Sebelum uji t dilakukan perlu dilakukan uji signifikasi dari standar deviasi
slope
kurva baku dan kurva adisi dengan uji F dan dilihat apakah hasilnya berbeda signifikan atau tidak. Dari hasil perhitungan yang ditunjukkan dalam
tabel IX dapat disimpulkan standar deviasi
slope
kurva adisi tidak ada perbedaan yang signifikan dengan
slope
kurva baku.
Tabel IX. Uji F standar deviasi baku dan adisi
F Hitung α
F Tabel Kesimpulan
Replikasi 1 2,778
0,05 7,146
Tidak signifikan Replikasi 2
1,778 Tidak signifikan
Replikasi 3 5,444
Tidak signifikan Tahap selanjut dilakukan uji t persamaan:
t =
√
Dimana b1 merupakan
slope
kurva adisi dan b2
slope
kurva baku. Selain itu perlu dilakukan perhitungan
degree of freedom
dengan persamaan:
Hasil perhitungan yang ditunjukkan dalam tabel X dapat disimpulkan
slope
dari tiap replikasi kurva adisi memberikan hasil yang signifikan terhadap kurva baku. Pada kurva adisi, semakin besar konsentrasi maka semakin menjauhi
kurva baku. Hal ini dapat disebabkan karena suhu untuk atomisasi tidak optimal sehingga tidak semua Pb pada larutan adisi dapat teratomisasi. Maka perlu adanya
optimasi yang dilakukan terhadap suhu pembakaran.
Tabel X Uji signifikasi slope kurva baku dan kurva adisi
t Hitung α
t Tabel Kesimpulan
Replikasi 1 10,081
0,05 2,228
Signifikan Replikasi 2
9,241 Signifikan
Replikasi 3 7,063
Signifikan
F. Penetapan Kadar
Setelah metode yang akan diuji tervalidasi maka bisa dilanjutkan ketahap berikutnya yaitu penetapan kadar. Dalam penetapan kadar ini peneliti ingin
melihat apakah dari pangan yang dicemari dapat terjadi bioakumulasi dalam tubuh cacing
Lumbricus rubellus
. Hal ini berkaitan ditemukannya kadar timbal pada sediaan kapsul cacing
Lumbricus rubellus
tanpa adanya izin edar dari pom yang diteliti oleh Suryasmi 2013.
1. Perlakuan Sampel
Perlakuan sampel dilakukan dengan menempatkan cacing
Lumbricus rubellus
pada media serbuk kayu. Digunakan media serbuk kayu bukan kotoran ternak agar ketika diberi pangan dapat diyakinkan cacing tersebut makan dari
pangan yang diberikan. Ketika media yang digunakan kotoran ternak maka media tersebut yang menjadi bahan pangan sehingga pangan yang diberikan tidak akan
dimakan. Jumlah pangan yang diberikan sama dengan jumlah cacing yang ada di dalam media 1:1.
Kedalaman media juga perlu diperhatikan. Dalamnya media diusahakan serendah mungkin minimal 7 cm agar pertukaran udara cepat terjadi dan cacing
merasa nyaman selain itu kelembaban dari media perlu dijaga. Pada malam hari
perlu diberinya penerangan agar cacing tidak keluar dari media dan diberi penutup agar tidak diganggu oleh hama.
Pengambilan sampel dilakukan mulai dari minggu 0 sampai minggu 8. Sebelum cacing
Lumbricus rubellus
didestruksi, perlu dilakukan prosedur membunuh cacing tersebut. Caranya adalah dengan merebusnya dengan air
hangat. Ditunggu hingga cacing tersebut tidak bergerak lagi, diangkat dan dikering anginkan.
2. Penetapan Kadar
Cacing yang sudah kering kemudian ditimbang dan dilakukan proses destruksi dengan suhu 130
C tanpa adanya pemberian adisi kemudian disaring dan disimpan. Proses pembacaan hasil dilakukan pada minggu ke 8 agar tidak ada
variasi hasil karena perbedaan hari. Kalibrasi alat akan berubah setiap kali akan digunakan. Jadi dilakukan sekali pembacaan agar kondisi alat pada hari tersebut
sama dan mengurangi resiko
sistematic error
dan
random error
. Dalam proses destruksi wadah yang digunakan adalah Pyrex
®
. Pengerjaan dan penyimpanan menggunakan polyethylene, Pyrex
®
, atau gelas borosilikat dapat stabil dalam beberapa minggu dan ketika digunakan gelas tipe
lain dapat menyebabkan hilangnya sampel karena adsorpsi. Proses adsorpsi terjadi karena terjadinya pertukaran anion dari sampel dengan gugus SiOH pada
permukaan kaca. Penyimpanan digunakan botol plastik bisa menjadi alternatif kerana dapat mengurangi
leaching
dari sampel. Untuk menjaga kestabilan dalam proses penyimpanan perlu adanya penambahan asam untuk mencegah proses
absorpsi Twyman, 2005.