1
Desain Pembelajaran Model ISMAN | Dewa Gede Agus Putra Prabawa Prodi Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana Undiskha 2012 email: dw_prabawayahoo.co.id
MENGKAJI DESAIN PEMBELAJARAN MODEL ISMAN
oleh
Dewa Gede Agus Putra Prabawa
NIM 1129071004 Prodi Teknologi Pembelajaran PPS Undiksha
Singaraja-Bali 2012
A. Pendahuluan
Pembelajaran adalah proses sistematis di mana setiap komponen seperti guru, peserta didik, bahan, dan lingkungan merupakan faktor penting yang
berinteraksi terhadap keberhasilan belajar Dick Carey, 1996. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk
memperoleh keterampilan tertentu, pengetahuan, dan sikap. Pembelajaran dapat efektif, apabila peserta didik dapat termotivasi dengan baik. Untuk memotivasi
peserta didik dalam proses pembelajaran, dapat mengikuti empat prinsip penting. Pertama, membuat perencanaan yang jelas dengan mengidentifikasi tujuan umum
dan tujuan khusus yang diharapkan akan dicapai peserta didik. Kedua, merencanakan kegiatan pembelajaran yang dimaksudkan untuk membantu peserta
didik mencapai tujuan tersebut. Ketiga, mengembangkan instrumen penilaian yang mengukur pencapaian tujuan tersebut. Keempat, merevisi pembelajaran
mengingat kinerja peserta didik pada setiap pencapaian tujuan pembelajaran dan sikap peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran berbeda-beda Reiser Dick,
1996. Empat prinsip di atas berkaitan dengan kegiatan mendesain pembelajaran.
Dalam proses desain pembelajaran, ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Faktor-faktor ini berhubungan erat satu sama lain dan saling
mempengaruhi sampai batas tertentu. Faktor-faktor ini harus diatur dalam langkah-langkah desain pembelajaran. Misalnya, jika tujuan dan sasaran tidak
dipilih, ditentukan, atau tertulis dengan benar, maka langkah selanjutnya akan mengalami beberapa masalah, karena cara maupun alat yang digunakan tidak
2
Desain Pembelajaran Model ISMAN | Dewa Gede Agus Putra Prabawa Prodi Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana Undiskha 2012 email: dw_prabawayahoo.co.id
tepat dan tidak lengkap sesuai langkah sebelumnya. Dalam mendesain pembelajaran, semua langkah-langkah saling terkait satu sama lain. Semua
langkah harus dipikirkan dan dipilih secara teliti dan disusun secara cermat. Menurut Gustafson 1996 desain pembelajaran adalah: 1 menganalisis apa yang
diajarkan atau dipelajari, 2 menentukan bagaimana itu harus diajarkan atau dipelajari, 3 melakukan ujicoba dan revisi, dan 4 menilai apakah peserta didik
sudah belajar. Tujuan utama dari desain pembelajaran adalah merencanakan, mengembangkan, mengevaluasi, dan mengelola proses pembelajaran Isman,
2011. Pada akhir proses pembelajaran, dapat dilihat kinerja belajar peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang didasarkan pada tujuan yang ditetapkan.
Kegiatan mendesain pembelajaran memperhatikan aktivitas belajar dari perspektif peserta didik dan dari tipe konten. Dalam proses desain pembelajaran
ada empat elemen kunci yaitu: 1 siapa yang harus mengajar, 2 apa yang akan diajarkan, 3 cara mengajar, dan 4 cara mengevaluasi. Masing-masing dapat
dijelaskan seperti berikut. Pertama, dalam hal siapa yang harus mengajar? jawabannya adalah guru. Guru adalah pencipta proses pembelajaran. Proses dapat
berjalan efektif apabila guru mengetahui kepribadian peserta didiknya. Dalam mendesain pembelajaran yang efektif, guru harus mendapatkan informasi tentang
karakteristik peserta didik. Kedua, apa yang akan diajarkan berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Guru terlebih dahulu harus
merumuskan tentang tujuan dan sasaran dalam desain pembelajaran. Tujuan pembelajaran memberikan informasi kepada guru tentang apa yang harus
diberikan kepada peserta didik selama kegiatan pembelajaran. Ketiga, dalam hal cara mengajar. Guru mendapatkan informasi tentang cara untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Cara penyampaian pesan pembelajaran yang digunakan guru menunjukkan jenis metode pembelajaran yang digunakan. Keempat, dalam cara
mengevaluasi. Alat penilaian memainkan peran penting karena guru dapat memperoleh informasi tentang tercapainya tujuan pembelajaran. Selama proses
evaluasi, alat-alat penilaian seperti pilihan ganda, jawaban singkat, jawaban benar-salah, pertanyaan esai, pertanyaan pemecahan masalah, dan yang lain-lain
harus digunakan untuk menentukan keberhasilan kegiatan belajar peserta didik. Alat-alat ini harus memiliki karakteristik reliabilitas dan validitas untuk
3
Desain Pembelajaran Model ISMAN | Dewa Gede Agus Putra Prabawa Prodi Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana Undiskha 2012 email: dw_prabawayahoo.co.id
menentukan hasil belajar peseta didik. Keempat elemen di atas digunakan untuk membuat model desain pembelajaran.
Ada empat jenis model desain pembelajaran menurut Gustafson, 1996 yaitu model kelas, model produk, model sistem pembelajaran, dan tren isu.
Model berorientasi kelas memiliki karakteristik: 1 ciri khas keluaran berdurasi satu atau jam pembelajaran, 2 sumber daya untuk kegiatan pengembangan
sangat rendah, 3 pengembangan cenderung bersifat individu, 4 tidak perlu keterampilan yang mapan untuk membuat mendesain, 5 menekankan pada
pemilihan, 6 penilaian kebutuhan rendah, 7 menggunakan teknologi sederhana, 8 tidak banyak memerlukan uji coba dan revisi, 9 cenderung tidak untuk
didistribusikan atau diseminasi. Guru dapat menggunakan model ini untuk
merancang kegiatan pembelajaran. Model-model berorientasi kelas adalah model Gerlack Ely, model Kemp, model Heinich, dan model Reiser Dick. Model-
model ini dirancang berorientasi pengajaran yang dilakukan guru. Model berorientasi produk memiliki karakteristik: 1 ciri khas keluaran
adalah pembelajaran mandiri atau guru memberikan paket pembelajaran, 2 sumber daya untuk kegiatan pengembangan tinggi, 3 pengembangan bersifat tim,
4 memerlukan keterampilan yang mapan untuk membuat desain, 5 menekankan pada pengembangan, 6 jumlah analisis dari awal sampai akhir atau penilaian
kebutuhan berkategori rendah menuju sedang, 7 menggunakan teknologi yang cukup kompleks, 8 jumlah uji coba dan revisi sangat tinggi, 9 jumlah distribusi
atau diseminasi tinggi. Model-model berorientasi produk adalah model Bergman Moore 1990, model Van Patten 1989, model Leshin, Pollock, and Reigeluth
1990 dan model Hannafin Peck 1988. Model-model ini berorientasi untuk menghasilkan produk pembelajaran misalnya, video pembelajaran, multimedia
pembelajaran, maupun modul Supriatna dan Mulyadi, 2009. Model sistem pembelajaran memiliki karakteristik: 1 ciri khas keluaran
adalah sistem pelatihan atau kurikulum, 2 sumber daya untuk pengembangan tinggi, 3 pengembangan bersifat tim, 4 untuk mendesain model sistem
pembelajaran memerlukan keterampilan atau pengalaman yang tinggi bahkan sangat tinggi, 5 menekankan pada pengembangan, 6 jumlah analisis awal dan
akhir atau penilaian kebutuhan sangat tinggi, 7 menggunakan teknologi yang
4
Desain Pembelajaran Model ISMAN | Dewa Gede Agus Putra Prabawa Prodi Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana Undiskha 2012 email: dw_prabawayahoo.co.id
cukup kompleks, 8 jumlah uji coba dan revisi cukup bahkan tinggi, 9 jumlah distribusi atau diseminasi cukup bahkan tinggi. Contoh model sistem
pembelajaran adalah model Seels Glasgow, model Bridggs, model Gagne, model IDI Instructional Development Institute yang dikembangkan oleh
National Special Media Institute, tahun 1971, model IPISD Interservices Procedures for Instructional Systems Development dari Branson tahun 1975,
Model Diamond dari Robert Diamond tahun 1989 dan tahun 1997, model Smith dan Ragan tahun 1993, model Gentry IPDM Instructional Project Development
and Management Model oleh Gentry tahun 1994, dan model Dick dan Carey tahun 1996. Model-model ini digunakan untuk merancang sistem pelatihan,
merancang proses belajar pada suatu organisasi maupun merancang kurikulum skala makro. Sesuai karakteristiknya model ini membutuhkan usaha tim untuk
merancang pembelajaran Gustafson, 1997 dalam Uwes, 2009. Tren dan isu berkaitan dengan beberapa kecenderungan dan isu dalam
model desain pembelajaran. Hypermedia atau internet adalah salah satunya. Ini mempengaruhi desain pembelajaran. Tren ini memacu kreativitas untuk
menghasilkan inovasi dalam desain lingkungan pendidikan dan pelatihan Gustafson, 1996. Tren dan isu lainnya adalah konstruktivisme. Hal ini juga
mempengaruhi proses pembelajaran. Tren konstruktivisme melahirkan model C- ID Constructivist Instructional Design dari Willis dalam Mustaji, 2012. C-ID
adalah suatu
model pengembangan
pembelajaran dengan
pendekatan konstruktivistik dengan pola kerja R2D2 reflective, recursive, design, and
development. Struktur model C-ID itu terdiri dari empat tahap, yakni 1 difine, 2 design, 3 development, dan 4 dissemination.
Guru dapat memilih model-model desain pembelajaran yang disebutkan di atas untuk merancang pembelajaran yang efektif. Pemilihan dilakukan dengan
beberapa pertimbangan seperti karakteristik pebelajar, karakteristik hasil belajar, tipe isi pembelajaran, dan kemampuan guru mengimplementasikannya. Pemilihan
model desain pembelajaran yang tepat dapat mempengaruhi efektivitas proses dan hasil pembelajaran. Dari beberapa model desain pembelajaran di atas, pada
pembahasan selanjutnya akan dijelaskan salah satu model berorientasi kelas yaitu model Isman yang dicetuskan pada tahun 2011.
5
Desain Pembelajaran Model ISMAN | Dewa Gede Agus Putra Prabawa Prodi Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana Undiskha 2012 email: dw_prabawayahoo.co.id
B. Gambaran Singkat Model Isman