BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Prosedur Penanganan Kecelakaan Kerja di PT. Hi-Lex Indonesia
Dalam setiap kegiatan manusia kemungkinan terjadinya kecelakaan selalu ada, tidak terkecuali dalam kegiatan pekerjaan. Kecelakaan
kerja dapat dikatakan sebagai produk akhir dari tindakan berbahaya dan kondisi berbahaya dalam pekerjaan. Tetapi bagaimanapun juga
kecelakaan selalu dapat dicegah, karena kecelakaan tidak terjadi begitu saja.
Perusahaan pada umumnya lebih popular dengan kasus kecelakaan kerja atau kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja,
karena sangat terkait dengan kepentingan kompensasi atau ganti rugi kecelakaan. Korban kecelakaan mempunyai kepentingan
dengan penggantian biaya dan ganti rugi kecelakaan, dan perusahaan berkepentingan dengan klaim atas premi asuransi
pertanggungan kecelakaan yang apabila tidak dibayar akan menjadi beban tanggung jawab perusahaan.
Sama halnya pada perusahaan lainnya, para pekerja di PT. Hi-Lex Indonesia juga kerap terjadi kecelakaan kerja dan penanganan yang
diambilnya yaitu segera mengevakuasi korban kecelakaan kerja ke klinik atau rumah sakit terdekat. Untuk menggambarkan secara jelas
mengenai prosedur penanganan kecelakaan kerja di PT. Hi-Lex Indonesia, berikut dapat diterangkan dalam gambar 4.1 sebagai
berikut:
30
Gambar 4.1 Flow Chart Prosedur Penanganan Kecelakaan di PT. Hi-Lex Indonesia
Sumber : PT. Hi-Lex Indonesia
Surat jaminan dan laporan
kecelakaan kerja N
Rawat inap
Memberikan perawatan secara intensif
Membuat surat jaminan dan laporan Finish
Start
Terjadi kecelakaan kerja Berikan bantuan dan evakuasi korban
Melaporkan kejadian segera Verifikasi korban dan TKP
Membawa korban ke klinik terdekat Perawatan dan pemeriksaan korban
Luka berat
N Tenaga Medis
Personalia dan
Section Head
Y Melanjutkan pekerjaan
Mengantar korban ke rumah dan meminta maaf
Y Proses
PIC
PekerjaKorban
LeaderForeman Rekan Kerja
Personalia
Personalia Tenaga
Medis dan Personalia
Tenaga Medis
dan Personalia
Tenaga Medis
31
Berikut adalah penjelasan dari flow chart prosedur penanganan kecelakaan kerja yang ada di PT. Hi-Lex Indonesia :
1. Kecelakaan kerja disebuah perusahaan bisa terjadi kapanpun dan oleh siapapun di lingkungan kerja. Kecelakaan kerja ini
disebabkan oleh beberapa penyebab langsung, yaitu:
a. Perilaku tidak aman Unsafe Actions Perilaku tidak aman ini mencakup diantaranya seperti:
1 Bekerja atau mengoperasikan tanpa kewenangan
2 Gagal memperingatkan
3 Gagal mengamankan
4 Beroperasi pada kecepatan yang salah
5 Membuat alat pengaman tidak berfungsi
6 Menggunakan alat yang rusak
7 Memakai Alat Pelindung Diri secara tidak benar
8 Memuat, menempatkan dan mengangkat secara salah
9 Posisi tidak aman
10 Memeliharaservis alat dalam keadaan beroperasi 11 Bercanda dan main-main
12 Mabuk alkohol atau obat 13 Menggunakan alat secara salah
14 Gagal mengikuti prosedur
b. Keadaan tidak aman Unsafe Conditons Hal-hal yang juga memungkinkan terjadinya kecelakaan
kerja salah satunya adalah keadaan yang tidak aman, seperti:
1 Pelindungpembatas yang tidak memadai
2 Alat pelindung tak memadai atau salah
3 Peralatan, sarana, atau material yang rusak
4 Ruang kerja sempit atau terbatas
32
5 Kurangnya sistem peringatan
6 Bahaya kebakaran dan ledakan
7 Buruknya kebersihankerapihan
8 Kebisingan dan paparan radiasi
9 Temperatur ekstrem dan ventilasi tidak memadai
10 Penerangan kurang atau kelebihan 11 Lingkungan tidak aman
2. Pada saat terjadinya kecelakaan kerja, tindakan yang diberikan oleh rekan korbansaksi mata adalah Pertolongan Pertama Pada
KecelakaanPPPKP3K First Aid kepada korban sebelum pertolongan yang diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan
lainnya. Salah satu tindakan P3K yang paling utama adalah hindari kepanikan dan menenangkan korban apabila masih
shock.
3. Rekan kerja atau atasan lapangan langsung melaporkan kejadian tersebut kepada bagian Personalia dan Section Head melalui
telepon. Nomor telepon yang dapat dihubungi untuk PT. Hi-Lex Indonesia pada saat terjadi kecelakaan kerja yaitu 021 5522331
atau pada nomor extension 205, 139 atau 169. Hal itu dilakukan agar korban segera dievakuasi. Apabila kecelakaan kerja terjadi
di luar jam kerja Day Shift lemburmalam hari, rekan kerja melaporkan kepada Security dengan nomor extension 148 untuk
menggantikan tugas Personalia.
4. Bagian Personalia dan Section Head menuju ke lokasi tempat kejadian perkara TKP untuk memastikan kecelakaan kerja
verifikasi dan melakukan rekonstruksi kecelakaan kerja setelah mendapat laporan dari rekan kerja atau atasan korban dengan
33
cara mencatat data pribadi korban dan jenis kecelakaan yang menimpa korban.
Jenis-jenis insiden kecelakaan kerja yang kerap terjadi di lingkungan kerja, misalnya:
a. Menabrakmembentur struck against b. Terpukultertabrak struck by
c. Jatuh dari tempat yang lebih tinggi fall to bellow d. Jatuh di tempat yang datar fall on same level
e. Terperangkap masuk caught in f. Terperangkap pada sesuatu caught on
g. Terjepit caught between h. Kontak dengan contact with tenaga listrik, panas, dingin,
radiasi, asam, bising, B3 Bahan Beracun dan Berbahaya i. Beban berlebihan overload
j. Kegagalan mesin atau peralatan equipment failure k. Bocor ke lingkungan environmental release
5. Personalia mendampingi korban dan mempersiapkan kendaraan perusahaan untuk proses evakuasi korban yang dibawa ke klinik
terdekat untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Hal ini dilakukan untuk menghindari potensi luka akibat kecelakaan kerja
lebih parah pada saat di TKP. 6. Setibanya di klinik, tenaga medis mengambil tindakan lebih lanjut
sesuai jenis kecelakaan yang menimpa korban. Korban dirawat dan diperiksa untuk mengetahui seberapa parah kecelakaan
kerja yang dialami. Klinik yang menjadi rujukan awal PT. Hi-Lex Indonesia adalah Klinik Metta Medika.
34
7. Apabila hasil dari pemeriksaan tenaga medis menyatakan bahwa korban hanya mengalami luka ringan, maka korban diijinkan
untuk kembali bekerja. Namun bila korban mengalami luka berat, maka korban harus segera dirujuk ke Rumah Sakit yang telah
bekerjasama dengan PT. Hi-Lex Indonesia dengan menggunakan kendaraan perusahaan.
Beberapa rumah sakit yang bekerjasama dengan PT. Hi-Lex Indonesia adalah RS. Usada Insani, RS. Mayapada, RS. Sari
Asih, RS. Hermina Tangerang, RS. Hermina Daan Mogot, RS. Hermina Depok, RS. Melati, RS. Qadr, RS. Bethsaida dan RS.
Siloam. 8. Personalia akan menemani korban ke rumah sakit rujukan untuk
proses administrasi. Hasil dari pemeriksaan dokter menyatakan bahwa korban tidak perlu dirawat inap, maka Personalia akan
mengantarkan korban pulang ke rumah dan memberikan penjelasan serta permohonan maaf kepada keluarga korban atas
kecelakaan kerja yang telah terjadi.
Namun, apabila hasil pemeriksaan dokter menyatakan bahwa korban diharuskan untuk rawat inap, maka rumah sakit akan
menyediakan ruangan ICU Intensive Care Unit bagi korban untuk dilakukan opname rawat inap.
9. Pada saat korban atau pasien diopname, pihak medis atau dokter memberikan perawatan lebih lanjut kepada korban secara intensif
dengan peralatan khusus dan staf khusus untuk menanggulangi pasien dari penyakit dan trauma akibat kecelakaan kerja yang
dialaminya.
35
10. Surat jaminan pengobatan dibuat untuk korban yang dirawat inap agar dapat segera diambil tindakannya oleh pihak medis. Surat
jaminan dapat diterbitkan oleh Personalia apabila pihak rumah sakit yang telah bekerjasama dengan perusahaan menghubungi
langsung ke bagian Personalia dengan cara mengirimkan surat jaminan pengobatan tersebut melalui fax atau email. Namun ada
pula keluarga korban yang langsung mendatangi perusahaan untuk meminta dibuatkan surat jaminan pengobatan tersebut dan
menyerahkan kepada pihak rumah sakit secara langsung. Surat jaminan tersebut berisikan data-data, seperti:
a. Nama karyawan b. NIK Nomor Induk Karyawan
c. Divisibagian d. Kelas, yaitu pelayanan di Rumah Sakit yang diminta
perusahaan untuk merawat korban sesuai dengan kelasnya, seperti Kelas 1, Kelas 2 dan Kelas 3. Pembagian kelas
tersebut ditentukan berdasarkan masa kerja karyawan di perusahaan. Kelas 1 diisi oleh level Staff Up, Kelas 2 diisi
oleh karyawan yang memiliki masa kerja lebih dari 13 tahun, dan Kelas 3 diisi oleh karyawan yang memiliki masa kerja
dibawah 13 tahun. Sedangkan laporan kecelakaan kerja dibuat oleh atasan
lapangan korban untuk menjelaskan kronologi kejadian kecelakaan kerja secara rinci supaya dapat mengambil tindakan
perbaikan pada kecelakaan kerja tersebut. Laporan kecelakaan harus dibuat paling lambat 2 hari setelah kejadian kecelakaan
kerja. Atasan lapangan korban akan mendapatkan form kecelakaan kerja dari Personalia dengan mengisi data-data pada
laporan kecelakaan kerja tersebut.
36 4.2 Kendala Perusahaan dalam Menjalankan Prosedur Penanganan
Kecelakaan Kerja
Tidak selamanya dalam kegiatan prosedur penanganan kecelakaan kerja di PT. Hi-Lex Indonesia berjalan sesuai dengan kondisi yang
diinginkan. Banyak kendala yang sering terjadi, diantaranya:
1. Kurangnya pengetahuan karyawan dalam menggunakan alat-alat kerja sesuai dengan SOP yang berlaku. Alat-alat kerja tersebut
seperti Forklift, Gerinda, Kabel Rol dan konektor, Zinc Plating, Drilling, Cutting Wheel, Press Machine, dan Tangga Lipat.
2. Kecelakaan kerja di dunia kerja kerap terjadi. Tindakan awal yang diberikan oleh rekan kerja yang melihat kejadian tersebut adalah
memberikan Pertolongan Pertama Pada Kecelekaan P3K. Namun, masih banyak karyawan yang kurang memahami P3K.
Kotak P3K yang tersedia di lapangan sangat minim dan obat atau perlengkapan yang tersedia pun masih kurang lengkap. Sehingga
menyulitkan karyawan untuk menolong korban.
3. Pentingnya komunikasi dalam dunia kerja sehingga apabila terjadi kecelakaan kerja dapat ditangani dengan cepat. Menghubungi
pihak Personalia terkadang mengalami kesulitan karena nomor extension Personalia sibuk. Hal itu dapat memperlambat proses
penanganan korban.
4. Rekonstruksi kecelakaan sering mengalamai kendala karena hanya korban yang tahu persis apa yang terjadi dan mengapa
dapat terjadi kecelakaan kerja kronologis.
37
5. Dalam proses evakuasi korban ke Klinik, kendaraan perusahaan dibutuhkan secepatnya agar korban dapat segera ditangani oleh
pihak medis. Namun, minimnya
kendaraan perusahaan
menghambat proses evakuasi tersebut. 6. Apabila hasil pemeriksaan dokter atau pihak medis yang
menyatakan bahwa korban harus dirawat inap, maka kendala yang kerap dihadapinya yaitu ketidaksesuaian Kelas rawat inap
yang diinginkan oleh korbankeluarga korban dengan Kelas rawat inap yang telah ditentukan oleh perusahaan berdasarkan masa
kerja korban. Hal tersebut juga dapat mengakibatkan pihak medis mengalami kesulitan dalam mengambil tindakan lebih lanjut.
7. Pada proses pengiriman surat jaminan pengobatan untuk korban ke rumah sakit melalui fax, sering mengalami kesulitan karena
kurangnya mesin fax serta mesin fax yang sudah berumur lama di perusahaan tersebut, sehingga harus mengantri dengan
karyawan yang lain. Terganggunya jaringan internet pada komputer juga dapat menghambat proses pengiriman surat
jaminan pengobatan melalui email. Tidak hanya itu saja yang menjadi kendala saat proses
pengiriman surat jaminan pengobatan, kurangnya informasi seperti nomor fax rumah sakit yang akan dituju juga
memperlambat proses pengiriman. Padahal surat jaminan pengobatan harus segera dikirimkan agar pihak medis dapat
mengambil tindakan.
8. Kesulitan atasan lapangan korban dalam membuat laporan
kecelakaan kerja disebabkan karena minimnya informasi terhadap kecelakaan kerja yang terjadi kronologis kecelakaan
sehingga membuat laporan kecelakaan kerja terlambat untuk
38
diserahkan ke Personalia. Dengan terlambatnya laporan kecelakaan kerja tersebut sekaligus mampu menghambat proses
tindakan yang akan diambil untuk perbaikan.
4.3 Solusi terhadap Pemecahan MasalahKendala