Tahap Belajar Kesesuaian Model Isman untuk Mengembangkan Pembelajaran di Kelas

12 Desain Pembelajaran Model ISMAN | Dewa Gede Agus Putra Prabawa Prodi Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana Undiskha 2012 email: dw_prabawayahoo.co.id kemudian desainer pembelajaran merevisi bagian yang mengalami masalah tersebut.

D. Tahap Umpan Balik

Pada tahap umpan balik adalah kembali ke tahap atau langkah terkait. Gambar 5. Tahap Umpan Balik dari Model Isman Proses umpan balik melibatkan data revisi pembelajaran yang dikumpulkan selama tahap implementasi. Jika selama tahap implementasi, guru menemukan bahwa siswa tidak belajar sesuai apa yang direncanakan atau apa yang ingin mereka pelajari atau mereka tidak menikmati proses belajar, guru kembali ke langkah terkait dan mencoba untuk merevisi beberapa aspek dari pembelajaran mereka sehingga lebih memungkinkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Misalnya, jika ada masalah pada tahap input, desainer pembelajaran akan kembali ke tahap input. Kemudian, desainer pembelajaran akan membuat perubahan dan memulai proses dari tahap input. Proses ini akan dilakukan sampai semua tujuan pembelajaran dipelajari atau tercapai oleh peserta didik. Selama siklus ini, perancang pembelajaran dapat kembali ke langkah manapun terkait masalah yang terjadi.

E. Tahap Belajar

Tahap belajar merupakan tahap terakhir dari model Isman. Tahap ini bisa dicapai apabila tahap-tahap sebelum tidak mengalami kendala sehingga tercipta modus full learning. Tahap belajar disajikan seperti gambar di bawah. Gambar 6. Tahap Belajar dari Model Isman 12. Belajar Jangka Panjang BELAJAR 11. Kembali ke tahap terkait UMPAN BALIK 13 Desain Pembelajaran Model ISMAN | Dewa Gede Agus Putra Prabawa Prodi Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana Undiskha 2012 email: dw_prabawayahoo.co.id Tahap belajar memiliki satu bagian yaitu belajar jangka panjang. Proses belajar melibatkan belajar penuh full learning. Sebagai poin terakhir, Isman 2005a menyatakan belajar jangka panjang terjadi ketika sesuatu dipraktekkan. Jika ada sesuatu yang dipraktekkan, maka itu berarti memiliki makna bagi peserta didik. Jika peserta didik tidak mempraktekkan pengetahuan atau jika pengetahuan yang dimiliki peserta didik tidak bermakna bagi peserta didik sendiri, itu artinya guru harus pergi ke awal model, dan melakukan hal yang sama dari awal sampai akhir. Dalam proses ini, guru harus memastikan bahwa peserta didik mereka belajar sesuai rencana pembelajaran. Jika selama tahap ini, guru menemukan bahwa peserta didik mereka mencapai tujuan mereka dalam kegiatan pembelajaran, guru dapat melanjutkan ke kegiatan pembelajaran baru.

F. Kesesuaian Model Isman untuk Mengembangkan Pembelajaran di Kelas

Model Isman cenderung lebih cocok untuk mendesain pengelolaan kelas. Kunci keberhasilan pembelajaran di dalam kelas adalah merancang pembelajaran dengan baik untuk peserta didik. Ditinjau dari sisi peserta didik, model ini merancang satu periode belajar tertentu. Model ini memandu guru bagaimana mengelola, menciptakan interaksi belajar mengajar, memotivasi peserta didik dengan tepat, mendorong kreativitas peserta didik, membangun kerja sama antara peserta didik dengan guru, peserta didik lainnya, maupun pihak-pihak lainnya yang terlibat dalam model ini. Ditinjau dari komponen-komponen model, model isman relatif lebih banyak memiliki komponen dari pada model-model yang berorientasi produk seperti model Hannafin dan Peck yang terdiri dari tiga fase yaitu fase analisis kebutuhan, fase desain, dan fase pengembangan dan implementasi. Komponen model Isman lebih lengkap mulai dari identifikasi faktor input, proses, output, feedback, dan aktivitas belajar dalam jangka panjang. Perbaikan dalam model ini juga dimasukkan guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Model ini juga dapat diterapkan sendiri oleh guru tanpa tim khusus. Peran guru dalam model ini adalah menyampaikan materi dan mengelola kegiatan kelas. Pengelolaan kelas dapat dilakukan seperti pengelompokan peserta didik menjadi belajar mandiri maupun belajar tim dengan berpedoman pada teori belajar konstruktivistik individu dan sosial. 14 Desain Pembelajaran Model ISMAN | Dewa Gede Agus Putra Prabawa Prodi Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana Undiskha 2012 email: dw_prabawayahoo.co.id Hasil penelitian menujukan bahwa model Isman efektif untuk meningkatkan pembelajaran di kelas. Penelitian ini dilakukan oleh Isman 2005b pada mahasiswa pascasarjana. Berdasarkan uji t, ada perbedaan yang signifikan antara prestasi kelompok eksperimen dan prestasi kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa model Isman efektif untuk meningkatkan prestasi mahasiswa. Jadi, dapat dikatakan bahwa model ini dapat diterapkan untuk merancang pembelajaran di kelas.

G. Komentar