Profil Kawasan Wisata Gunung Api Purba Nglanggeran

penyelenggaraan wayang. Gunung ini disebut Gunung Kelir karena bentuk dari gunung tersebut yang memanjang menyerupai kelir atau layar. Masyarakat setempat mempercaya bahwa di gunung tersebut tinggal para penunggu gunung yang merupakan makhluk tak kasat mata yang bernama Ongko Wijoyo dan Punakawan. 2. Sumber Air Comberan Objek wisata ini berupa sebuah sumber mata air yang berada di puncak timur kawasan wisata Gunung Api Purba Nglanggeran. Kata Comberan adalah kata dalam Bahasa Jawa yang berarti saluran pembuangan bekas limbah kamar mandi. Sumber mata air ini diberi nama Comberan karena sumber mata air ini dipercaya merupakan bekas pembuangan pemandian para bidadari pada jaman dahulu. Karena kepercayaan itulah lokasi sumber mata air ini biasa digunakan sebagai tempat tirakatan atau bermati raga, ataupun melakukan ritual mistis tertentu. Sumber mata air ini tidak dalam, akan tetapi airnya tidak pernah habis dan terus mengair, tidak pernah mengalami kekeringan. Tempat ini digemari wisatawan karena cuacanya yang sejuk dan tenang. Air di Sumber Comberan diyakini dapat membuat awet muda jika digunakan untuk mencuci muka. Namun tidak sembarang orang dapat mengambil air di sumber mata air tersebut untuk dibawa pulang. Orang yang ingin membawa pulang air dari sumber mata air tersebut harus meminta ijin terlebih dahulu kepada juru kunci disitu dan mengutarakan tujuannya. 3. Gunung Gedhe Kata Gedhe adalah istilah dalam Bahasa Jawa yang berarti besar. Sesuai dengan artinya, gunung ini merupakan gunung terbesar di antara semua deretan gunung yang ada di kawasan wisata Gunung Api Purba Nglanggeran. Selain itu, Gunung Gedhe juga merupakan puncak barat dari kawasan wisata ini dan sering digunakan untuk melihat pemandangan matahari terbit dan terbenam, beristirahat setelah mendaki, dan berkemah. Dari puncak gunung ini, wisatawan dapat melihat hampir seluruh deretan gunung-gunung di kawasan ini yang berupa bongkahan-bongkahan batu raksasa. Karena keindahan pemandangan alamnya, banyak wisatawan yang mengabadikan pemandangan tersebut dari puncak gunung ini. 4. Gunung Bongos Bongos merupakan Bahasa Jawa yang berarti arang hangus yang berwarna hitam. Karena itulah gunung ini diberi nama Gunung Bongos, sebab warna batuan dari gunung ini sangat hitam seperti arang hangus. Gunung ini memiliki jalur pendakian yang terjal dan curam sehingga mampu memberikan pengalaman tantangan baru bagi para wisatawan. 5. Gunung Blencong Blencong adalah istilah dalam pewayangan Jawa yang berarti sebuah lampu penerangan yang digunakan pada saat pagelaran wayang. Benda ini dipasang dengan cara digantung di atas kelir atau layar dari kain berwarna putih. Karena gunung ini bentuknya menyerupai benda tersebut, sehingga masyarakat setempat menamainya Gunung Blencong. 6. Gunung Buchu Istilah Buchu adalah nama lain dari salah satu tokoh dalam pewayangan yang tergabung dalam kelompok Punokawan, yang bernama Kyai Semar. Gunung ini bentuknya menyerupai tokoh Kyai Semar sehingga diberi nama Gunung Buchu. Konon katanya, gunung ini berasal dari puncak Gunung Merapi yang dipindah oleh para tokoh Punokawan dalam pewayangan menuju ke Desa Kemadang, Gunungkidul untuk menggenapi jumlah gunung di Gunung Seribu. Dengan cara dipikul, para tokoh Punokawan membawa puncak gunung tersebut. Dikarenakan di daerah tersebut terdapat sumber mata air yang besarnya sebesar ”dandang” atau alat berupa panci yang digunakan orang Jawa untuk menanak nasi, maka para tokoh Punokawan berhenti dan menanam gunung tersebut di tempat yang bernama Sedandang. Bentuk gunung ini tinggi dan runcing sehingga sangat cocok digunakan untuk panjat tebing oleh pecinta alam. 7. Gunung Lima Jari Gunung ini berbentuk menyerupai lima jari manusia. Itu sebabnya gunung ini diberi nama Gunung Lima Jari. Gunung ini letaknya berdekatan dengan Gunung Gedhe dan apabila dilihat dari puncak Gunung Gedhe maka wisatawan dapat melihat dengan jelas bentuk Gunung Lima Jari yang menyerupai lima jari manusia. 8. Tlogo Mardhido Tlogo Mardhido merupakan sebuah telaga yang berada di puncak Gunung Blencong. Telaga ini sangat disakralkan oleh masyarakat setempat dan sering digunakan sebagai tempat untuk bertapa dan mencari wangsit. Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, dahulu kala telaga ini sering digunakan untuk memandikan kuda yang ditunggangi oleh para bidadari. 9. Talang Kencono Talang Kencono merupakan sebuah saluran air yang mengalirkan air dari Tlogo Mardhido sampai ke sebuah sumber mata air di daerah Makam Raja-Raja Mataram di Kota Gede, Yogyakarta. 10. Gunung Wayang Gunung ini memiliki bentuk yang menyerupai tokoh pewayangan dalam kebudayaan Jawa. Oleh karena itu, gunung ini diberi nama Gunung Wayang. Konon katanya, gunung ini sering dikunjungi oleh orang-orang tua yang memiliki keyakinan tertentu untuk berkomunikasi dengan para leluhur dan nenek moyangnya kemudian memberi sesaji ataupun persembahan.

B. Kegiatan Wisata Di Gunung Api Purba Nglanggeran

Secara garis besar, kegiatan wisata yang dapat dilakukan di kawasan wisata Gunung Api Purba Nglanggeran, Gunungkidul, Yogyakarta dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori. Ketiga kategori kegiatan wisata tersebut adalah : 1. Wisata Petualangan Adventure Pada kategori ini, jenis kegiatan wisata yang dapat dilakukan adalah kegiatan yang sifatnya memanfaatkan kondisi alam di kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran. Kondisi alam yang menantang mampu memberikan sensasi adrenalin dan pengalaman berpetualang yang berbeda. Itu sebabnya kawasan ini menjadi pilihan tepat untuk para wisatawan yang menyukai wisata petualangan alam. Kegiatan wisata yang termasuk dalam kategori ini adalah tracking, camping, out bond, flying fox, climbing rafling, dan jelajah alam. 2. Eduwisata Kategori eduwisata merupakan kategori yang berisi penggabungan kegiatan wisata yang memberi hiburan kepada wisatawan dan dilengkapi dengan memberikan pengetahuan-pengetahuan dan ilmu-ilmu baru kepada wisatawan. Pada kategori kegiatan ini, para wisatawan akan diajak untuk berinteraksi langsung dengan beberapa paguyuban yang ada di Desa Nglanggeran yaitu ibu-ibu PKK, para petani anggota Kelompok Tani, dan para penggiat usaha kecil menengah, serta masyarakat setempat. Dengan didampingi oleh pemandu wisata yang telah berpengalaman, wisatawan dapat mengenal dan mempelajari bagaimana kekayaan alam yang ada di kawasan ini, kearifan lokal dan juga kebudayaan dari masyarakat setempat. Jenis kegiatan dalam kategori ini adalah penelitian, live in, serta wisata budaya ritual. Kegiatan-kegiatan tersebut biasanya lebih sering diminati oleh pelajar untuk memenuhi tugas dari sekolahnya. 3. Community Gathering Kawasan wisata Gunung Api Purba Nglanggeran juga menawarkan lokasi untuk Community Gathering atau Makrab, yaitu tempat untuk berkumpul para anggota dari suatu kelompok dan mengadakan suatu kegiatan bersama. Kelompok tersebut dapat berupa komunitas, unit kegiatan mahasiswa UKM, koperasi, maupun organisasi lainnya, atau bahkan rombongan keluarga besar. Dengan nuansa pedesaan di pegunungan dengan kultur budaya yang khas dan pemandangan alam yang unik, siap memberikan pengalaman hiburan baru untuk berkumpul, mengakrabkan diri dan bergembira bersama.

C. Sejarah Perkembangan Gunung Api Purba Nglanggeran

Pada mulanya, kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran dikunjungi orang-orang tua dari berbagai daerah untuk kepentingan melakukan kegiatan- kegiatan ritual mistis tertentu. Saat itu, gunung ini masih dikenal sebagai Gunung Nglanggeran dan Gunung Wayang saja. Lalu orang mulai mengenal kawasan gunung-gunung batu yang berada di Desa Nglanggeran dan mulai mendatanginya. Pada tahun 1999, barulah kawasan ini mulai ramai dikunjungi para pemuda yang biasanya tergabung dalam komunitas-komunitas pecinta alam. Tetapi pada saat itu kawasan ini belum dikelola dengan serius oleh masyarakat setempat. Pengunjung yang datang awalnya hanya dikenai biaya pembangunan sukarela sebelum memasuki kawasan Gunung Nglanggeran. Kemudian pengunjung yang datang jumlahnya semakin meningkat, para pemuda dan pemudi setempat yang tergabung dalam paguyuban Karang Taruna mulai menyadari bahwa di daerahnya memiliki kekayaan alam berupa perbukitan dengan karakteristik litologi yang unik dan mempunyai potensi pariwisata yang harus dieksplorasi dengan baik supaya dapat memberikan manfaat, khususnya bagi masyarakat sekitar. Penetapan tiket masuk yang pertama kali, setiap pengunjung yang datang untuk berwisata ke Gunung Api Purba Nglanggeran dikenakan biaya berupa tarif masuk sebesar Rp 500,00 orang. Sistem yang digunakan dalam penjagaan kawasan ini yaitu menggunakan sistem rolling, dimana para anggota Karang Taruna yang berasal dari 3 Dusun digilir dan diberi jadwal untuk bertugas menjaga pintu masuk kawasan wisata Gunung Api Purba. Tahun demi tahun pengelolaan tempat wisata ini dirasa belum mengalami perkembangan yang signifikan. Para pemuda Karang Taruna juga mengalami kendala yang cukup besar, dimana sebagian besar anggota dari Karang Taruna ini pergi keluar desa untuk merantau dan bekerja ke kota-kota besar. Hal ini menyebabkan berkurangnya personil pemuda Karang Taruna untuk mengelola tempat wisata. Terlebih lagi, terjadinya gempa bumi di awal tahun 2006 sebagai akibat dari aktivitas Gunung Merapi sempat membuat keadaan alam di Desa Nglanggeran menjadi tidak menentu dan membahayakan keselamatan masyarakat setempat. Banyak warga diungsikan ke daerah lain yang lebih aman. Dengan situasi yang demikian orang-orang pun enggan untuk datang berwisata ke Gunungkidul, dan makin hari para pengunjung yang mendatangi kawasan Gunung Api Purba semakin sedikit, dan akibatnya aktivitas pariwisata di kawasan Gunung Api Purba pun terhenti untuk beberapa bulan. Kemudian diawal tahun 2008, keadaan desa mulai stabil, para warga telah kembali ke Desa Nglanggeran, beberapa pemuda Karang Taruna yang tadinya merantau ke luar kota telah kembali, lalu para pemuda ini berkumpul lagi dan bertekad untuk merintis pengelolaan kawasan wisata Gunung Api Purba kembali. Pada pertengahan tahun 2008, dengan personil pemuda Karang Taruna yang berjumlah sekitar 15 orang, kawasan wisata Gunung Api Purba mulai dibuka dan beroperasi kembali seperti semula. Tarif masuk yang dikenakan bagi setiap pengunjung juga dinaikkan menjadi Rp 2.000,00orang. Pendapatan yang diperoleh dari tiket masuk pengunjung sebagian digunakan untuk pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata Gunung Api Purba, sementara sebagian lagi dimasukkan ke kas Karang Taruna. Sistem perekrutan anggota untuk pengelolaan kawasan wisata ini masih dilakukan secara kekeluargaan, belum ada ketentuan maupun standar-standar tertentu yang baku dalam penerimaan anggota baru, namun para pengelola tidak mau asal menerima orang sebagai anggota baru. Penerimaan anggota baru ini sangat diprioritaskan bagi para pemuda yang berasal dari Desa Nglanggeran sebagai wujud dari pemanfaatan sumber daya manusia yang ada. Hingga saat ini keseluruhan anggota pengelola kawasan wisata Gunung Api Purba Nglanggeran berjumlah 35 orang. Untuk kegiatan operasional setiap harinya, semua personil dibagi dalam kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 5 orang yang terdiri dari 2 orang anggota senior dan 3 orang anggota junior. Kelompok-kelompok ini berjaga selama 24 jam, mulai dari jam 7 pagi sampai dengan jam 7 pagi keesokan harinya. Sampai saat ini kawasan wisata yang semula hanya berupa gunung, kini berkembang menjadi desa wisata dimana pengelolaannya melibatkan seluruh unsur masyarakat sekitar mulai dari perangkat desa, ibu-ibu PKK, para petani dan para wirausahawan di Desa Nglanggeran. Selain itu, pihak pengelola kawasan wisata Gunung Api Purba juga mengalami perkembangan secara kelembagaan. Pengelola yang semula merupakan anggota Karang Taruna biasa berkembang lebih besar menjadi Karang Taruna Bukit Putra Mandiri, kemudian saat ini berkembang lagi menjadi sebuah paguyuban bernama POKDARWIS atau Kelompok Sadar Wisata dengan pembagian kerja yang lebih spesifik. Kemudian pengelola menyusun visi dan misi organisasi sebagai berikut : Nama Organisasi KARANG TARUNA BUKIT PUTRA MANDIRI Visi dan Misi Karang Taruna Bukit Putra Mandiri Desa Nglanggeran VISI Mewujudkan generasi muda yang mandiri, tangguh, berakhlak dan berkualitas

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH KUALITAS OBYEK WISATA TERHADAP KEPUASAN WISATAWAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP LOYALITAS WISATAWAN (Studi Penelitian Pada Kawasan Obyek Wisata Unggulan Berdasarkan Program Promosi Visit Lampung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampu

39 273 132

Komunikasi Partisipatif Kelompok Sadar Wisata Dalam Pengelolaan Wisata Gunung Api Purba Nglanggeran, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

1 12 69

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK KUALITAS PELAYANAN DAN HARGA TERHADAP KEPUASAN DAN ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK KUALITAS PELAYANAN DAN HARGA TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN OUTLET BIRU DI YOGYAKARTA.

0 1 14

PENGARUH KUALITAS PRODUK WISATA TERHADAP KEPUASAN WISATAWAN YANG BERKUNJUNG DI KAWASAN WISATA GUNUNG GALUNGGUNG.

10 62 54

ANALISIS PENGARUH HARGA, KUALITAS PRODUK, KUALITAS PELAYANAN PRODUK SURABI TERHADAP KEPUASAN WISATAWAN DOMESTIK SE-KOTA BANDUNG.

0 4 43

Analisis pengaruh efektivitas kebijakan harga dan kualitas produk pariwisata terhadap tingkat kepuasan wisatawan domestik studi kasus pada Kawasan Wisata Gunung Api Purba Nglanggeran, Gunungkidul, Yogyakarta

0 1 141

Keanekaragaman dan Persebaran Anggrek Epifit dan Anggrek Terestrial di Kawasan Gunung Api Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta.

0 0 1

PENGARUH DAYA TARIK WISATA, KESETAN, DAN SARANA WISATA TERHADAP KEPUASAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP LOYALITAS WISATAWAN : Studi Community Based Tourism di Gunung Api Purba Nglanggeran | Hermawan | Wahana Informasi Pariwisata : MEDIA WISATA 213 330 1 SM

0 1 16

PENGUKURAN TINGKAT KEPUASAN WISATAWAN TE

0 0 22

Penerapan Prinsip Ekowisata Di Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran Intan Mawar Tiani intanmawartianigmail.com Muhammad Baiquni baiquni99gmail.com ABSTRACT - Penerapan Prinsip Ekowisata Di Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran

0 0 9