Dari Tabel 4, 5, dan 6, serta Gambar 2, 3, dan 4, terlihat bahwa terdapat perbedaan penurunan kadar kloramfenikol dalam sediaan tetes mata menggunakan
dapar borat dibandingkan dengan menggunakan dapar fosfat. Pada penggunaan dapar borat, reaksi penguraian kloramfenikol merupakan reaksi orde pertama, dimana laju
reaksi hanya berdasarkan pada satu reaktan saja. Hal ini dapat diketahui dari plot log kadar terhadap waktu menghasilkan slop yang lurus. Sedangkan pada penggunaan
dapar fosfat, reaksi penguraian berubah menjadi reaksi orde nol, dimana laju reaksi tidak tergantung pada konsentrasi reaktan tetapi dipengaruhi oleh adanya faktor lain
seperti katalis, dalam hal ini disebabkan karena adanya ion monohidrogen fosfat dalam dapar fosfat yang bertindak sebagai katalis, sehingga laju penguraiannya
dipengaruhi oleh katalis tersebut. Hal ini dapat diketahui dari plot kadar terhadap waktu akan menghasilkan slop yang lurus.
4. Hasil Perhitungan Tetapan Laju Reaksi, Waktu Paruh, dan Batas Umur Simpan
Sediaan Tetes Mata Kloramfenikol.
Berdasarkan data pada Tabel 2 dan 3 di atas, dapat ditentukan tetapan laju reaksi, k , dari tiap-tiap suhu yang dinaikkan yang kemudian dapat dibuat plot
Arrhenius untuk menentukan tetapan laju reaksi pada suhu kamar sehingga dapat diketahui waktu paruh dan batas umur simpan dari sediaan tetes mata kloramfenikol.
Hasil perhitungan tetapan laju reaksi terlihat pada Tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7 Hasil Perhitungan Tetapan Laju Reaksi pada Tiap Suhu
Suhu
o
C Jenis Dapar
Borat Fosfat
50 0.055424505
1.371856395 60
0.171669995 4.02835
70 0.427827849
8.6217
Dari Tabel 7 di atas, terlihat bahwa laju reaksi semakin meningkat seiring dengan meningkatnya suhu. Semakin tinggi suhu penyimpanan, maka laju reaksinya
juga akan semakin cepat tetapan laju reaksi semakin besar. Pada Tabel 4.7 juga terlihat bahwa tetes mata yang menggunakan dapar borat lebih lambat laju reaksinya
daripada tetes mata kloramfenikol yang menggunakan dapar fosfat. Hal ini
menunjukkan bahwa tetes mata kloramfenikol yang menggunakan dapar borat lebih stabil daripada tetes mata kloramfenikol yang menggunakan dapar fosfat.
Setelah diketahui tetapan laju reaksi pada tiap suhu, maka dapat dibuat plot Arrhenius dari tiap penggunaan dapar sehingga diperoleh tetapan laju reaksi pada
suhu kamar, seperti yang terlihat pada Gambar 5 dan Gambar 6 di bawah ini.
y = -4974x + 14.143 R
2
= 0.9986 -1.4
-1.2 -1
-0.8 -0.6
-0.4 -0.2
0.0029 0.00295
0.003 0.00305
0.0031 0.00315
1T lo
g K
Gambar 5 Plot Arrhenius tetes mata kloramfenikol menggunakan dapar borat
y = -4441.7x + 13.898 R
2
= 0.9937 0.2
0.4 0.6
0.8 1
1.2
0.0029 0.00295
0.003 0.00305
0.0031 0.00315
1T lo
g k
Gambar 6 Plot Arrhenius tetes mata kloramfenikol menggunakan dapar fosfat
Pada Gambar 5 dan 6 di atas, terlihat bahwa energi aktivasi Ea pada reaksi penguraian kloramfenikol yang menggunakan dapar borat lebih besar 22761.5 kalmol
dibandingkan dengan Ea pada reaksi penguraian kloramfenikol yang menggunakan dapar
Slope = -4974 Ea = 22761.5 kalmol
k25 = 3.034774069.10-3 hari t12 = 249.52 hari = 8.3 bulan
t90 = 37.8 hari = 1.26 bulan
Slope = -4441.7 Ea = 20325.7 kalmol
k25 = 0.100124001 t12 = 99.88 hari = 3.33 bulan
t90 = 19.98 hari = 0.67 bulan
fosfat 20325.7 kalmol, hal ini membuktikan bahwa adanya katalis ion monohidrogen fosfat dalam dapar fosfat akan menurunkan energi aktivasi dari suatu reaksi. Semakin
kecil Ea, maka laju penguraiannya akan semakin cepat, hal ini dapat dilihat dari data di atas yang menunjukkan bahwa tetes mata kloramfenikol yang menggunakan dapar borat
memiliki waktu paruh 248.52 hari atau sekitar 8.3 bulan, dan batas umur simpannya t
90
37.8 hari atau sekitar 1.26 bulan. Sedangkan tetes mata kloramfenikol yang menggunakan dapar fosfat memiliki waktu paruh 99.88 hari atau sekitar 3.3 bulan, dan batas umur
simpannya t
90
19.98 hari atau sekitar 0.67 bulan. Penggunaan dapar fosfat ternyata memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap penurunan konsentrasi kloramfenikol
dalam sediaan tetes mata.
5. Kromatogram Penetapan Kadar Kloramfenikol dalam Sediaan Tetes Mata