Pengaruh lebelisasi halal terhadap keputusan pembelian konsumen

(1)

PENGARUH LABELISASI HALAL TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN KONSUMEN

(Studi Pada Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta )

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

MAHWIYAH

NIM : 106046101652

K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H

PROGRAM STUDI MUAMALAT ( EKONOMI ISLAM )

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1431H / 2010M


(2)

LEMBAR PENYATAAN... iv

ABSTRAK... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………... 8

D. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu ………... 9

E. Sistematika Penulisan ………. 11

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kerangka Teori... 14 1. Teori Labelisasi Halal ...

a. Pengertian Halal ... b. Kriteria Halal menurut Islam ... c. Pengertian Labelisasi Halal ... d. Proses Labelisasi Halal ... 2. Teori Keputusan Pembelian Konsumen ... a. Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen... b. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam

Keputusan Pembelian ………...……….. c. Tahap-tahap Proses Pembelian Konsumen ...

14 14 16 19 24 30 30

32 35


(3)

d. Model Perilaku Pembelian Konsumen ... e. Peran Individu dalam Keputusan Pembelian ... 3. Teori Hubungan Labelisasi Halal dengan Keputusan Pembelian Konsumen ...

40 40

41 B. Kerangka Konseptual... 44 C. Hipotesis... 45

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 46 1. Pendekatan dan Metode Penelitian... 2. Sumber data ...

46 46 B. Populasi dan Sampel ... 46

1. Populasi ... 2. Sampel ... 3. Teknik Pengambilan sampel ...

46 47 47 C. Pengumpulan data ... 48

1. Metode dan Instrumen Penelitian ... 2. Teknik Uji Instrumen Penelitian... 3. Teknik Analisa Data ...

48 51 55

BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Responden ... 60 B. Statistik Deskriptif ... 61

1. Labelisasi Halal ... 2. Keputusan Pembelian Konsumen ...

62 74 C. Teknik Analisis Data... 80

1. Uji Normalitas ... 2. Uji Heteroskedastisitas ...

80 82 D. Uji Hipotesis ... 82 1.Uji Goodness of Fit ... 84


(4)

A. Kesimpulan... 93

B. Saran... 95

DAFTAR PUSTAKA... 97

LAMPIRAN... 100


(5)

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 2.1 Proses Sertifikasi Halal ………...29

Tabel 2.2 Tahap Proses Pembelian ………...………..35

Tabel 2.3 Perilaku Pembelian Konsumen ………..……….40

Tabel 3.1 Skala Labelisasi Halal ……….………49

Tabel 3.2 Skor Skala labelisasi halal ………..……….49

Tabel 3.3 Skala Keputusan Pembelian konsumen ……….…….50

Tabel 3.4 Skor Skala Keputusan pembelian Konsumen ……….51

Tabel 3.5 Kaidah Reliabilitas Guilford ………..……….52

Tabel 3.6 Hasil Pengujian Validitas Variabel Labelisasi halal ……..………….53

Tabel 3.7 Hasil pengujian Validitas VariabelKeputusan Pembelian Konsumen.54 Tabel 4.1 Responden berdasarkan Jenis kelamin ………...………...60

Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Usia .. ………..……….60

Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ……….61

Tabel 4.4 Mengetahui Tentang Labelisasi Yang Dilakukan Oleh LPPOM MUI62 Tabel 4.5 Produk yang Berlabel Halal Diproses Dengan Cara yang Sesuai Dengan Syariat Islam ….. ………..……….62

Tabel 4.6 Produk Yang Berlabel Halal Dijamin Mutunya ……….….63

Tabel 4.7 Label Halal Menjamin Kehalalan Produk …. ……….63

Tabel 4.8 Label Halal Memberikan Kepuasan Dalam Mengkonsumsi Produk...64

Tabel 4.9 Sudah Banyak produk Yang Menggunakan Label Halal …………...64

Tabel 4.10 Label halal Memberikan Informasi Mengenai Komposisi Dasar Produk Yang Halal dan Baik… ………...………...65

Tabel 4.11 Percaya Dengan Kehalalan Produk yang Berlabel Halal …………....66

Tabel 4.12 Keterangan di daftar Ingradiant Sangat Jauh Dari Mencukupi Untuk Memastikan Kehalalan Produk ………..……….66

Tabel 4.13 Selalu Memperhatikan Kehalalan Produk yang Dikonsumsi …….….67

Tabel 4.14 Label Halal Menjadi Motivasi Untuk Mengkonsumsi Produk ……..67


(6)

Tabel 4.18 Semua Produk Halal Yang Beredar di Indonesia Sebaiknya

Memiliki Label Halal ……….. ………..………….70 Tabel 4.19 Sosialisasi Labelisasi Halal harus Dilakukan Secara Berkala

Melalui Berbagai Media ……….………....70 Tabel 4.20 Merasa Lebih Aman Ketika Mengkonsumsi Produk Yang

Sudah Berlabel Halal ………. ……….…………...71 Tabel 4.21 Labelisasi Halal Bukanlah Hal Yang Penting ……….………….…..71 Tabel 4.22 Label Halal Mencerminkan Produk Yang Bebas Dari Haram ..…….72 Tabel 4.23 Produk Yang Tidak Berlabel Halal Belum Tentu Haram ……….….72 Tabel 4.24 Produk Yang Tidak Berlabel Halal Merupakan Produk yang Haram..73 Tabel 4.25 Tidak Semua Produk Yang Beredar di Indonesia Harus Memilki

Label Halal ……… ……….73 Tabel 4.26 Label Halal Menjadi Pertimbangan Utama Dalam Membeli Produk .74 Tabel 4.27 Tetap Membeli Produk Yang Tidak Berlabel Halal Karena

Keunikan Produk ………... ………...….75 Tabel 4.28 Hanya Mengkonsumsi Produk Yang Berlabel halal ………..75

Tabel 4.29 Harga Turut Mempengaruhi Pembelian ………….. ……..………….76

Tabel 4.30 Merasa Lebih Puas Jika Mengkonsumsi Produk Yang Berlabel Halal76 Tabel 4.31 Lebih Memperhatikan Kualitas Produk dari Pada Harga Produk …..77 Tabel 4.32 Lebih Memilih Produk Yang Berlabel Halal Dibanding Yang

Tidak Berlabel Halal ………. ………..……..……….78 Tabel 4.33 Menebak Sendiri Kehalalan Produk Dari Daftar Ingradiant ………..78 Tabel 4.34 Mengkonsumsi Produk Yang Berlabel Halal Atau Tidak

Berlabel Halal Adalah Sama saja …….……….………79 Tabel 4.35 Mereka-reka Kehalalan Produk Yang Tidak Berlabel Halal ………..79


(7)

Tabel 4.36 One-Sampel Kolmogorov-Smirnov Test ………..….…….81

Gambar 4.1 Scatterplot ……….………..82

Tabel 4.37 Correlations ………... ……….83

Tabel 4.38 Model Summaryb ………… .………..……….84

Tabel 4.39 Pedoman Untuk Menginterpretasikan Koefisien Korelasi ……….….85

Tabel 4.40 ANOVAb ………. ………...85

Tabel 4.41 Coefficientsa ………….. ………...………..86


(8)

xv

Hasil Uji Normalitas ……….103

Hasil Uji Heteroskedastisitas ………...….104

Hasil Uji Linearitas ………...105

Kuesioner ………..106

Hasil Perhitungan Kuesioner………...…. 110

Surat Mohon Data ke Fakultas Syariah dan Hukum……….………115


(9)

PENGARUH LABELISASI HALAL TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN KONSUMEN

(Studi Pada Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta )

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

MAHWIYAH

NIM: 106046101652

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Syahrul A’dam, M.Ag. Mohammad Nur Rianto Al Arif, M.Si

NIP. 1973050420031002 NIP.198110132008011006

K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H

PROGRAM STUDI MUAMALAT ( EKONOMI ISLAM )

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1431 H / 2010 M


(10)

Pembelian Konsumen (Studi Pada Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta)” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 24 September 2010

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,

Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM.

NIP: 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasyah

1. Ketua : Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH.,

MA., MM

(……….)

NIP: 195505051982031012

2. Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H (……….)

NIP: 197407252001121001

3. Pembimbing I : Dr. Syahrul A’dam, M.Ag (……….)

NIP: 1973050420031002

4. Pembimbing II : Mohammad Nur Rianto Al Arif, M.Si. (……….)

NIP: 198110132008011006

5. Penguji I : Dr. Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS.,

MSc., Ph.D

(……….)

NIP: 196106241985121001

6. Penguji II : Dr. Aziza, MA (……….)

NIP: 196701071997032001


(11)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Syawal 1431 H September 2010 M

MAHWIYAH


(12)

Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1431 H / 2010 M.

Isi: xv + 99 halaman + 9 lampiran, 42 literatur (1992-2010).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh labelisasi halal pada produk makanan dalam kemasan terhadap keputusan pembelian konsumen dalam mengkonsumsi produk makanan dalam kemasan yang berlabel halal, pada penelitian ini digunakan data primer yang diperoleh dari kuesioner yang peneliti sebar kepada para dosen tetap Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan data sekunder yang mendukung penelitian ini. Sedangkan untuk metode analisis dan uji hipotesis penelitian menggunakan regresi linear sederhana.

Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa labelisasi halal berpengaruh secara signifikan sebesar 54.7%, hal ini menunjukan adanya pengaruh yang sedang antara labelisasi halal terhadap keputusan pembelian konsumen. Berdasarkan koefisien determinasi dapat disimpulkan bahwa pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan pembelian konsumen dalam mengkonsumsi produk makanan dalam kemasan yang berlabel halal sebesar 32.7%. dan selebihnya 67.3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diketahui dan tidak termasuk dalam penelitian ini.

Kata Kunci: Labelisasi Halal, Keputusan Pembelian Konsumen

Pembimbing I : Dr. Syahrul A’dam, M.Ag

NIP. 1973050420031002

Pembimbing II : Mohammad Nur Rianto Al Arif, M.Si.

NIP.198110132008011006


(13)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan cahaya ilmu-Nya, shalawat dan salam semoga selalu tercurah ke hadirat Rasul pembawa cahaya, Muhammad SAW. Di balik terselesaikannya skripsi dengan judul “Pengaruh Labelisasi Halal terhadap Keputusan Pembelian Konsumen (Studi Pada Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta), maka penulis ingin mengucapkan terima kasih terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu DR. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak H. Ah. Azharudin Lathif, M.Ag, MH, Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Syahrul A’dam, M.Ag. dan Mohammad Nur Rianto Al Arif, M.Si, Dosen Pembimbing I dan II atas segenap waktu, arahan, motivasi, dan kesabarannya dalam membimbing penulis hingga akhir penulisan skripsi ini. 4. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.

5. Segenap pimpinan dan staf Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah atas pelayanannya dalam melengkapi literatur penelitian.


(14)

universitas di Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

7. Keluarga besar (alm) H. Abd. Khoir, terutama ibunda yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat merasakan pendidikan di Perguruan Tinggi. Kakak-kakakku tercinta: bang mbad, ka’ Dian, Chiko, Po Iis, Mas Jo, Nyit2 dan Bacam terimakasih atas semangat dan dorongannya. Rahmah, Nabil, Fitri dan Izzah terimakasih atas tawa dan canda kalian yang mampu menghilangkan penat di kepala.

8. Bang Jalal dan Ka Sukma terima kasih untuk komputer dan printernya.

9. Sahabat-sahabatku Iea, Nay dan Nie terima kasih untuk perhatian, motivasi dan kebersamaannya.

10.Untuk bapak Mu’min Rauf, S.Ag., MA terimakasih untuk do’a, arahan dan motivasinya. Kholis terimakasih untuk hadits dan kutipan bahasa Arabnya. Zaki terima kasih untuk SPSS dan Arabic pad-nya. Dan untuk Irma terima kasih untuk bantuannya selama penyebaran angket.

11.Teman-teman di Program Studi Muamalat Perbankan Syariah angkatan 2006, terutama PSC 2006, yang telah menemani penulis selama menimba ilmu di perkuliahan.

12.Dosen tetap Fakultas Syariah dan Hukum terima kasih telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.


(15)

viii

13.Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini baik moril maupun material yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Jazakumullahu Khairul Jaza.

Ciputat, Syawal 1431 H September 2010 M


(16)

Komunitas Muslim di seluruh dunia telah membentuk segmen pasar yang potensial dikarenakan pola khusus mereka dalam mengkonsumsi suatu produk. Pola konsumsi ini diatur dalam ajaran Islam yang disebut dengan Syariat.1 Dalam ajaran Syariat, tidak diperkenankan bagi kaum Muslim untuk mengkonsumsi produk-produk tertentu karena substansi yang dikandungnya atau proses yang menyertainya tidak sesuai dengan ajaran Syariat tersebut.2 Dengan adanya aturan yang tegas ini maka para pemasar memiliki rintangan dan kesempatan untuk mengincar pasar khusus kaum Muslimin.

Ajaran tegas Syariat Islam untuk menghindari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT dan melaksanakan apa saja yang diperintahkan membuat konsumen Muslim bukanlah konsumen yang permissive (serba membolehkan) dalam pola konsumsinya. Mereka dibatasi oleh kehalalan dan keharaman yang dimuat dalam nash Al Qur’an dan Al Hadist yang menjadi panduan utama bagi mereka.3

Populasi yang demikian besar dari kaum Muslimin membuat kaum Muslimin menjadi pasar yang demikian potensial untuk dimasuki. Untuk negara Indonesia, dengan populasi kaum Muslimin yang mencapai bilangan 90% dari

1

Rustam Efendi “Sertifikasi Halal Juga Untungkan Produsen”, artikel diakses pada tanggal 17 februari 2010 dari http://gagasanhukum.wordpress.com

2

Departemen Agama RI. Sistem dan Prosedur Penetapan Fatwa Produk Halal MUI

(Jakarta, 2003). h. 2

3

Ibid. h. 8


(17)

2

jumlah total warga negara, maka dengan sendirinya pasar Indonesia merupakan pasar konsumen Muslim yang demikian besar.4

Pemahaman yang semakin baik tentang agama makin membuat konsumen Muslim menjadi semakin selektif dalam pemilihan produk yang dikonsumsi.5 Khusus di Indonesia, konsumen Muslim dilindungi oleh lembaga yang secara khusus bertugas untuk mengaudit produk-produk yang dikonsumsi oleh konsumen Muslim di Indonesia. Lembaga ini adalah Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI). Lembaga ini mengawasi produk yang beredar di masyarakat dengan cara memberikan sertifikat halal sehingga produk yang telah memiliki sertifikat halal tersebut dapat memberi label halal pada produknya. Artinya produk tersebut secara proses dan kandungannya telah lulus diperiksa dan terbebas dari unsur-unsur yang dilarang oleh ajaran agama Islam, atau produk tersebut telah menjadi kategori produk halal dan tidak mengandung unsur haram dan dapat dikonsumsi secara aman oleh konsumen Muslim.6

Produk-produk yang mendapat pertimbangan utama dalam proses pemilihannya berdasarkan ketentuan Syariat yang menjadi tolok ukur untuk konsumen Muslim adalah produk-produk makanan dan minuman. Ketidakinginan masyarakat Muslim untuk mengkonsumsi produk-produk haram akan

4

Data ini diakses dari www.depperin.go.id/IND/Publikasi/Matriks_Berita/berita.asp?kd pada tanggal 17 April 2010

5

Anton Apriyantono Nurbowo. “Aku Ingin Yang Halal” Artikel ini diakses pada tanggal 15 April 2010 dari www.unisba.ac.id

6

Retno Sulistyowati “Labelisasi Halal” artikel ini diakses pada tanggal 15 April 2010 dari http://www.esqmagazine.com


(18)

meningkatkan keterlibatan yang lebih tinggi dalam proses pemilihan produk. Dengan begitu akan ada produk yang dipilih untuk dikonsumsi dan produk yang disisihkan akibat adanya proses pemilihan tersebut. Proses pemilihannya sendiri akan menjadikan kehalalan sebagai parameter utamanya.

Ketentuan ini membuat keterbatasan pada produk-produk makanan untuk memasuki pasar umat Muslim. Konsumen Muslim sendiri juga bukan tanpa kesulitan untuk memilah produk-produk yang mereka konsumsi menjadi produk dalam kategori halal dan haram. Tentunya untuk memeriksakan sendiri kondisi kehalalan suatu produk adalah kurang memungkinkan. Hal ini berkaitan dengan masalah teknis dalam memeriksa kehalalan suatu produk, seperti uji kimia, pengamatan proses serta pemeriksaan kandungan produk.

Adanya LPPOM-MUI dapat membantu masyarakat memudahkan proses pemeriksaan kehalalan suatu produk. Dengan mendaftarkan produk untuk diaudit keabsahan halal-nya oleh LPPOM-MUI sehingga produknya bisa mencantumkan label halal dan hal itu berarti produk tersebut telah halal untuk dikonsumsi ummat Muslim dan hilanglah rintangan nilai yang membatasi produk dengan konsumen Muslim. Hal ini berarti peluang pasar yang sangat besar dapat terbuka.7

Dengan adanya label halal ini konsumen Muslim dapat memastikan produk mana saja yang boleh mereka konsumsi, yaitu produk yang memiliki dan

7

Dase Hunaefi dan Refinal. “Pentingnya Labelisasi Halal untuk Produk Minuman dalam Kemasan di Indonesia”. artikel ini diakses pada 17 februari 2010 dari


(19)

4

mencantumkan label halal pada kemasannya. Secara teori, maka untuk para pemeluk agama Islam yang taat, pilihan produk makanan yang mereka pilih adalah makanan halal yang diwakili dengan label halal.

Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi yang dapat diperoleh konsumen akan semakin banyak dan turut pula mempengaruhi pola konsumsi mereka. Labelisasi halal yang secara prinsip adalah label yang menginformasikan kepada pengguna produk yang berlabel tersebut, bahwa produknya benar-benar halal dan nutrisi-nutrisi yang dikandungnya tidak mengandung unsur-unsur yang diharamkan secara syariah sehingga produk tersebut boleh dikonsumsi. 8 Dengan demikian produk-produk yang tidak mencantukam label halal pada kemasannya dianggap belum mendapat persetujuan lembaga berwenang (LPPOM-MUI) untuk diklasifikasikan ke dalam daftar produk halal atau dianggap masih diragukan kehalalannya. Ketidakadaan label halal itu akan membuat konsumen Muslim berhati-hati dalam memutuskan untuk mengkonsumsi atau tidak produk-produk tanpa label halal tersebut.

Label halal yang ada pada kemasan produk yang beredar di Indonesia adalah sebuah logo yang tersusun dari huruf-huruf Arab yang membentuk kata halal dalam sebuah lingkaran.9 Peraturan pelabelan yang dikeluarkan Dirjen POM (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan) Departemen Kesehatan Republik Indonesia, mewajibkan para produsen produk makanan untuk

8

Departemen Agama RI. Petunjuk Teknis Pedoman Sistem Produksi Halal (Jakarta, 2003) h. 277

9


(20)

mencantumkan label tambahan yang memuat informasi tentang kandungan (ingradient) dari produk makanan tersebut.10 Dengan begitu konsumen dapat memperoleh sedikit informasi yang dapat membantu mereka untuk menentukan sendiri kehalalan suatu produk.

Kondisi masyarakat Muslim yang menjadi konsumen dari produk-produk makanan yang beredar di pasar, namun mereka tidak mengetahui apa yang sebenarnya mereka konsumsi selama ini. Sebagai orang Islam yang memiliki aturan yang sangat jelas tentang halal dan haram, seharusnya konsumen Muslim terlindungi dari produk-produk yang tidak halal atau tidak jelas kehalalannya (syubhat). LPPOM MUI memberikan sertifikat halal pada produk-produk yang lolos audit sehingga produk tersebut dapat dipasang label halal pada kemasannya dengan demikian masyarakat dapat mengkonsumsi produk tersebut dengan aman.

Kenyataan yang berlaku pada saat ini adalah bahwa LPPOM-MUI memberikan sertifikat halal kepada produsen-produsen obat dan makanan yang secara sukarela mendaftarkan produknya untuk diaudit LPPOM-MUI. Dengan begitu produk yang beredar di kalangan konsumen Muslim bukanlah produk-produk yang secara keseluruhan memiliki label halal yang dicantumkan pada kemasannya. Artinya masih banyak produk-produk yang beredar di masyarakat belum memiliki sertifikat halal yang diwakili dengan label halal yang ada pada

10

Anton apriyantono Nurbowo. Panduan Belanja dan Konsumsi Halal. (Jakarta, 2003) h. 30


(21)

6

kemasan produknya. 11 Berdasarkan survei yang dilakukan LPPOM MUI

sedikitnya ada 40 persen produk makanan yang beredar di Indonesia belum mendapatkan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).12

Dengan demikian konsumen Muslim akan dihadapkan pada produk-produk halal yang diwakili dengan label halal yang ada pada kemasannya dan produk yang tidak memiliki label halal pada kemasannya sehingga diragukan kehalalan produk tersebut. Maka keputusan untuk membeli produk-produk yang berlabel halal atau tidak akan ada sepenuhnya di tangan konsumen sendiri.

FSH UIN Jakarta yang seluruh dosennya beragama Islam dapat menjadi perwakilan dari komunitas Muslim yang menjadi konsumen produk tersebut. Dosen adalah komunitas kritis yang bila ditinjau dari sisi informasi yang mereka peroleh dan kemampuan mereka untuk mencerna informasi adalah komunitas yang bisa memilah-milah produk-produk yang mereka konsumsi berdasarkan informasi yang mereka peroleh.

Agar dapat memperoleh informasi yang lebih jelas serta disertai bukti ilmiah mengenai bagaimana pengaruh label halal terhadap keputusan pembelian konsumen terhadap suatu produk tertentu, perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah.

Untuk itu penulis akan melakukan penelitian skripsi dengan menjadikan dosen FSH UIN Jakarta sebagai responden. Penulis memberikan batasan bahwa

11

Ahmad Haris. “Halal di kemasan Belum Tentu Halal Dimakan”. artikel ini diakses pada tanggal 17 februari 2010 dari http://www.harisahmad.com

12

Majelis Ulama Indonesia. “40% Makanan Belum Bersertifikat Halal”. Artikel diakses pada tanggal 17 februari 2010 dari http://www.esqmagazine.com


(22)

produk makanan dalam kemasan yang dimaksud adalah produk-produk seperti coklat, susu, mie instan, snack, dan produk-produk makanan lainnya yang diproduksi dengan menggunakan kemasan dan menyertakan label halal di dalam kemasannya.

Penulis memberikan judul pada penelitian skripsi ini dengan judul: “Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen (Studi Pada Dosen Fakultas Syariah dan hukum UIN Jakarta)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk menghindari melebarnya pembahasan, penulis merasa perlu untuk memberikan batasan dan rumusan masalah terhadap apa yang dikaji, maka dalam penelitian ini penulis hanya memfokuskan pada masalah pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan pembelian konsumen pada produk makanan dalam kemasan seperti coklat, susu, mie instan, snack, dan produk-produk makanan lainnya yang diproduksi dengan menggunakan kemasan dan menyertakan label halal di dalam kemasannya. Dengan studi kasus pada dosen tetap FSH UIN Jakarta.

Berdasarkan batasan masalah dan batasan penelitian di atas, maka untuk mempermudah pembahasan, penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut: 1. Bagaimana tanggapan konsumen Muslim yaitu dosen di Fakultas Syariah dan


(23)

8

2. Bagaimana pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan pembelian produk makanan dalam kemasan pada dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari penulisan skripsi ini adalah:

a. Mengetahui labelisasi halal produk makanan dalam kemasan dalam benak konsumen.

b. Menganalisis pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan pembelian produk makanan dalam kemasan pada dosen FSH UIN Jakarta.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, adalah:

1. Upaya menambah khazanah pengetahuan di bidang ekonomi Islam,

terutama yang berkaitan dengan labelisasi halal dan keputusan pembelian konsumen.

2. Sebagai tambahan wawasan pengetahuan, terutama bagi penulis.

3. Menambah keyakinan bagi para konsumen dalam mengkonsumsi sesuatu dengan perlindungan yang telah agama dan negara berikan.


(24)

D. Review Studi Terdahulu

Sebelumnya ada beberapa penelitian skripsi yang mengangkat tema mengenai sertifikasi halal atau labelisasi halal seperti mengenai “Pengaruh Sosialisasi Sertifikasi Halal Terhadap Perilaku Konsumsi Masyarakat Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan” yang disusun oleh: Nur Faizah. Dalam skripsinya hanya membahas pengaruh sosialisasi sertifikasi halal terhadap perilaku konsumsi masyarakat kecamatan Mampang dan lebih menekankan pada proses sosialisasi sertifikasi halal yang dilakukan LPPOM MUI terhadap perilaku konsumsi masyarakat dan perubahan perilaku konsumsi masyarakat setelah adanya sertifikasi halal. Dalam penelitian tersebut berkesimpulan bahwa sosialisasi sertifikasi halal yang dilakukan pihak LPPOM MUI berpengaruh terhadap perilaku konsumsi masyarakat, khususnya masyarakat kecamatan Mampang Prapatan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif komparasi dengan jenis data perpaduan antara data kualitatif dan kuantitatif. Dengan menggunakan uji table t dan uji dua sample berpasangan Wilcoxon dan menggunakan sampel sebanyak 100 responden.

Selain itu skripsi yang disusun oleh Siti Rohmah yang berjudul

“Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam: Analisis Terhadap Sertifikasi Halal MUI (Studi Kasus pada Produk Papa Ron’s Pizza)”. Dalam skripsinya membahas upaya perlindungan konsumen Muslim melalui sertifikasi halal dan pengaruh sertifikasi halal terhadap penjualan produk dan pemenuhan preferensi di kalangan konsumen Papa Ron’s Pizza. Dalam penelitian tersebut


(25)

10

berkesimpulan bahwa sertifikasi halal MUI pada produk Papa Ron’s Pizza dapat memberikan perlindungan bagi konsumen Papa Ron’s Pizza untuk tetap mengkonsumsi produk yang halal. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif, analisis dan eksplanatif dengan jenis data perpaduan antara data kualitatif dan kuantitatif. Dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dan menggunakan sampel sebanyak 40 responden.

Dan skripsi yang disusun oleh Ismail yang berjudul “Labelisasi Halal dalam Upaya Menjawab Keraguan Masyarakat”. Dalam skripsinya hanya membahas peran labelisasi halal dalam menjawab keraguan masyarakat mengenai halal tidaknya makanan yang beredar di masyarakat. Dalam penelitian tersebut berkesimpulan bahwa labelisasi halal yang dilakukan oleh LPPOM MUI dapat menjawab keraguan masyarakat dalam mengkonsumsi produk yang halal. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis dengan jenis data kualitatif.

Selain itu skripsi yang disusun oleh Catur Nopianto yang berjudul

“Penerapan Fatwa MUI Dalam Melahirkan Produk Halal (Studi Kasus Mc Donald)”. Dalam skripsinya hanya membahas tentang penerapan fatwa MUI dalam melahirkan produk halal pada produk Mc Donald. Dalam penelitian tersebut berkesimpulan bahwa labelisasi halal pada produk Mc Donald merupakan salah satu upaya untuk menerapkan fatwa MUI dalam melahirkan produk halal. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif analisis dengan jenis data kualitatif.


(26)

Berdasarkan pemaparan studi terdahulu di atas, skripsi ini memiliki perbedaan dengan tulisan-tulisan terdahulu. Pada skripsi ini, penulis hanya fokus membahas pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan pembelian konsumen pada produk makanan dalam kemasan dengan studi kasus pada dosen FSH UIN Jakarta. Dengan mengaplikasikan model penelitian empiris dengan pendekatan survei. Dengan menggunakan analisis regresi sederhana, uji koefisien determinasi, uji F hitung dan uji t.

E. Sistematika Penulisan

Dalam membahas skripsi ini penulis membagi ke dalam lima bab. Pada tiap-tiap bab terdapat sub-sub bab. Maka dari itu, dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I, PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan terkait latar belakang masalah, selanjutnya pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan studi terdahulu, dan sistematika penulisan.

BAB II, TINJAUAN TEORITIS

Dalam bab ini penulis akan menguraikan dan menjelaskan tentang Kerangka Teori yakni: labelisasi halal yaitu pengertian halal, kriteria halal menurut Islam, pengertian labelisasi halal,


(27)

12

dan proses labelisasi halal. Serta teori tentang keputusan pembelian konsumen yaitu pengertian keputusan pembelian konsumen, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam keputusan pembelian, tahap-tahap proses pembelian konsumen, model perilaku pembelian konsumen dan peran individu dalm keputusan pembelian. Serta menguraikan dan menjelaskan tentang hubungan labelisasi halal dan keputusan pembelian konsumen. Dan menguraikan kerangka konseptual dan hipotesis.

BAB III, METODE PENELITIAN

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan dan menguraikan tentang jenis penelitian yaitu pendekatan dan metode penelitian serta sumber data, selanjutnya populasi dan sample yaitu pengertian populasi dan sample, teknik pengambilan sample, kemudian pengumpulan data yaitu metode dan instrumen penelitian, teknik uji instrumen penelitian dan teknik analisa data.

BAB IV, ANALISA HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan dan menguraikan gambaran umum responden, statistik deskriptif, teknik analisis data dan uji hipotesis.


(28)

BAB V, PENUTUP

Meliputi penutup dan kesimpulan. Penutup, yang didalamnya mencakup kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya serta saran-saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan skripsi ini.


(29)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Kerangka Teori

1. Labelisasi Halal a. Pengertian Halal

Kehalalan merupakan masalah yang paling dahulu berhubungan dengan manusia. Masalah tersebut telah ada semenjak manusia belum diturunkan ke bumi dan merupakan pelajaran pertama yang diterima dari Tuhan ketika Allah menentukan kaidah tentang kehalalan, dipertimbangkan pula kemampuan manusia dalam bersabar terhadap segala sesuatu, maka dari itu Allah tidak menentukan tentang kehalalan pada udara, akan tetapi untuk makanan dan minuman serta hal-hal yang dikonsumsi selain makanan dan minuman (seperti halnya; kosmetika, obat-obatan dan lain-lain) ditentukan tentang kehalalannya.1

Sejak dahulu umat Islam dan bangsa ini berbeda-beda dalam persoalan makanan dan minuman, apa yang boleh dimakan dan apa yang tidak boleh, khususnya berupa binatang. Sedangkan mengenai makanan dan minuman dari tumbuh-tumbuhan tidak banyak perselisihan di kalangan manusia. Islam tidak mengharamkan kecuali sesuatu yang telah berubah menjadi khamar (memabukkan), baik terbuat dari anggur, kurma,

1

Imam Al-Ghazali. Benang Tipis antara Halal dan Haram. Surabaya: Putra Pelajar, 2003, h. 107


(30)

gandum, maupun benda-benda lain. Intinya, makanan ataupun minuman itu memabukkan. Demikian juga Islam mengharamkan sesuatu yang menyebabkan hilangnya kesadaran dan melemahkan urat, dan segala

sesuatu yang membahayakan tubuh.2

Islam menyeru manusia secara umum untuk memakan yang baik-baik, dan tidak mengikuti langkah-langkah syaitan yang memanipulasi sebagian manusia dengan menampakkan indah tindakan mengharamkan apa yang dihalalkan dan menghalalkan apa yang telah diharamkan.

Makanan atau tha’am dalam bahasa al-Qur’an adalah segala sesuatu yang dimakan atau dicicipi, karena itu minuman pun termasuk dalam

pengertian tha’am. Makanan merupakan objek dari suatu benda yang

dimakan. Menyantap makanan diartikan dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar terpenuhi zat-zat yang dibutuhkan dalam tubuh.3

Oleh karena itu agama Islam memerintahkan agar dalam

mengkonsumsi makanan haruslah halal dan thayyib.4 Halal adalah segala

sesuatu yang boleh dikerjakan atau dimakan. Dengan pengertian bahwa orang yang melakukannya tidak mendapat sanksi dari Allah SWT. Istilah

halal biasanya berhubungan dengan masalah makanan dan minuman.5

2

Ibid. h. 121 3

Hoetomo M.A, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Mitra Pelajar, 2005), h.329

4

Dr. Musthafa al-Bugha dan Muhyiddin Misto, Pokok-pokok Ajaran Islam, (Jakarta: Robbani Press, 2005), h.107

5


(31)

16

Pengertian Halal menurut Departemen Agama yang dimuat dalam KEPMENAG RI No 518 Tahun 2001 tentang Pemeriksaan dan Penetapan Pangan Halal adalah: tidak mengandung unsur atau bahan haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, dan pengolahannya tidak bertentangan dengan syariat Islam.6

Dalam buku Ensiklopedia Islam Indonesia disebutkan bahwa halal

artinya tidak dilarang, dan diizinkan melakukan atau memanfaatkannya. Halal itu dapat diketahui apabila ada suatu dalil yang menghalalkannya secara tegas dalam al-Qur’an dan apabila tidak ada satu dalil pun yang

mengharamkannya atau melarangnya.7

Sedangkan thayyib berarti baik, lezat dalam arti bahwa suatu

makanan tidak kotor dari segi zatnya atau rusak (kadaluarsa) atau dicampuri benda najis.8

b. Kriteria Halal Menurut Islam

Pada prinsipnya semua bahan makanan dan minuman adalah halal,

kecuali yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya.9 Bahan makanan

yang diharamkan Allah adalah bangkai, darah, babi dan hewan yang

6

www.lppommui.or.id 7

Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedia Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2002), h.346

8

Dr. Musthafa al-Bugha dan Muhyiddin Misto, Pokok-pokok Ajaran Islam, (Jakarta: Robbani Press, 2005), h.107

9


(32)

☺ ☺ ☺

⌧ ⌧

⌦ ⌧

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Akan tetapi, barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak meginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah [2]: 173)

Sedangkan minuman yang diharamkan Allah adalah semua bentuk khamar (minuman beralkohol), sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-baqarah ayat 219:

☺ ☺

☺ ☺

⌧ ⌧ ⌧

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: ”Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ”Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.” (QS. Al-Baqarah [2]: 219)


(33)

18

Hewan yang dihalalkan akan berubah statusnya menjadi haram apabila mati karena tercekik, terbentur, jatuh, ditanduk, diterkam binatang buas dan yang disembelih untuk berhala, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Maidah ayat 3:

☺ ☺

☺ ⌧

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu memakan hewan) yang disembelih untuk berhala . . .” (QS. Al-Maidah [5]: 3)

Jika hewan-hewan tersebut sempat disembelih dengan menyebut nama Allah sebelum mati, maka akan tetap halal kecuali diperuntukkan bagi berhala.

Segala sesuatu yang ada di bumi diciptakan untuk kepentingan manusia, kalaupun ada makanan tertentu yang diharamkan, hal ini ada hikmahnya dan larangan tersebut tidak lain hanya untuk manusia.

Termasuk makanan dan minuman yang halal adalah:10

10

Departemen Agama RI, Pedoman Pangan Halal bagi Konsumen, Importir dan Konsumen di Indonesia, (Jakarta, Tim Penerbit Buku Pedoman Pangan Halal, 2000/2001), h.4


(34)

1. Bukan terdiri atau mengandung bagian atau benda dari binatang yang dilarang oleh ajaran Islam untuk memakannya atau yang tidak disembelih menurut ajaran Islam.

2. Tidak mengandung sesuatu yang dihukumi sebagai najis menurut

ajaran Islam.

3. Tidak mengandung bahan penolong dan/atau bahan yang diharamkan

menurut ajaran Islam.

4. Dalam proses pembuatan, menyimpan dan menghidangkan tidak

bersentuhan atau berdekatan dengan makanan yang tidak memenuhi persyaratan atau benda yang dihukumkan sebagai najis menurut ajaran Islam.

Al-Qardhawi menegaskan bahwa masalah makanan menurut al-Qur’an bukan masalah cabang (furu’), melainkan masalah pokok (ushul). Ayat-ayat tersebut diturunkan untuk menegakkan dan meneguhkan aqidah Islam serta menolak pandangan orang sesat. Penghalalan makanan yang diharamkan menandakan betapa kasih Allah kepada manusia. Makanan tersebut justru sangat baik untuk manusia.

Dalam Islam memelihara jiwa dan akal adalah bagian dari prinsip

dharuriyah (pokok). Oleh karena itu, segala sesuatu yang akan mencelakakan jiwa maupun akal termasuk dalam hal makanan adalah haram.


(35)

20

Islam adalah sebuah agama yang menjadi ideologis, sistem dan aturan hidup, kerangka berpikir, pedoman terhadap konsep dan pengembangan integritas diri, menjadi tolok ukur keabsahan suatu tindakan, serta sumber inspirasi bagi sebagian besar teori peradaban. Sebagai ideologi, Islam memiliki aturan yang lengkap dan menyeluruh, serta komprehensif dalam mengatur setiap aspek utama kehidupan manusia (syumuliatul Islam).11

Konsep Syumuliatul Islam ini makin dipertegas oleh nash Al Qur’an yang berbunyi:12

“Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu merupakan musuh yang nyata bagimu.” (QS 2:168).

Syumuliatul Islam ini, oleh para pemeluknya berusaha diaplikasikan dalam tataran praktis. Salah satu contoh praktis adalah yang diterapkan dalam pola konsumsi masyarakat Muslim di Indonesia. Produk-produk yang dikonsumsi oleh umat Islam –terutama produk-produk makanan– adalah makanan yang halal. Kehalalan produk makanan tersebut dapat

11

Sa’id Hawwa, Al-Islam, (Jakarta: Al Islahy Press, 1993) h. 27 12


(36)

diketahui dari label yang tercantum di kemasan produk, yang dikenal sebagai label halal.

Temuan MUI (Majelis Ulama Indonesia) tentang beredarnya produk tidak halal di masyarakat, mendapat tanggapan reaktif dari konsumen berupa pemboikotan produk tersebut dengan cara tidak mau mengkonsumsi dan mengedarkan produk-produk tidak halal tersebut. Kenyataan ini membuat produsen-produsen produk makanan dalam kemasan melakukan pemberian label halal pada produk mereka (labelisasi halal). 13

Pemberian label berkaitan erat dengan pengemasan. Label merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan penjual. Stanton membagi label ke dalam 3 (tiga) klasifikasi yaitu:14

1. Brand Label, yaitu merek yang diberikan pada produk atau dicantumkan pada kemasan.

2. Descriptive Label, yaitu label yang memberikan informasi objektif mengenai penggunaan, konstruksi/pembuatan, perawatan/perhatian, dan kinerja produk, serta karakteristik-karakteristik lainnya yang berhubungan dengan produk.

13

Retno Sulistyowati “Labelisasi Halal” artikel ini diakses pada tanggal 15 April 2010 dari http://www.esqmagazine.com

14 Ibid.


(37)

22

3. Grade Label, yaitu label yang mengindentifikasikan penilaian kualitas

produk (product’s judged quality) dengan suatu huruf, angka, atau

kata. Misal buah-buahan dalam kaleng diberi label kualitas A, B dan C.

Pengertian Halal menurut Departemen Agama yang dimuat dalam KEPMENAG RI No 518 Tahun 2001 tentang Pemeriksaan dan Penetapan Pangan Halal adalah tidak mengandung unsur atau bahan haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, dan pengolahannya tidak bertentangan dengan syariat Islam.15

Proses-proses yang menyertai dalam suatu produksi makanan atau minuman, agar termasuk dalam klasifikasi halal adalah proses yang sesuai dengan standard halal yang telah ditentukan oleh agama Islam. Diantara standard-standard itu adalah:16

1. Tidak mengandung babi atau produk-produk yang berasal dari babi

serta tidak menggunakan alkohol sebagai ingradient yang sengaja

ditambahkan.

2. Daging yang digunakan berasal dari hewan halal yang disembelih

menurut tata cara syariat Islam.

3. Semua bentuk minuman yang tidak beralkohol.

15 Ibid. 16

Departemen Agama RI, Pedoman Pangan Halal bagi Konsumen, Importir dan Konsumen di Indonesia, (Jakarta, Tim Penerbit Buku Pedoman Pangan Halal, 2000/2001), h.4


(38)

4. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, tempat pengelolaan dan tempat transportasi tidak digunakan untuk babi atau barang tidak halal lainnya, tempat tersebut harus terlebih dahulu dibersihkan dengan tata cara yang diatur menurut syari’at Islam.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, label didefinisikan sebagai

sepotong kertas (kain, logam, kayu dan sebagainya) yang ditempelkan pada barang dan menjelaskan tentang nama barang, nama pemilik, tujuan, alamat dan sebagainya.17

Dalam buku Petunjuk Teknis Pedoman Sistem Produksi Halal,

disebutkan bahwa yang dimaksud dengan label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang diserahkan pada pangan, dimasukkan ke

dalam, ditempatkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan.18

Labelisasi halal yang secara prinsip adalah label yang menginformasikan kepada pengguna produk yang berlabel tersebut, bahwa produknya benar-benar halal dan nutrisi-nutrisi yang dikandungnya tidak mengandung unsur-unsur yang diharamkan secara syariah sehingga produk tersebut boleh dikonsumsi.19

17

Hoetomo M.A, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Mitra Pelajar, 2005), h.301

18

Departemen Agama, Petunjuk Teknis Pedoman Sistem Produksi Halal, (Jakarta, 2003), h.277

19

Ahmad Haris. “Halal di kemasan Belum Tentu Halal Dimakan”. artikel ini diakses pada tanggal 17 februari 2010 dari http://www.harisahmad.com


(39)

24

Label halal yang ada pada kemasan produk yang beredar di Indonesia adalah sebuah logo yang tersusun dari huruf-huruf Arab yang membentuk kata halal dalam sebuah lingkaran.20

Untuk memperoleh label halal dari MUI, produsen harus melalui proses sertifikasi halal terlebih dahulu. Sertifikasi halal adalah suatu proses pemeriksaan secara rinci terhadap kehalalan produk makanan, yang selanjutnya diputuskan kehalalannya dalam bentuk Fatwa MUI.21

Sertifikasi halal secara definisi dijelaskan dalam panduan untuk memperoleh sertifikat halal yang dikeluarkan oleh LPPOM MUI yaitu, fatwa tertulis MUI yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syariat Islam. Sertifikat halal ini merupakan syarat untuk mendapatkan izin pencantuman label halal pada kemasan produk dari instansi terkait.22

Dengan demikian Label Halal adalah label yang diberikan pada produk-produk yang telah memenuhi kriteria halal menurut agama Islam. Perusahaan-perusahaan yang telah mencantumkan produknya dengan label halal merupakan perusahaan yang telah melakukan prosesi halal pada produknya.

Mengacu pada klasifikasi label yang diberikan oleh Stanton, maka label halal masuk dalam klasifikasi Descriptive Label yaitu label yang menginformasikan tentang:23

a. Konstruksi atau pembuatan produk yang sesuai dengan standard halal;

20 Ibid. 21

Departemen Agama, Panduan Sertifikasi Halal, Jakarta, 2003, h.2 22

Ibid. h.1 23

Retno Sulistyowati “Labelisasi Halal” artikel ini diakses pada tanggal 15 April 2010 dari http://www.esqmagazine.com


(40)

b. Ingredient atau bahan baku produk yang sesuai dengan standard halal dan;

c. Efek yang ditimbulkan (other characteristic) produk yang sesuai

dengan standar halal

d. Proses Labelisasi Halal

Sebelum mencantumkan label halal pada suatu produk, produsen harus mengajukan sertifikat halal bagi produknya. Dalam mengajukan sertifikat halal, produsen terlebih dahulu disyaratkan mempersiapkan Sistem Jaminan Halal seperti diuraikan di bawah ini:24

a. Sistem Jaminan Halal (Halal Assurance System) harus

didokumentasikan secara jelas dan rinci serta merupakan bagian dari kebijakan manajemen perusahaan.

b. Dalam pelaksanaannya, Sistem Jaminan Halal ini diuraikan dalam

bentuk Panduan Halal (Halal Manual) yang memberikan uraian sistem

manajemen halal yang dijalankan produsen, serta berfungsi sebagai rujukan tetap dalam melaksanakan dan memelihara kehalalan produk tersebut.

c. Produsen menjabarkan Panduan Halal secara teknis dalam bentuk

Prosedur Baku Pelaksanaan (Standard Operating Procedure) untuk

24


(41)

26

mengawasi setiap proses yang kritis agar kehalalan produknya tetap terjamin.

d. Baik Panduan Halal maupun Prosedur Baku Pelaksanaan yang

disiapkan harus disosialisasikan dan diuji coba di lingkungan produsen, sehingga seluruh jajaran manajemen dari tingkat direksi sampai karyawan memahami betul bagaimana memproduksi produk halal dan baik.

e. Sistem Jaminan Halal dan pelaksanaannya dimonitor dan dievaluasi

melalui sistem audit halal internal yang ditetapkan oleh perusahaan.

f. Koordinasi pelaksanaan Sistem Jaminan Halal dilakukan oleh Tim

Auditor Halal Internal yang mewakili seluruh bagian yang terkait dengan produksi halal yang ditetapkan oleh perusahaan. Koordinator Tim Auditor Halal Internal harus beragama Islam.

g. Penjelasan rinci tentang Sistem Jaminan Halal dapat merujuk kepada

Buku Panduan Penyusunan Sistem Jaminan Halal, yang dikeluarkan oleh LPPOM MUI.

Setelah persyaratan Sistem Jaminan Halal yang produsen ajukan telah disetujui, maka produsen dapat menjalankan Prosedur Sertifikasi Halal sebagai berikut:25

25


(42)

a. Setiap produsen mendaftarkan seluruh produknya yang diproduksi dalam satu lokasi dan mendaftarkan seluruh pabrik pada lokasi yang berbeda yang menghasilkan produk dengan merek yang sama.

b. Setiap produsen yang mengajukan permohonan Sertifikat Halal bagi

produknya, harus mengisi formulir yang telah disediakan. Formulir tersebut berisi informasi tentang data perusahaan, jenis dan nama produk serta bahan-bahan yang digunakan dengan melampirkan:

1. Spesifikasi dan Sertifikat halal bahan baku, bahan tambahan dan

bahan penolong serta bagan alur proses.

2. Sertifikat Halal atau Surat Keterangan Halal dari MUI Daerah

(produk lokal) atau Sertifikat Halal dari Lembaga Islam yang telah diakui oleh MUI (produk impor) untuk bahan yang berasal dari hewan dan turunannya.

3. Sistem jaminan halal yang diuraikan dalam panduan halal beserta

prosedur baku pelaksanaannya.

c. Tim Auditor LPPOM MUI melakukan pemeriksaan/audit ke lokasi

produsen setelah formulir beserta lampiran-lampirannya dikembalikan ke LPPOM MUI dan diperiksa kelengkapannya.

d. Hasil pemeriksaan/audit dan hasil laboratorium dievaluasi dalam

Rapat Tenaga Ahli LPPOM MUI. Jika telah memenuhi persyaratan, maka dibuat laporan hasil audit untuk diajukan kepada Sidang Komisi Fatwa MUI untuk diputuskan status kehalalannya.


(43)

28

e. Sidang Komisi Fatwa MUI dapat menolak laporan hasil audit jika

dianggap belum memenuhi semua persyaratan yang telah ditentukan.

f. Sertifikat Halal dikeluarkan oleh MUI setelah ditetapkan status

kehalalannya oleh Komisi Fatwa MUI.

g. Perusahaan yang produknya telah mendapat Sertifikat halal, harus

mengangkat Auditor Halal Internal sebagai bagian dari Sistem Jaminan Halal. Jika kemudian ada perubahan dalam penggunaan bahan baku, bahan tambahan atau bahan penolong pada proses produksinya, Auditor Halal Internal diwajibkan segera melaporkan untuk mendapat “ketidakberatan penggunaannya”. Bila ada perusahaan yang terkait dengan produk halal hasil dikonsultasikan dengan LPPOM MUI oleh Auditor Halal Internal.

Tim Auditor LPPOM MUI akan melakukan pemeriksaan/audit ke lokasi produsen untuk memastikan apakah seluruh bahan yang digunakan dalam proses pembuatan produk memenuhi syarat yang sesuai syariah. Tata cara pemeriksaan (audit)nya adalah sebagai berikut:

1. Surat resmi akan dikirim oleh LPPOM MUI ke perusahaan yang akan

diperiksa, yang memuat jadwal audit pemeriksaan dan persyaratan administrasi lainnya.

2. LPPOM MUI menerbitkan surat perintah pemeriksaan yang berisi:

a.Nama ketua tim dan anggota tim


(44)

3. Pada waktu yang telah ditentukan Tim Auditor yang telah dilengkapi dengan surat tugas dan identitas diri, akan mengadakan pemeriksaan (auditing) ke perusahaan yang mengajukan permohonan sertifikat halal. Selama pemeriksaan berlangsung, produsen diminta bantuannya untuk memberikan informasi yang jujur dan jelas.

4. Pemeriksaan (audit) produk halal mencakup:

a.Manajemen produsen dalam menjamin kehalalan produk.

b.Observasi lapangan dan Pengambilan contoh hanya untuk bahan yang dicurigai mengandung babi atau turunannya, yang mengandung alkohol dan yang dianggap perlu.

Tabel 2.126

Bagan Proses Sertifikasi Halal

Revisi

Produsen

26

Ibid., h.11

Rencana Pengajuan Sertifikat Halal

Pemasyarakatan dan Uji Coba Manual Halal dan Prosedur Baku Pelaksanaannya

Audit Internal dan Evaluasi

Penyusunan Manual Halal dan Prosedur Baku Pelaksanaannya Rencana Sistem Jaminan Halal


(45)

30

LPPOM MUI Revisi

Revisi Revisi

Fatwa MUI

Evaluasi

Sertifikat Halal Audit di Lokasi Produksi Cek Sistem Jaminan Halal

2. Keputusan Pembelian Konsumen

a. Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen

Proses pengambilan keputusan yang rumit sering melibatkan

beberapa keputusan. Suatu keputusan (decision) melibatkan pilihan di

antara dua atau lebih alternatif tindakan (atau perilaku). Keputusan selalu mensyaratkan pilihan di antara beberapa perilaku yang berbeda.

Robbins menyatakan bahwa pengambilan keputusan terjadi sebagai

suatu reaksi terhadap suatu masalah (problem). Masalah ini diartikan


(46)

diinginkan oleh individu sehingga menuntut individu tersebut ke arah tindakan alternatif dalam mengambil keputusan membeli.27

Keputusan membeli juga harus dapat dibedakan dengan maksud membeli yang dilakukan oleh konsumen. Maksud membeli akan dipengaruhi oleh sikap orang lain dan faktor-faktor situasional yang tidak terduga yang mungkin dapat mengubah maksud membeli tersebut, baik itu jadi membeli atau tidak jadi membeli, sedangkan di dalam keputusan membeli yang dilakukan konsumen sudah jelas, dalam arti, konsumen sudah memutuskan untuk jadi membeli, menangguhkan atau bahkan batal membeli.28

Akan tetapi inti dari pengambilan keputusan konsumen (consumer

decision making) adalah proses penggabungan yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya.

Menurut Engel, Black Well and Miniard, seperti yang dikutip oleh William J. Stanton pengambilan keputusan untuk membeli sebagai suatu sikap yang merupakan hasil atau kelanjutan dari proses yang dilakukan individu ketika berhadapan pada situasi dan alternatif tertentu untuk berperilaku dalam memenuhi kebutuhannya, sedangkan perilaku

27

M. Taufiq Amir, Dinamika Pemasaran: Jelajahi dan Rasakan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 47

28

Husein Umar, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), h.245


(47)

32

keputusan membeli untuk kebanyakan produk hanyalah suatu kegiatan rutin dalam arti kebutuhan yang terangsang akan cukup terpuaskan melalui pembelian ulang suatu produk/jasa yang sama. Namun apabila terjadi perubahan harga, produk dan pelayanannya, maka pembeli mungkin akan mengulangi kembali proses keputusan membeli dengan berbagai pertimbangan.29

Dari berbagai pendapat dan pengertian tentang keputusan membeli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu sebagai suatu proses yang terdiri dari pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif pembelian dan hasil pembelian yang dilakukan individu dalam upaya memenuhi kebutuhan atau keinginannya atas suatu produk/jasa dengan melakukan pemilihan alternatif yang tersedia dan proses ini berlaku untuk pembelian ulangan atau kelanjutan.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam Keputusan Pembelian30

1) Faktor Budaya

Faktor budaya mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling dalam terhadap perilaku konsumen. Produsen harus memahami peran yang dimainkan oleh kultur dan kelas sosial pembeli. Sub

29

William J. Stanton, Fundamental of Marketing, (Toronto Canada: mc Grov Hill Book, Company, 1999), h. 159

30

Philip Kottler dan Gary Amstrong, Dasar-dasar Pemasaran, (Jakarta: Intermedia, 1992), h.239


(48)

kultur terdiri dari kebangsaan, agama, ras dan daerah geografis. Kelas adalah pembagian masalah yang relatif homogen dan permanen, yang tersusun secara hirarkis dan anggotanya menganut nilai-nilai, minat dan perilaku yang serupa.

Untuk itulah produsen yang kreatif hendaknya selalu mencoba menempatkan pergeseran budaya dalam rangka menyesuaikan atau bahkan menghayalkan produk/jasa baru yang diinginkan oleh para konsumen.

2) Faktor Sosial

Faktor sosial terdiri dari adanya faktor kelompok kecil, keluarga, peran dan status sosial konsumen. Hal ini dikarenakan perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh kelompok-kelompok, baik itu kelompok keanggotaan yakni yang memiliki pengaruh langsung pada perilaku seseorang dan orang itu termasuk di dalamnya, kelompok referensi/acuan yaitu yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung pada sikap atau perilaku seseorang, dan kelompok aspirasional yaitu kelompok yang ingin dimasuki oleh seseorang.

3) Faktor Pribadi

Merupakan pengaruh dari karakteristik pribadi pembeli seperti: usia dan tahap daur hidup, kepribadian dan konsep dari pembeli. Kebutuhan seseorang akan barang dan jasa tentu saja akan berubah


(49)

34

menyesuaikan dengan usia dan tahapan daur hidupnya. Masa-masa pergantian dari bayi, balita, remaja, dewasa dan tua akan menentukan perilaku pembelian seseorang akan suatu produk/jasa. 4) Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang berpengaruh antara lain: motivasi, persepsi, pembelajaran, sikap dan integrasi.

Motivasi (Motivation) merupakan suatu dorongan yang ada

dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal motivasi, terdapat urutan kepentingan yang dibutuhkan seseorang yaitu: kebutuhan psikologis, keamanan, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri. Seseorang akan berusaha memuaskan kebutuhan yang paling penting, setelah itu baru kebutuhan berikutnya.

Persepsi (Perception) adalah sebuah proses yang dengan proses itu orang-orang memilih, mengorganisasi dan menginterpretasi informasi untuk membentuk gambaran dunia yang penuh arti. Persepsi merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan tersebut.

Pembelajaran (Learning) merupakan proses yang menjelaskan

perubahan-perubahan dalam perilaku individual yang muncul dari pengalaman. Pembelajaran terjadi melalui dorongan, rangsangan, petunjuk, tanggapan dan penguatan kembali yang saling


(50)

mempengaruhi. Pembelajan dilakukan seseorang setelah membeli produk tersebut dengan melihat apakah produk tersebut memiliki kegunaan dan akan dijadikan sebagai referensi.

Sikap menggambarkan tentang suatu evaluasi, perasaan dan kecenderungan seseorang yang secara relatif konsisten terhadap suatu objek atau gagasan, karena sikap yang dimiliki seseorang tentang sesuatu. Produsen hendaknya memperhatikan kepercayaan akan meningkatkan citra produk/jasa dan orang-orang cenderung bertindak sesuai dengan kepercayaan mereka.

Integrasi (Integration), merupakan kesatuan antara sikap dan

tindakan. Integrasi merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut.31

c. Tahap-tahap Proses Pembelian Konsumen32

Ada lima tahap yang dilalui konsumen dalam proses pembelian, yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian.

Tabel 2.2

Model lima tahap proses pembelian

31

Ibid. h. 240 32

Bilson Simamora, Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel, (Jakarta: PT Gramedia Utama, 2001), h.94


(51)

36

Perilaku Pasca Membeli Keputusan

Membeli Evaluasi

Alternatif Pencarian

Informasi Pengenalan

Masalah

1) Pengenalan Masalah

Proses dimulai pada saat pembeli menyadari adanya masalah atau kebutuhan pembelian. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan yang nyata dan keadaan yang diinginkan. Kebutuhan ini disebabkan oleh adanya rangsangan internal maupun eksternal dari pengalaman sebelumnya. Orang yang telah belajar bagaimana mengatasi dorongan ini dan dimotivasi ke arah produk yang diketahuinya akan memuaskan dorongan ini. Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli.33

2) Pencarian Informasi

Seorang konsumen yang terdorong kebutuhannya mungkin mencari atau mungkin juga tidak mencari informasi lebih lanjut. Jika dorongan konsumen kuat dan produk/jasa itu ada di dekatnya, mungkin konsumen akan langsung membelinya. Jika tidak, maka kebutuhan konsumen ini hanya akan menjadi ingatan saja.

33

Duncan, Tom. 2005. Principles of Advertising & IMC, Second Edition. McGraw-Hill, Inc. Bab 5


(52)

Pencarian informasi digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu pencarian informasi karena perhatian yang meningkat, yang ditandai dengan pencarian informasi yang sedang-sedang saja dan pencarian informasi dari segala sumber. Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan dari bertanya kepada orang lain (eksternal).

3) Evaluasi Alternatif

Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternative apa yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.

Evaluasi alternatif merupakan tahapan di mana konsumen memperoleh informasi tentang suatu objek dan membuat penilaian akhir. Pada tahap ini konsumen menyempitkan pilihan hingga alternatif yang dipilih berdasarkan besarnya kesesuaian antara manfaat yang diinginkan dengan yang bisa diberikan oleh pilihan produk yang tersedia.

Adapun proses evaluasi bisa dijelaskan asumsi-asumsi sebagai berikut:

a. Pertama, diasumsikan bahwa konsumen melihat produk/jasa

sebagai sekumpulan atribut.

b. Kedua, tingkat kepentingan atribut berbeda-beda sesuai dengan


(53)

38

penekanan yang berbeda-beda dalam menilai atribut apa yang paling penting. Konsumen yang daya belinya terbatas, kemungkinan besar sekali memperhatikan atribut harga sebagai yang utama.

c. Ketiga, konsumen mengembangkan sejumlah kepercayaan tentang

letak produk. Sejumlah kepercayaan mengenai merek tertentu

disebut “Brand Image”. Misalnya, sejumlah kepercayaan

mengenai susu Dancow instant adalah rasa enak, harga terjangkau dan mutu terjamin.

d. Keempat, tingkat kepuasan konsumen terhadap produk/jasa akan

beragam sesuai dengan perbedaan atribut. Misalnya, seseorang menginginkan besarnya gambar dari televisi. Maka, kepuasan tertinggi akan diperoleh dari televisi paling besar dan kepuasan terendah dari televisi paling kecil. Dengan kata lain, semakin besar ukuran televisi, maka kepuasannya juga semakin besar.

e. Kelima, konsumen akan sampai pada sikap terhadap merek yang

berbeda melalui prosedur evaluasi.

4) Keputusan Pembelian

Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian. Keputusan pembelian merupakan tahapan di mana konsumen telah memiliki pilihan dan siap melakukan transaksi pembelian atau pertukaran antara


(54)

uang atau janji untuk membayar dengan hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang dan jasa.

Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan. Setelah keputusan diambil maka pembeli akan menjumpai serangkaian keputusan menyangkut jenis produk/jasa, merek, penjual, kualitas, waktu pembelian dan cara pembayaran.

5) Perilaku Pasca Pembelian

Perilaku pasca pembelian merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen yang tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian. Pada tahapan ini konsumen akan mengalami dua kemungkinan yaitu kepuasan dan ketidak-puasan terhadap pilihan yang diambilnya. Setelah membeli suatu produk, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan produk tersebut di masa depan. Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen di masa depan.


(55)

40

Semua tahap yang ada dalam proses pembelian sampai dengan tahap kelima yang bersifat operatif. Perasaan dan perilaku sesudah pembelian dapat mempengaruhi penjualan ulang dan juga mempengaruhi ucapan-ucapan pembeli kepada pihak lain tentang produk yang dibelinya. Hal ini karena ada kemungkinan bahwa pembeli mengalami ketidakpuasan tersebut.34

d. Model Perilaku Pembelian 35

Tabel 2.3

Perilaku Pembelian Konsumen

34

Ibid., h.95 35

Ibid., h.99

Stimuli Stimuli Pemasaran Lain

Produk Ekonomi Harga Teknologi Tempat Tempat Promosi Promosi

Karakteristik Proses Pembeli Keputusan Pembelian Budaya Pengenalan Masalah Sosial

Pribadi Pencarian Informasi Psikologis Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Perilaku Pasca Pembelian Keputusan Pembelian Pilihan Produk Pilihan Merek Pilihan Tempat Pilihan Waktu Pilihan Jumlah


(56)

e. Peran individu dalam keputusan pembelian36

Kita dapat membedakan lima peran yang dimainkan orang dalam keputusan pembelian yang sesuai dengan pendapat yang diutamakan oleh Kottler:

a. Pencetus; seseorang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk

membeli suatu produk/jasa.

b. Pemberi pengarah; seseorang yang pandangan atau sarannya

mempengaruhi keputusan.

c. Pengambilan keputusan; seseorang yang mengambil keputusan untuk

setiap komponen apakah membeli, tidak membeli, bagaimana membeli dan di mana akan membeli.

d. Pembeli; orang yang melakukan pembelian yang sesungguhnya.

e. Pemakai; seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk/jasa

yang bersangkutan.

3. Hubungan antara Labelisai Halal dengan Keputusan Pembelian Konsumen.

Komunitas Muslim di seluruh dunia telah membentuk segmen pasar yang potensial dikarenakan pola konsumsi khusus mereka dalam


(57)

42

mengkonsumsi suatu produk. Pola konsumsi ini diatur dalam ajaran Islam yang disebut dengan syariat.37 Dalam ajaran syariat, tidak diperkenankan bagi kaum Muslim untuk mengkonsumsi produk-produk tertentu karena substansi yang dikandungnya atau proses yang menyertainya tidak sesuai dengan ajaran syariat tersebut.38

Ajaran tegas syariat Islam untuk menghindari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT dan melaksanakan apa saja yang diperintahkan membuat

konsumen Muslim bukanlah konsumen yang permissive dalam pola

konsumsinya. Mereka dibatasi oleh ke-Halalan dan ke-Haraman yang dimuat

dalam nash Al-Qur’an dan Al-Hadist yang menjadi panduan utama bagi

mereka.39

Pemahaman yang semakin baik tentang agama semakin membuat konsumen Muslim menjadi semakin selektif dalam pemilihan produk yang

dikonsumsi.40 Produk-produk yang mendapat pertimbangan utama dalam

proses pemilihannya berdasarkan ketentuan syariat yang menjadi tolok ukur untuk konsumen Muslim adalah produk-produk makanan dan minuman. Ketidakinginan masyarakat Muslim untuk mengkonsumsi produk-produk haram akan meningkatkan keterlibatan yang lebih tinggi dalam proses

37

Rustam Efendi “Sertifikasi Halal Juga Untungkan Produsen”, artikel diakses pada tanggal 17 februari 2010 dari http://gagasanhukum.wordpress.com

38

Departemen Agama RI. Sistem dan Prosedur Penetapan Fatwa Produk Halal MUI (Jakarta, 2003). h. 2

39

Ibid.h. 8 40

Anton Apriyantono Nurbowo. “Aku Ingin Yang Halal” Artikel ini diakses pada tanggal 15 April 2010 dari www.unisba.ac.id


(58)

pemilihan produk. Dengan begitu akan ada produk yang dipilih untuk dikonsumsi dan produk yang disisihkan akibat adanya proses pemilihan tertsebut. Proses pemilihannya sendiri akan menjadikan kehalalan sebagai parameter utamanya.

Khusus di Indonesia, konsumen Muslim dilindungi oleh lembaga yang secara khusus bertugas untuk mengaudit produk-produk yang dikonsumsi oleh konsumen Muslim di Indonesia. Lembaga ini adalah Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI). Lembaga ini mengawasi produk yang beredar di masyarakat dengan cara memberikan sertifikat halal sehingga produk yang telah memiliki sertifikat halal tersebut dapat memberi label halal pada produknya.41

Adanya LPPOM MUI dapat memudahkan masyarakat Indonesia untuk mengetahui kehalalan suatu produk. Dengan memberikan sertifikat halal pada produk yang telah diaudit keabsahan halal-nya sehingga produk-produk tersebut bisa mencantumkan label halal dan hal itu berarti produk-produk tersebut telah halal untuk dikonsumsi umat Muslim.42

Dengan adanya label halal ini konsumen Muslim dapat memastikan produk mana saja yang boleh mereka konsumsi. Secara teori maka, untuk para pemeluk agama Islam yang taat, pilihan produk makanan yang mereka pilih adalah makanan halal yang diwakili dengan label halal.

41

Retno Sulistyowati “Labelisasi Halal” artikel ini diakses pada tanggal 15 April 2010 dari http://www.esqmagazine.com

42 Ibid.


(59)

44

Namun, kenyataan yang berlaku pada saat ini adalah bahwa LPPOM MUI memberikan sertifikat halal kepada produsen-produsen obat dan makanan yang secara suka rela mendaftarkan produknya untuk diaudit LPPOM MUI. Dengan begitu produk yang beredar di kalangan konsumen Muslim bukanlah produk-produk yang secara keseluruhan memiliki label halal yang dicantumkan pada kemasannya. Artinya masih banyak produk-produk yang beredar di masyarakat belum memiliki sertifikat halal yang diwakili dengan label halal yang ada pada kemasan produk.43

Dengan demikian konsumen Muslim akan dihadapkan pada produk-produk halal yang diwakili dengan label halal yang ada pada kemasannya dan produk yang tidak memiliki label halal pada kemasannya sehingga diragukan kehalalan produk tersebut. Maka keputusan untuk membeli produk-produk yang berlabel halal atau tidak akan ada sepenuhnya di tangan konsumen sendiri.

B. Kerangka Konseptual

Produk

Konsumen Muslim

Halal

Tidak Membeli Haram

43

Ahmad Haris. “Halal di kemasan Belum Tentu Halal Dimakan”. artikel ini diakses pada tanggal 17 februari 2010 dari http://www.harisahmad.com


(60)

Berlabel Halal

Cenderung Membeli

Tidak Berlabel Halal

Membeli/Tidak

C. Hipotesis

Hipotesa tidak lain adalah jawaban sementara yang digunakan penulis dalam penelitian yang sebenarnya masih harus diuji kembali. Hipotesa bisa saja salah, hipotesa ini akan diuji oleh penulis sendiri sehingga akan didapat suatu kesimpulan apakah hipotesa tersebut dapat diterima atau ditolak. Penelitian ini akan menguji dan membuktikan kebenaran hipotesis tersebut sebagai berikut: Ho: Tidak ada pengaruh antara labelisasi halal terhadap keputusan pembelian

konsumen

Hα: Ada pengaruh antara labelisasi halal terhadap keputusan pembelian


(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Dalam penelitian ini diaplikasikan model penelitian empiris dengan pendekatan survei. Dilihat dari sudut pandang sifat yang dihimpunnya, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan analisa statistik.

2. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku, serta sumber lainnya yang berkaitan dengan materi penulisan ini.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karekteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti.1

1

Hoetomo M.A, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Mitra Pelajar, 2005), h.389


(62)

Populasi dalam penelitian ini adalah Dosen tetap Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjumlah 103 orang.2

Sampel 2.

kil populasi yang diteliti yang tuk mengeneralisasikan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian

tian ini sampel diambil dari sebagian populasi yang aitu sebagian Dosen tetap Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sya

ber

3. Teknik Pengambilan S

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penel adalah sistem random sampling, setiap populasi mempunyai kesempa sama untuk dipilih sebagai sampel. Untuk menentukan banyaknya sam suatu populasi, peneliti menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:4

n = N N (e)2 + 1 = 103 103 (0,05)2 + 1

Sampel adalah sebagian atau wa dimaksudkan un

.3

Dalam peneli telah ditentukan, y

rif Hidayatullah Jakarta yang masih aktif selama penelitian ini langsung, baik laki-laki maupun perempuan.

ampel

itian ini tan yang

pel dari

2

Data ini diperoleh dari Bagian Kepegawaian FSH UIN Jakarta pada tan 2 April 2010

3

Hoetomo M.A, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Mitra Pelaja 2005), h. 435

4

Consuelo G. Sevilla, dkk. Pengantar Metode Penelitian. (Jakarta, 1993) h. 161 ggal 1


(63)

48

= 81,91 orang responden dan digenapkan menjadi 80 orang responden. Di mana:

n : ukuran sampel N : ukuran populasi

e : kesalahan yang diterima 5% (0.05)

C. Pengumpulan Data

1. Metode dan Instrumen penelitian

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan instrumen yang disusun berbentuk kuesioner yang diisi oleh para responden. Kuesioner diberikan kepada konsumen (dosen tetap FSH UIN Jakarta). Kemudian dianalisa dengan berpedoman pada sumber tertulis yang didapat dari perpustakaan sebagai langkah konfirmasi mengenai data yang diperoleh dari penelitian lapangan. Alat pengumpul data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan skala labelisasi halal dan skala keputusan

en. a. Skala lab

indikator. Adapun indikator yang digunakan adalah: pengetahuan, kepercayaan dan penilaian terhadap labelisas

pembelian konsum elisasi halal

Skala ini tersusun dari dua puluh dua (22) butir pernyataan-pernyataan yang terdiri dari tiga


(64)

Tabel 3.1

Skala Labelisasi Halal

No Indikator Nomor Item Jumlah

Fav Unfav

1 Pengetahuan 1, 2, 3, 5, 6, 7 4 7

2 Kepercayaan 8, 11, 12, 13, 14 9, 10 7

3 Penilaian 15, 16, 17, 19, 21 18, 20, 22 8

Jumlah 16 6 22

Skala labelisasi halal ini menggunakan alat tes Skala Likert atau dikenal juga dengan The Method of Summated Rating, dengan variasi jawaban sebanyak lima (5) pilihan yaitu; sangat tidak setuju, tidak setuju, ragu-ragu, setuju dan sangat setuju. Adapun skor untuk masing-masing

bagai berikut:

Tabel 3.2

Skor Skala Labelisasi Halal

TS R S SS

pilihan adalah se

Pilihan STS

Fav 1 2 3 4 5

Un Fav 5 4 3 2 1

b. Skala keputusan pembelian konsumen

0) butir pernyataan-pernyataan eneliti menggunakan indikator dari tahap-tahap proses pembelian konsumen, yaitu: pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan membeli dan

pasca membeli.

Skala ini tersusun dari sepuluh (1 yang terdiri dari lima indikator. P


(65)

50

Tabel 3.3

Skala Keputusan Pembelian Konsumen

No Indikator Nomor Item Jumlah

1 Pengenalan masalah 1, 2 2

2 Pencarian Informasi 3, 4 2

3 Evaluasi Alternatif 5, 6 2

4 Keputusan Membeli 7, 8 2

5 Perilaku Pasca Membeli 9, 10 2

Jumlah 10 10

Sedangkan instrumen keputusan pembelian konsumen yang peneliti gunakan berbentuk Self Report Inventori.5 Self report inventori adalah laporan pribadi yang diberikan oleh subyek secara suka rela berkaitan dengan keputusan pembelian yang pernah dilakukan. Hal tersebut karena sampel adalah orang yang paling mengetahui keputusan pembelian yang pernah dilakukan.

Dengan skala ini, diharapkan sampel bersedia memberikan jawaban yang jujur. Skala tersebut menggunakan rentang pada setiap itemnya, yaitu mulai dari 0 – 100%. Dalam skala ini responden akan diberikan 5 alternatif pilihan jawaban berupa besaran keputusan pembelian yang pernah dilakukan dengan kriteria tidak pernah jika (0 – 20%), kurang sering jika (21 – 40%), cukup sering jika (41 – 60%), sering jika (61 – 80%) dan sangat sering jika (81 – 100%).

Eky Kusnul Yakin (2005), Hubungan Antara Sikap Permisif dan Kecurangan Akademis, Depok, FPUI.


(66)

Table 3.4

Skor Skala Keputusan Pembelian Konsumen

(0 – 20

CS S SS

Pilihan TP KS

%) (21% – 40%) (41% – 60%) (61% – 80%) (81% – 100%)

Nilai 1 2 3 4 5

2. Tek

penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba agar diperoleh instrumen yang valid dan reliabel. Salah satu ciri instrumen yang baik adalah apabila

instrumen itu dapat dengan tepat m pa yang hendak diukur secara

valid atau shahih.

U igunakan untu jauh etepata dan

kecerma elaku a. S an suat tem

kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah ko

ber men lain

Uji reliabilitas bertujuan unt konsistensi alat ukur yang akan

digunakan yakni apakah a an konsisten. Teknik

yang diguna k uji reliabilitas adalah Alpha Cronbach. Adapun

nik Uji Instrumen Penelitian

Sebelum instrumen penelitian digunakan untuk memperoleh data-data

engukur a

ji validitas d k melihat se mana k n

tan alat ukur dalam m kan fungsi ukurny edangk u i

nsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Apabila suatu alat pengukuran telah dinyatakan valid, maka tahap ikutnya adalah mengukur reliabilitas dari alat sebagai ukuran yang

unjukkan konsistensi dari alat ukur dalam mengukur gejala yang sama di kesempatan.

uk melihat

lat ukur tersebut akurat, stabil d kan untu meng


(67)

52

reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan relia l jika miliki nilai 0.89, standarisasi reliabilitas ini didasarka

Kaidah Reliabilitas Guilford

Koefisien Kriteria

be me

Alpha Cronbach lebih besar dari 0.7 – n pada kaidah reliabilitas Guilford.

Tabel 3.5

< 0.2 Tidak Reliabel

0.2 – 0.39 Kurang Reliabel

0.4 – 0.69 Cukup Reliabel

0.7 – 0.89 Reliabel

> 0.9 Sangat Reliabel a. Uji Validitas

Uji validit i rhitung dengan

rtable, d dalam hal ini n adalah jumlah sampel atau

responden. Pada kasus instrumen pengukuran labelisasi halal jumlah

sa e df =30 – 2 = ngan alpha 0.05, maka

tabel= mbilan keputusan adalah jika rhitung positif

dan lebih besar dari rtabel , maka butir tersebut valid. Sebaliknya jika rhitung

lebih kecil dari rtabel maka butir tersebut tidak valid. Hasil pengujian

validitas dijelaskan sebagai berikut: 1. Variable labelisasi halal

Dari 22 (dua puluh dua) butir instrumen yang telah dibuat, dalam variable X (Labelisasi Halal) semua butir pernyataan dianggap valid. Artinya butir instrumen tersebut menghasilkan hasil perhitungan di

as dilakukan dengan membandingkan nila i mana df = n – 2,

mp l (n) =30, maka besarnya 28, de =


(68)

at

Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel Labelisasi Halal

as taraf signifikan 0.3610. Dengan demikian, semua instrumen yang valid dapat digunakan sebagai alat ukur untuk mengukur labelisasi halal.

Table 3.6

Item Corrected Item – Total Correlaion Kriteria Valid

X1 0.414 Valid

X2 0.472 Valid

X3 0.654 Valid

X4 0.580 Valid

X5 0.525 Valid

X6 0.384 Valid

X7 0.753 Valid

X8 0.365 Valid

X9 0.711 Valid

X10 0.409 Valid

X11 0.642 Valid

X12 0.662 Valid

X13 0.726 Valid

X14 0.806 Valid

X15 0.785 Valid

X16 0.362 Valid

X17 0.851 Valid

X18 0.775 Valid

X19 0.641 Valid

X20 0.769 Valid

X21 0.654 Valid

X22 0.641 Valid

2.

fikan 0.3610. Dengan demikian, semua Variabel Keputusan Pembelian Konsumen

Dari 10 (sepuluh) butir instrumen yang telah dibuat, dalam variabel Y (Keputusan Pembelian Konsumen) semua butir pernyataan dianggap valid. Artinya butir instrumen tersebut menghasilkan hasil perhitungan di atas taraf signi

instrumen yang valid dapat digunakan sebagai alat ukur untuk mengukur keputusan pembelian konsumen.


(1)

No Pernyataan STS TS R S SS

11 Selalu memperhatikan kehalalan produk yang dikonsumsi

12 Merasa cemas ketika mengkonsumsi produk yang tidak ada label halalnya

13 Merasa lebih aman ketika mengkonsumsi produk yang sudah berlabel halal

14 Label halal menjadi jaminan dalam mengkonsumsi produk

15 Labelisasi halal pada produk sangat perlu

16 Semua produk halal yang beredar di Indonesia sebaiknya memiliki label halal

17 Sosialisasi labelisasi halal harus dilakukan secara berkala melalui berbagai media

18 Labelisasi halal bukanlah hal yang penting 19 Tidak semua produk yang beredar di Indonesia

harus memiliki label halal

20 Keterangan yang tertera di daftar Ingradient sangat jauh dari mencukupi untuk memastikan kehalalan produk

21 Produk yang tidak berlabel halal belum tentu haram

22 Produk yang tidak berlabel halal merupakan produk yang haram


(2)

Skala Keputusan Pembelian Konsumen

Berikut ini terdapat sejumlah perilaku yang kerap dilakukan konsumen sebelum memutuskan membeli sebuah produk. Seberapa seringkah Bapak/Ibu/Saudara/i melakukan perilaku-perilaku yang disebutkan di bawah ini?

Berilah tanda Cheklist (√) pada salah satu kolom yang disediakan untuk masing-masing perilaku di sebelahnya! Alternatif tersebut mencerminkan besaran Bapak/Ibu/Saudara/i melakukan perilaku tersebut.

Adapun pilihan jawabannya adalah:

TP : Tidak Pernah (0–20%) KS : Kurang Sering (21–40%) CS : Cukup Sering (41–60%) S : Sering (61–80%)

SS : Sangat Sering (81–100%)

No Pernyataan TP KS CS S SS

1 Mereka-reka kehalalan produk yang tidak berlabel halal

2 Label halal menjadi pertimbangan utama dalam membeli produk

3 Lebih memilih produk yang berlabel halal disbanding yang tidak berlabel halal

4 Menebak sendiri kehalalan produk dari daftar ingradient

5 Lebih memperhatikan kualitas produk dari pada harga produk

6 Harga barang turut mempengaruhi pembelian 7 Hanya mengkonsumsi produk yang berlabel halal 8 Tetap membeli produk yang tidak berlabel halal

karena keunikan produk

9 Merasa lebih puas jika mengkonsumsi produk yang berlabel halal

10 Mengkonsumsi produk yang berlabel halal atau tidak berlabel halal adalah sama saja


(3)

● Label hala diragukan

● Label Hal

diragukan

al dengan me n lagi.

al tanpa mel n.

elalui sertifik

lalui Sertifik

kasi halal, se

kasi Halal MU

ehingga keha

UI, sehingga

alalan produ

a kehalalan p uk tidak


(4)

17 3 3 3 3 2 1 3 3 3 5 1 3 3 5 4 4 4 4 4 1 4 3 69 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 6 4 5 4 5 4 3 4 4 4 5 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 86 7 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 81 8 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 79 9 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 80 10 4 5 3 4 1 1 4 4 5 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 2 5 3 77 11 4 4 4 3 3 3 3 5 4 4 2 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 79 12 3 4 4 3 2 1 3 3 3 4 1 4 3 4 4 4 4 3 4 2 4 3 70 13 4 5 4 4 2 1 5 4 4 5 1 3 3 4 4 5 4 4 5 1 4 4 80 14 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 2 4 4 2 4 4 81 15 3 4 5 5 3 2 3 5 4 4 1 3 3 4 4 4 4 3 4 1 4 4 77 16 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 96 17 3 3 3 3 2 1 3 3 3 5 1 3 3 5 4 4 4 4 4 1 4 3 69 18 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 19 4 5 4 3 2 4 3 4 3 4 3 2 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 77 20 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 81 21 4 4 4 4 4 3 3 4 4 5 3 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 86 22 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 85 23 2 3 3 2 1 4 3 3 4 4 1 1 2 4 3 3 4 3 4 2 3 3 62 24 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 83 25 4 3 4 3 3 4 2 4 2 4 4 3 4 3 3 3 2 3 4 4 4 4 74 26 3 4 5 5 2 1 5 5 3 3 2 4 4 4 4 5 4 3 5 2 4 2 79 27 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 86 28 4 5 3 3 3 2 3 4 2 4 2 1 2 3 1 4 2 3 3 3 3 3 63 29 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 3 3 4 4 4 85 30 2 3 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 2 5 4 4 3 3 4 3 2 2 68 31 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 5 5 5 4 4 4 4 3 4 4 3 84 32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 86 33 3 3 4 3 3 2 4 3 3 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 75 34 3 3 4 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 4 4 4 4 5 2 3 3 68 35 4 4 4 5 5 4 5 4 4 5 3 4 3 5 4 4 4 4 5 3 4 3 90 36 4 3 2 3 2 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 70 37 3 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 90 38 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 91


(5)

57 5 4 4 4 3 3 5 4 4 5 1 3 4 5 4 4 4 4 5 2 4 3 84 39 3 3 2 3 2 3 4 4 4 4 3 3 2 5 4 4 3 3 4 3 2 4 72 40 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 83 41 4 4 4 3 3 3 4 4 2 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 81 42 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 82 43 3 4 4 4 3 4 5 4 4 5 2 4 3 5 5 5 3 3 4 2 4 3 83 44 5 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 80 45 2 3 3 2 1 4 3 3 4 4 1 2 2 4 4 4 4 3 4 1 3 2 63 46 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 85 47 3 3 3 3 2 4 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 60 48 3 3 4 3 1 2 4 3 4 5 3 3 3 5 4 4 3 3 5 2 3 3 73 49 5 5 5 5 3 3 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 100 50 4 4 5 4 2 3 4 4 4 5 2 3 3 5 4 4 5 3 5 2 4 4 83 51 4 3 4 3 2 1 4 3 3 5 1 2 4 4 4 4 3 3 5 1 2 3 68 52 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 80 53 3 3 3 3 4 2 4 3 3 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 75 54 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 82 55 4 4 5 4 3 2 5 4 4 4 2 5 3 4 5 5 3 3 5 2 4 5 85 56 4 4 5 4 2 2 5 5 4 4 2 3 4 5 4 5 4 4 5 2 4 4 85 57 5 4 4 4 3 3 5 4 4 5 1 3 4 5 4 4 4 4 5 2 4 3 84 58 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 83 59 4 3 2 3 2 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 70 60 4 4 4 3 2 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 80 61 3 3 3 3 2 1 3 3 3 5 1 3 3 5 4 3 4 3 4 1 4 3 67 62 4 5 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 90 63 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 2 2 3 4 4 3 3 4 4 4 3 73 64 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 94 65 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 3 5 5 3 3 4 88 66 3 3 3 3 4 2 4 3 4 4 1 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 75 67 4 4 4 4 3 3 5 5 4 4 1 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 81 68 5 4 4 4 3 2 4 5 5 5 2 3 4 5 4 4 4 4 5 2 4 4 86 69 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 86 70 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 88 71 3 3 3 2 1 2 3 3 4 4 3 2 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 67 72 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 92 73 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 89 74 2 4 4 4 1 2 5 4 4 5 2 4 3 4 4 4 4 3 5 2 4 4 78 75 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 88 76 3 3 5 5 2 3 4 5 4 4 2 4 4 5 5 4 4 3 4 2 4 4 83 77 4 5 4 5 3 4 5 5 4 2 3 3 5 4 4 5 3 4 3 2 4 4 85 78 3 3 3 4 1 2 3 4 4 4 1 2 2 4 4 3 4 2 5 1 4 3 66


(6)