PENGARUH LABELISASI HALAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA PRODUK MAKANAN RESTORAN SOLARIA DI BANDAR LAMPUNG
ABSTRAK
PENGARUH LABELISASI HALAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA PRODUK MAKANAN
RESTORAN SOLARIA DI BANDAR LAMPUNG
Oleh
Dewi Kartika Candra
Indonesia merupakan pasar komunitas muslim yang demikian besar. Pemahaman
yang semakin baik terhadap agama, makin membuat konsumen muslim menjadi
semakin selektif dalam pemilihan produk yang dikonsumsi. Konsumen muslim di
Indonesia dilindungi oleh lembaga secara khusus bertugas mengaudit
produk-produk yang dikonsumsi oleh konsumen muslim, lembaga ini adalah Lembaga
Pengawasan dan Peredaran Obat dan Makanan – Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI). Lembaga ini mengawasi produk yang beredar di masyarakat
dengan cara memberikan sertifikat halal dan produk yang telah memiliki sertifikat
halal tersebut dapat mencantumkan label halal pada produknya.
Restoran Solaria sempat mendapatkan isu bahwa produk makanan yang
diproduksinya ternyata tidak halal, isu ini berkembang pesat melalui media
elektronik seperti broacdcast message di BlackBerry messeger, artikel, dan media online. Adanya isu ini membuat para konsumen muslim Restoran Solaria menjadi
(2)
ragu untuk mengkonsumsinya, hal ini semakin meyakinkan konsumen ketika
mengetahui restoran Solaria tidak memiliki label halal. Walapun tidak memiliki
label halal pihak restoran Solaria membantah dengan tegas bahwa isu tersebut
tidak benar. Beberapa lama isu beredar, kini pihak restoran Solaria sudah
memiliki sertifikat halal dari LPPOM-MUI pada 3 Desember 2013.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh labelisasi halal terhadap
keputusan pembelian konsumen terhadap produk makanan restoran Solaria di
Bandar Lampung.
ipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :“Labelisasi halal berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen pada produk makanan restoran Solaria
di Bandar Lampung.” Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda.
Labelisasi halal berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada produk makanan
di restoran Solaria,hal ini berarti semua variablel (X)memiliki pengaruh terhadap
keputusan pembelian produk restoran Solaria di Bandar Lampung.
Sebaiknya restoran solaria tetap mempertahankan variabel efek yang ditimbulkan
(X3), dan meningkatkan kembali variabel ingridient atau bahan baku (X2) dan kontruksi atau pembuatan (X1).
Kata kunci : kontruksi atau pembuatan, ingridient atau bahan baku, efek yang ditimbulkan dan keputusan pembelian.
(3)
PENGARUH LABELISASI HALAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA PRODUK MAKANAN
RESTORAN SOLARIA DIBANDAR LAMPUNG
Oleh
DewiKartika Candra Skripsi
Sebagai salah satu syarat mencapai gelar SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung
Bandar Lampung
2014
(4)
(5)
(6)
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 9
1.3 TujuanPenelitian ... 9
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
1.5 Kerangka Pemikiran ... 10
1.6 Hipotesis ... 13
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1. Pengertian Pemasaran. ... 14
2.2Produk ... 15
2.3Label ... 16
2.4 Pengertian Halal ... 17
2.5Keputusan Pembelian Konsumen 2.5.1 Pengertian Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen ... 18
2.6Model Prilaku Konsumen ... 20
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Penelitian ... 22
3.1.2 Sumber Data ... 22
3.2Metode Pengumpulan Data ... 23 3.3 Populasi dan Sampel
(8)
3.3.1 Populasi ... 23
3.3.2 Sampel ... 23
3.4 Definisi Operational Variabel ... 24
3.5 Pengujian Alat Instrumen 3.5.1 Pengujian Validitas ... 26
3.5.2 Pengujian Reliabilitas ... 27
3.6 Metode Analisis Data 3.6.1 Analisis Kualitatif ... 27
3.6.2 Analisis Kuantitatif ... 28
3.6.3 Analisis Kelayakan Proyek Model Regresi Berganda ... 29
3.6.4 Analisis Regresi ... 29
BAB IV HASIL PENELITIANDAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 4.1.1 Hasil Uji Validitas ... 32
4.1.2 Hasil Uji Reliabilitas ... 34
4.2 Analisis Kualitatif 4.2.1 Karakteristik Responden ... 37
4.2.2 Tanggapan Responden Mengenai Pengaruh Lebelisasi Halal Terhadap Keputusan Pembelian ... 39
4.3Analisis Kuantitatif 4.3.1 Analisis Regresi Linier Berganda ... 47
4.3.2 Uji Determinasi (R2) ... 48
4.3.3 Uji Simultan ... 48
4.3.4 Uji Koefisien Regresi Secara Parsial ... 50
4.4Pembahasan ... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 55
5.2 Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Lokasi Restoran Solaria di Bandar Lampung ... 5
1.2 Daftar Menu Restoran Solaria ... 6
1.3 Pesaing Restoran Solaria ... 8
3.1 Definisi Operasional Variabel ... 24
3.2 Nilai Loading ... 26
4.1 Hasil Validitas Kuisioner ... 32
4.2 Reability Statistic ... 34
4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 37
4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 37
4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengeluaran Saat Pembelian ... 38
4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 38
4.7 Hasil Jawaban Responden Tentang Variabel Konstruksi atau Variabel Pembuatan (X1) ... 39
4.8 Hasil Jawaban Responden Tentang Variabel Ingredients atau Bahan Baku (X2) ... 41
4.9Hasil Jawaban Responden Tentang Variabel Efek Yang Ditimbulkan (X3) ... 43
4.10 Hasil Jawaban Responden Tentang Keputusan Pembelian (Y) ... 44
4.11 Total Skor Variabel Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian (X) ... 45
4.12 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 47
4.13 Analisis Determinasi (R2) ... 48
4.14 Hasil Uji F ... 49
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian
Lampiran 2. Uji Validitas dan Reliabilitas Jawaban 30 Responden Lampiran 3. Hasil uji Validitas
Lampiran 4. Uji Reliabilitas Lampiran 5. Hasil 100 Jawaban
Lampiran 6. Hasil Jawaban Responden Lampiran 7. Regresi Linier Berganda
(11)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1Kerangka Pikir ... 13 2.1Model Lima Tahap Proses Pembelian ... 19 2.2Perilaku Konsumen ... 21
(12)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunitas muslim dalam menentukan sesuatu harus didasarkan pada
aturan-aturan Islam yang telah ditentukan, kaum muslim seluruh dunia khususnya di
Indonesia menjalankan segala kegiatan berdasarkan ajaran syariah. Banyak hal
mengenai ajaran syariah, salah satunya adalah dalam hal mengkonsumsi suatu
produk makanan. Masyarakat muslim telah membentuk pola khusus dalam
mengkonsumsi suatu produk makanan, yaitu mengharuskan seluruh umatnya
untuk mengutamakan kehalalan. Adanya aturan ini para pemasar harus
mempertimbangkan aspek kehalalan suatu produk, agar komunitas muslim dapat
memberikan kepercayaan kepada produk tersebut. Kesempatan ini dimanfaatkan
dengan baik oleh para pemasar dengan cara memberikan lebel halal kepada
produk yang sesuai dengan syariah Islam.
Indonesia merupakan pasar komunitas muslim yang demikian besar, begitu juga
dengan penduduk muslim di Bandar Lampung yang berjumlah lebih dari
6.224.369 jiwa atau 92% dari keseluruhan jumlah jiwa penduduk di Lampung.
Pemahaman yang semakin baik terhadap agama, makin membuat konsumen
muslim menjadi semakin selektif dalam pemilihan produk yang dikonsumsi.
(13)
2
mengaudit produk-produk yang dikonsumsi oleh konsumen muslim, lembaga ini
adalah Lembaga Pengawasan dan Peredaran Obat dan Makanan – Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI). Lembaga ini mengawasi produk yang beredar di
masyarakat dengan cara memberikan sertifikat halal dan produk yang telah
memiliki sertifikat halal tersebut dapat mencantumkan label halal pada
produknya. Artinya produk tersebut secara proses dan kandungannya telah lulus
diperiksa dan terbebas dari unsur-unsur yang dilarang oleh ajaran agama Islam,
atau produk tersebut tidak mengandung unsur haram dan dapat dikonsumsi secara
aman oleh konsumen muslim.
Begitu produk yang beredar dikalangan konsumen muslim bukanlah
produk-produk yang secara keseluruhan memiliki lebel halal yang dicantumkan pada
kemasannya. Artinya masih banyak produk-produk yang beredar dimasyarakat
belum memiliki sertifikat halal. Konsumen muslim akan dihadapkan pada dua
pilihan. Produk-produk halal dan produk yang tidak memiliki label halal sehingga
diragukan kehalalan produk tersebut,maka keputusan untuk membeli
produk-produk yang berlebel halal atau tidak akan ada sepenuhnya di tangan konsumen
sendiri.
Mendaftarkan produk untuk diaudit keabsahan halal-nya oleh LPPOM-MUI
sehingga produknya bisa mencantukan lebel halal yang itu berarti produk tersebut
telah halal untuk dikonsumsi umat muslim dan hilanglah barrier nilai yang membatasi produk dengan konsumen muslim.
(14)
3
Proses-proses yang menyertai dalam suatu produk makanan atau minuman agar
termasuk dalam klasifikasi halal adalah proses yang sesuai dengan standar halal
yang telah ditentukan oleh agama Islam. Diantara standar-standar itu menurut
LPPOM-MUI adalah:
1) Tidak mengandung bahan baku babi dan bahan bahan yang berasal dari babi
2) Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti; bahan yang
berasal dari organmanusia, darah, dan kotoran-kotoran.
3) Semua bahan yang berasal dari hewan yang disembelih dengan syariat Islam.
4) Semua tempat penyimpanan tempat penjualan pengolahan dan
transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi; jika pernah digunakan
untuk babi atau barang yang tidak halal lainnya terlebih dahulu dibersihkan
dengan tata cara yang diatur menurut syariat.
Pengertian halal menurut Departemen Agama yang dimuat dalam KEPMENAG
(Keputusan Mentri Agama) RI No 518 Tahun 2001 tentang pemerintah dan
penetapan pangan halal adalah tidak mengandung unsur atau bahan haram atau
dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, dan pengelolaanya tidak bertentangan
dengan syariah Islam.
Menurut Kotler diterjemahkan oleh Amstrong(1992:78) menyatakan bahwa: “Label adalah bagian sebuah produk yang memuat keterangan-keterangan tentang produk atau penjualnya”.
Adapun menurut Saladin (2003:88) mengemukakan bahwa:
“Label adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan-keterangan tentang produk tersebut”.
(15)
4
Dapat disimpulkan bahwa label merupakan bagian dari produk yang memiliki
sejumlah informasi mengenai sejumlah informasi mengenai produk dan
penjualnya yang bentuknya dapat berupa lebel yang ditempel pada produk sampai
pada grafik yang kompleks yang merupakan bagian dari kemasan.
Pencantuman labelisasi halal pada dasarnya tidak wajib, namun jika terdapat
pelaku usaha pangan olahan yang memproduksi dan atau memasukkan pangan
olahan ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dengan menyatakan
produknya sebagai produk yang halal, maka pelaku usaha pangan olahan tersebut
wajib mencantumkan labelisasi halal dan bertanggung jawab atas kehalalan
produknya, agar hak konsumen atas informasi yang benar, jelas dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang dan jasa dapat terlindungi secara layak dan
memadai.
Perubahan perilaku konsumen muslim dalam kegiatan pemenuhan kebutuhan
pangan bisa terjadi karena bergesernya pola hidup menjadi konsumtif, ingin serba
mudah dan instan. Bisnis restoran di Indonesia semakin banyak, ini dikarenakan
dari kebutuhan yang diinginkan para konsumen sangat tinggi. Banyaknya
restoran yang beragam, salah satunya adalah restoran Solaria. Resto ini dulunya
hanyalah sebuah kedai biasa dan sederhana yang hanya untuk memenuhi
kebutuhan makan para karyawan perkantoran. Kini, restoran Solaria hadir hampir
di seluruh pusat perbelanjaan, tidak hanya di Jabodetabek tetapi juga di kota-kota
besar baik di ibukota provinsi maupun kabupaten di seluruh Indonesia. Total
(16)
5
menawarkan konsep murah dan dengan porsi banyak serta hadir di lokasi-lokasi
strategis seperti mal dan gedung perkantoran. Di Bandar Lampung terdapat 4
gerai Restoran Solaria yang tersebar di beberapa tempat, sebagaimana pada Tabel
1.1.
Tabel 1.1
Lokasi Restoran Solaria di Bandar Lampung
No Gerai Alamat
1 Central plaza Jl. Raden Ajeng Kartini No. 62 (Tanjung Karang), Bandar lampung
2 Mall kartini Mall Kartini Lantai 1, Jl. Kartini No. 49, Bandar Lampung
3 Mall Lampung Jalan ZA Pagar Alam Rajabasa
4 Giant Hypermarket Jl. Pangeran Antasari, Bandar lampung,
Sumber : https://foursquare.com/v/solaria, 2014
Restoran Solaria yang pertama terdapat di Central Plaza, kemudian menabah
gerainya di Mall Kartini, Mall Lampung kemudian terakhir Giant Hypermarket.
Sudah menjadi gaya hidup saat ini masyarakat memilih makan di restoran
terutama bagi masyarakat yang sedang meluangkan waktunya di pusat-pusat
perbelanjaan. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh restoran Solaria, karena
melihat minat konsumen di Bandar Lampung yang demikian besar. Hal tersebut
bisa dilihat dari bertambahnya gerai-gerai restoran Solaria. Restoran Solaria jika
diperhatikan memang tidak memiliki menu khas sebagaimana layaknya
gerai-gerai makanan yang terkenal, namun bisa dipastikan pelanggan restoran Solaria
yang telah terbiasa mengunjungi gerai tersebut akan merasa nyaman dan akan
(17)
6
menembus ruang pasar yang cukup bagus. Sajian harga yang disajikan oleh
restoran Solaria cukup mampu dijangkau oleh banyak kalangan. Inilah stratergi
pemasaran restoran Solaria. Di samping itu restoran Solaria juga mampu
menempatkan gerai-gerai pada tempat-tempat strategis seperti mall, pusat
perbelanjaan, perkantoran dan sebagainya yang memang memiliki market
penjualan yang cukup bagus. Restoran Solaria tidak memilih posisi sebagai
restoran mahal yang elit dan sulit dijangkau oleh masyarakat kalangan bawah.
Cara pemasaran tersebut, penjualan restoran Solaria menjadi lebih cepat berputar.
Restoran Solaria pun menjadi terkenal di setiap kalangan dengan menu-menu
andalannya. Berikut ini adalah tabel menu andalan atau favorit restoran Solaria.
Tabel 1.2
Daftar Menu Restoran Solaria
No Daftar Menu Rp
1 Nasi+ayam teriyaki 17,273
2 Nasi + ayam goreng tepung 18,182
3 Nasi+ayam goreng rica-rica 18,182
4 Nasi + ayamnanking 18,182
5 Miegorengseafood 20,910
6 Nasi + cumi goreng mentega 20,910
7 Nasi + cumigoreng rica-rica 20,910
8 Chickencordonblue *disajikan dengan salad+nasi
25,455
9 Chicken mozarella*disajikan dengan salad+nasi
25,455
10 Chicken steak chessy*disajikan dengan salad+nasi
25,455
11 Fish&chips*disajikan dengan salad+nasi
27,273
12 Fish&chips*disajikan dengan salad+nasi
27,273
(18)
7
Persaingan bisa berlangsung secara langsung dan tidak langsung.Sebagai pemasar
bertugasmengidentifikasi berbagai pesaing yang mempunyai potensi untuk
bersaing dengan produk atau jasa yang menghasilkan. Mengetahuipersaingan,
akan lebih mudah untuk mengatur strategi untuk memenangkan
persaingan.Identifikasi pesaing dapat dilihat dari jenis produk yang
ditawarkansebuah perusahaanmemiliki produk yang beragam. Tugas perusahaan
adalah mengidentifikasikan secara lengkap dan benar produk apa saja yang
dimilki oleh pesaing-pesaingnya. Identifikasikan siapa pesaing utama yang
terdekat serta pesaing lainya yang juga berpotensi mengancam perusahaan
sekarang dan di masa yang akan datang. Kemudian mengidentifikasi keunggulan
dan kelemahanberarti mencari tahu keunggulan dan kelemahan yang dimiliki
pesaing. Identifikasikan kelemahan dan keunggulan pesaing dalam berbagai
bidang, misalnya dalam hal kelengkapan produk, mutu, kemasan, harga,
distribusi, lokasi, serta promosi.
Pengertian persaingan seperti yang diungkapkan oleh Kotler dan Porter
menyatakan bahwa persaingan dalam konteks pemasaran adalah keadaan dimana
perusahaan pada pasar produk atau jasa tertentu akan memperlihatkan
keunggulannya masing-masing, dengan atau tanpa terikat peraturan tertentu dalam
rangka meraih pelanggannya (Kotler, 2002). Sedangkan menurut Porter,
persaingan akan terjadi pada beberapa kelompok pesaing yang tidak hanya pada
produk atau jasa sejenis, dapat pada produk atau jasa substitusi maupun
persaingan pada hulu dan hilir (Porter, 1996). Berikut ini tabel pesaing Restoran
(19)
8
Tabel 1.3
Pesaing Restoran Solaria
No Nama
Restaurant
Alamat
1 D’Cost Mall Kartini Lantai 2 Jalan Kartini No. 49, Bandar
Lampung
2 Waroenk Steak Jl. Zaenal Abidin No.59 Pagar Alam. Jl. Dr. Susilo No. 69 Teluk Betung.
3 Bumbu Desa Jl. Teuku Umar No. 9, Kedaton, Bandar lampung 4 Obonk Steak Jl. Sudirman Ruko 52,Tanjung Karang, Bandar
Lampung; Jl. ZA.Pagar Alam No.8,Bandar
Lampung
5 KFC JL. Zaenal Abidin Pagar Alam No. 28 Kedaton.
Mal Kartini, Lt. 1 (Jl. Kartini No. 49), Bandar Lampung
6 Mc. Donald Central Plaza (Jl. R.A. Kartini No. 62), Bandar
Lampung, Lampung
7 Pizza Hut Jl Za Pagar Alam 15, Kota: Bandarlampung
Plaza Lotus, Lantai Dasar (Jl. Raden Intan No. 73), Bandarlampung, Lampung 35118
Sumber : www.google.com, 2014
Restoran Solaria sempat mendapatkan isu bahwa produk makanan yang
diproduksinya ternyata tidak halal, isu ini berkembang pesat melalui media
elektronik seperti broacdcast message di BlackBerry messeger, artikel, dan media online. Tentu saja ini menimbulkan kerugian bagi pihak restoran Solaria, adanya
isu ini membuat para konsumen muslim Restoran Solaria menjadi ragu untuk
mengkonsumsinya, hal ini semakin meyakinkan konsumen ketika mengetahui
restoran Solaria tidak memiliki label halal. Walapun tidak memiliki label halal
pihak restoran Solaria membantah dengan tegas bahwa isu tersebut tidak benar.
Beberapa lama isu beredar, kini pihak restoran Solaria sudah memiliki sertifikat
(20)
9
kini, konsumen restoran Solaria lebih percaya dan yakin akan kehalalan produk
restoran Solaria.
1.2 Identifikasi Masalah
Adanya persaingan bisnis restoran-restoran yang semakin banyak dan ketat,
sehingga perusahaan resto harus memiliki inovasi untuk berkembang dan maju.
Labelisasi halal diharapkan dapat meyakinkan para konsumen yang merupakan
mayoritas muslim bahwa produk makanan siap saji dapat diterima dengan baik,
dan memiliki pengaruh yang cukup kuat agar konsumen muslim melakukan
keputusan pembelian produk tersebut.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka permasalahan dalam skripsi ini adalah : “ Apakah labelisasi halal berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen pada produk makanan restoran Solaria di Bandar Lampung.”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh labelisasi halal terhadap
keputusan pembelian konsumen terhadap produk makanan restoran Solaria di
Bandar Lampung.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk :
1) Hasil penelitian ini dapat memberi masukan kepada restoranSolaria.
2) Penelitian ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta pengetahuan
(21)
10
kuliah serta dapat memberikan nilai tambah bagi pembaca sehingga
menambah wawasan untuk penelitian lebih lanjut.
1.5 Kerangkan Pemikiran
Sertifikat Halal adalah suatu fatwa tertulis dari Majelis Ulama Indonesia (MUI)
yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syari'at Islam. Sertifikat
Halal ini merupakan syarat untuk mendapatkan ijin pencantuman label halal pada
kemasan produk dari instansi pemerintah yang berwenang. Islam adalaah sebuah
agama yang menjadi ideologis, sistem dan aturan hidup, kerangka berpikir,
pedoman terhadap konsep dan pengembangan integritas diri,menjadi tolaknukkur
keabsahan suatun tindakan, serta sumber inspirasi bagi sebagian besar teori
peradaban.
Menurut Kotler dan Keller ( 2009:24 ) tugas pemasaran adalah merencanakan
aktivitas-aktivitas pesaran dan membentuk program pemasaran yang terintegrasi
penuh untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan menghantarkan nilai kepada
pelanggan. Aktivitas pemasar muncul dalam semua bentuk aktivitas-aktivitas
sebagai sarana bauran pemasaran yang luas , yang disebut dengan 7P dari
pemasaran yaitu product, price, place, promotion, people, process, dan Physical Evidence. Produk merupakan bagian dari bauran pemasaran, yang kemudian diklasifikasikan lagi menjadi atribut produk. Dalam penelitian ini pembahasan
difokuskan pada pengaruh label terhadap keputusan pembelian konsumen.
Berbagai langkah dan kebijakan Majelis Ulama Indonesia ( MUI ) di bidang
(22)
11
masyarakat dalam memperoleh produk halal. Pengertian halal menurut
departemen Agama yang dimuat dalam surat keputusan mentri Agama RI No 518
Tahun 2001 tentang pemeriksaan dan penetapan pangan halal adalah : “....tidak mengandung unsur atau bahan haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, dan pengolahannya tidak bertentangan dengan syariat Islam.”
Pengetahuan konsumen tentang informasi yang tercantum dalam label akan
memberikan dampak terhadap perilaku konsumen.Perilaku konsumen meliputi
aktivitas individu, kelompok,dan organisasi memilih, membeli, memakai,dan
membuang barang, jasa,gagasan atau pengalaman dalam rangka emuaskan
kebutuhan konsumen , jasa perilaku konsumen merupakan rangkaian
keputusan-keputusan untuk membeli suatu produk. Stanton ( 2008:94 ) membagi label dalam
3 klasifikasi yaitu :
1) Brand Label, yaitu merek yang diberikan kepadaproduk atau dicantumkan pada kemasan. Sebagai contoh, beberapa jeruk berlabel merek ( dicap ).
2) Grade Label,yaitu label yang mengidintifikasi penilaian kualitas produk
(product’s judged quality) dengan suatu huruf,angka,atau kata.Misal buah-buahan dalam kaleng diberi label kualitas A,B dan C ,dan jagung dan gandum
diberi label kualitas 1 dan 2.
3) Descriptive Label, yaitu label yang memberikan informasi objektif mengenai penggunaan,konstruksi/pembuatan,perawatan/perhatian, kinerja produk , atau
karakteristik-karakteristik lainnya yang berhubungan dengan produk.Sebagai
contoh, dalam label deskriptif untuk sekaleng jagung,akan ada pernyataan
tentang jenis jagung dan ukuran, jumla, porsi, bahan bakulainnya dan
(23)
12
Sesuai dengan keputusan Menteri Agama RI No 518 Tahun 2001 tentang
pemeriksaan dan penetapan pangan halal bahwa label halal di dapatkan oleh suatu
perusahaan atas produknya jika produk tersebut tidak mengandung unsur atau
bahan haram yang dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, dan pengolahannya
tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Maka model penelitian yang diajukan sebagai berikut :
Pembuatan(X1), bahwa produk dimulai dan diakhiri melalui tahapan proses yang
memenuhi kriteria kehalalan dalam Islam, yaitu menyembelih hewan sebagai
bahan baku adalah laki-laki beragama Islam dan dalam prosesnya menyebut Asma
Allah ; Tempat dan alat pembuatan produk bukan untuk babi atau barang tidak
halal lainnya.
Bahan baku (X2), bahwa produk dibuat dari jenis bahan baku yang shahih
kehalalannya, tidak mengandung bahan non alami melebihi takaran yang
diperbolehkan, tidak mengandung pengawet dan zat berbahaya,
Efek yang ditimbulkan (X3), bahwa produk tidak merugikan konsumen dan atau
membahayakan konsumen.
Tiga variabel tersebut biasanya terdapat di label suatu produk. Hal ini bertujuan
untuk memberikan informasi kepada konsumen agar konsumen yakin dalam
mengkonsumsi produk tersebut. Indonesia adalah negara dengan mayoritas
(24)
13
konsumen muslim di Indonesia menjadi sebuah keharusan. Seperti yang telah
dijelaskan bahwa labelisasi halal dapat dilihat dari proses pembuatan (X1), bahan
baku yang digunakan (X2) dan efek yang ditimbulkan bagi konsumen setelah
mengkonsumsi produk tersebut (X3). Dengan adanya informasi yang jelas
mengenai ketiga hal tersebut, akan berpengaruh terhadap keputusan pembelian
konsumen atas suatu produk. Hal ini dapat dijelaskan dengan gambar berikut :
Gambar 1.1 Kerangka Pikir
1.6 Hipotesis
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, makan dapat dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut :“Labelisasi halal berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen pada produk makanan restoran Solaria di Bandar
Lampung.”
KeputusanPembelian Konsumen(Y) Pembuatan (X1)
Bahan baku (X2)
(25)
II. LANDASAN TEORI
2.1 Pemasaran
2.1.1 Pengertian Pemasaran
Menurut American Marketing Association ( AMA ) dalam Kotler dan Keller (2009:5) bahwa Pemasaran adalah fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk
menciptakan, mengkomunikasikan dan memberikan nilai kepada pelanggan untuk
mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap organisasi.
Pemasaran merupakan fungsi yang memiliki kontak paling besar dengan
lingkungan eksternal, padahal perusahaan hanya memiliki kendali yang terbatas
terhadap lingkungan eksternal. Pemasaran bertujuan untuk menarik pembeli
dalam mengkonsumsi produk yang ditawarkan. Oleh karena itu, pemasaran
memainkan peranan penting dalam pengembangan strategi.
Kotler dan Keller (2009:36) mengemukakan inti dari pemasaran adalah
memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Sasaran dari bisnis adalah
(26)
15
menghantarkan nilai dapat meliputi fase memilih nilai, fase menyediakan nilai,
fase mengkomunikasikan nilai.
2.2 Produk
Produk merupakan titik pusat dari kegiatan pemasaran karena produk merupakan
hasil dari suatu perusahaan yang dapat ditawarkan ke pasar untuk di konsumsi dan
merupakan alat dari suatu perusahaan untuk mencapai tujuan dari perusahaannya.
Suatu produk harus memiliki keunggulan dari produk-produk yang lain baik dari
segi kualitas, desain, bentuk, ukuran, kemasan, pelayanan, garansi, dan rasa agar
dapat menarik minat konsumen untuk mencoba dan membeli produk tersebut.
Menurut Kotler dan Keller (2009; 4 ) menyatakan bahwa produk adalah segala
sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen. Keputusan tentang produk ini mencakup penentuan bentuk
penawaran secara fisik, merknya, pembungkus, garansi dan servis sesudah
penjualan, sedangkan atribut produk menurut Kotler & Armstrong (2001:354)
beberapa atribut yang menyertai dan melengkapi produk (karakteristik atribut
produk) adalah:
1) Merek (branding)
Merek (brand) adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi
produk atau jasa dari satu atau kelompok penjual dan membedakannya dari
produk pesaing. Pemberian merek merupakan masalah pokok dalam strategi
(27)
16
membuat produk itu berhasil atau gagal. Nama merek yang baik dapat
menambah keberhasilan yang besar pada produk (Kotler & Armstrong,
2001:360).
2) Pengemasan (packing)
Pengemasan (packing) adalah kegiatan merancang dan membuat wadah atau pembungkus suatu produk.
3) Kualitas Produk (Product Quality)
Kualitas Produk (Product Quality) adalah kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya meliputi, daya tahan keandalan, ketepatan
kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai lainnya. Untuk
meningkatkan kualitas produk perusahaan dapat menerapkan program ”Total Quality Manajemen (TQM)". Selain mengurangi kerusakan produk, tujuan pokok kualitas total adalah untuk meningkatkan nilai pelanggan.
2.3 Label
Label adalah sejumlah keterangan pada kemasan produk. Secara umum, label
minimal harus berisi nama atau merek produk, bahan baku, bahan tambahan
komposisi, informasi gizi, tanggal kedaluwarsa, isi produk, dan keterangan
legalitas. Adapun label sebagai sejumlah keterangan yang dapat dimanfaatkan
untuk mengetahui apakah produk mengandung unsur-unsur yang diharamkan atau
membahayakan bagi kesehatan.
Gitosudarmo (2000:199) menyatakan bahwa label adalah bagian dari sebuah
(28)
17
penjualnya. Menurut Stanton (2008:93) label adalah bagian dari sebuah produk
yang membawa informasi verbal tentang produk atau penjualnya.
Menurut Kotler (1992:78) menyatakan bahwa:
“Label adalah bagian sebuah produk yang memuat keterangan-keterangan tentang produk atau penjualnya”.
Sedangkan menurut Saladin (2003:88), “Label adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan-keterangan tentang produk tersebut”.
Saladin (2003:88) menyatakan bahwa fungsi label terdiri dari:
1. Label mengidentifikasikan produk atau merek.
2. Menggolongkan produk.
3. Menjelaskan beberapa hal mengenai produk.
4. Sebagai alat promosi.
Adanya label akan mempermudah konsumen untuk mengetaui produk yang akan
digunakan ataupun akan dikonsumsinya. Keterangan yang tertera dalam label
cukup jelas untuk membuat konsumen mengambil keputusan dalam pembelian
dan pemakaian.
2.4 Pengertian halal
Kehalalan suatu produk penting bagi pelaku usaha karena memiliki nilai tambah
terhadap produk yang akan dijual. Hal ini mengingat bahwa pasar konsumen
produk halal terus meningkat setiap tahunnya, baik di pasar domestik maupun
pasar internasional. Kehalalan suatu produk juga dapat mendorong tingkat
penjualan produk secara signifikan sebab sesuai dengan kebutuhan dan harapan
(29)
18
Pengertian halal menurut Departemen Agama yang dimuat dalam KEPMENAG
(Keputusan Mentri Agama) RI No 518 Tahun 2001 tentang pemerintah dan
penetapan pangan halal adalah : tidak mengandung unsur atau bahan haram atau
dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, dan pengelolaanya tidak bertentangan
dengan syariah Islam. Halal artinya tidak dilarang ,dan diizinkan melaksanakan
atau memanfatkannya. Halal itu dapat diketahui apabila ada suatu dalil yang
menghalalkannya secara tegas dalam Al-quran dan apabila tidak ada satu dalil pun
yang menghalkannya ataupun mengharamkannya. DalamQS.Al-Baqarah:168yang
mempunyai arti sebagai berikut:
“ Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari pada yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan: karena
sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
Kehalalan suatu produk diperoleh setelah melalui mekanisme pengujian terhadap
bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong yang dipergunakan untuk
memproduksi produk, kemudian pengujian sejak proses produksi sampai produk
tersebut siap didistribusikan atau disajikan. Proses pengujian kehalalan atas suatu
produk dilakukan dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
2.5 Keputusan pembelian konsumen
2.5.1 Pengertian Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen
Proses pengambilan keputusan yang rumit sering melibatkan beberapa keputusan.
Suatu keputusan melibatkan pilihan diantara dua atau lebih alternatif tindakan
(atau perilaku) . Keputusan selalu menyerahkan pilihan diantara beberapa perilaku
(30)
19
tahap-tahap yang dimulai dengan pengenalan terhadap kebutuhan, dan keinginan
serta tidak berhenti setelah pembelian dilakukan.
Kotler (2007:235) menyatakan bahwa konsumenakan melewati lima tahap untuk
mencapai keputusan membeli suatu produk atau jasa. Tahap-tahap dalam proses
pengambilan keputusan pembelian dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Model lima tahap proses pembelian
Sumber : Kotler (2007:235)
1.Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian diawali dengan adanya masalah atau kebutuhan yang
dirasakankonsumen. Konsumen mempersepsikan perbedaan antara keadan
yang diinginkan dengan situasi ini guna membangkitkan dan mengaktifkan
proses keputusan.
2.Pencarian Informasi
Setelah konsumen merasakan adanya kebutuhan suatu barang atau jasa,
selanjutnya konsumen mencari informasi yang disimpan dalam ingatan
(informasi internal) maupun informasi yang didapat dari lingkungan
(eksternal).
3. Penilaian Alternatif
Setelah informasi diperoleh, konsumen mengevaluasi berbagai alternatif
pilihan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam mengevaluasi informasi Perilaku
Setelah Membeli Keputusan
Membeli Penilaian
Alternatif Pencarian
Informasi Pengenalan
(31)
20
yang relevan, misalnya mengevaluasi selera konsumen terhadap suatu produk,
perlu dipahami sifat-sifat produk dan ciri-ciri yang menonjol ke dalam benak
konsumen sebelum mengambil keputusan pembelian.
4.Keputusan Membeli (Purchase Decision)
Konsumen yang telah melakukan pilihan terhadap berbagai alternative,
biasanya membeli produk yang paling disukai, yang membentuk suatu
keputusan untuk membeli.
5.Perilaku setelah pembelian
Adalah kecenderungan kepuasan yang dirasakan konsumen setelah melakukan
pembelian. Ada beberapa tingkat kepuasan yng dimiliki konsumen, yaitu:
sangat puas, puas, sedikit puas, kecewa, sangat kecewa.
2.6 Model Perilaku Konsumen
Konsumen mengambil berbagai keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan
perusahaan besar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk
menjawab pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen , dimana mereka
membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli,serta mengapa mereka
membeli. Hal terpenting bagi pemasar adalah bagaimana respon konsumen
terhadap berbagai usaha yang dilancarkan perusahaaan. Titik awal agar
perusahaan dapat memahami tingkah laku konsumen dapat digambarkan seperti
(32)
21
Gambar 2.2 Perilaku Konsumen
sumber ( Kotler 2009;178 )
Rangsangan Pemasaran Produk dan Jasa
Harga Distribusi Komunikasi Rangsangan Lain Ekonomi Teknologi Politik Budaya Karakteristik Konsumen Budaya Sosial Pribadi Psikologi Konsumen Motivasi Persepsi Pembelajaran Memori
Proses Keputusan Pembelian Pengenalan masalah Pencarian informasi Evaluasi alternatif Keputusan pembelian Perilaku paskapembelian Keputusn Pembelian Pilihan produk Pilihan merek Pilihan Penyalur Jumlah pembelian Waktu pembelian Metode pembelian
(33)
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Penelitian
Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu
yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku
(Natsir,2003). Dalam penelitian ini, diaplikasikan model penelitian empiris
dengan pendekatan survey. Dilihat dari sudut pandang sifat yang dihimpunnya,
penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif.
3.1.2 Sumber Data
a) Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden melalui
kuisioner .
b) Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literature-literatur kepustakaan
seperti buku-buku, serta sumber lainnya yang berkaitan dengan materi
(34)
23
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dan penelitian ini dilakukan dengan instrument yang
disusun berbentuk kuisioner yang diisi oleh para responden. Kuisioner diberikan
kepada konsumen muslim yang sudah melakukan pembelian dan mengkonsumsi
makanan restoran Solaria di Bandar Lampung. Kemudian dianalisa dengan
berpedoman pada sumber tertulis yang didapat dari perpustakaan sebagai langkah
konfirmasi mengenai data yang diperoleh dari penelitian lapangan.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Menurut Mudrajad (2003) populasi adalah kelompok elemen yang lengkap yang
biasanya berupa orang,objek,transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk
mempelajarinya atau menjadi objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini
adalah konsumen muslim yang sudah melakukan pembelian dan mengkonsumsi
produk makanan restoran Solaria di Bandar Lampung.
3.3.2 Sempel
Menurut mudrajad (2003) sempel adalah suatu himpunan bagian dari unit
populasi. Sempel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara
tertentu yang mewakili karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap
dapat mewakili populasi. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan
metode non-probability sampling dengan teknik pengambilan sempelnya yaitu
(35)
24
dalam sampel nonprobabilitas dimana pemilihannya dilakukan berdasarkan
kriteria tertentu (Sugiono, 2001).Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen
muslim yang pernah berkunjung ke restoran Solaria, pernah mengkonsumsi
produk makanan restoran Solaria yang berada di Bandar Lampung. Hair
merekomendasikan, apabila populasi tidak diketahui, jumlah sempel minimal
adalah lima kali dari jumlah item pertanyaan yang terdapat dikuisioner. Indikator
dalam penelitian ini terdiri dari tiga variable bebas dan satu variable terikat. Total
pertanyaan dalam penelitian ini adalah delapan belas. Sehingga besar sempel
dalam penelitian ini adalah 18 x 5 = 90.
Dari perhitungan tersebut, besarnya sempel adalah 90 orang. Namun, besarnya
sempel yang ditetapkan adalah 100 orang untuk mengurangi kesalahan.
3.4 Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Variabel Konsep Variabel Indikator Skala
Pembuatan (X1)
Keyakinan pada pengetahuan konsumen tentang bagaimana proses pembuatan sebuah produk dapat dikatagorikan menjadi prodok halal
- Menyembelih hewan produk Restoran Solaria
dengan mengucapkan Asma ALLAH.
- Penyembelihan hewan untuk produk Restoran Solaria dilakukan oleh orang beragama Islam.
- Penyembelihan produk Solaria dilakukan oleh laki – laki.
- Proses pembuatan produk Restoran Solaria sesuai dengan syariah Islam. - Tempat pembuatan produk Restoran Solaria bukan untuk babi atau barang tidak halal lainnya.
- Alat pembuatan atau penyembelihan produk Restoran Solaria bukan untuk babi atau barang tidak halal lainnya.
(36)
25
3.1. Tabel Devinisi Operational Variabel (Lanjutan)
Variabel Konsep Variabel Indikator Skala
Bahan baku (X2)
Keyakinan pada pengetahuan konsumen tentang apa saja yang dibolehkan atau tidak dibolehkan menjadi bahan baku sebuah produk sehingga dapat dikatagorikan menjadi produk halal
- Produk Restoran Solaria dibuat dari olahan hewan yang halal.
- Produk Restoran Solaria
menggunakan zat pewarna makanan yang alami.
- Penggunaan MSG (Penyedap rasa ) dalam produk Restoran Solaria sesuai dengan takaran.
- Produk Restoran Solaria bebas dari pengawet dan zat berbahaya. - Produk Restoran Solaria tidak
menggunakan minyak minyak babi dan minyak angciu (arak).
Likert Efek yang ditimbulkan (X3) Keyakinan padapengetahuan konsumen tentang bagaimana efek samping pembuatan sebuah produk dapat dikatagorian menjadi halal
- Produk Restoran Solaria tidak menyebabkan konsumen keracunan/muntah-muntah. - Produk Restoran Solaria tidak
menimbulkan efek samping yang berbahaya.
- Produk Restoran Solaria tidak memabukkan setelah konsumen mengkonsummsi.
- Produk Restoran Solaria tidak membahayakan konsumen.
Likert
Keputusan pembelian (Y)
Keputusa yang diambil oleh konsumen menyangkut kepastian apakah akan membeli produk yang ditawarkan atau tidak.
- Label halal di Restoran Solaria membuat saya yakin akan kehalalannya.
- Label halal penting bagi saya dalam mengkonsumsi produk Restoran Solaria.
- Saya mau mengkonsumsi makanan Restoran Solaria setelah ada label halal.
Nominal
Sumber : Diolah oleh peneliti
Seluruh indikator akan dirumuskan menjadi kuisioner penelitian dengan bentuk
pertanyaan dan menggunakan skala Likert dengan level 5 pilihan. Pilihan tersebut
adalah :
(37)
26
2) yakin diberi nilai 4
3) netral diberi nilai 3
4) tidak yakin diberi nilai 2
5) sangat tidak yakin yakin diberi nilai 1
3.5 Pengujian Alat Instrumen 3.5.1. Pengujian Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuisioner.
Kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk
mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut (Ghozali,2006).
Uji validitas instrument dilakukan dengan menguji validitas konstruk melalui
penggunaaan faktor analisis. Validitas konstruk menunjukkan seberapa valid hasil
yang diperoleh dari pengguaan suatu pengukur atau indikator sesuia dengan
konsep teori yang digunakan. Penggunaan alat faktor analisis adalah dengan
melihat factorloading dari masing-msing item pertanyaan atau indikator. Sesuai dengan pendapat Comrey dalam Jogiyanto (2007) yang menyatakan suatu
indicator atau item tersebut harus memuat skor yang tinggi atau nilai factor
Loading memberikan nilai besar. Berikut ini adalah Tabel mengenai criteria alat ukur dikatakan valid menurut Comrey, yaitu :
Tabel 3.2 Nilai Loading
No. Nilai Faktor Loading Kriteria
1. 2. 3. 4.
<0,45 0,45 – 0,55 0,56 – 0,62 0,63 – 0,71
Tidak valid Cukup valid Valid
(38)
27
5. >0,71 Memuaskan atau sangat – sangat valid atau validitas tinggi.
3.5.2 Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukursuatu kuisioner yang merupakan indikator
dari variabel atau konstruk (Ghozali,2006). Suatu kuisioner dikatakan reliable atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil
dari waktu ke waktu. Cara yang digunakan untuk menguji reliabilitas kuisioner
dalam penelitian ini adalah uji statistic Alpha Crombach. Rumus Alpha Crombach adalah :
rii =
Keterangan :
rii = Relibilitas instrument
K =Banyaknya pertanyaan atau soal = ∑ varians butir pertanyaan
= Varians total
Kriteria penilaian uji realibilitas ( Gozali,2006 ) adalah :
1) Apabila hasil koefisien Alpha lebih besar dari taraf signifikan 60% atau
0,6maka koefisioner tersebut realiabel.
2) Apabila hasil koefisien Alpha lebih kecil dari taraf signifikansi 60% atau
0,6 maka kuisionr tersebut tidak reliable.
3.6 Metode Analisis Data 3.6.1 Analisi Kualitatif
(39)
28
Analisis yang digunakan untuk menghasilkan gambaran dari data yang telah
terkumpul berdasarkan jawaban responden adalah melalui distribusi item dari
masing-masing variabel maupun karakteristik responden. Penyajian data yang
telah terkumpul pembahasannnya secara deskriptif dilakukan dengan
menggunakan table frekwensi. Untuk itu, dilakukan pengghitungan
pengkasifikasian dari jawaban responden dengan rumus pengklasifikasian
berdasarkan rentang skor (Umar,2002) terhadap setiap variabel,yaitu:
RS = –
Keterangan :
RS : Rentang skor
M : Skor tertinggi
n : Skor terendah
b : Jumlah kelas
Kriteria Penilaian Skor Variabel
Sangat tidak yakin : 100-180
Tidak yakin : 181-260
Netral : 261 - 340
Yakin : 341- 420
Sangat yakin : 420- 500
3.6.2 Analisis Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu data yang membentuk angka yang sifatnya dapat dihitung
(40)
29
penelitian ini analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan alat analisis
regresi berganda.
3.6.3 Analisis kelayakan model regresi berganda
Model Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier
berganda. Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut :
Y = a + b1X1 + b2 X2 + b3X3 + e
Keterangan :
Y = Keputusan Pembelian Konsaumen
A = Konstanta
X1 = Konstruksi atau pembuatan
X2 = Ingredient atau bahan baku X3 = Efek yang ditimbulkan
b1, b2, b3 = Koefisien regresi parsial untuk masing-masing variabel X1, X2 , X3.
E = Faktor Pengganggu
3.6.4 Analisis Regresi
Analisis regresi dilakukan untuk mengukur ketepatan fungsi regresi dalam
menaksir nilai aktual. Ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai aktual dapat
diukur dari Goodness of fitnya dan secara statistik dapat diukur dari nilai statistik F dan nilai statistik t .
1) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F / F-test)
(41)
30
variabel –variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen.
Penerapan F-test ini didasarkan pada hipotesis nol (H0) yang hendak diuji dan
hipotesis alternatifnya (HA) (Ghozali, 2005).
H0 yang akan diuji menyatakan semua parameter dalam model sama dengan
nol atau :
H0 : b1 = b2 = ……. = bk = 0
Artinya semua variabel independen secara simultan bukan merupakan penjelas
yang signifikan terhadap variabel dependen.
HA menyatakan semua parameter dalam model secara simultan tidak sama
dengan nol, atau :
HA : b1 ≠b2 ≠……. ≠ bk ≠ 0
Artinya semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen.
Penggunaan F-test adalah dengan memperbandingkan antara nilai F hasil
perhitungan dan nilai F-tabel. Nilai F-hitung dapat dicari dengan rumus :
F-hitung =
Jika Fhitung > Ftabel, H0 ditolak dan sebaliknya, Jika Fhitung < Ftabel, H0
diterima.
2) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t / t-test)
(42)
31
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t-test ini
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Penerapan Uji t-test
ini didasarkan pada hipotesis nol (H0) yang akan diuji dan hipotesis
alternatifnya (HA) (Ghozali, 2005).
H0 yang akan diuji menyatakan suatu parameter (bi) dalam model sama
dengan nol atau :
H0 : bi = 0
Artinya suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen.
HA menyatakan parameter suatu variabel dalam model tidak sama dengan nol,
atau :
HA : b1 ≠ 0
Artinya suatu variabel independen tersebut merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen.
Penggunaan t test adalah dengan memperbandingkan antara nilai t hasil
perhitungan dan nilai tabel. Nilai hitung dapat dicari dengan rumus :
t hitung =
(43)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hipotesis penelitian ini adalah “Labelisasi halal berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada produk makanan di restoran Solaria” berdasarkan hasil analisis data penelitian maka dapatdisimpulkan labelisasi halal berpengaruh terhadap
keputusan pembelian pada produk makanan restoran solaria di Bandar Lampung.
Hipotesis dijelaskan dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Analisis regresi linier berganda yang dilakukan telah menunjukan nilai
koefisien determinasi (R2) sebesar 0,626 hal ini berarti variabel X (
pembuatan, bahan baku, dan efek yang ditimbulkan ) berperan dalam
mempengaruhi setiap variabel Y ( keputusan pembelian ) sebesar 62,6%,
sedangkan sisanya 37,4% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
2. Berdasarkan hasil uji regresi pengaruh terbesar adalah efek yang
ditimbulkan (X3) yaitu sebesar 0,445 atau 44,5%, hal ini konsisten dengan
analisis kualitatif skor tertinggi pada X3 sebesar 409,25 dengan kriteria
yakin yaitu konsumen yakin setelah mengkonsumsi produk restoran
Solaria tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya, seperti
muntah-muntah, pusing, keracunan, dan yang lainnya.
(44)
55
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka ada beberapa hal yang harus
dilakukan oleh restoran Solaria, antara lain:
1. Sebaiknya restoran Solaria tetap mempertahankan variabel efek yang
ditimbulkan karena variabel ini memiliki nilai tertinggi diantara variabel
yang lain, tetapi untuk indikator produk yang masih lemah yaitu restoran
Solaria tidak memabukkan setelah konsumen mengkonsumsinya harus
diperbaiki atau diberitahukan kepada para konsumen karena ini memiliki
nilai ketidak yakinan sebesar 12%, hal ini dapat dilakukan dengan
mengintensifkan pemberian informasi kepada konsumen melalui internet,
webset resmi restoran Solaria atau media masa bahawa produk yang
mereka produksi aman dan tidak memabukkan setelah mengkonsumsinya.
2. Restoran Solaria sebaiknya meyakinkan konsumen bahwa penggunaan
MSG ( penyedap rasa ) dalam produk restoran Solaria sesuai dengan
takaran, karena ini memiliki nilai ketidak yakinan sebesar 7%. Ini
merupakan variabel ingridient atau bahan baku yang memiliki skor terendah kedua. Restoran Solaria dapat meminta LPPOM-MUI mengaudit
produknya secara berkala agar konsumen yakin, dan restoran Solaria dapat
memberikan hasil informasinya di webset resmi Solaria.
3. Sebaiknya restoran Solaria lebih memperhatikan upaya untuk
meningkatkan kontruksi atau pembuatan karena memiliki nilai skor
terendah dari tiga variabel yang ada. Indikator yang masih lemah dalam
kontruksi atau pembuatan adalah variabel penyembelihan hewan untuk
produk restoran Solaria dilakukan oleh laki-laki memiliki skor ketidak
(45)
56
informasi kepada konsumen melalu media masa ataupun melalui media
elektronik agar konsumen merasa yakin dan aman untuk mengkonsumsi
(46)
DAFTAR PUSTAKA
Alqur’an
Amirullah. 2002. Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Gitosudarmo, H. Indriyo. 2000. Manajemen pemasaran Edisi Revisi VI. BPFE. Yogyakarta.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Cetakan IV. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Semarang Jogiyanto. 2007. Metodologi PenelitianSistem Informasi. CV Andi Offiset.
Yogyakarta.
Kotler, Phillip dan Gary Armstrong. 2001, Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jilid 1. Erlangga, Jakarta.
Kotler, Phillip, 2002. Manajemen Pemasaran, Jilid I dan 2, Edisi Milenium, PT. Prenhallindo, Jakarta.
Kotler, Philip dan Kevin Keller. 2009.Manajemen Pemasaran. Jilid 1 dan 2 Edisi 13.Jakarta: Erlangga.
Mahwiyah.2010.Pengaruh Labelisasi Terhadap Keputusan Pembelian
Konsumen.Skripsi.Program Studi Muamalat ( Ekonomi Islam ) UIN Syarif Hidayatullah :Jakarta.
Natsir, Moh. 2003. Metode apaenelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta
Sekaran,Uma. 2006. Research Methods For Business.Jilid 2 Edisi 4.Jakarta: Salemba Empat.
Staton, William J dan Matt Hew A Gana.2008.Principless Of Marketing .
(E-book). Tersedia:
http://www.nou.edu.ng/noun/NOUN_OCL/pdf/pdf2/BHM%20206.pdf. (diakses pada 20 Desember 2013)
Umar, Husain. 2002. Metode Penelitian, Aplikasi dalam Pemasaran, PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
(47)
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:pIvHtnH6zeEJ:adypato.fi
les.wordpress.com/2011/05/dinamika-dan-model-dalam-persaingan.docx+&cd=6&hl=id&ct=clnk&gl=id (Diakses pada 20 Desember 2013)
http://www.dcostseafood.com (Diakses pada 20 Desember 2013)
http://peripermen.blogspot.com/2013/01/mengulas-dcost-seafood-restaurant.html (Diakses pada 20 Desember 2013)
http://food.detik.com/read/2013/01/09/144921/2137327/906/dcost-resto-seafood-waralaba-pertama-bersertifikat-halal(Diakses pada 20 Desember 2013) http://www.waroengsteakandshake.com (Diakses pada 20 Desember 2013) http://www.bumbudesa.com (Diakses pada 20 Desember 2013)
http://kumpulanmakalahilmiah.blogspot.com/2011/11/pengaruh-bauran-pemasaran-7p-terhadap.htmlB (Diakses pada 20 Desember 2013)
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:pIvHtnH6zeEJ:adypato.fi
les.wordpress.com/2011/05/dinamika-dan-model-dalam-persaingan.docx+&cd=6&hl=id&ct=clnk&gl=id (Diakses pada 20 Desember 2013)
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/436708-bagaimana-isu-minyak-babi-menghantam-restoran-solaria (Diakses pada 20 Desember 2013)
http://salam-online.com/2013/08/diprotes-gunakan-angciu-minyak-babi-jawaban-solaria-dinilai-arogan.html#sthash.VBEJg9XM.dpuf (Diakses pada 20 Desember 2013)
http://id.wikipedia.org/wiki/LPPOM_MUI
.2002. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Edisi Revisi.Lampung University Press : Bandar Lampung.
(1)
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t-test ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Penerapan Uji t-test ini didasarkan pada hipotesis nol (H0) yang akan diuji dan hipotesis
alternatifnya (HA) (Ghozali, 2005).
H0 yang akan diuji menyatakan suatu parameter (bi) dalam model sama dengan nol atau :
H0 : bi = 0
Artinya suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
HA menyatakan parameter suatu variabel dalam model tidak sama dengan nol, atau :
HA : b1 ≠ 0
Artinya suatu variabel independen tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Penggunaan t test adalah dengan memperbandingkan antara nilai t hasil perhitungan dan nilai tabel. Nilai hitung dapat dicari dengan rumus :
t hitung =
(2)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hipotesis penelitian ini adalah “Labelisasi halal berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada produk makanan di restoran Solaria” berdasarkan hasil analisis data penelitian maka dapatdisimpulkan labelisasi halal berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada produk makanan restoran solaria di Bandar Lampung. Hipotesis dijelaskan dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Analisis regresi linier berganda yang dilakukan telah menunjukan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,626 hal ini berarti variabel X ( pembuatan, bahan baku, dan efek yang ditimbulkan ) berperan dalam mempengaruhi setiap variabel Y ( keputusan pembelian ) sebesar 62,6%, sedangkan sisanya 37,4% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
2. Berdasarkan hasil uji regresi pengaruh terbesar adalah efek yang
ditimbulkan (X3) yaitu sebesar 0,445 atau 44,5%, hal ini konsisten dengan analisis kualitatif skor tertinggi pada X3 sebesar 409,25 dengan kriteria yakin yaitu konsumen yakin setelah mengkonsumsi produk restoran Solaria tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya, seperti muntah-muntah, pusing, keracunan, dan yang lainnya.
(3)
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh restoran Solaria, antara lain:
1. Sebaiknya restoran Solaria tetap mempertahankan variabel efek yang ditimbulkan karena variabel ini memiliki nilai tertinggi diantara variabel yang lain, tetapi untuk indikator produk yang masih lemah yaitu restoran Solaria tidak memabukkan setelah konsumen mengkonsumsinya harus diperbaiki atau diberitahukan kepada para konsumen karena ini memiliki nilai ketidak yakinan sebesar 12%, hal ini dapat dilakukan dengan
mengintensifkan pemberian informasi kepada konsumen melalui internet, webset resmi restoran Solaria atau media masa bahawa produk yang mereka produksi aman dan tidak memabukkan setelah mengkonsumsinya. 2. Restoran Solaria sebaiknya meyakinkan konsumen bahwa penggunaan
MSG ( penyedap rasa ) dalam produk restoran Solaria sesuai dengan takaran, karena ini memiliki nilai ketidak yakinan sebesar 7%. Ini merupakan variabel ingridient atau bahan baku yang memiliki skor terendah kedua. Restoran Solaria dapat meminta LPPOM-MUI mengaudit produknya secara berkala agar konsumen yakin, dan restoran Solaria dapat memberikan hasil informasinya di webset resmi Solaria.
3. Sebaiknya restoran Solaria lebih memperhatikan upaya untuk meningkatkan kontruksi atau pembuatan karena memiliki nilai skor terendah dari tiga variabel yang ada. Indikator yang masih lemah dalam kontruksi atau pembuatan adalah variabel penyembelihan hewan untuk produk restoran Solaria dilakukan oleh laki-laki memiliki skor ketidak yakinan sebesar 16%. Seharusnya restoran Solaria dapat memberikan
(4)
56
informasi kepada konsumen melalu media masa ataupun melalui media elektronik agar konsumen merasa yakin dan aman untuk mengkonsumsi produk restoran Solaria.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Alqur’an
Amirullah. 2002. Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Gitosudarmo, H. Indriyo. 2000. Manajemen pemasaran Edisi Revisi VI. BPFE. Yogyakarta.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Cetakan IV. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Semarang Jogiyanto. 2007. Metodologi PenelitianSistem Informasi. CV Andi Offiset.
Yogyakarta.
Kotler, Phillip dan Gary Armstrong. 2001, Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jilid 1. Erlangga, Jakarta.
Kotler, Phillip, 2002. Manajemen Pemasaran, Jilid I dan 2, Edisi Milenium, PT. Prenhallindo, Jakarta.
Kotler, Philip dan Kevin Keller. 2009.Manajemen Pemasaran. Jilid 1 dan 2 Edisi 13.Jakarta: Erlangga.
Mahwiyah.2010.Pengaruh Labelisasi Terhadap Keputusan Pembelian
Konsumen.Skripsi.Program Studi Muamalat ( Ekonomi Islam ) UIN Syarif Hidayatullah :Jakarta.
Natsir, Moh. 2003. Metode apaenelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta
Sekaran,Uma. 2006. Research Methods For Business.Jilid 2 Edisi 4.Jakarta: Salemba Empat.
Staton, William J dan Matt Hew A Gana.2008.Principless Of Marketing . (E-book). Tersedia:
http://www.nou.edu.ng/noun/NOUN_OCL/pdf/pdf2/BHM%20206.pdf. (diakses pada 20 Desember 2013)
Umar, Husain. 2002. Metode Penelitian, Aplikasi dalam Pemasaran, PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
(6)
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:pIvHtnH6zeEJ:adypato.fi
les.wordpress.com/2011/05/dinamika-dan-model-dalam-persaingan.docx+&cd=6&hl=id&ct=clnk&gl=id (Diakses pada 20 Desember 2013)
http://www.dcostseafood.com (Diakses pada 20 Desember 2013)
http://peripermen.blogspot.com/2013/01/mengulas-dcost-seafood-restaurant.html (Diakses pada 20 Desember 2013)
http://food.detik.com/read/2013/01/09/144921/2137327/906/dcost-resto-seafood-waralaba-pertama-bersertifikat-halal(Diakses pada 20 Desember 2013) http://www.waroengsteakandshake.com (Diakses pada 20 Desember 2013) http://www.bumbudesa.com (Diakses pada 20 Desember 2013)
http://kumpulanmakalahilmiah.blogspot.com/2011/11/pengaruh-bauran-pemasaran-7p-terhadap.htmlB (Diakses pada 20 Desember 2013)
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:pIvHtnH6zeEJ:adypato.fi
les.wordpress.com/2011/05/dinamika-dan-model-dalam-persaingan.docx+&cd=6&hl=id&ct=clnk&gl=id (Diakses pada 20 Desember 2013)
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/436708-bagaimana-isu-minyak-babi-menghantam-restoran-solaria (Diakses pada 20 Desember 2013)
http://salam-online.com/2013/08/diprotes-gunakan-angciu-minyak-babi-jawaban-solaria-dinilai-arogan.html#sthash.VBEJg9XM.dpuf (Diakses pada 20 Desember 2013)
http://id.wikipedia.org/wiki/LPPOM_MUI
.2002. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Edisi Revisi.Lampung University Press : Bandar Lampung.