Responden Penelitian Lokasi Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Teknik Pengambilan Sampel Analisis Data Penelitian

D. Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah penduduk dewasa berusia ≥40 tahun di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta. Kriteria inklusi penelitian meliputi responden yang bersedia mengikuti penelitian dan memiliki usia ≥40 tahun. Kriteria eksklusi meliputi responden tidak dapat memberikan respon terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dan nilai tekanan darah responden tidak dapat terdeteksi dengan sphygmomanometer digital.

E. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Dukuh Blambangan, Kelurahan Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran dan Terapi Hipertensi berdasarkan Kajian Faktor Risiko Kesehatan dan Faktor Sosio- Ekonomi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta”. Penelitian ini dilakukan oleh 12 peneliti secara berkelompok. Setiap 2 orang meneliti 1 dukuh sehingga terdapat 6 dukuh di Kabupaten Sleman yang menjadi tempat penelitian. Gambar 1. Penelitian Payung “Prevalensi, Kesadaran dan Terapi Hipertensi berdasarkan Kajian Faktor Risiko Kesehatan dan Faktor Sosio-Ekonomi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta”

G. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel sampling pada penelitian dilakukan secara non-random dengan jenis purposive sampling. Gambar 2. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian 211 orang Total Populasi Berusia ≥40 tahun Purposive Sampling 63 orang Total Responden Terapi Hipertensi 200 orang Total Responden Penelitian di Dukuh Blambangan 110 orang Total Responden Hipertensi 65 orang Total Responden Sadar Hipertensi

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Case Report Form CRF, alat pengukur tinggi badan, timbangan, sphygmomanometer digital, leaflet dan informed consent. CRF lampiran 7 dan informed consent lampiran 8 dilampirkan pada lampiran. CRF sebagai instrumen yang digunakan saat melakukan wawancara dengan responden, yang selanjutnya akan diisi oleh peneliti berdasarkan jawaban responden penelitian. Alat pengukur tinggi badan digunakan untuk mengukur tinggi badan responden. Timbangan digunakan untuk mendapatkan data berat badan responden penelitian. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan inilah yang digunakan untuk mengukur Body Mass Index BMI. Sphygmomanometer digital digunakan peneliti untuk mengukur tekanan darah responden penelitian. Hasil pengukuran tekanan darah langsung disampaikan kepada responden saat itu juga dan selanjutnya dicatat pada CRF sesuai kolom yang tersedia. Leaflet digunakan untuk membantu peneliti dalam menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, serta hal terkait lainnya dalam penelitian kepada responden penelitian. Hal ini juga dilakukan agar responden penelitian dapat lebih memahami pentingnya menjaga tekanan darah dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Instrumen penelitian lainnya adalah informed consent . Instrumen ini digunakan sebagai bukti bahwa responden penelitian bersedia mengikuti penelitian.

I. Tata Cara Penelitian

1. Observasi awal

Observasi awal dilakukan dengan mencari dukuh yang tepat untuk diteliti terkait prevalensi, tingkat kesadaran, dan terapi hipertensi. Hal ini dilakukan lewat wawancara dengan Kepala Dukuh setempat, serta melihat data padukuhan.

2. Permohonan ijin dan kerjasama

Permohonan ijin ditujukan kepada Kepala Dukuh Blambangan. Permohonan ijin selanjutnya ditujukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk mendapatkan Ethical Clearance lampiran 1. Ethical Clearance Ref: KEFK579EC digunakan untuk memenuhi etika penelitian menggunakan tekanan darah manusia dan hasil penelitian dapat dipublikasikan.

3. Pembuatan inform consent dan leaflet

Informed consent yang dibuat telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Responden diminta untuk mengisi nama, alamat, usia dan menandatanganinya. Leaflet berupa selembaran kertas berukuran A4 yang berisi informasi mengenai penjelasan tentang penelitian.

4. Penetapan calon responden

Penetapan responden penelitian dilakukan setelah mendapat ijin Kepala Dukuh Blambangan. Peneliti memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian, serta tata cara penelitian yang akan dilakukan peneliti kepada calon responden. Jika responden bersedia, maka responden diminta untuk mengisi nama, alamat, usia dan menandatangani informed consent.

5. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian

Instrumen yang memiliki validitas dan reliabel yang baik dapat dinyatakan dengan nilai CV coefficient of variation 5. Menurut Sugiyono 2007, validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Menurut Arikunto 1999, validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria. Reabilitas adalah tingkat konsitensi suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan nilai yang konsisten, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukuran yang diperlihatkan dalam taraf ketetapan dan ketelitian hasil. Reliabel tes berhubungan dengan ketetapan hasil tes Arikunto, 1999.

6. Pengukuran tekanan darah

Pengukuran tekanan darah responden yang telah menandatangani informed consent , dilakukan pada bagian lengan kiri atas dengan posisi responden duduk tegak. Pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer digital. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebanyak 2 kali dengan jeda 2 menit dari pengukuran tekanan darah pertama terhadap pengukuran tekanan darah yang kedua. Pengukuran tekanan darah pertama cenderung lebih tinggi dari tekanan darah seharusnya, maka pengukuran tekanan darah yang kedualah yang dimasukan dalam data responden.

7. Wawancara dan penyampaian hasil pengukuran tekanan darah

Peneliti akan menjelaskan hasil pemeriksaan kepada responden secara langsung. Hasil pemeriksaan berupa pemeriksaan tekanan darah, baik tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik. Penjelasan hasil pemeriksaan disertai dengan penggalian beberapa informasi dari responden. Informasi yang didapatkan dari responden akan diolah sebagai data analisis.

8. Pengelompokkan data

Pengelompokkan data dilakukan dengan kategorisasi data sejenis, yaitu menyusun dan menggolongkannya dalam kategori-kategori, lalu dilakukan interpretasi data. Data dikumpulkan dalam CRF dan dipindahkan ke file Microsoft Excel , lalu diolah lebih lanjut untuk mendapatkan hasil analisis terkait. Pengumpulan data disesuaikan dengan uji yang dilakukan.

J. Analisis Data Penelitian

Data yang sudah diperoleh kemudian diolah secara statistik. Langkah pertama dengan uji normalitas Q-Q plot untuk melihat distribusi normal suatu data. Data yang terdistribusi normal dilanjutkan dengan uji t tidak berpasangan, lalu dilanjutkan dengan uji Chi-Square Dahlan dan Sopiyudin, 2009. Uji normalitas Q-Q plot dilakukan terhadap variabel usia. Distribusi pada variabel usia menggambarkan distribusi data penelitian. Hasil uji normalitas Q-Q plot menunjukkan bahwa data penelitian tidak terdistribusi normal. Menurut Aulia 2013, berdasarkan pengalaman empiris beberapa pakar statistik, data dengan jumlah lebih dari 30 angka n30, maka sudah dapat diasumsikan bahwa data terdistribusi normal. Selain uji normalitas, dilakukan pula uji univariat terhadap variabel usia, jenis kelamin, dan faktor risiko kesehatan. Menurut Kamus Kesehatan 2015, analisis univariat adalah analisis statistik yang memperhitungkan faktor atau variabel tunggal. Pada variabel usia didapatkan frekuensi pada 5 rentang usia, yaitu 40-49 tahun, 50-59 tahun, 60-69 tahun, 70-79 tahun, dan usia di atas 80 tahun. Pada variabel faktor risiko kesehatan terdapat 6 faktor yang diteliti, yaitu BMI, aktivitas fisik, pola makan, merokok, alkohol dan riwayat penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskuler. Pada penelitian ini, data untuk faktor alkohol tidak dapat dianalisis karena di Dukuh Blambangan tidak ditemukan responden yang memiliki gaya hidup mengonsumsi alhohol. Frekuensi pada faktor BMI dinyatakan dalam 4 rentang BMI, yaitu 18,5 kgm 2 , ≥18,5 - 25,0 kgm 2 , ≥25,0 - 27,0 kgm 2 , ≥27,0 kgm 2 . Frekuensi pada faktor aktivitas fisik dinyatakan dalam 3 kategori, yaitu responden yang melakukan aktivitas berat, olahraga rutin, dan tidak melakukan aktivitas fisik. Frekuensi pada faktor pola makan dinyatakan dalam 3 kategori, yaitu responden yang mengonsumsi makanan yang direbus lebih banyak dibanding makanan yang digoreng, mengonsumsi buah secara rutin, dan tidak menjaga pola makan. Frekuensi pada faktor merokok dinyatakan dalam 3 kategori, yaitu responden yang merupakan perokok aktif, pasif, dan tidak merokok. Frekuensi pada faktor riwayat penyakit penyerta dinyatakan dalam 3 kategori, yaitu responden dengan komplikasi DM, asam urat,stroke, penyakit kolesterol, penyakit jantung, dan responden tanpa penyakit komplikasi terkait kardiovaskuler. Hasil data univariat ini selanjutnya akan dibahas lebih lanjut pada bagian pembahasan. Pada penelitian ini dilakukan pula uji Anova terhadap variabel tekanan darah tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik terhadap usia dan BMI. Uji ini dimaksudkan untuk menganalisis perbedaan antara tekanan darah dengan pertambahan usia dan BMI. Pada penelitian ini, terjadi peningkatan tekanan darah sistolik seiring adanya pertambahan usia, namun tidak demikian terhadap tekanan darah diastolik. Hasil menunjukkan bahwa pertambahan usia tidak berbeda secara signifikan terhadap tekanan darah diastolik. Hal ini dapat dibuktikan pula lewat nilai p dari masing-masing variabel. Perbedaan antara tekanan darah dengan usia selanjutnya akan dibahas lebih rinci pada bagian pembahasan. Sebelum dilakukan uji Anova, variabel BMI dianalisis menggunakan uji t, namun karena nilai p yang dihasilkan dalam pembagian dua kategori BMI tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna, maka peneliti melakukan sub-analisis terhadap variabel BMI menjadi 4 kategori. Kategori yang dimaksud adalah BMI 18,5 kgm 2 , ≥18,5 - 25,0 kgm 2 , ≥25,0 - 27,0 kgm 2 , ≥27,0 kgm 2 . Setelah melakukan sub-analisis, variabel BMI diuji dengan uji Anova. hasil menunjukkan bahwa hanya tekanan darah sistolik yang berbeda secara signifikan dengan BMI. Hal ini dapat dibuktikan pula lewat nilai p dari masing-masing variabel. Perbedaan antara tekanan darah dengan BMI selanjutnya akan dibahas lebih rinci pada bagian pembahasan. Menurut Dahlan 2009, pada hasil uji Anova, jika terdapat perbedaan yang bermakna, maka uji selanjutnya adalah menganalisis kelompok mana yang berbeda secara signifikan menggunakan analisis Post Hoc. Variabel usia dan BMI yang telah diuji Anova pada penelitian inilah yang selanjutnya dianalisis menggunakan analisis Post Hoc. Uji t dilakukan pula pada penelitian ini. Uji ini dilakukan untuk menganalisis hubungan tekanan darah terhadap jenis kelamin dan faktor risiko kesehatan. Selain itu, uji ini pula menunjukkan perbedaan tekanan darah terhadap masing-masing faktor pada faktor risiko kesehatan. Tujuan uji ini sama dengan uji Anova. Perbedaan terdapat pada variabel yang akan dihubungkan. Pada uji ini, tekanan darah dianalisis terhadap jenis kelamin dan faktor risiko kesehatan, kecuali BMI, yang masing-masing hanya memiliki 2 kategori analisis. Pada variabel jenis kelamin, kategorisasi ada dua, yaitu laki-laki dan perempuan. Pada risiko kesehatan, untuk faktor BMI terdapat kategori ≤25 kgm 2 dan 25 kgm 2 . Pada faktor aktivitas fisik, kategorisasi berupa responden yang melakukan aktivitas fisik dan tidak melakukan aktivitas fisik. Pada faktor pola makan, kategorisasi berupa responden yang mengatur pola makan dan tidak mengatur pola makan. Pada faktor merokok, kategorisasi dibagi menjadi responden yang merokok dan tidak merokok. Pada faktor riwayat penyakit penyerta, kategorisasi dibagi menjadi responden yang memiliki riwayat penyakit penyerta dan tidak memiliki riwayat penyakit penyerta. Hasil uji t ini selanjutnya akan dibahas lebih rinci pada bagian pembahasan. Uji yang dilakukan pula dalam penelitian ini adalah uji Chi-Square. Pada uji ini, masing-masing faktor risiko kesehatan dikategorikan menjadi dua kategori. Pengkategorian masing-masing faktor risiko kesehatan, sama seperti kategorisasi pada uji t yang telah dipaparkan sebelumnya di atas. Pada variabel BMI, kategori di bagi dalam dua kelompok, yaitu ≤25 kgm 2 dan 25 kgm 2 . Uji ini dilakukan untuk menganalisis adanya perbedaan prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi yang disebabkan faktor risiko kesehatan. Hasil uji tiap faktor risiko kesehatan yang didapatkan berupa nilai p dan Odds Ratio OR, beserta interval kepercayaan sebesar 95. Nilai p yang menunjukkan nilai 0,05 menandakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi yang disebabkan faktor tersebut. Nilai OR menunjukkan seberapa besar risiko, kesadaran, ataupun terapi hipertensi yang dapat terjadi secara bermakna antara dua kategori dalam analisis satu faktor risiko kesehatan. Dari hasil uji ini, akan didapatkan 3 nilai p dan 3 nilai OR beserta interval kepercayaan untuk setiap faktor risiko kesehatan. Nilai p dan nilai OR beserta interval kepercayaan untuk analisis dengan prevalensi hipertensi, nilai p dan nilai OR beserta interval kepercayaan untuk analisis dengan kesadaran hipertensi, serta nilai p dan nilai OR beserta interval kepercayaan untuk analisis dengan terapi hipertensi. Dalam menganalisis hipotesis, jika Ho ditolak, maka hipotesis diterima. Gambar berikut menggambarkan analisis hipotesis hubungan faktor risiko kesehatan terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi. Ho : P1=P2 H1, 2, 3 : P1≠P2 ; 0,05 Gambar 3. Analisis Hipotesis Perbedaan Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi yang Disebabkan oleh Faktor Risiko Kesehatan Keterangan : P1 = proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden merokok; tidak olahraga; tidak mengatur pola makan; BMI25; adanya penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskular. P2 = proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden yang tidak merokok; berolah raga; mengatur pola makan; BMI25; tidak ada penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskular.

K. Kelemahan dan Kesulitan Penelitian

Dokumen yang terkait

Prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi berdasarkan faktor risiko kesehatan di Dukuh Krodan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta (kajian faktor risiko kesehatan).

0 9 79

Prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi di Dukuh Krodan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 1 86

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Padukuhan Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

0 1 81

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta.

0 2 87

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 1 84

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 2 85

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

0 0 79

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor risiko kesehatan.

0 2 109

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor risiko kesehatan.

0 1 95

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta kajian faktor risiko kesehatan

0 11 93