SEDIAAN TETES MATA FENILEFRIN HIDROCHLORIDA DAN INJEKSI ANTALGIN
SEDIAAN TETES MATA
FENILEFRIN HIDROCHLORIDA
KELOMPOK 2
PENDAHULUAN
• Semua larutan untuk mata harus dibuat steril jika diberikan dan bila mungkin
ditambahkan bahan pengawet yang cocok untuk menjamin sterilitas selama
pemakaian (Ansel, 1989).
•
Larutan ini biasanya dikemas dalam wadah untuk dosis tunggal dan dosis
ganda yang sering beredar di pasaran.
• Pada umumnya untuk tetes mata dicantumkan pembatasan daya tahannya
yang secara internasional terletak antara 4-6 minggu setelah pemakaian.
Pembatasan waktu ini diperlukan, oleh karena bahan pengawet sering
mengalami kehilangan aktivitasnya pada tingkat kontaminasi mikroorganisme
yang tinggi (Voigt, 1994) Dengan metode sterilisasi yang menggunakan
proses pemanasan dari sediaan tetes mata terjadi proses degradasi atau
penurunan kadar yang lebih cepat dari kloramfenikol dibandingkan terhadap
metode sterilisasi yang tidak menggunakan pemanasan (bakteri filter).
Rumusan Masalah
• Apa saja bahan tambahan yang dibutuhkan dalam pembuatan sediaan steril tetes mata
Phenylephrine?
•
Bagaimana cara pembuatan sediaan steril tetes mata Phenylephrine?
•
Metode sterilisasi apa yang digunakan pada sediaan steril tetes mata Phenylephrine?
Tujuan Praktikum
•
Mengetahui bahan tambahan yang dibutuhkan dalam pembuatan sediaan steril tetes
mata Phenylephrine .
•
Mengetahui cara pembuatan sediaan steril tetes mata Phenylephrine.
•
Mengetahui metode sterilisasi yang sesuai pada sediaan steril tetes mata Phenylephrine.
KAJIAN PUSTAKA
• Sediaan tetes mata adalah cairan atau suspensi steril yang mengandung
satu atau lebih zat aktif, tanpa atau dengan penambahan zat tambahan
yang sesuai. Sediaan ini digunakan pada mata dengan cara meneteskan
obat tersebut pada selaput lendir di sekitar kelopak dan bola mata (BP,
2001).
Sediaan
tetes
mata
merupakan
larutan
steril,
yang
dalam
pembuatannya memerlukan pertimbangan yang tepat terhadap pemilihan
formulasi sediaan, seperti penggunaan bahan aktif, pengawet, isotonisitas,
dapar, viskositas, dan pengemasan yang cocok (Ansel, 1989).
Syarat Sediaan Tetes Mata
• Faktor-faktor dibawah ini sangat penting dalam sediaan larutan mata :
• Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan;
• Sterilitas akhir dari collyrium dan kehadiran bahan antimikroba yang efektif
untuk menghambat pertumbuhan dari banyak mikroorganisme selama
penggunaan dari sediaan;
• Isotonisitas dari larutan;
• pH yang pantas dalam pembawa untuk menghasilkan stabilitas yang
optimum (scoville’s : 211)
FARMASIS SEHARUSNYA MENYIAPKAN LARUTAN
MATA YANG :
• Steril
• Dalam pembawa yang mengadung bahan-bahan germisidal untuk
meningkatkan sterilitas;
• Bebas dari partikel yang tersuspensi;
• Bahan-bahan yang akurat;
• Isotonik atau sangat mendekati isotonic;
• Dibuffer sebagaimana mestinya;
• Dimasukkan dalam wadah yang steril;
• Dimasukkan dalam wadah yang kecil dan praktis (Scoville’s : 247)
• Faktor yang paling penting dipertimbangkan ketika
menyiapkan larutan mata adalah tonisitas, pH,
stabilitas, viskositas, seleksi pengawet dan sterilisasi
KEUNTUGAN DAN KERUGIAN SEDIAAN TETES MATA
• Keuntungan
• Tidak mengganggu penglihatan ketika digunakan
• USP XXI menggambarkan larutan mata, dengan definisi semua bahan-bahan
adalah lengkap dalam larutan, keseragaman tidak menjadi maslah, hanya
sedikit pengaruh sifat fisika dengan tujuan ini.
• Salep mata umumnya menghasilkan bentuk yang lebih besar daripada
larutan berair ( RPS 18th ;1584 )
• Secara umum larutan berair lebih stabil daripada salep, meskipun salep
dengan obat yang larut dalam lemak diabsorpsi lebih baik dari larutan, salep
yang obat-obatnya larut dalam air. (AMA Drugs : 1624 )
Kerugian
• Kerugian yang prinsipil dari larutan mata adalah waktu kontak yang relatif
singkat antara obat dan permukaan yang terabsorpsi ( RPS 18th : 1585 )
• Bahan aktif obat mata diakui buruk jika larutannya digunakan secara topikal
untuk kebanyakan obat kurang 1-3% dari dosis yang dimasukkan melewati
kornea. Sampai kurang interior. Sejak BA obat sangat lamvat, pasien yang
mematuhi aturan dari tekhnik pemakaian yang tepat. (DOM King ; 142)
• Indikasi
Fenilefrin digunakan langsung sebagai agen simpatomimetik yang digunakan
secara topikal yaitu pada mata sebagai dekongestan mata.
• Kontraindikasi
Kontraindikasi pada pasien yang terdapat hipersensitivitas terhadap
komponen sediaan tetes mata.
Efek Samping
• Lokal
Nyeri pada mata, dan ada rasa tersengat, penglihatan kabur, fotofobia, alergi
konjungtiva, hiperemi reaktif dan keratitis dapat juga terjadi. Efek samping
lokal lainnya yaitu lakrimasi, edema kornea, vasokonstriksi konjungtiva
berulan, dilatasi pupil
• Sistemik
Palpitasi, takikardia, aritmia jantung, hipertensi, sakit kepala, pendarahan
• Dosis dan Penggunaan
• Dewasa
Tetskan pada mata 1 tetes untuk setiap mata. Jika diperlukan dapat diulang ,
setidaknya 1 jam setelah tetesan pertama
•
Anak-anak dan Lansia
Teteskan larutan 2,5 % untuk mata. Hal ini biasanya tidak diperlukan untuk
melebihi dosis ini. Penggunaan fenilefrin 10 % merupakan kontraindikasi pada
anak-anak dan lansia karena dapat meningkatkan risiko toksisitas sistemik.
• Penyimpanan
Disimpan pada suhu 20 C - 80 C di kulkas, terhindar dari cahaya matahari
langsung.
BAHAN YANG DI STERILKAN
ALAT DAN WADAH YANG DI STERILKAN
SPESIFIKASI RANCANGAN SEDIAAN
FORMULASI YANG DIRENCANAKAN
PERHITUNGAN VOLUME DAN BERAT
PERHITUNGAN
ISOTONIS
CARA KERJA
Disterilkan alat yang akan digunakan
• Ditimbang bahan yang akan digunakan yaitu antalgin 10 g, Na-tiosulfat 0,04
g
• Di ukur benzalkonium klorida sebanyak 4 ml
• Dimasukkan antalgin 10 g ke dalam beaker glass dan larutkan dengan water
for injection. Aduk ad larut. (Campuran 1)
• Ditambahkan Na-tiosulfat 0,04 g ke dalam campuran 1, aduk ad homogen
• Dimasukkan benzalkonium klorida 4 ml ke dalam campuran 1, aduk ad homogen.
• Cek pH larutan, jika pH tidak memenuhi rentang 6-7 maka di adjustkan dengan menggunakan
NaOH jika pH >7 ; HCl jika pH < 6. Kemudian pH di cek lagi
• Jika pH sudah memasuki rentang, ditambahkan water fo injection ad 40 ml
• Disaring dengan kertas saring. Tujuannya untuk mencegah partikel yang dapat
mengkontaminasi. Tetesan 1-2 dibuang dan sisanya ditampung dalam erlenmeyer.
• Dimasukkan ke dalam vial dengan menggunakan spuit 5,3 ml, kemudian tutup dengan karet vial
dan alumunium cup.
• Lakukan sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121 oC selama 15 menit atau pada suhu 115 oC
selama30 menit.
PEMBAHASAN
• Pembuatan sediaan steril dibutuhkan teknis khusus sehingga diperlukan proses tahapan- tahapan untuk
menunjang hasil akhir sediaan steril yang sesuai dengan standart yang berlaku. Informasi terkait sifat fisiko
kimia suatu bahan aktif juga diperlukan sebagai penunjang pembuatan sediaan steril yang sesuai dengan
standart. Pemilihan bahan tambahan yang sesuai dengan bahan aktif yang digunakan juga perlu menjadi
pertimbangan dalam proses pembuatan. Wadah yang digunakan juga harus sesuai dengan sediaan steril yang
dibuat, misalnya pada pembuatan injeksi Metampiron merupakan bahan aktif yang tahan terhadap pemansan
sehingga metode sterilisasi yang digunakan adalah metode sterilisasi dengan Autoklaf.
• Larutan hipertonis adalah larutan yang memiliki osmolalitasnya lebih besar dari plasma. Larutan hipertonis
terjadi apabila sel darah merah terdapat di dalam plasma hipertonis (lebih pekat dari pada sitoplasma sel) maka
akan melepaskan air kedalam plasma dan menjadi berkerut. Jika larutan hipertonik masuk ke dalam tubuh akan
menyebabkan hilangnya air dari bodi darah, akibatnya mereka akan mengkerut. Dalam hal ini terjadi plasmolisis.
Pada praktikum ini kelompok kami didapatkan hasil dari perhitungan tonisitas yaitu 0,0243 g dan dari hasil
tersebut dinyatakan larutan methampiron kami hipertonis karena < 0,18 g dari NaCl. Sehingga perlu
ditambahkan NaCl sebanyak 0,14 gram karena nilai tersebut mendekati isotonis sediaan tetes mata fenilefrin
berdasarkan perhitungan teoritis.
• Kesimpulan
1. Bahan tambahan yang diperlukan dalam formulasi sediaan tetes mata yaitu bisa meliputi
Antioksidan, Antimikroba, Buffer, Gas inert, Chelating agent, Protectant, Solubilizing agent,
Surfaktan, Tonisity adjusting agents. Namun dalam sediaan tetes mata fenilefrin bahan
tambahannya meliputi larutan pengisotonis, chelating agent, antioksidan dan preservatif.
2. Pembuatan sediaan tetes mata fenilefrin dilakukan didalam ruang kelas A yang terdiri dari
Laminar Air Flow.
3. Metode sterilisasi yang cocok untuk sediaan tetes mata fenilefrin yaitu Sterilisasi Filtrasi karena
bahan aktif tidak tahan pemanasan.
SEDIAAN INJEKSI
ANTALGIN/METAMPIRON
KELOMPOK 2
PENDAHULUAN
Istilah parenteral berasal dari bahasa Yunani yaitu para yang berarti di
smaping dan enteron yang berarti usus, di mana keduanya menunjukkan
sesuatu yang diberikan di luar dari usus dan tidak melalui system saluran
pencernaan. Obat yang diberikan dengan cara parenteral adalah sesuatu
yang disuntikkan melalui lubang jarum yang runcing ke dalam tubuh pada
berbagai tempat dan dengan bermacam-macam kedalaman. Tiga cara
utama dari pemberian parenteral adalah subkutan, intramuscular (IM) dan
intravena (IV) walaupun ada yang lain seperti intrakardiak dan intraspinal
(Ansel, 1985).
RUMUSAN MASALAH
• Apa saja bahan tambahan yang dibutuhkan dalam pembuatan sediaan
steril injeksi antalgin?
• Bagaimana cara pembuatan sediaan steril injeksi antalgin?
• Metode sterilisasi apa yang digunakan pada sediaan steril injeksi
antalgin?
• Bagaimana Uji Sterilitas untuk Sediaan Injeksi Antalgin?
TUJUAN PRAKTIKUM
• Mengetahui bahan tambahan yang dibutuhkan dalam pembuatan
sediaan steril injeksi antalgin .
• Mengetahui cara pembuatan sediaan steril injeksi antalgin.
• Mengetahui metode sterilisasi yang sesuai pada sediaan steril injeksi
antalgin
• Mengetahui uji sterilitas dati sediaan injeksi antalgin
TINJAUAN PUSTAKA
Sediaan
parenteral dapat di definisikan sebagai obat steril, larutan, atau suspense yang
dikemas dengan cara yang sesuai untuk pemberian melalui suntikan hiperdermis, baik dalam
bentuk siap pakai, maupun bentuk yang perlu ditambahkan pelarut yang sesuai atau agen
pensuspensi
Syarat sediaan parenteral:
• Aman
• Jernih
• Isohidris
• Isotonis
• Steril
• Tidak berwarna
• Bebas pirogen
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SEDIAAN
INJEKSI
keuntungan :
• Aksi obat biasanya lebih cepat.
• Untuk obat-obat yang tidak efektif bila digunakan peroral atau obat-obat
yang dirusak oleh cairan pencernaan.
• Untuk pasien yang tidak sadar, atau tidak bisa minum obat (non-
cooperative).
• Untuk mendapatkan efek local.
• Untuk pembenan elektralit dan cairan bila terjadi gangguan kesetimbangan
yang serius.
kerugian :
• Pada umumnya pasien tidak dapat menggunakan sendiri tetapi oleh tenaga
terdidik dan terlatih.
• Memerlukan peralatan khusus.
• Menimbulkan rasa sakit
• Relatif lebih mahal
• Pada umumnya tidak disukai pasien
BAHAN YANG DISTERILKAN
ALAT YANG DISTERILKAN
RANCANGAN SEDIAAN
FORMULASI YANG DIBUAT
PENGAMBILAN BAHAN
SKEMA KERJA
•Menyiapkan Bahan
SKEMA KERJA
•Peracikan Bahan
TAHAP STERILISASI
UJI STERILITAS
Media Tioglikolat
• Untuk menumbuhkan
bakteri
• Suhu inkubasi pada 30-35
derajat celcius
Media Casa Amino
• Untuk menumbuhkan jamur
• Suhu inkubasi 20-25 derajat
celcius
UJI STERILITAS
1. Menyiapkan alat , bahan dan atribut praktikum yang sudah bersih
2. Panaskan/bakar ujung pinset
3. Buka tutup vial antalgin menggunakan pinset, lap karetnya menggunakan kasa steril
4. Buka spuit, keluarkan udaranya. Atur spuit hingga volume 2 ml
5. Tusukkan spuit kedalam vial melalui karet, sudut kemiringan spuit 45 derajat
6. Ujung spuit jangan dikenakanke cairannya, dorong spuit lalu cairan akan turun
sebanyak 2 ml
7. Ujung pinset dibakar, lepaskan tali dan aluminium foil pada media
8. Bakar mulut tabung rx, masukkan media sebanyak 1 ml ke masing-masing media uji
9. Bakar mulut tabung, bakar ujung pinset, bakar aluminium foil, tutup sediaan dan
diikat.
HASIL UJI STERILITAS
PEMBAHASAN
• Bahan tambahan yang diperlukan dalam formulasi sediaan injeksi yaitu bisa
meliputi Antioksidan, Antimikroba, Buffer, Gas inert, Chelating agent,
Protectant, Solubilizing agent, Surfaktan, Tonisity adjusting agents. Namun
dalam sediaan injeksi bahan tambahannya hanya antioksidan dan
preservatif.
• Pembuatan sediaan antalgin dengan melarutkan bahan aktif kedalam air lalu
ketika sediaan sudah selesai akan dilakukan proses sterilisasi, setelah itu
akan di uji sterilitas.
• Metode sterilisasi yang sesuai dengan sediaan injeksi antalgin adalah
metode panas basah (autoklav).
• Uji sterilitas injeksi antalgin menggunakan media Tioglikolat dan Casa Amino,
hasil akhirnya didapat sediaan injeksi antalgin bebas dari partikel asing.
LAMPIRAN KEMASAN
THANK YOU
FENILEFRIN HIDROCHLORIDA
KELOMPOK 2
PENDAHULUAN
• Semua larutan untuk mata harus dibuat steril jika diberikan dan bila mungkin
ditambahkan bahan pengawet yang cocok untuk menjamin sterilitas selama
pemakaian (Ansel, 1989).
•
Larutan ini biasanya dikemas dalam wadah untuk dosis tunggal dan dosis
ganda yang sering beredar di pasaran.
• Pada umumnya untuk tetes mata dicantumkan pembatasan daya tahannya
yang secara internasional terletak antara 4-6 minggu setelah pemakaian.
Pembatasan waktu ini diperlukan, oleh karena bahan pengawet sering
mengalami kehilangan aktivitasnya pada tingkat kontaminasi mikroorganisme
yang tinggi (Voigt, 1994) Dengan metode sterilisasi yang menggunakan
proses pemanasan dari sediaan tetes mata terjadi proses degradasi atau
penurunan kadar yang lebih cepat dari kloramfenikol dibandingkan terhadap
metode sterilisasi yang tidak menggunakan pemanasan (bakteri filter).
Rumusan Masalah
• Apa saja bahan tambahan yang dibutuhkan dalam pembuatan sediaan steril tetes mata
Phenylephrine?
•
Bagaimana cara pembuatan sediaan steril tetes mata Phenylephrine?
•
Metode sterilisasi apa yang digunakan pada sediaan steril tetes mata Phenylephrine?
Tujuan Praktikum
•
Mengetahui bahan tambahan yang dibutuhkan dalam pembuatan sediaan steril tetes
mata Phenylephrine .
•
Mengetahui cara pembuatan sediaan steril tetes mata Phenylephrine.
•
Mengetahui metode sterilisasi yang sesuai pada sediaan steril tetes mata Phenylephrine.
KAJIAN PUSTAKA
• Sediaan tetes mata adalah cairan atau suspensi steril yang mengandung
satu atau lebih zat aktif, tanpa atau dengan penambahan zat tambahan
yang sesuai. Sediaan ini digunakan pada mata dengan cara meneteskan
obat tersebut pada selaput lendir di sekitar kelopak dan bola mata (BP,
2001).
Sediaan
tetes
mata
merupakan
larutan
steril,
yang
dalam
pembuatannya memerlukan pertimbangan yang tepat terhadap pemilihan
formulasi sediaan, seperti penggunaan bahan aktif, pengawet, isotonisitas,
dapar, viskositas, dan pengemasan yang cocok (Ansel, 1989).
Syarat Sediaan Tetes Mata
• Faktor-faktor dibawah ini sangat penting dalam sediaan larutan mata :
• Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan;
• Sterilitas akhir dari collyrium dan kehadiran bahan antimikroba yang efektif
untuk menghambat pertumbuhan dari banyak mikroorganisme selama
penggunaan dari sediaan;
• Isotonisitas dari larutan;
• pH yang pantas dalam pembawa untuk menghasilkan stabilitas yang
optimum (scoville’s : 211)
FARMASIS SEHARUSNYA MENYIAPKAN LARUTAN
MATA YANG :
• Steril
• Dalam pembawa yang mengadung bahan-bahan germisidal untuk
meningkatkan sterilitas;
• Bebas dari partikel yang tersuspensi;
• Bahan-bahan yang akurat;
• Isotonik atau sangat mendekati isotonic;
• Dibuffer sebagaimana mestinya;
• Dimasukkan dalam wadah yang steril;
• Dimasukkan dalam wadah yang kecil dan praktis (Scoville’s : 247)
• Faktor yang paling penting dipertimbangkan ketika
menyiapkan larutan mata adalah tonisitas, pH,
stabilitas, viskositas, seleksi pengawet dan sterilisasi
KEUNTUGAN DAN KERUGIAN SEDIAAN TETES MATA
• Keuntungan
• Tidak mengganggu penglihatan ketika digunakan
• USP XXI menggambarkan larutan mata, dengan definisi semua bahan-bahan
adalah lengkap dalam larutan, keseragaman tidak menjadi maslah, hanya
sedikit pengaruh sifat fisika dengan tujuan ini.
• Salep mata umumnya menghasilkan bentuk yang lebih besar daripada
larutan berair ( RPS 18th ;1584 )
• Secara umum larutan berair lebih stabil daripada salep, meskipun salep
dengan obat yang larut dalam lemak diabsorpsi lebih baik dari larutan, salep
yang obat-obatnya larut dalam air. (AMA Drugs : 1624 )
Kerugian
• Kerugian yang prinsipil dari larutan mata adalah waktu kontak yang relatif
singkat antara obat dan permukaan yang terabsorpsi ( RPS 18th : 1585 )
• Bahan aktif obat mata diakui buruk jika larutannya digunakan secara topikal
untuk kebanyakan obat kurang 1-3% dari dosis yang dimasukkan melewati
kornea. Sampai kurang interior. Sejak BA obat sangat lamvat, pasien yang
mematuhi aturan dari tekhnik pemakaian yang tepat. (DOM King ; 142)
• Indikasi
Fenilefrin digunakan langsung sebagai agen simpatomimetik yang digunakan
secara topikal yaitu pada mata sebagai dekongestan mata.
• Kontraindikasi
Kontraindikasi pada pasien yang terdapat hipersensitivitas terhadap
komponen sediaan tetes mata.
Efek Samping
• Lokal
Nyeri pada mata, dan ada rasa tersengat, penglihatan kabur, fotofobia, alergi
konjungtiva, hiperemi reaktif dan keratitis dapat juga terjadi. Efek samping
lokal lainnya yaitu lakrimasi, edema kornea, vasokonstriksi konjungtiva
berulan, dilatasi pupil
• Sistemik
Palpitasi, takikardia, aritmia jantung, hipertensi, sakit kepala, pendarahan
• Dosis dan Penggunaan
• Dewasa
Tetskan pada mata 1 tetes untuk setiap mata. Jika diperlukan dapat diulang ,
setidaknya 1 jam setelah tetesan pertama
•
Anak-anak dan Lansia
Teteskan larutan 2,5 % untuk mata. Hal ini biasanya tidak diperlukan untuk
melebihi dosis ini. Penggunaan fenilefrin 10 % merupakan kontraindikasi pada
anak-anak dan lansia karena dapat meningkatkan risiko toksisitas sistemik.
• Penyimpanan
Disimpan pada suhu 20 C - 80 C di kulkas, terhindar dari cahaya matahari
langsung.
BAHAN YANG DI STERILKAN
ALAT DAN WADAH YANG DI STERILKAN
SPESIFIKASI RANCANGAN SEDIAAN
FORMULASI YANG DIRENCANAKAN
PERHITUNGAN VOLUME DAN BERAT
PERHITUNGAN
ISOTONIS
CARA KERJA
Disterilkan alat yang akan digunakan
• Ditimbang bahan yang akan digunakan yaitu antalgin 10 g, Na-tiosulfat 0,04
g
• Di ukur benzalkonium klorida sebanyak 4 ml
• Dimasukkan antalgin 10 g ke dalam beaker glass dan larutkan dengan water
for injection. Aduk ad larut. (Campuran 1)
• Ditambahkan Na-tiosulfat 0,04 g ke dalam campuran 1, aduk ad homogen
• Dimasukkan benzalkonium klorida 4 ml ke dalam campuran 1, aduk ad homogen.
• Cek pH larutan, jika pH tidak memenuhi rentang 6-7 maka di adjustkan dengan menggunakan
NaOH jika pH >7 ; HCl jika pH < 6. Kemudian pH di cek lagi
• Jika pH sudah memasuki rentang, ditambahkan water fo injection ad 40 ml
• Disaring dengan kertas saring. Tujuannya untuk mencegah partikel yang dapat
mengkontaminasi. Tetesan 1-2 dibuang dan sisanya ditampung dalam erlenmeyer.
• Dimasukkan ke dalam vial dengan menggunakan spuit 5,3 ml, kemudian tutup dengan karet vial
dan alumunium cup.
• Lakukan sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121 oC selama 15 menit atau pada suhu 115 oC
selama30 menit.
PEMBAHASAN
• Pembuatan sediaan steril dibutuhkan teknis khusus sehingga diperlukan proses tahapan- tahapan untuk
menunjang hasil akhir sediaan steril yang sesuai dengan standart yang berlaku. Informasi terkait sifat fisiko
kimia suatu bahan aktif juga diperlukan sebagai penunjang pembuatan sediaan steril yang sesuai dengan
standart. Pemilihan bahan tambahan yang sesuai dengan bahan aktif yang digunakan juga perlu menjadi
pertimbangan dalam proses pembuatan. Wadah yang digunakan juga harus sesuai dengan sediaan steril yang
dibuat, misalnya pada pembuatan injeksi Metampiron merupakan bahan aktif yang tahan terhadap pemansan
sehingga metode sterilisasi yang digunakan adalah metode sterilisasi dengan Autoklaf.
• Larutan hipertonis adalah larutan yang memiliki osmolalitasnya lebih besar dari plasma. Larutan hipertonis
terjadi apabila sel darah merah terdapat di dalam plasma hipertonis (lebih pekat dari pada sitoplasma sel) maka
akan melepaskan air kedalam plasma dan menjadi berkerut. Jika larutan hipertonik masuk ke dalam tubuh akan
menyebabkan hilangnya air dari bodi darah, akibatnya mereka akan mengkerut. Dalam hal ini terjadi plasmolisis.
Pada praktikum ini kelompok kami didapatkan hasil dari perhitungan tonisitas yaitu 0,0243 g dan dari hasil
tersebut dinyatakan larutan methampiron kami hipertonis karena < 0,18 g dari NaCl. Sehingga perlu
ditambahkan NaCl sebanyak 0,14 gram karena nilai tersebut mendekati isotonis sediaan tetes mata fenilefrin
berdasarkan perhitungan teoritis.
• Kesimpulan
1. Bahan tambahan yang diperlukan dalam formulasi sediaan tetes mata yaitu bisa meliputi
Antioksidan, Antimikroba, Buffer, Gas inert, Chelating agent, Protectant, Solubilizing agent,
Surfaktan, Tonisity adjusting agents. Namun dalam sediaan tetes mata fenilefrin bahan
tambahannya meliputi larutan pengisotonis, chelating agent, antioksidan dan preservatif.
2. Pembuatan sediaan tetes mata fenilefrin dilakukan didalam ruang kelas A yang terdiri dari
Laminar Air Flow.
3. Metode sterilisasi yang cocok untuk sediaan tetes mata fenilefrin yaitu Sterilisasi Filtrasi karena
bahan aktif tidak tahan pemanasan.
SEDIAAN INJEKSI
ANTALGIN/METAMPIRON
KELOMPOK 2
PENDAHULUAN
Istilah parenteral berasal dari bahasa Yunani yaitu para yang berarti di
smaping dan enteron yang berarti usus, di mana keduanya menunjukkan
sesuatu yang diberikan di luar dari usus dan tidak melalui system saluran
pencernaan. Obat yang diberikan dengan cara parenteral adalah sesuatu
yang disuntikkan melalui lubang jarum yang runcing ke dalam tubuh pada
berbagai tempat dan dengan bermacam-macam kedalaman. Tiga cara
utama dari pemberian parenteral adalah subkutan, intramuscular (IM) dan
intravena (IV) walaupun ada yang lain seperti intrakardiak dan intraspinal
(Ansel, 1985).
RUMUSAN MASALAH
• Apa saja bahan tambahan yang dibutuhkan dalam pembuatan sediaan
steril injeksi antalgin?
• Bagaimana cara pembuatan sediaan steril injeksi antalgin?
• Metode sterilisasi apa yang digunakan pada sediaan steril injeksi
antalgin?
• Bagaimana Uji Sterilitas untuk Sediaan Injeksi Antalgin?
TUJUAN PRAKTIKUM
• Mengetahui bahan tambahan yang dibutuhkan dalam pembuatan
sediaan steril injeksi antalgin .
• Mengetahui cara pembuatan sediaan steril injeksi antalgin.
• Mengetahui metode sterilisasi yang sesuai pada sediaan steril injeksi
antalgin
• Mengetahui uji sterilitas dati sediaan injeksi antalgin
TINJAUAN PUSTAKA
Sediaan
parenteral dapat di definisikan sebagai obat steril, larutan, atau suspense yang
dikemas dengan cara yang sesuai untuk pemberian melalui suntikan hiperdermis, baik dalam
bentuk siap pakai, maupun bentuk yang perlu ditambahkan pelarut yang sesuai atau agen
pensuspensi
Syarat sediaan parenteral:
• Aman
• Jernih
• Isohidris
• Isotonis
• Steril
• Tidak berwarna
• Bebas pirogen
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SEDIAAN
INJEKSI
keuntungan :
• Aksi obat biasanya lebih cepat.
• Untuk obat-obat yang tidak efektif bila digunakan peroral atau obat-obat
yang dirusak oleh cairan pencernaan.
• Untuk pasien yang tidak sadar, atau tidak bisa minum obat (non-
cooperative).
• Untuk mendapatkan efek local.
• Untuk pembenan elektralit dan cairan bila terjadi gangguan kesetimbangan
yang serius.
kerugian :
• Pada umumnya pasien tidak dapat menggunakan sendiri tetapi oleh tenaga
terdidik dan terlatih.
• Memerlukan peralatan khusus.
• Menimbulkan rasa sakit
• Relatif lebih mahal
• Pada umumnya tidak disukai pasien
BAHAN YANG DISTERILKAN
ALAT YANG DISTERILKAN
RANCANGAN SEDIAAN
FORMULASI YANG DIBUAT
PENGAMBILAN BAHAN
SKEMA KERJA
•Menyiapkan Bahan
SKEMA KERJA
•Peracikan Bahan
TAHAP STERILISASI
UJI STERILITAS
Media Tioglikolat
• Untuk menumbuhkan
bakteri
• Suhu inkubasi pada 30-35
derajat celcius
Media Casa Amino
• Untuk menumbuhkan jamur
• Suhu inkubasi 20-25 derajat
celcius
UJI STERILITAS
1. Menyiapkan alat , bahan dan atribut praktikum yang sudah bersih
2. Panaskan/bakar ujung pinset
3. Buka tutup vial antalgin menggunakan pinset, lap karetnya menggunakan kasa steril
4. Buka spuit, keluarkan udaranya. Atur spuit hingga volume 2 ml
5. Tusukkan spuit kedalam vial melalui karet, sudut kemiringan spuit 45 derajat
6. Ujung spuit jangan dikenakanke cairannya, dorong spuit lalu cairan akan turun
sebanyak 2 ml
7. Ujung pinset dibakar, lepaskan tali dan aluminium foil pada media
8. Bakar mulut tabung rx, masukkan media sebanyak 1 ml ke masing-masing media uji
9. Bakar mulut tabung, bakar ujung pinset, bakar aluminium foil, tutup sediaan dan
diikat.
HASIL UJI STERILITAS
PEMBAHASAN
• Bahan tambahan yang diperlukan dalam formulasi sediaan injeksi yaitu bisa
meliputi Antioksidan, Antimikroba, Buffer, Gas inert, Chelating agent,
Protectant, Solubilizing agent, Surfaktan, Tonisity adjusting agents. Namun
dalam sediaan injeksi bahan tambahannya hanya antioksidan dan
preservatif.
• Pembuatan sediaan antalgin dengan melarutkan bahan aktif kedalam air lalu
ketika sediaan sudah selesai akan dilakukan proses sterilisasi, setelah itu
akan di uji sterilitas.
• Metode sterilisasi yang sesuai dengan sediaan injeksi antalgin adalah
metode panas basah (autoklav).
• Uji sterilitas injeksi antalgin menggunakan media Tioglikolat dan Casa Amino,
hasil akhirnya didapat sediaan injeksi antalgin bebas dari partikel asing.
LAMPIRAN KEMASAN
THANK YOU