2
BAB I PENDAHULUAN
I.A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa
dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan tersebut mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusia dan hal
ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota masyarakatnya, yaitu kepada peserta didik Munandar, 1999.
Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya
secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat. Setiap orang
mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda, dan arena itu membutuhkan pendidikan yang berbeda-beda pula. Pendidikan bertanggung
jawab untuk memandu yaitu mengidentifkasikan dan membina, serta memupuk yaitu mengembangkan dan meningkatkan bakat tersebut. Namun, sekarang makin
disadari bahwa yang menentukan keterbakatan bukan hanya kecerdasan melainkan juga kreativitas dan motivasi berprestasi Munandar, 1999.
Kemampuan kreatif juga dibutuhkan dalam semua bidang kegiatan manusia, baik di keluarga, bangku sekolah, bangku kuliah, ataupun dalam
masyarakat. Pendidikan yang diharapkan mampu memberi suasana untuk mengembangkan bakat kreatif individu, pada kenyataannya terjebak pada
Universitas Sumatera Utara
3 pengoptimalan salah satu aspek saja, sehingga keativitas kurang dikembangkan
dalam dunia pendidikan Ayan, 2002. Manusia kreatif acap kali memiliki kehidupan sosial yang mengasyikkan
dan merangsang berinteraksi dengan banyak orang. Dengan demikian, individu terus-menerus belajar dan berbuat. Kreativitas atau daya cipta memungkinkan
penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia lainnya Munandar, 1999.
Kemajuan di segala bidang serta informasi yang semakin pesat, menuntut mahasiswa untuk mampu menyesuaikan diri, bergerak dengan cepat serta mampu
untuk mencari alternatif baru dalam proses pemecahan masalah. Mengantisipasi hal tersebut mahasiswa dituntut memiliki kemampuan untuk kreatif terhadap
tantangan yang baru Zulkarnain dan Ginting, 2003. Kreativitas penting dipupuk dalam diri mahasiswa karena kreativitas
merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan diri. Kreativitas sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam
kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Pemikiran kreatif atau berpikir divergen perlu dilatih untuk membuat mahasiswa lancar dan fleksibel
dalam berpikir, mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang, dan mampu melahirkan banyak gagasan. Kreativitas juga dapat meningkatkan kualitas
hidup dengan mengikutkan ide-ide baru, penemuan baru, dan teknologi. Perilaku kreatif perlu dipupuk agar tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan tetapi
mampu menghasilkan pengetahuan baru Munandar, 1985 Kenyataannya, mahasiswa di Indonesia masih memiliki tingkat kreativitas
yang rendah. Penekanannya lebih pada hafalan dan mencari satu jawaban yang
Universitas Sumatera Utara
4 benar terhadap soal-soal yang diberikan. Proses-proses pemikiran tinggi termasuk
berpikir kreatif jarang dilatih. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain sebagaimana dinyatakan oleh Guilford dalam Munandar,
1999 dalam pidato pelantikannya sebagai Presiden dari American Psychological Association, bahwa:
Keluhan yang paling banyak saya dengar mengenai lulusan perguruan tinggi kita ialah bahwa mereka cukup mampu melakukan tugas-tugas yang
diberikan dengan menguasai teknik-teknik yang diajarkan, namun mereka tidak berdaya jika dituntut memecahkan masalah yang memerlukan cara-
cara yang baru Sedikit sekali individu yang mengerti bahwa mereka bisa belajar agar
menjadi lebih kreatif. Umumnya, individu itu sendiri tidak tahu teknik mana yang harus digunakan untuk memunculkan ide baru, atau cara mengembangkan bakat
seni yang alami. Individu belum pernah menjalani pelatihan, atau tidak punya latar belakang kreativitas apapun. Orangtua mereka dahulu tidak mengajarkannya.
Sekolah serta universitas tempat individu belajar juga tidak menyelenggarakan mata kuliah dengan materi tersebut Ayan, 2002.
Individu pada umumnya, membatasi pencarian dan kemampuan kreatif pada usia teramat muda, biasanya dimulai saat masuk SD. Di sini sedikit demi
sedikit, kreativitas mulai dikekang oleh pendidikan tradisional. Individu duduk berderet atau berkelompok dan diharuskan tunduk pada peraturan dan prosedur
yang kaku, yang kebanyakan membatasi keterampilan berpikir kreatif. Dalam belajar, individu lebih sering menghafal daripada mengeksplorasi, bertanya, atau
Universitas Sumatera Utara
5 bereksperimen. Saat menapaki SD, SMP, dan seterusnya, kreativitas semakin
jarang diasah, hingga akhirnya berhenti tumbuh Ayan, 2002. Namun, bukan cuma sistem pendidikan yang memasung kreativitas.
Upaya kreatif sering ditanggapi dengan kritik dan umpan balik yang negatif, bukan dukungan atau dorongan. Bagi individu sikap menarik diri dan tidak lagi
memperlihatkan kreativitas tampak jauh lebih aman daripada menerima resiko dipermalukan. Bakat kreatif sesungguhnya dimiliki setiap individu, tetapi
perkembangan bakat kreatif ini sangat bergantung pada lingkungan dimana seorang individu berada. Lingkungan yang kondusif bagi perkembangan bakat
kreatif adalah lingkungan yang memberi keamanan dan kebebasan psikologis pada individu untuk berkembang, baik kemampuan kognisi, kemampuan afeksi,
maupun kemampuan psikomotoriknya secara bersama-sama. Lingkungan harus mampu memberi kesempatan pada individu untuk mendapatkan latihan,
pengetahuan, pengalaman, dan dorongan atau motivasi agar bakat kreatif itu dapat terwujud Munandar 1985.
Kreativitas sebagai salah satu kemampuan mental manusia sering dipandang sebagai suatu proses mengenai hal-hal baru yang bersifat unik, konkret
maupun abstrak baik verbal maupun non verbal Hurlock, 1978. Kreativitas verbal dapat ditunjukkan dengan kemampuan berbahasa yang
baik dan benar. Kemampuan berbahasa digunakan untuk berkomunikasi sekaligus berpikir, sehingga antara penggunaan bahasa untuk berkomunikasi dengan
pikiran terdapat kaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan. Manusia berpikir dengan menggunakan simbol-simbol dan bahasa adalah suatu proses yang kaya
Universitas Sumatera Utara
6 akan simbol. Oleh karena itu proses pikir manusia terjadi dengan menggunakan
bahasa Hilgard, dalam Rismiati dan Mulandari, 2004. Kreativitas yang dimiliki individu terbentuk melalui kata yang dinyatakan
dari abstraksi kognitif, individu dapat mengeluarkan ide-ide yang bermakna secara berbeda, serta dapat mengungkapkannya secara verbal Rismiati dan
Mulandari, 2004. Hal ini juga dialami mahasiswa di Program Studi Psikologi Universitas
Sumatera Utara. Dengan kurikulumnya yang diantaranya mencakup kemampuan dalam pengetahuan dasar psikologi dan teknik pengamatan secara psikologi,
kemampuan mengasah dalam biopsikomoral, kemampuan melakukan penelitian di bidang psikologi, contohnya yaitu dengan melakukan wawancara dan
observasi. Dan juga berkenaan dengan dasar-dasar dan teknik konsultasi, maka dalam mewujudkan keseluruhannya diperlukan cara berpikir yang kreatif dan
kemampuan kreativitas verbal, yang nantinya akan berguna dalam perkembangan bangsa ini Supratiknya, 2003.
Sebagai data tambahan, peneliti melakukan wawancara awal dengan beberapa mahasiswa Program Studi Psikologi USU. Dari hasil wawancara
disimpulkan bahwa sebagian besar materi perkuliahan di Program Studi Psikologi erat kaitannya dengan kreativitas secara verbal. Dimana kretivitas verbal ini
berguna dalam setiap penyampaian materi perkuliahan yang kesehariannya diisi dengan presentasi, diskusi antar mahasiswa dengan mahasiswa, mahasiswa
dengan dosen, praktek materi berupa wawancara baik dengan sesama mahasiswa Program Studi Psikologi, maupun individu di luar Program Studi Psikologi. Disini
kreativitas verbal berperan amat penting dalam menjaga kualitas diri dalam
Universitas Sumatera Utara
7 berinteraksi dengan lawan bicara. Kelancaran, kecepatan, dan kecakapan
mahasiswa dalam memilih bahasa dan kata-kata yang bermakna, disampaikan dalam cara yang berbeda namun memiliki makna yang sama sehingga orang yang
mendengarkan pun dapat memahami dan mengerti secara jelas, serta turut menunjang kepercayaan diri bagi mahasiswa itu sendiri.
Berdasarkan fenomena kreativitas verbal dalam Program Studi Psikologi yang diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kreativitas verbal tentunya
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi kreativitas menurut Munandar 1985 adalah kemampuan berpikir yang terdiri
dari intelegensi. Diantara ciri-ciri perilaku yang secara tidak langsung telah disepakati sebagai tanda telah dimilikinya inteligensi yang tinggi, antara lain
adalah kreativitas yang tinggi, imajinasi yang berkembang, kemampuan mengingat, dan menyelesaikan problem mental dengan cepat Azwar, 1996.
Rahim 2005 mengungkapkan bahwa dalam meningkatkan intelegensi diperlukan proses belajar yang efektif antara lain dilakukan dengan membaca,
sehingga individu lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang.
Membaca adalah salah satu cara terbaik untuk mengisi otak dan jiwa. Seorang yang banyak membaca akan lebih luas pengetahuannya daripada orang
yang sedikit membaca. Intelektualitas seseorang tidak akan tumbuh sempurna tanpa membaca bahan bacaan yang sehat dan cukup Rahim, 2005.
Individu yang sering membaca lebih memiliki kesempatan untuk belajar kata yang baru daripada individu yang sedikit membaca dan yang tidak
mempunyai minat membaca sama sekali. Minat inilah yang menjadi motivator
Universitas Sumatera Utara
8 dalam diri individu untuk melakukan aktivitas membaca dengan sebaik-baiknya
karena membaca mempunyai daya tarik dan menimbulkan kepuasan bagi dirinya Kaligis, dalam Rismiati dan Mulandari, 2005.
Seringnya membaca, akan terpupuk kebiasaan minat membaca. Baginya, membaca dirasakan sebagai suatu pemenuhan kebutuhan. Orang yang demikian
akan menganggap membaca koran pagi misalnya, sebagai sarapan. Dengan memiliki kebiasaan membaca yang tinggi, orang akan merasa ketagihan membaca
Sudiana, 2004. Tidak seorang pun dari individu akan menyangkal betapa sumbangan dari
keterampilan dan kegiatan membaca itu untuk keberhasilan belajar sangatlah tinggi. Hal itu, jauh lebih signifikan jika dikaitkan dengan tugas dan kewajiban
individu sebagai mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi. Setiap individu sangat menyadari, sebagian besar bahan belajar di perguruan tinggi dikemas
dalam format buku teks atau bacaan Pamungkas, 2004. Mahasiswa sebagai individu yang mendapatkan berbagai gelar seperti:
agent of change, director of change, creative minority, calon pemimpin bangsa dan lain sebagainya, senantiasa menempatkan mahasiswa dalam posisi terhormat
dalam perubahan besar di negeri ini Kusumah, 2005. Pengembangan mahasiswa merupakan tugas nasional yang penting, karena
mahasiswa sebagai sumber daya manusia merupakan potensi vital strategis serta mempunyai ciri-ciri tersendiri yang khusus. Mahasiswa dengan latar belakang
pendidikan yang tinggi diharapkan kelak dapat dijadikan panutan dan pemimpin dimasa depan yang bertanggung jawab, untuk itu tidak hanya harus menguasai
Universitas Sumatera Utara
9 disiplin ilmu akan tetapi harus memiliki kecakapan, kreatif dan dapat menguasai
diri Zulkarnain dan Ginting, 2003. Adapun alasan diadakannya penelitian ini di Program Studi Psikologi
USU adalah dikarenakan beberapa alasan yang bersifat teoritis maupun praktis. Berdasarkan kurikulum program pendidikan sarjana psikologi yang mencakup
kemampuan dalam pengetahuan dasar psikologi dan teknik pengamatan secara psikologi, dan kemampuan melakukan penelitian di bidang psikologi, contohnya
yaitu dengan melakukan wawancara dan observasi. Dan juga berkenaan dengan dasar-dasar dan teknik konsultasi, maka dalam mewujudkan keseluruhannya
diperlukan cara berpikir yang kreatif dan kemampuan kreativitas verbal. Kreativitas verbal yang dipengaruhi oleh intelegensi dan dalam meningkatkan
intelegensi diperlukan proses belajar yang efektif antara lain dilakukan dengan membaca, hal ini memungkinkan bagi peneliti untuk meneliti hubungan antara
minat membaca buku dengan kreativitas verbal. Selain itu peneliti sebagai mahasiswa Program Studi Psikologi USU itu sendiri menjadi alasan praktis bagi
peneliti untuk melakukan penelitian di Program Studi Psikologi USU. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui
hubungan antara Minat Baca dengan Kreativitas Verbal pada Mahasiswa Program Studi Psikologi USU.
I.B. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Minat Baca dengan Kreativitas Verbal pada Mahasiswa Program Studi Psikologi
USU.
Universitas Sumatera Utara
10
I.C. MANFAAT PENELITIAN 1.
Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian- penelitian psikologi lainnya sehingga dapat dipergunakan sebagai referensi atau
bahan pembanding bagi peneliti-peneliti berikutnya yang ingin mengkaji masalah yang berkaitan dengan minat baca dan kreativitas, khususnya kreativitas verbal.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini ditujukan pada dunia pendidikan. Terutama bagi mahasiswa Program Studi Psikologi yang terkait erat dengan minat
baca dan kemampuan mereka dalam kreativitas khususnya kreativitas verbal. Untuk dapat memperkaya kosa kata dan tata bahasa, merangsang imajinasi, serta
merangsang mahasiswa untuk memperluas bahan bacaan atau buku, baik cerita fiksi maupun ilmu pengetahuan non fiksi.
I.D. SISTEMATIKA PENULISAN
Skripsi ini disajikan dalam beberapa bab, dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan