10
I.C. MANFAAT PENELITIAN 1.
Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian- penelitian psikologi lainnya sehingga dapat dipergunakan sebagai referensi atau
bahan pembanding bagi peneliti-peneliti berikutnya yang ingin mengkaji masalah yang berkaitan dengan minat baca dan kreativitas, khususnya kreativitas verbal.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini ditujukan pada dunia pendidikan. Terutama bagi mahasiswa Program Studi Psikologi yang terkait erat dengan minat
baca dan kemampuan mereka dalam kreativitas khususnya kreativitas verbal. Untuk dapat memperkaya kosa kata dan tata bahasa, merangsang imajinasi, serta
merangsang mahasiswa untuk memperluas bahan bacaan atau buku, baik cerita fiksi maupun ilmu pengetahuan non fiksi.
I.D. SISTEMATIKA PENULISAN
Skripsi ini disajikan dalam beberapa bab, dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan
Bab I akan menjelaskan uraian latar belakang mengenai minat baca dan hubungannya dengan kreativitas verbal pada mahasiswa Program Studi Psikologi
USU, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
Universitas Sumatera Utara
11
Bab II. Landasan Teori
Bab II berisikan teori-teori mengenai minat baca dan kreativitas verbal, hubungan, serta mengemukakan hipotesa penelitian.
Bab III. Metode Penelitian
Bab III akan menjelaskan tentang variabel penelitian, subjek penelitian, metode pengumpulan data, prosedur penelitian, dan metode analisis data untuk pengujian
hipotesis yang digunakan peneliti dalam penelitian.
BAB IV. Analisa Data
Bab IV berisikan uraian hasil utama penelitian, dan interpretasi data serta hasil tambahan yang dapat memperkaya penelitian ini
BAB V. Kesimpulan, Diskusi dan Saran
Bab V berisikan kesimpulan akhir dari hasil penelitian, berbagai kemungkinan yang terjadi mengenai alasan dari hasil penelitian yang telah diperoleh
berdasarkan teori yang dipakai, serta saran-saran praktis sesuai dengan hasil penelitian dan saran yang dapat memberikan inspirasi bagi peneliti-peneliti lain.
Universitas Sumatera Utara
12
BAB II LANDASAN TEORI
II. A. KREATIVITAS II. A. 1. Pengertian Kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat dan memikirkan hal-hal yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak
berhubungan dan mencetuskan solusi-solusi baru atau ide-ide yang menunjukkan kelancaran, kelenturan dan orisinil dalam berpikir Munandar, 1999.
Selanjutnya dikatakan pada umumnya hampir setiap orang memiliki kreativitas yang tinggi pada masa kanak-kanaknya, namun hanya sedikit yang
mampu terus mempertahankan sampai usia dewasa. Kreativitas adalah sintesa dari empat fungsi, yaitu berpikir, merasa, mengindra dan intuisi. Bila salah satu saja
dari keempat fungsi di atas dihambat, maka kreativitas pun akan menurun Munandar, 1999.
Kreativitas adalah suatu proses upaya manusia atau bangsa untuk membangun dirinya dalam berbagai aspek kehidupannya. Tujuan pembangunan
diri itu ialah untuk menikmati kualitas kehidupan yang semakin baik Basuki, 2005
Sedangkan menurut Jawwad 2002, kreativitas adalah memunculkan sesuatu yang baru tanpa ada contoh sebelumnya. Kemudian, para pakar lain
mengatakan kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan karya baru yang bisa diterima oleh komunitas tertentu atau bisa diakui oleh mereka sebagai sesuatu
yang bermanfaat.
Universitas Sumatera Utara
13 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas
merupakan kemampuan untuk melihat dan memikirkan hal-hal yang luar biasa, upaya manusia atau bangsa untuk membangun dirinya dalam berbagai aspek
kehidupannya dan menghasilkan karya baru yang bisa diterima oleh komunitas tertentu atau bisa diakui oleh mereka sebagai sesuatu yang bermanfaat.
II. A. 2. Pengertian Kreativitas Verbal
Munandar 1985 menyatakan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau
unsur-unsur yang ada diungkapkan secara verbal. Kemampuan untuk menciptakan tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan gambaran dari hal-hal
sudah ada sebelumnya, yang diperoleh dari pengalaman selama hidupnya. Memperjelas pendapat sebelumnya, Munandar 1992 menyatakan bahwa
kreativitas verbal adalah kemampuan yang terungkap secara verbal, berdasarkan data atau informasi yang didapat dari banyaknya kemungkinan jawaban terhadap
suatu masalah, yang penekanannya terletak pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban.
Kreativitas verbal merupakan struktur intelek manusia merupakan akulturasi dari kecakapan-kecakapan intelektual yang meliputi hampir semua
kecakapan individu, dimana dalam segi-segi tertentu dapat dikategorikan menjadi tiga, sesuai dengan operasi, jenis isi atau informasi, dan jenis produk yang
dihasilkan Prakosa, 1995.
Universitas Sumatera Utara
14 Syah 1995 menyatakan bahwa kreativitas verbal adalah pemikiran yang
menjajagi bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan yang sama besarnya.
Goevremont 1999 menyatakan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan dalam memahami dan menggunakan arti kata-kata secara efektif,
memahami hubungan antar kata, dan arti kalimat dalam satu paragraf. Kemampuan tersebut merupakan faktor verbal yang paling penting karena
kemampuan tersebut digunakan untuk memahami, menggunakan, dan berhubungan dengan bahasa tulisan dan lisan.
Kreativitas verbal merupakan keterampilan kecakapan berbahasa pasif tertulis yang diberikan dalam bentuk bahasa yang berpengaruh pada kecakapan
berbahasa aktif lisan yang terungkap secara verbal. Individu yang mempunyai kemampuan verbal dengan baik mampu menyampaikan ekspresi-ekspresi
emosional, mengungkapkan pendapat atau pesan, mengutarakan sikap dan berbagai aktivitas sosial manusial lainnya Rismiati dan Mulandari, 2004.
Kreativitas verbal dapat ditunjukkan dengan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Kemampuan berbahasa digunakan untuk berkomunikasi sekaligus
berpikir Sertain, dalam Rismiati dan Mulandari, 2004. Penggunaan antara bahasa untuk berkomunikasi dengan pikiran, terdapat kaitan yang erat dan tidak
dapat dipisahkan. Manusia berpikir dengan menggunakan simbol-simbol dan bahasa adalah suatu proses yang kaya akan simbol. Oleh karena itu proses pikir
manusia terjadi dengan menggunakan bahasa Hilgard, dalam Rismiati dan Mulandari, 2004.
Universitas Sumatera Utara
15 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas verbal
merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi yang penekanannya terletak pada kuantitas, ketepatgunaan, dan
keragaman jawaban dimana dalam segi-segi tertentu dapat dikategorikan menjadi tiga, sesuai dengan operasi, jenis isi atau informasi, dan jenis produk yang
dihasilkan dan berhubungan dengan bahasa tulisan dan lisan, dan dapat ditunjukkan dengan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
II. A. 3. Aspek-Aspek Kreativitas Verbal
Menurut Munandar 1999, ada empat aspek yang mempengaruhi kreativitas verbal, yaitu:
a. Kelancaran Berpikir
Kelancaran berpikir adalah banyaknya ide yang keluar dari pemikiran seseorang.
b. Fleksibilitas
Fleksibilitas atau keluwesan, yaitu kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan, orang yang kreatif
adalah orang yang kreatif dalam berpikir, mereka dapat dengan mudah meninggalkan cara berpikir yang lama dan menggantikan dengan cara berpikir
yang baru. c.
Elaborasi Elaborasi adalah kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan mengurai
secara terinci.
Universitas Sumatera Utara
16 d.
Orisinalitas Orisinalitas atau keaslian, yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.
Berdasarkan uraian di atas, terdapat empat aspek yang mempengaruhi kreativitas verbal, yaitu kelancaran berpikir, fleksibilitas, elaborasi, dan
orisinalitas.
II. A. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
Munandar 1985 mengungkapkan bahwa ada sejumlah faktor yang mempengaruhi kreativitas, yaitu :
a. Kemampuan berpikir
Terdiri dari intelegensi dan pemerkayaan bahan. berpikir berupa pengalaman dan keterampilan.
b. Sifat kepribadian yang berinteraksi dengan lingkungan tertentu
Faktor kepribadian terdiri dari rasa ingin tahu, harga diri dan kepercayaan diri, sifat mandiri, berani mengambil resiko dan sifat asertif.
Menurut Hurlock 2000 ada 6 faktor yang menyebabkan munculnya variasiperbedaan kreativitas yang dimiliki individu, yaitu:
a. Jenis Kelamin
Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak perempuan.
b. Status Sosial Ekonomi
Anak dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif daripada anak yang berasal dari sosial ekonomi kelompok yang lebih rendah.
Universitas Sumatera Utara
17 c.
Urutan Kelahiran Anak dari berbagai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang
berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan pada lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir di tengah, lahir belakangan dan anak tunggal mungkin lebih
kreatif daripada yang lahir pertama. d.
Ukuran Keluarga Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif
daripada anak dari keluarga besar. e.
Lingkungan Kota vs Lingkungan Pedesaan Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif daripada anak lingkungan
pedesaan. f.
Intelegensi
Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak yang kurang pandai.
Berdasarkan uraian di atas, Munandar mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas, yaitu kemampuan berpikir, sifat kepribadian yang
berinteraksi dengan lingkungan tertentu. Kemudian Hurlock juga mengungkapkan bahwa jenis kelamin, status sosial ekonomi, urutan kelahiran, ukuran keluarga,
lingkungan kita vs lingkungan pedesaan, dan intelegensi juga merupakan faktor yang turut mempengaruhi kreativitas.
Universitas Sumatera Utara
18
II. B. MINAT BACA II. B. 1. Pengertian Minat
Sebelum membicarakan tentang minat membaca, terlebih dahulu kita akan berbicara tentang pengertian minat. Ekspresi minat dapat diketahui melalui suatu
pernyataan dan aktivitas yang menunjukkan seseorang lebih menyukai sesuatu daripada yang lain. Hurlock 2000 menyebutkan bahwa minat adalah sumber
motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang diinginkannya. Hal ini kemudian akan mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang, minat
pun berkurang. Hurlock 2000 juga menjelaskan minat individu terhadap suatu objek
mengandung aspek kognitif dan afektif. Aspek kognitif berkaitan dengan konsep bidang yang diminati, diperoleh dari pengalaman di rumah, sekolah dan
masyarakat, sedangkan aspek afektif minat minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat dari pengalaman pribadi serta sikap
orang-orang sekitar. Selanjutnya Hurlock 2000 juga menjelaskan meskipun kedua aspek
tersebut sama pentingnya, aspek afektif mempunyai peran yang lebih penting dari aspek kognitif. Hal ini disebabkan: 1 aspek afektif lebih besar peranannya dalam
memotivasi tindakan daripada aspek kognitif. Perasaan yang menyenangkan akan memperkuat minat individu. Dan sebaliknya, perasaan yang tidak menyenangkan
akan melemahkan minat individu. Perasaan itu mengakibatkan kebosanan disertai pengaruh yang memperlemah motivasi atau yang mendorong tindakan yang
menganggu penyesuaian pribadi dan sosial yang baik. 2 aspek afektif yang sudah terbentuk cenderung lebih tahan terhadap perubahan dibandingkan aspek
Universitas Sumatera Utara
19 kognitif. Informasi yang tidak tepat tentang suatu hal yang berkaitan dengan
minat, yang merupakan aspek kognitif dari minat, dapat diperbaiki secara relatif mudah tatkala seorang individu bertambah dewasa. Sedangkan merubah aspek
afektif minat seorang individu sangatlah sulit.
II. B. 2. Pengertian Minat Baca Kedudukan minat dalam membaca menduduki tingkat teratas, karena
tanpa minat seseorang akan sukar melakukan kegiatan membaca Rahim, 2005. Minat baca menurut Rahim 2005 adalah keinginan yang kuat disertai
usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan
bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri. Rahim juga mengemukakan bawa minat membaca seorang anak perlu sekali dikembangkan.
Menumbuhkan minat baca seorang anak lebih baik dilakukan pada saat dini, yaitu pada saat anak baru belajar membaca permulaan, atau bahkan pada saat anak baru
mengenal sesuatu. Kemudian Sumadi dalam Sudiana, 2004 mengungkapkan bahwa minat
baca adalah kecenderungan jiwa yang mendorong seseorang berbuat sesuatu terhadap membaca. Minat baca ini ditunjukkan oleh adanya keinginan yang kuat
untuk melakukan kegiatan membaca. Berdasarkan pengertian minat dan minat baca dapat disimpulkan bahwa
minat baca adalah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca mengandung aspek kognitif dan afektif. Di mana dalam minat baca,
aspek afektif mempunyai peran yang lebih penting dari aspek kognitif. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
20 disebabkan: 1 aspek afektif lebih besar peranannya dalam memotivasi tindakan
daripada aspek kognitif. 2 aspek afektif yang sudah terbentuk cenderung lebih tahan terhadap perubahan dibandingkan aspek kognitif.
II. B. 3. Aspek-aspek Minat Baca
Sebelum membicarakan tentang aspek minat baca, terlebih dahulu akan dikemukakan aspek minat seperti yang dikemukakan oleh Hurlock 1980, yang
terdiri dari: 1 pengalaman, 2 daya tarik pribadi, 3 nilai yang terkandung. Dari ke tiga aspek minat ini, Frymeir dalam Rahim, 2005 menambahkan tiga aspek
lagi untuk minat baca, yaitu: 1 informasi yang bermakna, 2 tingkat keterlibatan tekanan, 3 kekompleksitasan informasi.
Jadi, aspek minat baca menurut Frymeir dalam Rahim, 2005 adalah sebagai berikut:
a. Pengalaman sebelumnya
Individu tidak akan mengembangkan minatnya terhadap sesuatu jika mereka belum pernah mengalaminya.
b. Konsepsinya tentang diri sendiri
Individu akan menolak informasi yang dirasa mengancamnya, sebaliknya individu akan menerima jika informasi itu dipandang berguna dan membantu
meningkatkan dirinya. c.
Nilai-nilai Minat individu timbul jika sebuah informasi yang disajikan oleh orang yang
berwibawa.
Universitas Sumatera Utara
21 d.
Informasi yang bermakna Informasi yang mudah dipahami oleh individu akan menarik minat mereka.
e. Tingkat keterlibatan tekanan
Jika individu merasa dirinya mempunyai beberapa tingkat pilihan dan kurang tekanan, minat membaca mereka mungkin akan lebih tinggi.
f. Kekompleksitasan informasi
Individu yang lebih mampu secara intelektual dan fleksibel secara psikologis lebih tertarik kepada hal yang lebih kompleks.
Berdasarkan penjelasan di atas terdapat beberapa aspek dari minat baca, berupa pengalaman sebelumnya, konsepsinya tentang diri sendiri, nilai-nilai,
informasi yang bermakna, tingkat keterlibatan tekanan, kekompleksitasan informasi.
II. B. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Baca
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca menurut Lamb dan Arnold dalam Rahim, 2005, adalah:
a. Faktor fisiologis
Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan
bagi anak untuk belajar, khususnya belajar membaca. b.
Faktor intelektual Intelegensi itu sendiri menurut Henmon dalam Azwar, 1996 terdiri atas
dua macam faktor, yaitu: kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengetahuan yang telah diperoleh.
Universitas Sumatera Utara
22 c.
Faktor lingkungan Faktor lingkungan itu mencakup:
1. Faktor latar belakang dan pengalaman individu di rumah
Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan bahasa individu. Kondisi di rumah mempengaruhi pribadi dan
penyesuaian diri individu dalam masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat membantu individu, dan dapat juga mengahalangi individu dalam
membaca. Individu yang tinggal di dalam rumah tangga yang harmonis, rumah yang penuh dengan cinta kasih, yang orang tuanya memahami
anak-anaknya, dan mempersiapkan seorang individu dengan harga diri yang tinggi, tidak akan menemukan kendala yang berarti dalam membaca.
2. Faktor sosial ekonomi
Faktor sosioekonomi, orang tua, dan lingkungan tetangga merupakan faktor yang membentuk lingkungan rumah individu. Beberapa
penelitian memperlihatkan bahwa status sosioekonomi individu mempengaruhi kemampuan verbal individu. Semakin tinggi status
sosioekonomi individu semakin tinggi kemampuan verbal individu. Anak- anak yang mendapat contoh bahasa yang baik dari orang dewasa serta
orang tua yang berbicara dan mendorong anak-anak mereka berbicara akan mendukung perkembangan bahasa dan intelegensi anak. Begitu pula
dengan kemampuan membaca individu. Individu yang memberikan banyak kesempatan membaca, dalam lingkungan yang penuh dengan
bahan bacaan yang beragam akan mempunyai kemampuan membaca yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
23 d.
Faktor psikologis Faktor psikologis ini juga mencakup beberapa faktor, diantaranya sebagai
berikut: 1.
Motivasi Motivasi adalah faktor kunci dalam membaca. Kunci motivasi itu
sederhana, tetapi tidak mudah untuk mencapainya. Kuncinya adalah guru harus mendemonstrasikan kepada siswaindividu praktik pengajaran
dengan minat dan pengalaman individu, sehingga individu memahami belajar itu sendiri sebagai suatu kebutuhan.
2. Kematangan sosial, ekonomi, emosi dan penyesuaian diri
Individu yang lebih mudah mengontrol emosinya, akan lebih mudah memusatkan perhatiannya pada teks yang dibacanya, daripada
individu yang mudah marah, menangis, dan bereaksi secara berlebihan ketika mereka tidak mendapatkan sesuatu, atau menarik diri akan
mendapat kesulitan dalam membaca. Individu yang kurang percaya diri, tidak akan bisa mengerjakan
tugas yang diberikan kepadanya, walaupun tugas itu sesuai dengan kemampuannnya. Mereka sangat bergantung kepada orang lain sehingga
tidak bisa mengikuti kegiatan mandiri. Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi minat baca adalah faktor fisiologis, faktor intelektual, faktor lingkungan dan faktor psikologis.
Universitas Sumatera Utara
24
II. C. MAHASISWA PSIKOLOGI II. C. 1. Pengertian Mahasiswa
Mahasiswa menurut kamus umum bahasa Indonesia 2002 adalah orang yang terdaftar dan menjalani pendidikan di perguruan tinggi.
Masa mahasiswa meliputi rentang umur dari 18 atau 19 sampai dengan 24 atau 25 tahun. Rentang umur ini masih dapat dibagi-bagi atas periode 18 atau 19
tahun sampai 20 atau 21 tahun yaitu mahasiswa dari semester I sampai dengan
semester IV dan periode waktu 21 atau 22 tahun sampai dengan 24 atau 25 tahun,
yaitu dari semester V sampai dengan semester VIII Hurlock, 2000 Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa
adalah orang yang terdaftar dan menjalani pendidikan di perguruan tinggi, berumur 18 atau 19 sampai dengan 24 atau 25 tahun yaitu mahasiswa dari
semester I sampai dengan semester VIII.
II. C. 2. Mahasiswa Psikologi Menurut Brewer dalam Supratiknya, 2003 tujuan dasar pendidikan
psikologi pada jenjang undergraduate adalah mengajar peserta didik agar mampu berpikir sebagai ilmuwan tentang perilaku dan pengalaman hidup disertai dengan
delapan tujuan umum, meliputi: 1 pengetahuan yang luas; 2 keterampilan berpikir; 3 keterampilan berbahasa; 4 keterampilan mengumpulkan informasi
dan membuat sintesis; 5 kemampuan meneliti; 6 keterampilan interpersonal; 7 sejarah psikologi; 8 etika dan nilai-nilai.
Universitas Sumatera Utara
25 Meitti dalam menuju standarisasi nasional pendidikan psikologi di
Indonesia, 2005 menambahkan bahwa ada tujuh kompetensi utama S1 psikologi, yaitu:
a. Penguasaan teori-teori psikologi
Penguasaan teori psikologi yaitu mahasiswa menguasai konsep-konsep umum, hasil-hasil empiris dan sebagainya.
b. Penguasaan metode penelitian dasar
Penguasaan metode penelitian dasar, memiliki keterampilan wawancara, observasi, desain penelitian, mengenal skala, angket, alat ukur psikologi dan
mampu menganalisis baik dalam bentuk metode kuantitatif maupun kualitatif. c.
Pengukuran Assessment Pengukuran yaitu menguasai prinsip diagnostik dasar. Pengamatan secara
objektif dan sistematis mengenai bakat, minat dan kepribadian. d.
Kemampuan membangun hubungan interpersonal Kemampuan membangun hubungan interpersonal yaitu membangun
hubungan yang konstruktif supaya memiliki keterampilan dan menjaga hubungan interpersonal dan mengkomunikasikan apa yang dimiliki.
e. Etis dan pluralitas atau memahami perbedaan
Etis dan pluralitas atau memahami perbedaan tidak membeda-bedakan dan penguasaan etika dalam memberikan pelayanan kepada individu dan
kelompok. f.
Kemampuan soft skill Kemampuan soft skill yaitu dapat berpikir kritis, kemampuan komunikasi lisan
dan tulis, leadership, percaya diri, penggunaan teknologi informasi
Universitas Sumatera Utara
26 berdasarkan perubahan yang terjadi dan pengembangan diri sebagai problem
solver. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa psikologi
harus menguasai keterampilan dalam berbahasa, keterampilan wawancara, konsultasi, membangun hubungan yang konstruktif, menjaga hubungan
interpersonal dan mengkomunikasikan apa yang dimiliki, memiliki penguasaan etika dalam memberikan pelayanan kepada individu dan kelompok, dapat berpikir
kritis, memiliki kemampuan dalam berkomunikasi lisan dan tulis. Maka dari itu, kreativitas verbal yang diawali dengan pembentukan ide
melalui kata-kata, serta mengarahkan ide melalui kata-kata, mengarahkan fokus permasalahan pada penguasaan bahasa atau kata-kata , yang akan menentukan
jelas tidaknya pengertian mengenai ide yang disampaikan sangat berpengaruh dalam penguasaan materi psikologi.
II. D. HUBUNGAN MINAT BACA DENGAN KREATIVITAS VERBAL
Kreativitas verbal merupakan pembentukan ide melalui kata-kata, serta mengarahkan ide melalui kata-kata, mengarahkan fokus permasalahan pada
penguasaan bahasa atau kata-kata, yang akan menentukan jelas tidaknya pengertian mengenai ide yang disampaikan. Hal ini sangat berpengaruh dalam
penguasaan materi psikologi undergraduate, berupa penguasaan keterampilan dalam berbahasa, keterampilan wawancara, konsultasi, membangun hubungan
yang konstruktif, menjaga hubungan interpersonal dan mengkomunikasikan apa yang dimiliki, memiliki penguasaan etika dalam memberikan pelayanan kepada
Universitas Sumatera Utara
27 individu dan kelompok, dapat berpikir kritis, dan menguasai kemampuan dalam
berkomunikasi lisan dan tulis. Kreativitas adalah salah satu kemampuan individu yang harus
ditumbuhkembangkan, sebab tanpa adanya kreativitas, suatu masyarakat akan melakukan kegiatan yang sama dari waktu ke waktu, dan sama sekali tidak
mengalami perubahan serta kemajuan yang berarti dalam kehidupannya. Selain itu kreativitas sangat dibutuhkan dalam segala aspek kehidupan, sebab dengan
kreativitas individu akan mampu menghadapi berbagai macam tantangan baik dalam bidang ekonomi, kesehatan, politik maupun sosial dan budaya Munandar,
1999. Salah satu faktor yang mempengaruhi kreativitas menurut Munandar
1985 adalah kemampuan berpikir yang terdiri dari intelegensi. Diantara ciri-ciri perilaku yang secara tidak langsung telah disepakati sebagai tanda telah
dimilikinya inteligensi yang tinggi, antara lain adalah kreativitas yang tinggi, imajinasi yang berkembang, kemampuan mengingat, dan menyelesaikan problem
mental dengan cepat Azwar, 1996. Rahim 2005 mengungkapkan bahwa dalam meningkatkan intelegensi
diperlukan proses belajar yang efektif antara lain dilakukan dengan membaca, sehingga individu lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa
mendatang. Kemudian Flynn dalam Azwar, 1996 mendefenisikan intelegensi sebagai
kemampuan untuk berpikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman. Kemampuan abstraksi adalah suatu kemampuan untuk bekerja
dengan menggunakan gagasan dan simbol-simbol Azwar, 1996. Intelegensi itu
Universitas Sumatera Utara
28 sendiri menurut Henmon dalam Azwar, 1996 terdiri atas dua macam faktor,
yaitu kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengetahuan yang telah diperoleh.
Membaca menambah kosakata dan pengetahuan akan tata bahasa dan sintaksis. Yang lebih penting lagi, membaca memperkenalkan kita pada banyak
ragam ungkapan kreatif, dan dengan demikian mempertajam kepekaan linguistik dan kemampuan menyatakan perasaan. Dengan membaca, kita belajar mengenai
metafora, persuasi, sifat nada, dan banyak unsur ekspresi lain. Membaca juga memicu imajinasi. Buku yang baik mengajak kita membayangkan dunia beserta
isinya, lengkap dengan segala kejadian, lokasi dan karakternya. Bayangan yang terkumpul dari tiap buku atau artikel ini melekat dalam pikiran, dan seiring
dengan berlalunya waktu, membangun sebuah bentang jaringan ide dan perasaannya menjadi dasar ide kreatif. Bayangan ini akhirnya menjadi dasar
metafora yang kita tulis, gambar yang dibuat, bahkan keputusan yang akan diambil Ayan, 2002.
Dengan seringnya membaca, akan terpupuk kebiasaan minat membaca. Baginya, membaca dirasakan sebagai suatu pemenuhan kebutuhan. Orang yang
demikian akan menganggap membaca koran pagi misalnya, sebagai sarapan. Dengan memiliki kebiasaan membaca yang tinggi, orang akan merasa ketagihan
membaca Sudiana, 2004.
II. E. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesa utama dari penelitian ini yaitu ada hubungan positif antara minat baca dengan kreativitas verbal pada mahasiswa Program Studi Psikologi USU.
Universitas Sumatera Utara
29 Diasumsikan bahwa semakin tinggi minat baca mahasiswa, maka kreativitas
verbalnya semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah minat baca mahasiswa, maka kreativitas verbalnya juga semakin rendah.
Universitas Sumatera Utara
30
BAB III METODE PENELITIAN