Taksonomi C. albicans Morfologi dan karakteristik umum C. albicans Patogenitas C. albicans

Nanayakarra, et al. 2014, dilaporkan bahwa ekstrak etanol daun sirih hijau dilaporkan mampu memberikan daya hambat sebesar 4,6 mm tergadap C. albicans dengan metode difusi agar. Aznita, et al. 2011, dalam penelitiannya melaporkan bahwa ekstrak air daun sirih hijau mampu memberikan daya hambat terhadap C. albicans pada konsentrasi 25 mgmL dengan diameter zona hambat 20 mm. Kandungan senyawa yang diketahui memiliki aktivitas sebagai antifungi yaitu senyawa terpen seperti carvacol, linalool dan eugenol. Kawsud, et al. 2014 melaporkan bahwa, ekstrak etanol daun sirih hijau diketahui memiliki aktivitas antifungi terhadap C. albicans dengan metode KLT Bioautografi pada Rf 0,38 dengan fase gerak toluene : etil asetat 90 : 10 vv dengan kandungan senyawa mayor yang diketahui memiliki aktivitas yaitu senyawa 4-chromanol.

2.2 Candida albicans

2.2.1 Taksonomi C. albicans

Kingdom : Fungi Phylum : Ascomycota Subphylum : Saccharomycota Class : Saccharomyces Ordo : Saccharomycetales Family : Saccharomycetaceae Genus : Candida Spesies : Candida albicans Hasanah, 2012

2.2.2 Morfologi dan karakteristik umum C. albicans

Candida albicans merupakan suatu ragi berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5 x 3-6 µm sampai 2-5,5 µm x 5-28,5 µm. C. albicans berkembang biak dengan memperbanyak diri dengan spora yang tumbuh dari tunas yang disebut blastospora Siregar, 2002. C. albicans dikenal sebagai fungi oportunistik penyebab sariawan, lesi pada kulit, vulvavaginitis, candiduria kandida pada urin, kandidiasis yang dapat menyebabkan gastric ulcer atau bahkan dapat menjadi komplikasi penyakit kanker. C. albican dapat tumbuh pada suhu 37 o C dalam kondisi aerob, C. albicans mempunyai waktu generasi yang lebih panjang yaitu 248 menit dibandingkan dengan kondisi pertumbuhan aerob yang hanya 98 menit Kusumaningtyas, 2005. C. albicans disebut juga jamur dimorfik yang terdapat dalam bentuk sel ragi blastospora dan hifa semu pseudohifa. Sel ragi berbentuk bulat hingga oval dan mudah terpisah satu sama lain. Pseudohifa tersusun memanjang dan berbentuk elips yang menempel satu sama lain pada bagian septa yang berkonstriksi dan tumbuh dalam pola bercabang yang berfungsi untuk mengambil nutrisi yang jauh dari sel induk atau koloni Maharani, 2012. C. albicans pada media Saboraud Dextrose Agar membentuk koloni ragi dengan sifat-sifat khas, yaitu: menonjol dari permukaan medium, permukaan koloni halus, licin, berwarna putih kekuning-kuningan dan berbau ragi. Jamur candida dapat hidup dalam tubuh manusia, hidup sebagai parasit atau saprofit Siregar, 2002.

2.2.3 Patogenitas C. albicans

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap patogenitas dan proses infeksi C. albicans yaitu adhesi, perubahan dari bentuk khamir ke bentuk filamen dan produksi enzim ekstraseluler. Dinding sel pada C. albicans merupakan mediator utama dalam interaksi antara sel jamur dan substrat host. Interaksi ini mengakibatkan terjadinya proses adhesi ke jaringan host Maharani, 2012. Adhesi melibatkan interaksi antara ligan dan reseptor pada sel inang dan proses melekatnya sel C. albicans ke sel inang. Perubahan bentuk dari khamir ke filamen diketahui berhubungan dengan patogenitas dan proses infeksi C. albicans terhadap sel inang yang diikuti pembentukan lapisan biofilm sebagai salah satu cara Candida spp untuk mempertahankan diri dari obat-obat antifungi. Produksi enzim hidrolitik ekstrakseluler seperti aspartyl proteinase juga sering dihubungkan dengan patogenitas C. albicans Kusumaningtyas, 2005. Enzim aspartyl proteinase berperan dalam tahap invasi C. albicans pada stratum korneum Bernardis, et al., 2001 Mannan dan manoprotein merupakan molekul-molekul C. alibcans yang memiliki kemampuan untuk melakukan adhesi Hasanah, 2012. Manoprotein mempunyai sifat imunosupresif sehingga meningkatkan ketahanan jamur terhadap imunitas host. C. albicans tidak hanya melekat, namun juga melakukan penetrasi ke dalam mukosa. Enzim-enzim yang berperan sebagi faktor virulensi yaitu enzim-enzim hidrolitik seperti proteinase, lipase dan fosfolipase Maharani, 2012.

2.3 Kandidiasis

Dokumen yang terkait

Daya Hambat Infusum Daun Sirih Terhadap Pertumbuhan Candida albicans Yang Diisolasi Dari Denture Stomatitis ; Penelitian In Vitro

7 106 73

PERBANDINGAN UJI AKTIVITAS ANTIFUNGI INFUSA DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.) dan SIRIH HITAM (Piper betle L.) pada PERTUMBUHAN Candida albicans

3 29 22

AKTIVITAS ANTIFUNGI FRAKSI ETANOL DAUN KELOR (Moringa oleifera) TERHADAP JAMUR Candida albicans DENGAN METODE BIOAUTOGRAFI

7 44 24

Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle L.) Menggunakan Metode Kempa Langsung Dengan Variasi HidroxypropilI Cellulose (HPC-SSL-SFP) Sebagai Pengikat

7 37 109

Aktivitas Antifungi Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Terhadap Candida tropicalis

4 11 38

UJI DAYA ANTIFUNGI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav) TERHADAP Uji Daya Antifungi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav) Terhadap Candida Albicans ATCC 10231 Secara In Vitro.

0 0 15

Identifikasi dan Fingerprint Senyawa Golongan Fenol Dari Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle Linn.) Dengan Metode KLT-Spektrofotodensitometri.

0 2 48

Skrining Golongan senyawa Bioaktif Dalam Minyak Atsiri Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Dengan variasi Ketinggian Tempat Tumbuh di Bali terhadap Candida albicans ATCC 10231 Menggunakan Metode KLT-Bioautografi.

1 4 35

Skrining Golongan Senyawa Bioaktif Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Hijau (piper betle L.) dengan Variasi Ketinggian Tempat di Bali terhadap Propionibacterium acnes Dengan Metode KLT-Bioautografi Kontak.

8 27 34

Uji Aktivitas Antifungi Fraksi Etanol Hasil Maserasi Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Dari Beberapa Daerah Zona Iklim Panas (0-700 MDPL) di Bali terhadap Fungi Candida albicans ATCC 10231 Dengan Menggunakan Metode Difusi Disk.

0 0 32