298
Sejarah SMAMA Program IPS Jilid 2 Kelas XI
Pada bab ini kalian akan mempelajari latar belakang dan proses kelahiran Revolusi Prancis, Revolusi Amerika, dan
Revolusi Rusia beserta pengaruh masing-masing terhadap perkembangan organisasi-organisasi pergerakan politik di
Indonesia yang menjalankan faham-faham yang mereka percayai benar: nasionalisme, demokrasi, serta sosialisme-komunisme.
A. REVOLUSI PRANCIS
Sebelum meletus revolusi, masyarakat Prancis terbagi ke dalam tiga golongan politik: pertama, golongan bangsawan kaya yang
berjumlah sekitar 400.000 orang; kedua, terdiri dari golongan gereja atau agamawan yang berjumlah sekitar 100.000 yang terdiri
dari rahib dan biarawan katolik, pendeta dan uskup; dan ketiga, meliputi sekitar 99 warga negara Prancis. Golongan ketiga ini
pun dibagi ke dalam tiga bagian: 1 golongan menengah borjuis seperti ahli hukum, dokter, pedagang, pengusaha dan pemilik
pabrik; 2 kaum buruh dan pekerja, dan; 3 golongan petani.
Hak-hak politik dan hak-hak istimewa dapat dimiliki seseorang bergantung dari kedudukannya dalam golongannya
tersebut. Masyarakat Prancis merasakan adanya ketidakadilan sebagai akibat dari perbedaan pemberian hak dan kewajiban
khususnya pada golongan yang ke tiga.
Gambar 9.2 Peta Prancis
Sumber: Encarta 2007
Kata Kunci Estates General, Absolutisme
monarki, National Assembly, Bastille, equality, liberty,
fraternity, pemerintahan teror, direktur, konsulat, reaksioner,
Revolusi Prancis, pajak
Di unduh dari : Bukupaket.com
299
Bab 9 Revolusi Prancis, Revolusi Amerika, dan Revolusi Rusia serta Pengaruhnya ....
1. Latar Belakang Lahirnya Revolusi Prancis
a. Ketidakadilan Politik dan Ekonomi
Kaum bangsawan memegang peranan yang sangat penting dalam bidang politik, sehingga segala sesuatunya ditentukan oleh
bangsawan sedangkan raja hanya mengesahkan saja. Ketidakadilan dalam bidang politik dapat dilihat dari pemilihan
pegawai-pegawai pemerintah yang berdasarkan keturunan dan bukan berdasarkan profesi atau keahlian, Hal ini menyebabkan
administrasi negara menjadi kacau dan berakibat munculnya tindakan korupsi. Ketidakadilan politik lainnya adalah tidak
diperkenankannya masyarakat kecil untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan pemerintahan.
Penyebab lain meletusnya Revolusi Prancis adalah masalah keuangan yang disebabkan oleh pengeluaran yang berlebihan oleh
raja-raja Prancis pada tahun 1600-1700-an. Untuk menanggulangi masalah tersebut, raja Prancis menggunakan sistem pajak kepada
rakyatnya. Namun, sistem pajak yang digunakan tidak mampu memberikan keadilan bagi rakyatnya. Golongan I dan II bebas
dari pajak tertentu. Sebagian borjuis yang kaya juga terbebas dari pajak dengan cara membeli surat lisensi bebas pajak, sedangkan
golongan III, yakni para petani dan buruh, dikenakan semua jenis pajak antara lain pajak diri, pajak penghasilan, pajak tanah dan
rumah, pajak garam, dan pajak anggur.
b. Lemahnya Wibawa Raja Perancis
Raja Prancis seperti Louis XV dan XVI menyadari bahwa masalah keuangan negara dapat teratasi bila setiap orang atau
golongan membayar pajak. Akan tetapi karena mereka tidak memiliki kewibawaan dalam menindak golongan I dan II, maka
golongan tersebut tetap memiliki hak-hak istimewa dan bebas dari pajak.
1 Munculnya Filsuf-filsuf Pembaharu
Pada pertengahan abad ke-18 di Prancis bermunculan para penulis dan filsuf terkenal. Tulisan-tulisan yang mereka buat banyak
menyinggung kelemahan dan kesalahan pemerintah, seperti ketidakadilan sosial, politik dan ekonomi. Adapun tokoh-tokoh
pembaharu tersebut di antaranya: a Montesquieu, yang menulis buku berjudul Lesprit des Lois
Jiwa Undang-undang yang menerangkan sejarah undang- undang dan peraturan pemerintah beserta kelebihan dan
kelemahannya. Inti dari buku tersebut menerangkan kekuasaan negara yang dibagi ke dalam tiga kekuasaan yakni
legislatif, eksekutif dan yudikatif yang dikenal dengan nama Trias Politica
.
Di unduh dari : Bukupaket.com
300
Sejarah SMAMA Program IPS Jilid 2 Kelas XI
b Voltaire, seorang tokoh pembaharu yang bersifat kritis
terhadap pemerintah. Ia mengecam peraturan-peraturan negara dan menyatakan bahwa pemerintahan Raja Louis XVI
bukanlah sebuah pemerintahan demokratis melainkan pemerintahan otokrasi yang berpusat pada kekuasaan seorang
raja. Dalam hal ini raja menjalankan pemerintahan bukan untuk kepentingan rakyat akan tetapi untuk kepentingan
pribadi atau golongan.
c J.J. Rousseau, seorang filsuf yang menaruh perhatian terhadap
pelaksanaan kedaulatan dan persamaan rakyat dan menganjurkan agar Prancis melaksanakan sistem pemerintahan
demokrasi. Atas idenya tersebut ia dianggap sebagai “Bapak Demokrasi Modern”.
c. Absolutisme Monarki
Absolutisme monarki adalah suatu bentuk pemerintahan kerajaan yang rajanya berkuasa secara mutlak dan tidak dibatasi oleh
undang-undang. Dalam pemerintahan ini, nasib negara berada di tangan raja. Raja Louis XVI adalah raja yang tidak memiliki
kewibawaan, tidak mampu membuat keseragaman administrasi dan bersifat depotisme serta feodalisme. Hal ini mengakibatkan
banyak para pejabat pemerintahan yang melakukan penyelewengan dan ketidakadilan bagi rakyat.
2. Penyerangan ke Penjara Bastille: Kelahiran Revolusi
Prancis Seperti yang telah disinggung di atas bahwa salah satu sebab
yang mengakibatkan Revolusi Prancis adalah masalah keuangan. Sebagai tindak lanjut dalam mengatasi permasalahan keuangan,
Raja Louis XVI berusaha menerapkan pajak kepada Golongan I dan II. Akan tetapi tindakan ini mengalami kegagalan karena
tidak disetujui oleh golongan bangsawan. Golongan ini berpendapat bahwa semua pajak yang baru yang akan diterapkan
harus mendapat persetujuan dari Estates General atau Badan Legislatif yang merupakan badan perwakilan dari ke tiga
golongan masyarakat Prancis. Masyarakat Perancis mengharapkan agar Estates General dapat berperan dalam
kehidupan politik di Prancis. Namun, dalam tubuh Estates General
sendiri terdapat perselisihan pendapat tentang tata cara pemungutan suara voting di antara ke tiga golongan. Golongan
I dan II menghendaki voting dilakukan oleh golongan mereka estates. Sedangkan golongan III menyadari bahwa jumlah
mereka jauh lebih banyak dan menghendaki agar voting dilakukan secara individual.
Sumber: Encarta 2007
Gambar 9.3 Voltaire
Sumber: Encyclopedia Americana
Gambar 9.4 J.J. Rousseau
Di unduh dari : Bukupaket.com
301
Bab 9 Revolusi Prancis, Revolusi Amerika, dan Revolusi Rusia serta Pengaruhnya ....
Perselisihan tersebut diakhiri dengan pengusiran anggota golongan III dari tempat sidang pertemuan oleh Louis XVI.
Golongan III tersebut akhirnya bersidang di lapangan tenis tertutup jeu de pume. Di tempat tersebut mereka membentuk
Dewan Nasional atau National Assembly atas anjuran Abbe Syies pada tanggal 17 Juni 1789. Hal ini dianggap sebagai awal
dimulainya Revolusi Prancis. Tuntutan Dewan Nasional adalah menuntut adanya peran politik yang besar dalam pemerintahan
serta diakuinya hak-hak mereka dan meminta terbentuknya undang-undang atau konstitusi bagi Prancis sesuai dengan
sumpah Jeu de Paume.
Pada 9 Juli 1789 terbentuklah Assembly National Constituante Dewan Nasional Konstituante yang terdiri dari perwakilan
semua golongan yang bertugas membuat rancangan undang- undang dasar. Lahirnya lembaga ini menunjukkan lemahnya
kedudukan dan kewibawaan Raja Louis XVI dan keberanian Assembly National
. Bastille adalah sebuah benteng pertahanan kota Paris yang
dibangun pada tahun 1300. Benteng ini diubah menjadi penjara bagi tawanan politik yang membahayakan kekuasaan raja.
Penyerangan penduduk Prancis ke penjara Bastille dilatarbelakangi oleh kabar tentang pengumpulan pasukan
kerajaan yang berjumlah 20.000 orang untuk membubarkan Dewan Nasional dan melawan revolusi. Alasan lain penyerbuan
penduduk terhadap penjara Bastille adalah raja bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat, rakyat ingin menghancurkan
simbol kekuasaan raja, rakyat ingin membebaskan para tokoh dan pimpinan politik yang di penjara yang seluruhnya berjumlah 7
Gambar 9.5 Penyerangan terhadap Penjara
Bastille pada 14 Juli 1789
Sumber: Encarta 2007
Di unduh dari : Bukupaket.com
302
Sejarah SMAMA Program IPS Jilid 2 Kelas XI
orang. Singkatnya, Bastille adalah simbol dari kejahatan Raja Louis. Dikeluarkannya “Deklarasi Hak-hak Manusia dan Warga
Negara ” Declaration des Droits de I’home et du Citoyen pada tanggal
26 Agustus 1789 oleh pihak kerajaan, telah memicu rakyat Paris untuk memberontak.
Melalui deklarasi ini rakyat Prancis memiliki hak kemerdekaan, hak milik, hak keamanan dan hak perlindungan
dari tindakan kekerasan. Dalam deklarasi ini juga dinyatakan bahwa semua orang memiliki persamaan equality di depan
hukum, memiliki hak untuk berbicara, memilih agama dan kebebasan pers. Inti deklarasi ini merujuk pada ajaran Rousseau
yang memuat asas kedaulatan rakyat, kemerdekaan, persaudaraan dan persamaan.
Prinsip-prinsip kemerdekaan liberty, persamaan equality, dan hak-hak alami natural right dirumuskan kembali dalam
konstitusi Prancis yang baru. Pada dasarnya konstitusi tersebut berisi jaminan hak-hak rakyat dan pembatasan kekuasaan raja.
Raja Louis XVI menerima konstitusi tersebut sehingga corak pemerintahan Prancis menjadi monarki konstitusional, yang
berarti kerajaan yang mempunyai undang-undang dasar.
3. Bentuk-bentuk Pemerintahan Prancis Pasca Revolusi
a. Pemerintahan Monarki Konstitusional 1789-1793
14 Juli 1789 merupakan langkah awal yang diambil oleh pemerintah revolusi, yaitu dengan dibentuk Pasukan Keamanan Nasional yang
dipimpin oleh Jendral Lafayette. Selanjutnya dibentuk Majelis Konstituante untuk menghapus hak-hak istimewa raja, bangsawan,
dan pimpinan gereja. Semboyan rakyat segera dikumandangkan oleh J.J. Rousseau yaitu liberte, egalite dan fraternite.
Dewan perancang undang-undang terdiri atas Partai Feullant dan Partai Jacobin. Partai Feullant bersifat pro terhadap raja yang
absolut, sedangkan Partai Jacobin menghendaki Prancis berbentuk republik. Mereka beranggotakan kaum Gerondin dan
Montagne di bawah pimpinan Maxmilien de’Robespierre, Marat
, dan Danton. Pada masa ini juga raja Louis XVI dijatuhi
hukuman pancung guillotine pada 22 Januari 1793 pada saat itu bentuk pemerintahan Prancis adalah republik.
b. Pemerintahan Teror atau Konvensi Nasional 1793-1794
Pada masa ini pemegang kekuasaan pemerintahan bersikap keras, tegas, dan radikal demi penyelamatan negara. Pemerintahan teror
dipimpin oleh Robespierre dari kelompok Montagne. Di bawah pemerintahannya setiap orang yang kontra terhadap revolusi akan
dianggap sebagai musuh Prancis. Akibatnya dalam waktu satu tahun terdapat 2.500 orang Prancis dieksekusi, termasuk
permaisuri Louis XVI, Marie Antoinette. Hal ini menimbulkan
Sumber: Encarta 2007
Gambar 9.6 Marie Antoinette, permaisuri
Louis XVI, yang dihukum pancung
Di unduh dari : Bukupaket.com
303
Bab 9 Revolusi Prancis, Revolusi Amerika, dan Revolusi Rusia serta Pengaruhnya ....
reaksi keras dari berbagai pihak. Akhirnya terjadi perebutan kekuasaan oleh kaum Girondin. Robespierre ditangkap dan
dieksekusi dengan cara dipancung bersama dengan 20 orang pengikutnya. Pada Oktober 1795 terbentuklah pemerintahan baru
yang lebih moderat yang disebut Pemerintahan Direktori.
INFO SEJARAH
Tontonlah olehmu film berjudul Marie Antoinette yang dibintangi aktris Kirsten Dunst dan diproduseri Sophia Coppola. Film produksi tahun 2006 ini menceritakan kisah perjalanan hidup
Marie Antoinette, permaisuri Louis XVI, dari masa pernikahannya dengan Raja Louis yang tak bahagia hingga menjelang kematiannya. Akan terlihat bagaimana sesungguhnya kehidupan mewah
seorang permaisuri raja yang dikelilingi kesenangan duniawi namun tak berbahagia dalam hal perkawinan yang tak mampu memberikan keturunan putra mahkota Prancis. Untuk menutupi
kesedihan hatinya, Marie sering berpesta pora.
c. Pemerintahan Direktori atau Direktorat 1795-1799
Pada masa Direktori, pemerintahan dipimpin oleh lima orang warga negara terbaik yang disebut direktur. Masing-masing
direktur memiliki kewenangan dalam mengatur masalah ekonomi, politik sosial, pertahanan-keamanan, dan keagamaan.
Direktori dipilih oleh Parlemen. Pemerintah direktori ini tidak bersifat demokratis sebab hak pilih hanya diberikan kepada pria
dewasa yang membayar pajak. Dengan demikian wanita dan penduduk miskin tidak memiliki hak suara dan tidak dapat
berpartisipasi. Pada masa pemerintahan direktori, rakyat tidak mempercayai pemerintah karena sering terjadinya tindak korupsi
yang dilakukan oleh pejabat pemerintah yang berakibat terancamnya kesatuan nasional Prancis. Akan tetapi, dari segi
militer Prancis mengalami kemajuan yang pesat, hal ini berkat kehebatan Napoleon Bonaparte. Ketidakpercayaan rakyat
terhadap pemerintah ini berhasil dimanfaatkan Napoleon untuk merebut pemerintahan pada tahun 1799.
d. Pemerintahan Konsulat 1799-1804
Pemerintahan konsulat dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu Napoleon
sebagai Konsulat I, Cambaseres sebagai Konsulat II, dan Lebrun sebagai Konsulat III. Akan tetapi dalam perjalanan
sejarah selanjutnya Napoleon berhasil memerintah sendiri. Di bawah pimpinan Konsulat Napoleon, Perancis berhasil mencapai
puncak kejayaannya. Tidak hanya dalam bidang militer akan tetapi juga dalam bidang sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
Pada tahun 1803 Napoleon terpilih sebagai kaisar Prancis atas dasar voting dalam sidang legislatif. Penobatannya dilaksanakan
pada 2 Desember 1804 oleh Paus VII.
Sumber: Encarta 2007
Gambar 9.7 Napoleon Bonaparte
Di unduh dari : Bukupaket.com
304
Sejarah SMAMA Program IPS Jilid 2 Kelas XI
e. Masa Pemerintahan Kaisar 1804-1815
Napoleon sebagai kaisar dimulai dengan pemerintahannya yang bersifat absolut. Hal ini jelas tidak disukai oleh rakyat Prancis.
Napoleon memiliki keinginan untuk mengembalikan kekuasaan raja secara turun-temurun dan menguasai seluruh wilayah Eropa.
Ia mengangkat saudara-saudaranya menjadi kepala negara terhadap wilayah yang berhasil ditaklukannya. Oleh karena itu,
pemerintahan Napoleon disebut juga pemerintahan nepotisme.
Pemerintahan kekaisaran berakhir setelah Napoleon ditangkap pada tahun 1814 setelah kalah oleh negara-negara
koalisi dan dibuang di Pulau Elba. Karena kecerdikannya Napoleon berhasil melarikan diri dan segera memimpin kembali
pasukan Prancis untuk melawan tentara koalisi selama 100 hari. Namun, karena kekuatan militer yang tak seimbang, akhirnya
Napoleon mengalami kekalahan dalam pertempuran di Waterloo pada tahun 1915. Dia dibuang ke pulau terpencil di Pasifik
bagian selatan, St. Helena sampai akhirnya meninggal pada tahun 1821.
f. Pemerintahan Reaksioner
Rakyat merasa tidak senang terhadap sistem pemerintahan absolut yang dilakukan oleh Napoleon. Oleh karena itu rakyat kembali
memberi peluang pada keturunan Raja Louis XVIII untuk menjadi raja di Prancis kembali 1815-1842. Raja yang berkuasa
pada saat sistem pemerintahan Reaksioner, selain Raja Louis XVIII, adalah Raja Charles X 1824-1840 dan Raja Louis
Philippe
1830-1848.
4. Dampak Revolusi Prancis
Revolusi Prancis secara politik telah mengakibatkan berkembangnya faham liberal yang menghendaki demokrasi dan
kebebasan individu, lahirnya negara-negara republik yang demokratis, munculnya aksi-aksi revolusioner untuk menentang
penguasa absolut. Prancis yang pada awalnya bersifat absolut kekuasaan raja yang tidak terbatas menjadi negara yang
demokratis negara yang berundang-undang dan mempunyai Dewan Perwakilan Rakyat. Revolusi Prancis secara ekonomi
telah mengakibatkan sistem pajak feodal dihapus, berkembangnya industri modern, munculnya sistem
perdagangan bebas dan keadilan dalam sistem perpajakan. Revolusi Prancis secara sosial-budaya telah mengakibatkan
sistem feodalisme terhapus, munculnya susunan masyarakat yang baru tanpa kelas, adanya usaha pemerataan pendidikan dan
pengajaran, adanya kebebasan beragama, serta langkah Napoleon diikuti oleh banyak negara lain.
Sumber: Encarta 2007
Gambar 9.8 Raja Charles X
Sumber: Encarta 2007
Gambar 9.9 Raja Louis Philippe
Di unduh dari : Bukupaket.com
305
Bab 9 Revolusi Prancis, Revolusi Amerika, dan Revolusi Rusia serta Pengaruhnya ....
B. REVOLUSI AMERIKA