

Pangabean, Maruli. 1981. Bahasa Pengaruh dan Peranannya. Gramedia : Jakarta Pargito. 2011. Penelitian Tindakan Bagi Guru dan Dosen. Aura.Bandar Lampung Putri, Ika. 2010. Pengertian Definisi Hasil Belajar dari Beberapa ahli

Pendidikan.http://id.shvoong.com/social science/education. Diakses pukul

21.00 pada 26 November 2012.

Rohani, Ahmad.2004.Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta.Jakarta.

Santoso, Kusno Budi. 1990. Problem Bahasa Indonesia : Angkasa : Bandung Sardiman.2010.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Rajawali Pers. Jakarta. Soedarso. 2001. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Gramedia

Pustaka Utama : Jakarta.

Srini M. Iskandar.2001.Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. CV. Maulana, Yogyakarta.

Stiawan, Yasin. 1/02/2013. Perkembangan Bahasa diposting dari situs www.siaksoft.com.

Suryobroto B. 2002. Proses Belajar Mengajar. PT. Rineka Cipta.Jakarta. Syah Muhibbin.2003. Psikologi Belajar. Rajawali Pers.Jakarta.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Depdiknas: Jakarta.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa : Bandung.

Walija. 1996. Bahasa Indonesia dalam Perbincangan. IKIP Muhammadiyah Jakarta Press :Jakarta


Dokumen yang terkait

MELALUI PENINGKATAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR HAND STAND MENGGUNAKAN ALAT BANTU PADA SISWA KELAS V SDN 2 SUKOHARJO III PRINGSEWU

0 7 44

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 SUKOYOSO SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU

0 6 41

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN TEMATIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA KELAS III SD NEGERI 2 PRINGSEWU TIMUR KECAMATAN PRINGSEWU KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 26 61

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONTRASI PADA SISWA KELAS V SDN 3 BULUKARTO KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2012/2013

0 12 39

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA MELALUI STRATEGI Peningkatan Keterampilan Membaca Melalui Strategi Reading Aloud pada Tema 4 Subtema 1 Siswa Kelas 1 SDN Bratan 2 Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 2 17

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA MELALUI STRATEGI Peningkatan Keterampilan Membaca Melalui Strategi Reading Aloud pada Tema 4 Subtema 1 Siswa Kelas 1 SDN Bratan 2 Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 3 11

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MEDIA ABAKUS PADA SISWA KELAS III SDN 02 KARANG Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Matematika Dengan Media Abakus Pada Siswa Kelas III SDN 02 Karang Karangpandan Tahun 2012/2013.

0 1 16

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MEDIA ABAKUS PADA SISWA KELAS III SDN 02 KARANG Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Matematika Dengan Media Abakus Pada Siswa Kelas III SDN 02 Karang Karangpandan Tahun 2012/2013.

0 1 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA AKSARA JAWA MELALUI MEDIA FLASH CARDS PADA SISWA KELAS III SDN KLIWONAN 3 TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 0 18

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR LOMPAT JAUH MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS IV SDN KARANGASEM 03 KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2012/2013.

0 0 18