itu, peneliti mengambil data dari penyandang DM tipe 2 di RSUD Temanggung sebagai responden penelitian.
Dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan dan pencegahan komplikasi dengan pemantauan yang lebih intensif pada DM tipe 2, maka
dilakukan penelitian mengenai korelasi antara pengukuran abdominal skinfold thickness terhadap kadar trigliserida. Hasil penelitian ini dapat menjadi
pertimbangan dalam mengembangkan edukasi kesehatan dan sarana pemantauan lebih intensif bagi penyandang DM tipe 2 agar lebih optimal.
1. Perumusan masalah
Berdasarkan uraian yang tercantum dalam latar belakang di atas, maka permasalahan yang diangkat oleh peneliti dalam penelitian ini adalah :
Apakah terdapat korelasi antara abdominal skinfold thickness terhadap kadar trigliserida pada diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung?
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan oleh penulis, penelitian yang berkaitan dengan korelasi abdominal skinfold thickness terhadap kadar trigliserida
yang telah dipublikasikan antara lain sebagai berikut : a. “Hubungan antara Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah”
Lipoeto, Yerizel, Edward, dan Widuri, 2007. Penelitian ini dilakukan pada 70 orang penduduk dewasa diatas 20 tahun di daerah kabupaten Padang Pariaman.
Jumlah penderita obesitas berdasarkan index massa tubuh IMT 25kgm
2
sebanyak 34,3, berdasarkan lingkar pinggang LP berjumlah 38,6 dan berdasarkan rasio lingkar pinggang panggul RLPP berjumlah 24,4. Hasil
analisis korelasi menunjukkan adanya korelasi positif antara kadar glukosa darah dengan metode antropometri terlebih pada pengukuran BMI dan rasio lingkar
pinggang panggul. Nilai korelasi yang didapat antara kadar glukosa darah dengan IMT adalah 0,101 p0,05, dengan LP sebesar 0,168 p0,05 dan dengan RLPP
adalah sebesar 0,186 p0,05. Dengan adanya penelitian tersebut, maka dapat diketahui bahwa adanya hubungan antara pengukuran antropometri dengan
beberapa zat yang terkandung dalam darah. b. “Incidence of Type 2 Diabetes individuals with Central Obesity in a
Rural Japanese Population” Ohnishi, et.al., 2006. Penelitian ini dilakukan
dengan tujuan melihat risiko diabetes pada obesitas sentral dan normal. Sebanyak 348 pria dan 523 wanita responden masing-masing dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu obesitas dan normal. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa risiko DM tipe 2 secara signifikan lebih tinggi di dalam kelompok obesitas sentral dibanding di
dalam kelompok normal 15,6 vs 5,8, p0,0001. Penelitian tersebut sekaligus menjadi acuan pemilihan responden, dimana diketahui adanya resiko DM tipe 2
yang lebih tinggi pada obesitas sentral semakin tinggi nilai lemak subkutan. c. “Hubungan Persentase Lemak Tubuh dan Indeks Massa Tubuh dengan
Kadar Trigliserida Darah pada Wanita Menopause: studi di Wilayah Kerja Puskesmas Srondol Kecamatan Banyumanik Kota Semarang” Setyandri, 2009.
Pada penelitian tersebut, dilakukan penelitian secara cross-sectional dengan 44 responden wanita menopause. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa adanya
hubungan antara presentase lemak tubuh dan indeks massa tubuh dengan kadar trigliserida dalam darah baik sebelum maupun sesudah dikontrol. Semakin tinggi
persentase lemak tubuh dan indeks massa tubuh, maka semakin tinggi pula kadar trigliserida pada wanita menopause. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita
menopause memiliki persentase lemak tubuh tinggi sebesar 29,5, indeks massa tubuh gemuk sebesar 63,6, kadar trigliserida darah sebesar 20,5, aktivitas fisik
sedang sebesar 40,9 d. “Korelasi Body Mass Index BMI dan Triceps Skinfold Thickness
terhadap Trigliserida” Anastasia, 2010. Pada penelitian tersebut digunakan rancangan penelitian
cross-sectional. Responden penelitian yang dipilih
merupakan dosen dan karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan jumlah 70 orang usia 30-50 tahun. Hasil pengujian karakteristik diperoleh umur
dan BMI terdistribusi secara normal p=0,197 dan p=0,200, Triceps skinfold thickness dan trigliserida tidak terdistribusi normal p=0,000 dan p=0,000.
Korelasi BMI dan triceps skinfold thickness terhadap trigliserida adalah korelasi positif yang bermakna dengan kekuatan lemah, nilai r berturut-turut adalah 0,389
dan 0,0320. Perbedaan dengan penelitian ini adalah sasaran responden, dimana pada penelitian ini digunakan responden pasien dengan diabetes melitus tipe 2.
Sedangkan dalam penelitian tersebut adalah staf pria Universitas Sanata Dharma. e. “Korelasi Body Mass Index BMI dan Abdominal Skinfold Thickness
terhadap Trigliserida dalam Darah pada Staf Wanita Universitas Sanata Dharma” Poerwowidjojo, 2011. Pada penelitian tersebut dilakukan uji korelasi dengan
rancangan cross-sectional dengan responden 57 orang staf wanita Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Responden yang dipilih adalah rentang usia 30-50
tahun. Hasil penelitian yang didapat adalah adanya korelasi positif bermakna
r=0,444; p=0,001 antara BMI dan kadar trigliserida, sedangkan korelasi abdominal skinfold thickness terhadap kadar trigliserida merupakan korelasi
positif bermakna r=0,375; p=0,004. f. “Gambaran Profil Lipid pada Penderita Diabetes Melitus tipe 2 yang
Dirawat di RS Immanuel Bandung Periode Januari-Desember 2005” Taqwin, 2007. Penelitian bertujuan melihat gambaran profil lipid pada pasien DM tipe 2
yang dirawat di RS Immanuel Bandung secara umum dan melihat prevalensi berbagai kondisi profil lipid. Penelitian ini dilakukan pada 108 pasien DM tipe 2.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa 34,26 pasien mengalami hiperlipidemia. Tipe hiperlipidemia yang paling banyak ditemukan adalah tingginya kadar LDL
81,80, rendahnya kadar HDL 70,30, dan hipertrigliserida 54,50. Penelitian tersebut memberikan gambaran prevalensi pasien DM tipe 2 yang
mengalami dislipidemia hipertrigliserida. g. “Hubungan Peningkatan Kadar Glukosa Darah terhadap Peningkatan
Kadar Trigliserida pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Jombang Periode Januari-Desember 2008” Hidayat, 2010. Pada penelitian ini dilakukan
pada 105 pasien rawat jalan yang didiagnosa DM tipe 2 dengan kriteria telah diperiksa kadar lipid darah, belum pernah mendapat terapi dislipidemia. Hasil
penelitian yang didapat adalah diketahui adanya hubungan bermakna antara peningkatan kadar glukosa darah dengan kadar trigliserida pada pasien rawat jalan
DM tipe 2. Peningkatan kadar glukosa darah dan peningkatan trigliserida pada pasien rawat jalan DM tipe 2 ditunjukkan dengan nilai signifikansi p 0,001.
h. “Dyslipidemia in Type 2 Diabetes Mellitus: More Atherogenic Lipid Profile in Women” Nakhjavani, Esteghamati, Esfahanian, dan Heshmat, 2006.
Penelitian ini dilakukan dengan rancangan cross-sectional pada 350 DM tipe 2 sebagai responden 100 pria dan 250 wanita, dengan umur 19-28 tahun. Hasil
penelitian didapatkan
bahwa wanita
memiliki nilai
total kolesterol
p0,001:233,7mgdL, trigliserida
p0,05:219,7mgdL, LDL-C
P0,001:141,2mgdL, HDL P0,05:47,1mgdL. Prevalensi segala tipe
dislipidemia pada wanita terbukti lebih tinggi dibanding pada pria.
i.
“ Suprailiac or Abdominal Skinfold Thickness Measured with A
Skinfold Caliper as A Predictor of Body Density in Japanese Adults” Demura dan Sato, 2007. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan cross-sectional pada
203 orang Jepang 126 pria dan 77 wanita berumur 21-81 tahun yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu obesitas dan non-obesitas. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa suprailiac dan abdominal skinfold thickness dapat digunakan sebagai metode pengukuran yang akurat dalam memperkirakan body density pada
orang dewasa Jepang. Pengukuran ini semakin baik bila dikomparasikan dengan skinfold thickness pada anatomi tubuh yang lain. Pengukuran pada abdominal
skinfold thickness mempunyai nilai signifikansi positif p 0,07 not significant untuk total systematic error, sedangkan pada pengukuran lain didapatkan nilai
yang negatif.
j.
“Hubungan antara Resistensi Insulin dengan Dislipidemia pada Penderita Diabetes Melitus tipe 2” Widiastuti, 2006. Penelitian ini dilakukan
dengan metode cross-sectional pada penderita DM tipe 2 di poliklinik penyakit
dalam RS Dr.Sardjito, RSUD Kota Yogyakarta dan RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten pada bulan Maret-September 2004. Subyek penelitian terdiri
dari 23 orang laki-laki dan 43 orang perempuan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dikelompokkan menjadi dua, kelompok resistensi insulin dan tidak
resistensi insulin berdasarkan HOMA IR. Terdapat pada 61 subyek dislipidemia dan tidak resistensi insulin, serta 29 subyek dengan resistensi insulin dan
dislipidemia. Hasil penelitian didapatkan tidak adanya hubungan antara resistensi insulin dengan dislipidemia pada penderita DM tipe 2. Pada hasil penelitian ini
dijabarkan adanya korelasi positif dan tidak bermakna antara resistensi insulin dengan IMT r=0,292; p=0,009, glukosa puasa r=0,440; p0,0001 dan insulin
puasa r=0,651; p0,0001, korelasi positif dan tidak bermakna dengan trigliserida r=0,159; p=0,101, korelasi negatif dan tidak bermakna dengan kadar kolesterol
total r=-0,095, p=0,223, LDL r=-0,157, p=0,104 dan HDL r=-0,032, p=0,400.
Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan, penelitian terkait korelasi antara abdominal skinfold thickness terhadap kadar trigliserida pada DM tipe 2 di
RSUD Kabupaten Temanggung belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian