PROSEDUR PENANGANAN KECELAKAAN KERJA DI

(1)

PROSEDUR PENANGANAN KECELAKAAN KERJA

DI PT. HI-LEX INDONESIA

TANGERANG

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir Program Diploma Tiga Politeknik LP3I Jakarta

Oleh: Idha Maysyaroh

130113040002

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS

POLITEKNIK LP3I JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir (TA) ini tepat pada waktunya.

Sebagaimana ketentuan yang berlaku di Politeknik LP3I Jakarta, bahwa mahasiswa tingkat akhir diharuskan menyusun dan memaparkan Tugas Akhir (TA) sebagai salah satu persyaratan penyelesaian pendidikan Politeknik LP3I Jakarta Program D3. Untuk itu penulis melakukan observasi dari bulan Agustus 2015 sampai dengan bulan Maret 2016 di PT. Hi-Lex Indonesia kemudian menyusun laporan hasil pengamatan tersebut dalam bentuk TA ini di bawah bimbingan Bapak Drs. Susbiyantoro, M.M.

Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam mendorong dan membantu penulis dalam pelaksanaan penyusunan pelaporan Tugas Akhir, khususnya kepada :

1. Drs. Jaenudin Akhmad, S.E., M.M., M.Pd., selaku Direktur Politeknik LP3I Jakarta.

2. Nurdin, S.S., M.M., selaku Wakil Direktur I Bidang Akademik.

3. Verus Hardian, S.E., M.SM., selaku Wakil Direktur II Bidang Keuangan dan Personalia.

4. Arifin Setiabudi, S.Kom., M.M., selaku Wakil Direktur III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.

5. Dr. Aspizain Chaniago, S.Pd., M.Si., selaku Wakil Direktur IV Bidang Kerjasama dan Hubungan Luar Negeri.


(6)

vi

7. Drs. Susbiyantoro, M.M., selaku dosen pembimbing Tugas Akhir, yang bersedia membimbing penulis dalam menyusun Tugas Akhir di tengah kesibukannya.

8. Drs. Lasimun, M.E.Sy., M.Pd., selaku Kepala Bagian Administrasi Akademik.

9. Seluruh Dosen Politeknik LP3I Cabang Cimone.

10. Bapak Muhammad Ali Akbar, S.H., selaku HRD Manager PT. Hi-Lex Indonesia.

11. Seluruh rekan-rekan PT. Hi-Lex Indonesia terutama untuk, Ibu Putri Ruslianti, Bapak Maman Surahman, Bapak Lukman Hakim, Bapak Aris Rahmat dan Bapak Fajar Seif yang selalu memberikan dukungan. 12. Ucapan terima kasih khusus untuk Bapak dan Mama tersayang serta kakak tercinta Ulfah Rosyidah serta keluarga besar yang telah memberikan banyak dukungan selama ini.

13. Untuk para sahabatku “7ishkan” Iin, Ayu, Dina, Riki, Galang dan Fajri yang sudah berbesar hati memberikan dukungan, semangat dan perhatiannya dalam banyak hal.

Untuk semua bimbingan dan petunjuk yang telah diberikan, penulis mengucapkan terimakasih. Semoga kebaikan Bapak/Ibu mendapat balasan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Esa. Aamiin.

Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi perusahaan terkait dan mahasiswa Politeknik LP3I Jakarta.

Jakarta, Juni 2016

Idha Maysyaroh


(7)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN NASKAH TUGAS AKHIR ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ... iii

SURAT IZIN PERUSAHAAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Alasan Pemilihan Objek... 2

1.3 Identifikasi Masalah ... 3

1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 3

1.4.1 Tujuan Penulisan ... 3

1.4.2 Manfaat Penulisan ... 4

1.5 Batasan Masalah ... 4

1.6 Metodologi Penulisan ... 5

1.6.1 Studi Kepustakaan ... 5

1.6.2 Studi Lapangan ... 5

1.7 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Prosedur ... 7

2.2 Pengertian Penanganan ... 7

2.3 Pengertian Kecelakaan Kerja ... 8


(8)

viii

2.3.2 Tindakan dalam Menangani Kecelakaan Kerja .... 11

2.3.3 Pihak-pihak yang Terlibat... 12

2.3.4 Dokumen-dokumen yang Digunakan ... 14

2.3.5 Penyelidikan Kecelakaan ... 16

BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1Sejarah PT. Hi-Lex Indonesia ... 18

3.2 Visi, Misi Dan Kebijakan Mutu Perusahaan ... 19

3.2.1 Visi ... 19

3.2.2 Misi ... 19

3.2.3 Kebijakan Mutu ... 19

3.3 Aspek Kegiatan Usaha ... 19

3.3.1 Jenis Kabel dan Pelanggan PT. Hi-Lex Indonesia ... 19

3.4 Struktur Organisasi ... 21

3.5 Deskripsi Kerja ... 22

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Prosedur Penanganan Kecelakaan Kerja di PT. Hi-Lex Indonesia ... 29

4.2 Kendala Perusahaan dalam Menjalankan Prosedur Penanganan Kecelakaan Kerja ... 36

4.3 Solusi terhadap Pemecahan Masalah/Kendala ... 38

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran... 42

DAFTAR PUSTAKA BIODATA PENULIS


(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Jenis-jenis Kabel di PT. Hi-Lex Indonesia ... 20 Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT. Hi-Lex Indonesia ... 21 Gambar 4.1 Flow Chart Prosedur Penanganan Kecelakaan


(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Jaminan Pengobatan

Lampiran 2 Data untuk Pembuatan Surat Jaminan Pengobatan Lampiran 3 Laporan Investigasi Kecelakaan Kerja Zinc Plating

Lampiran 4 Laporan Investigasi Kecelakaan Kerja Mesin Loss Cutter Lampiran 5 Laporan Investigasi Kecelakaan Kerja Welding

Lampiran 6 Laporan Investigasi Kecelakaan Kerja Mesin Bending Semi Auto

Lampiran 7 Form Laporan Kecelakaan Kerja Lampiran 8 Contoh Safety Signs


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Langkah pembangunan negara dewasa ini, akan memajukan industri yang mandiri dalam rangka mewujudkan era industrialisasi. Dalam keadaan yang demikian, maka penggunaan mesin-mesin,

pesawat-pesawat, instalasi-instalasi modern serta bahan

berbahaya semakin meningkat. Hal tersebut disamping memberi kemudahan proses produksi dapat pula menambah jumlah dan ragam sumber bahaya di tempat kerja. Di samping itu, akan terjadi pula lingkungan kerja yang kurang memenuhi syarat, proses dan sifat pekerjaan yang berbahaya serta peningkatan operasional tenaga kerja.

Masalah tersebut akan sangat mempengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan pencemaran lingkungan. Untuk itu, semua pihak yang terlibat dalam usaha produksi khususnya para pengusaha dan pekerja diharapkan dapat mengerti, memahami dan menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di tempat kerja masing-masing, dalam rangka mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

Pada umumnya, perusahaan lebih popular dengan kasus kecelakaan kerja atau kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja, karena sangat terkait dengan produktifitas kerja dan kepentingan kompensasi atau ganti rugi kecelakaan. Korban kecelakaan mempunyai kepentingan dengan penggantian biaya dan ganti rugi kecelakaan dan perusahaan berkepentingan dengan


(12)

2

klaim atas premi asuransi pertanggungan kecelakaan yang apabila tidak dibayar akan menjadi beban tanggung jawab perusahaan.

Kedua belah pihak pada umumnya kurang memperhatikan tentang faktor penyebab kecelakaan. Padahal untuk menemukan faktor penyebab kecelakaan merupakan bagian terpenting dari upaya agar tidak terulangnya kecelakaan yang sama dikemudian hari. Untuk menemukan faktor penyebab kecelakaan diperlukan suatu analisis terhadap kecelakaan yang terjadi.

Seperti halnya yang dilakukan oleh PT. Hi-Lex Indonesia, begitu besar pemahaman mengenai penanganan kecelakaan kerja khususnya bagi pekerja dan bagi perusahaan pada umumnya. Salah satu cara yang ditempuh PT. Hi-Lex Indonesia untuk menangani kecelakaan kerja adalah dengan menetapkan SOP (Standard Operational Procedure) atau tata cara kerja yang jelas, berimbang, dan mampu meminimalisir kecelakaan kerja di PT. Hi-Lex Indonesia agar proses produksi dapat berjalan dengan baik.

Oleh karena itu, penulis mengangkat Tugas Akhir (TA) dengan

judul “Prosedur Penanganan Kecelakaan Kerja di PT. Hi-Lex Indonesia” dengan tujuan untuk mengetahui prosedur penanganan

kecelakaan kerja yang diterapkan oleh PT. Hi-Lex Indonesia.

1.2 Alasan Pemilihan Objek

Adapun alasan penulis dalam pemilihan objek ini adalah :

Penulis bekerja di perusahaan tersebut sehingga mengetahui tentang prosedur penanganan kecelakaan kerja di PT. Hi-Lex Indonesia, dan objek yang dipilih sesuai dengan program studi sehingga bermanfaat bagi penulis sebagai wawasan baru dalam


(13)

3

dunia kerja dan bagi perusahaan tersebut agar menjadi masukan dalam mendalami sistem yang ada saat ini.

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada judul dan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, selanjutnya penulis mengidentifikasikan masalah pada :

1. Bagaimana prosedur penanganan kecelakaan kerja di PT. Hi-Lex Indonesia ?

2. Apa kendala perusahaan dalam menjalankan prosedur penanganan kecelakaan kerja ?

3. Bagaimana solusi terhadap pemecahan masalah atau kendala dalam prosedur penanganan kecelakaan kerja ?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan dan manfaat penulisan yang diwujudkan dalam TA ini adalah sebagai berikut :

1.4.1 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui prosedur penanganan kecelakaan kerja di PT. Hi-Lex Indonesia.

2. Untuk mengetahui kendala yang terjadi di perusahaan dalam menjalankan prosedur penanganan kecelakaan kerja.

3. Untuk mengetahui solusi yang didapat terhadap pemecahan masalah atau kendala dalam prosedur penanganan kecelakaan kerja.


(14)

4 1.4.2 Manfaat Penulisan

Dengan dibuatnya TA ini, penulis sangat berharap agar hasil penelitian ini dapat memberikan pengaruh, masukkan, dan kontribusi besar yang positif kepada berbagai pihak antara lain :

1. Bagi Penulis

Tugas Akhir ini diharapkan dapat membantu

mengembangkan dan memperluas ilmu pengetahuan penulis dalam dunia kerja yang saat ini dijalankan yang belum sepenuhnya didapatkan dari mata kuliah yang telah dipelajari selama mengemban ilmu di bangku perkuliahan.

2. Bagi PT. Hi-Lex Indonesia

Tugas Akhir juga diharapkan mampu meberikan

masukkan bagi perusahaan dalam usahanya

menjalankan kegiatan penanganan kecelakaan kerja secara prosedurial dan menjadikannya alat pembantu untuk lebih memahami dan mendalami sistem yang ada saat ini di perusahaan tersebut.

3. Bagi Dunia Pendidikan

Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk lebih mengenali prosedur penanganan kecelakaan kerja yang berlaku di setiap perusahaan sesuai dengan kebijakan perusahaan masing-masing.

1.5 Batasan Masalah

Di dalam laporan penulisan laporan TA ini, ruang lingkup penulis hanya mengambil kajian pada prosedur penanganan kecelakaan


(15)

5

kerja yang dilakukan oleh PT. Hi-Lex Indonesia agar penulis TA ini dapat dilakukan pembahasannya lebih terarah dan fokus pada judul yang diambil. Penelitian hanya dibatasi pada data yang bersumber di PT. Hi-Lex Indonesia.

1.6 Metodologi Penulisan

Dalam pembuatan TA ini penulis membutuhkan data-data yang berkaitan dengan kajian yang dibuat dan data tersebut bersumber dari :

1.6.1 Studi Kepustakaan (Library Research)

Yaitu pengumpulan data-data dengan cara mempelajari berbagai bentuk bahan-bahan tertulis seperti buku-buku yang berkaitan dengan kajian penelitian, catatan-catatan maupun referensi lain yang bersifat tertulis.

1.6.2 Studi Lapangan (Field Research)

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data pengamatan tentang objek yang akan diteliti. Pelaksanaanya langsung pada dimana suatu peristiwa atau keadaan sedang terjadi, berikut pencatatan pencarian dokumen serta melakukan pengembangan dengan mengadakan wawancara langsung dengan beberapa pihak terkait yang dimaksud untuk memperkuat penelitian.

1.7 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembaca agar dapat mengetahui isi laporan TA ini penulis mengklasifikasikannya secara sistematis kedalam beberapa bab sebagai berikut:


(16)

6 BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menguraikan tentang latar

belakang masalah, alasan pemilihan objek,

identifikasi masalah, tujuan dan manfaat penulisan,

batasan masalah, metodologi penilitian serta

sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Dalam bab ini penulis menjabarkan berbagai sumber tinjauan pustaka atau referensi yang dijadikan penulis sebagai suatu informasi pendukung yang menguatkan TA.

BAB III : PROFIL PERUSAHAAN

Pada bab ketiga ini, penulis menceritakan gambaran umum objek penelitian yang berisi sejarah singkat

perusahaan, visi, misi dan kebijakan mutu

perusahaan, struktur organisasi, deskripsi kerja, dan sistem proses di PT. Hi-Lex Indonesia.

BAB IV : PEMBAHASAN

Bab keempat berisikan mengenai analisis dan hasil penelitian terhadap materi yang telah ditelaah oleh penulis sesuai dengan penetapan judul yang diangkat oleh penulis.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dan

kumpulan saran-saran yang diharapkan dapat

berguna dan dimanfaatkan oleh perusahaan dan penulis.


(17)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Prosedur

Prosedur didefinisikan oleh Jaenudin Akhmad (2012:27) sebagai berikut:

”Rangkaian tata kerja yang berkaitan satu sama lain

sehingga menunjukkan adanya suatu urutan tahap demi tahap serta jalan yang harus ditempuh dalam rangka

penyelesaian sesuatu bidang tugas”.

Menurut Khaerul Umam (2014) seperti dikutip dari Terry (1975:28) mengungkapkan bahwa:

”Prosedur dapat diartikan sebagai serangkaian tahapan

pekerjaan kertas terpilih, biasanya dikerjakan oleh lebih dari satu orang yang merupakan cara-cara yang ditentukan dan dalam mengadakan keseluruhan fase utama dari aktivitas

kantor”.

Sedangkan pengertian prosedur menurut Fitzgerald et al. (2014:151) mengungkapkan bahwa prosedur adalah:

”Urutan-urutan yang tepat dari tahapan-tahapan instruksi yang menerangkan apa yang harus dikerjakan, siapa yang

mengerjakan, kapan dikerjakan, dan bagaimana

mengerjakannya”. 2.2 Pengertian Penanganan

Penanganan dapat didefinisikan oleh Khaerul Umam (2014) yang dikutip dari Sujatmo (1983:62) sebagai berikut:


(18)

8 “Segala sesuatu atau kegiatan untuk menjamin dan

mengarahkan agar pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau hasil yang dikehendaki serta sesuai dengan segala

ketentuan dan kebijaksanaan yang berlaku”. 2.3 Pengertian Kecelakaan Kerja

Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Pasal 1 ayat (6), yaitu:

“Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa

atau wajar dilalui.”

2.3.1 Ruang Lingkup Kecelakaan Kerja

Ruang lingkup pada kecelakaan kerja yang penulis ambil berdasarkan dari 4 sumber yaitu menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Undang-Umdang No 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Maulana Ihsan dan Vida Hasna Farida. Ruang lingkup kecelakaan kerja tersebut meliputi:

1. Tempat Kerja

Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa:

“Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan,

tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau


(19)

9

sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2; Termasuk tempat kerja ialah

semua ruangan, lapangan, halaman dan

sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut”.

2. Cacat

Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Pasal 1 ayat (7), yaitu:

“Cacat adalah keadaan hilang atau

berkurangnya fungsi anggota badan yang secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan hilang atau berkurangnya kemampuan untuk menjalankan pekerjaan”.

3. Tipe Kecelakaan

Menurut Maulana Ihsan (2011:7) menyatakan bahwa

“Tipe kecelakaan adalah cara kontak dari korban dengan sumber kecelakaan, atau proses gerakan korban sehingga mendapat cedera atau sakit”.

4. Kondisi Berbahaya

Menurut Maulanan Ihsan (2011:7) menyatakan bahwa:

“Kondisi berbahaya ialah keadaan yang tidak

aman dari suatu sumber kecelakaan dimana keadaan tersebut pada hakekatnya dapat

diamankan atau diperbaiki”. 5. Aman

Menurut Maulana Ihsan (2011:7) menyatakan bahwa

“Aman adalah kondisi dimana tidak ada kemungkinan suatu malapetaka yang dapat menimbulkan kerugian atau bebas dari bahaya”.


(20)

10 6. Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Maulana Ihsan (2011:45) menyatakan bahwa:

“Alat pelindung diri (APD), yaitu suatu bentuk

pemberian isolasi yang diterapkan kepada manusia dalam hal ini pekerja yang dilindungi, contoh: pemberian topi pengaman (safety helmet), pemberian sepatu pengaman (safety shoes), pemberian sumbat/tutup telinga (ear muff/plug), dan pemberian kacamata pengaman (safety goggles)”.

7. Kejadian Kecelakaan

Menurut Vida Hasna Farida (2010:29) menyatakan

bahwa “Kejadian kecelakaan adalah suatu peristiwa terjadinya suatu kecelakaan yang ditimbulkan oleh bahaya atau sebab-sebab bahaya yang terjadi”.

8. Keselamatan dan Kesehatan Kerja/K3

Menurut Vida Hasna Farida (2010:28) menyatakan bahwa:

“Keselamatan dan kesehatan kerja/K3 adalah:

1) Secara filosofi, yaitu suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur.

2) Secara keilmuan, yaitu ilmu peringatan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan


(21)

11 2.3.2 Tindakan dalam Menangani Kecelakaan Kerja

Perlu diingat bahwa terjadinya suatu bencana alam dan kecelakaan-kecelakaan lainnya, biasanya datang ketika disaat tidak siap menghadapinya. Berikut tindakan yang dilakukan dalam menangani kecelakaan kerja:

1. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan/P3K (First Aid)

Menurut Vida Hasna Farida (2010:108) menyatakan bahwa:

“Pertolongan Pertama pada Kecelakaan/P3K (First Aid) adalah suatu perawatan yang segera (immediate) dan sementara untuk menolong

penderita yang mengalami cedera yang

mendadak (emergency) dan penyakit yang tiba-tiba (sudden illness) sebelum penderita dibawa ke

rumah sakit”. 2. Medis Dasar

Menurut Vida Hasna Farida (2010:108) menyatakan bahwa:

“Medis dasar adalah tindakan perawatan

berdasarkan ilmu kedokteran yang dapat dimiliki oleh awam atau awam yang terlatih secara

khusus sudah memiliki sertifikat”. 3. Rawat Inap Tingkat Pertama

Menurut Susatyo Herlambang (2016:156) menyebutkan pengertian rawat inap tingkat pertama adalah:

“Pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat

non spesialistik dan dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk keperluan observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan,


(22)

12

dan/atau pelayanan medis lainnya, dimana peserta dan/atau keluarganya dirawat inap paling

singkat 1 (satu) hari”. 2.3.3 Pihak-pihak yang Terlibat

Terjadinya kecelakaan kerja tentunya melibatkan lebih dari satu pihak yang terlibat di dalamnya. Pihak-pihak yang terlibat pada kecelakaan kerja antara lain:

1. Pengurus

Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 1 ayat (2) tentang Keselamatan Kerja, menyatakan

bahwa “Pengurus ialah orang yang mempunyai tugas pemimpin langsung sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri”.

2. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)

Menurut Permenaker No. Per.04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja, menyatakan bahwa:

“Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan

Kerja yang selanjutnya disebut P2K3 ialah badan pembantu di tempat kerja yang meruakan wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian

dan partisipasi efektif dalam penerapan


(23)

13 3. Ahli Keselamatan Kerja

Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 1 ayat (6) tentang Keselamatan Kerja, menyatakan bahwa:

“Ahli keselamatan kerja ialah tenaga tehnis

berkeahlian khusus dari Luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya

Undang-undang ini”. 4. Rumah Sakit

Menurut Susatyo Herlambang (2016:33) menyatakan bahwa:

“Rumah sakit adalah salah satu bagian system

pelayanan kesehatan secara garis besar

memberikan pelayanan untuk masyarakat

berupa pelayanan kesehatan mencakup

pelayanan medik, pelayanan menunjang medik, rehabilitasi medik dan pelayanan perawatan”.

5. Pengusaha

Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 1 ayat (3) tentang Keselamatan Kerja, menyatakan bahwa:

“Pengusaha ialah:

a. Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja; b. Orang atau badan hukum yang secara

berdiri sendiri menjalankan sesuatu usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;

c. Orang atau badan hukum, yang di Indonesia mewakili orang atau badan hukum termasuk


(24)

14

pada (1) dan (2), jikalau yang diwakili

berkedudukan di luar Indonesia”. 2.3.4 Dokumen-dokumen yang Digunakan

Apabila terjadi kecelakaan kerja, terdapat beberapa dokumen yang mendukung kelancaran proses penanganan kecelakaan kerja, diantaranya:

1. Laporan Kecelakaan Kerja

Pengertian Laporan menurut Khaerul Umam (2014:174) adalah:

“Kegiatan komunikasi secara tertulis dan lisan untuk memberikan gambaran tentang apa yang terjadi, di mana, bagaimana, mengapa hal itu terjadi, siapa yang bertanggung jawab terhadap

kejadian tersebut, dan bagaimana kejadiannya”.

Sedangkan Kecelakaan didefinisikan oleh Gunawan dan Waluyo (2015:8) menyatakan bahwa:

“Suatu kejadian yang (tidak direncanakan) dan

tidak diharapkan yang dapat mengganggu

proses produksi/operasi, merusak harta

benda/asset, mencederai manusia, atau

merusak lingkungan”.

Berdasarkan pengertian tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa laporan kecelakaan kerja adalah presentasi data yang telah terformat dan terorganisasi dengan baik sehingga dapat digunakan untuk:

a. Mencatat kejadian beserta kronologis kecelakaan kerja baik itu terhadap tempat, waktu, pekerjaan,


(25)

15

alat/mesin, bahan, serta hal-hal terkait kecelakaan kerja;

b. Mencatat kerugian-kerugian yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja; dan

c. Mencatat korban-korban kecelakaan kerja beserta tindakan penanganannya serta keparahan yang diderita akibat kecelakaan kerja serta banyaknya hari hilang akibat kecelakaan kerja tersebut.

2. Jaminan Kecelakaan Kerja

Menurut Susatyo Herlambang (2016:59) menerangkan bahwa:

“Jaminan kecelakaan kerja adalah program

jaminan sosial yang diselenggarakan secara nasional dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila ia mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja”.

Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja merupakan tanggung jawab pengusaha sehingga pengusaha atau peserta memiliki kewajiban untuk membayar iuran jaminan kecelakaan kerja.

Menurut PP Nomor 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian, Pasal 16 ayat (1), yaitu:

“Iuran JKK bagi Peserta penerima Upah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2), dikelompokkan dalam 5 (lima) kelompok tingkat rsisiko lingkungan kerja, meliputi:


(26)

16

a. Tingkat risiko sangat rendah: 0,24% (nol koma dua puluh empat persen) dari upah sebulan; b. Tingkat risiko rendah : 0,54% (nol koma

lima puluh empat persen) dari upah sebulan; c. Tingkat risiko sedang : 0,89% (nol koma

delapan puluh Sembilan persen) dari upah sebulan;

d. Tingkat risiko tinggi : 1,27% (satu koma dua puluh tujuh persen) dari upah sebulan; dan

e. Tingkat risiko sangat tinggi : 1,74% (satu koma tujuh puluh empat persen) dari upah

sebulan”.

2.3.5 Penyelidikan Kecelakaan

Menemukan faktor penyebab kecelakaan tidak pernah

sederhana, penyelidikan kecelakaan (accident

investigation) harus selalu dilakukan dengan pemeriksaan lapangan dikarenakan akan menjadi lebih mudah apabila petugasnya menemukan situasi tempat kejadian peristiwa (TKP) masih belum berubah. Berikut ini ada beberapa jenis penyelidikan yang dapat dilakukan, diantaranya:

1. Rekonstruksi Kecelakaan

Menurut Maulana Ihsan (2011:17) menyatakan bahwa:

“Untuk mengetahui peristiwa kecelakaan, salah

satu caranya adalah dengan melakukan

rekonstruksi terjadinya kecelakaan. Dalam

melakukan rekonstruksi kecelakaan, sebaiknya harus dapat menjawab beberapa pertanyaan berikut: Siapa yang menjadi korban ? Kapan kecelakaan terjadi ? Dimana terjadinya ? Apa

yang terjadi dan apa saja yang

mempengaruhinya ? Mengapa dapat terjadi (caranya, bukan sebabnya, bersifat kronologis


(27)

17 2. Penyebab Kecelakaan (Accident Causation)

Menurut Maulana Ihsan (2011:18) menyatakan bahwa:

“Untuk menemukan faktor penyebabnya adalah

tugas pokok dalam penyelidikan kecelakaan, dan juga merupakan hal yang paling sulit. Cara terbaik untuk dapat melakukan dengan lebih mudah adalah dengan mengetahui prinsip dasar

sebab kecelakaan. Dengan mengetahui

penyebabnya maka akan mudah memutuskan mata rantai faktor penyebab kecelakaan dan

mengendalikan kemungkinan terjadinya


(28)

BAB III

PROFIL PERUSAHAAN

3.1 Sejarah PT. Hi-Lex Indonesia

Lippo TSK Indonesia didirikan pada tanggal 21 November 1978 dengan Akte Notaries Bebasa Daeng Lolo, S.H di Jakarta yang berlokasi baik kantor pusat maupun pabriknya adalah Jln. Bouroq No 35 Desa Karang Anyar, Kec Batu Ceper Tangerang Banten. Perusahaan ini mempunyai luas bangunan 10.000 m² yang terbagi atas beberapa bagian departemen, yaitu: Bagian Assembling, Bagian Kantor, Bagian Gudang Komponen, Bagian Gudang Finishing, Bagian Maintenance, Bagian Quality Control, Produksi, dll.

Pada tanggal 1 Agustus 2001 PT. Lippo TSK Indonesia berubah nama menjadi PT. Hi-Lex Indonesia sedangkan PT. Hi-Lex Parts Company berubah namanya menjadi PT. Hi-Lex Parts Indonesia pada 29 April 1998. Produk yang dihasilkan oleh PT. Hi-Lex Indonesia yaitu: Kabel kontrol motor ( roda 2 & roda 4 ), sedangkan produk yang dihasilkan oleh PT. Hi- Lex Parts Indonesia yaitu: Komponen- komponen pengontrol plastik, karet, dan juga besi.

Hi-Lex Coorporation memiliki 29 anak perusahaan yang tersebar di 13 negara termasuk diantaranya PT. Hi-Lex Indonesia. Saat ini serifikat Quality Management System yang dimiliki perusahaan adalah sertifikat ISO/TS 16949:2009. Dalam memajukan usahanya PT. Hi-lex Indonesia saat ini membuka cabang di daerah Cikarang Jawa Barat, yang bermaksud untuk lebih meningkatkan produksi untuk lebih mendapatkan kepuasan dari customer.


(29)

19 3.2 Visi, Misi dan Kebijakan Mutu Perusahaan

3.2.1 Visi

Menjadi pembuat Control Cable yang terbaik & terdepan di

Indonesia, berorientasi pada mutu yang bertaraf

internasional.

3.2.2 Misi

Menghasilkan produk yang memberikan jaminan

keselamatan & keamanan yang menjadi pilihan utama pemakai.

3.3.3 Kebijakan Mutu

Menggunakan sistem jaminan mutu secara optimum oleh seluruh karyawan serta meningkatkan kepercayaan & kepuasan pelanggan.

3.3 Aspek Kegiatan Usaha

Kebanyakan pelanggan (customer) yang bergerak di bidang cable automotive memilih cable yang ada di PT. Hi-Lex Indonesia dikarenakan sudah menjamin kualitas mutu pada kabel yang akan siap dikirimkan kepada pelanggan (customer).

3.3.1 Jenis Kabel dan Pelanggan PT. Hi-Lex Indonesia

1. Cable assy, parking brake (rem) 2. Cable assy, hand brake (rem) 3. Cable assy, front brake (rem) 4. Cable assy, cluth (kopling) 5. Cable assy, acelerator (gas) 6. Cable assy, speedometer (RPM)


(30)

20

7. Cable assy, transmission (gear transmisi) 8. Cable assy, fuel lid lock (buka tutup bensin) 9. Cable assy, luggage door lock, dll.

Gambar 3.1 Jenis-jenis Kabel di PT. Hi-Lex Indonesia

Accelerator Cable Back Door Cable

Fuel Lid Opener Cable Transmission Cable

Sumber : PT. Hi-Lex Indonesia

Jenis-jenis kabel tersebut setiap hari dikirim kepada pelanggan (customer) yang memerlukan suku cadang kendaraan. Adapun perusahaan-perusahaan yang menjadi pelanggan (customer) PT. Hi-Lex Indonesia, antara lain :

1. PT. Toyota Astra Motor 2. PT. Indomobil Suzuki INT


(31)

21

3. PT. Astra Daihatsu Motor 4. PT. Krama Yudha Tiga Berlian 5. PT. Astra Honda Mobil

6. PT. Astra Honda Motor

7. PT. Yamaha

8. PT. Kawasaki

9. PT. Vespa

10. PT. GMB

11. PT. Hino Motors Manufacturing Indonesia 12. PT. Suzuki

13. PT. Honda Prospect Motor 14. PT. Nissan

15. PT. Mitsubishi 16. PT. Isuzu

17. PT. Hino Motors Sales Indonesia 18. PT. Suzuki Indomobil Motor, dll.

3.4 Struktur Organisasi

Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT. Hi-Lex Indonesia

Sumber : PT. Hi-Lex Indonesia President Director Vice President Director Marketing and Purchasing Div. Marketing Manager Account and Finance Div. Quality Control Div. Production Director Production Manager

HRD & GA Div.

HRD & GA Manager

HRD & GA Staff

Exim Div. Management


(32)

22 3.5 Deskripsi Kerja

1. Management Representative (MR)

Uraian tugas:

a. Perumusan kebijakan, pembinaan penyelenggaraan dan pengendalian kegiatan unit kerja Management Representative dalam menunjang kegiatan bisnis perusahaan.

b. Pemantauan dan pengajuan usulan kepada Dewan Direksi maupun unit kerja yang terlibat dengan seluruh pihak shareholder atau pihak berada di sekitar lingkungan perusahaan yang di dalamnya mengikat hubungan masyarakat, hubungan dengan mitra bisnis, fungsi tugas kesekretariatan, dan keprotokoleran Direksi serta tugas lainnya yang ditetapkan Dewan Direksi.

c. Melakukan fungsi dan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan perusahaan.

d. Penyusunan program perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi fungsi perusahaan secara sistem dan prosedur yang dijalankan.

2. Marketing and Purchasing Director

Uraian tugas:

a. Penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program kerja Marketing Division dan Purchasing Division dalam menunjang program kerja perusahaan yang tertuang dalam Business Plan setiap semester.


(33)

23

b. Penyusunan dan pembuatan laporan kegiatan Marketing dan Purchasing Division per bulan untuk diserahkan kepada Top Management untuk dilakukan evaluasi.

c. Pemantauan, pengontrolan, dan pengendalian sistem kerja yang menyangkut penyelengaraan aktifitas Marketing termasuk Sales dan Delivery serta

Purchasing yang menyangkut Procurement

(pengadaan barang kebutuhan produksi).

d. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan perusahaan yang lebih tinggi.

e. Penyusunan rencana pengembangan bisnis

perusahaan termasuk penyusunan strategi

pemasaran, target, dan hal lain bersifat teknis lapangan untuk dilakukan oleh bawahan.

3. Accounting and Finance Director

Uraian tugas:

a. Penyusunan perencanaan program kerja dan pelaksanaan unit kerja dalam menunjang Program Kerja Perusahaan yang tertuang dalam Business Plan per semester.

b. Penyusunan kegiatan dan evaluasi program

akuntansi keuangan perusahaan.

c. Pemantauan dan pengendalian kegiatan akuntansi perusahaan secara rutin dan berkala.

d. Penyusunan dan pembuatan laporan keuangan (financial report) untuk dilaporkan kepada Top Management untuk dievaluasi dan diserahkan


(34)

24

kepada induk perusahaan sebagai laporan keuangan korporasi.

e. Pengkajian dan pengajuan usulan kepada Top

Management maupun unit kerja lain tentang

akuntansi keuangan perusahaan.

4. Quality Control (QC)

Uraian tugas:

a. Perumusan kebijakan, sistem, dan prosedur kegiatan yang berpengaruh pada jaminan kualitas produk

perusahaan yang mengacu pada international

standard system secara tepat dan sesuai.

b. Penyusunan program perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi atas projek perusahaan terkait dengan pelayanan dan jaminan kualitas produk terhadap pelanggan.

c. Pembuatan laporan kegiatan perencanaan projek atau model baru produk, dan projek yang sedang berjalan di perusahaan.

d. Melakukan evaluasi dan analisa kerja terhadap kepuasaan pelanggan dengan membuat laporan claim customer dan performance perusahaan dari segi pemenuhan kualitas barang yang tepat dan sesuai standar.

e. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan perusahaan yang lebih tinggi.

5. Production Director


(35)

25

a. Perumusan kebijakan, pembianaan penyelenggaraan dan pengendalian kegiatan produksi perusahaan untuk menunjang strategi bisnis perusahaan yang tertuang pada Business Plan per semester.

b. Penyusunan program perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi produksi termasuk aset perusahaan seperti mesin dan sebagainya untuk dikembangkan dan dievaluasi laporan produksi.

c. Pengkajian dan pengusulan laporan kegiatan

produksi kepada Top Management dalam rangka

verifikasi kegiatan produksi perusahaan.

d. Melaksanakan kegiatan dinas lainnya yang diberikan oleh pimpinan perusahaan yang lebih tinggi.

6. Marketing Manager

Uraian tugas:

a. Penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program

kerja sales dan marketing perusahaan yang

dituangkan dalam Business Plan perusahaan.

b. Penyusuanan kegiatan dan evaluasi program kerja sales dan marketing dengan kesesuaian target.

c. Pemantauan dan pengendalian kegiatan pemasaran (marketing) dan penjualan (sales).

d. Penyusunan pembuatan laporan kegiatan pemasaran dan penjualan.

e. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

7. Production Manager


(36)

26

a. Penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program kerja produksi perusahaan.

b. Penyusunan kegiatan dan evaluasi program kerja produksi perusahaan.

c. Pemantauan dan pengendalian kegiatan produksi perusahaan.

d. Penyusunan pembuatan laporan kegiatan produksi perusahaan.

8. HRD and General Affairs Manager

Uraian tugas:

a. Perumusan kebijakan, pembinaan penyelenggaraan dan pengendalian kegiatan unit kerja HRD and General Affairs untuk menunjang strategi bisnis perusahaan.

b. Penyusunan program perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi fungsi rekruitmen dan pelatihan pegawai, administrasi kepegawaian / penghasilan / upah,

pengadaan kebutuhan barang / pemborong

pekerjaan, administrasi inventaris kantor serta pengarsipan dokumen perusahaan.

c. Penyusunan sistem dan prosedur kegiatan serta pembinaan teknis kegiatan rekruitmen dan pelatihan pegawai.

d. Penyusunan dan pembuatan laporan kegiatan HRD and General Affairs secara bulanan sampai tahunan kepada Top Management Perusahaan.

e. Pemantauan dan pengajuan usulan kepada Direksi maupun unit-unit kerja lain yang terkait tentang pelaksanaan fungsi rekruitmen dan pelatihan,


(37)

27

adminsitrasi kepegawaian, pengadaan kebutuhan pegawai dan perusahaan.

9. HRD & GA Staff

Uraian tugas:

a. Melaksanaan dan evaluasi fungsi rekruitmen dan pelatihan pegawai, administrasi kepegawaian / penghasilan / upah, pengadaan kebutuhan barang / pemborong pekerjaan, administrasi inventaris kantor serta pengarsipan dokumen perusahaan.

b. Mengatur penggunaan kendaraan perusahaan. c. Membuat surat jaminan pengobatan dan melengkapi

lembar absensi karyawan.

d. Mengolah data overtime untuk dimasukkan ke dalam sistem payroll yang telah ditetapkan.

e. Mengurus persiapan training atau pelatihan dan yang berkaitan tentang K3.

10. Export Import Division

Uraian tugas:

a. Mengurus persiapan administrasi ekspor-impor. b. Melengkapi dokumen-dokumen pendukung kegiatan

ekspor dan impor.

c. Mengolah data untuk dimasukkan ke dalam sistem manifest bea cukai yang telah ditetapkan.

d. Mengkoordinasikan pengiriman dengan shipping

agent local untuk mengurus persiapan pengiriman ekspor dan sebaliknya untuk mengurus kedatangan barang impor.


(38)

28

e. Membuat dokumen pengambilan barang impor, yaitu

Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dengan

menginput semua data-data yang diperlukan, seperti invoice, packing list, Bill of Loading atau Air Way Bill ke dalam sistem bea cukai.

f. Membuat dokumen pengiriman atau shipping

document seperti invoice, packing list, shipping intsruction untuk shipping agent, dan pengisian Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) ke dalam sistem manifest bea cukai.

g. Mengevaluasi sistem yang berjalan dan

mensosialisasikan peraturan ekspor dan impor tersebut untuk diterapkan dengan sistem yang ditetapkan pemerintah jika ada peraturan atau ketentuan yang baru.


(39)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Prosedur Penanganan Kecelakaan Kerja di PT. Hi-Lex Indonesia

Dalam setiap kegiatan manusia kemungkinan terjadinya kecelakaan selalu ada, tidak terkecuali dalam kegiatan pekerjaan. Kecelakaan kerja dapat dikatakan sebagai produk akhir dari tindakan berbahaya dan kondisi berbahaya dalam pekerjaan. Tetapi bagaimanapun juga kecelakaan selalu dapat dicegah, karena kecelakaan tidak terjadi begitu saja.

Perusahaan pada umumnya lebih popular dengan kasus kecelakaan kerja atau kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja, karena sangat terkait dengan kepentingan kompensasi atau ganti rugi kecelakaan. Korban kecelakaan mempunyai kepentingan dengan penggantian biaya dan ganti rugi kecelakaan, dan perusahaan berkepentingan dengan klaim atas premi asuransi pertanggungan kecelakaan yang apabila tidak dibayar akan menjadi beban tanggung jawab perusahaan.

Sama halnya pada perusahaan lainnya, para pekerja di PT. Hi-Lex Indonesia juga kerap terjadi kecelakaan kerja dan penanganan yang diambilnya yaitu segera mengevakuasi korban kecelakaan kerja ke klinik atau rumah sakit terdekat. Untuk menggambarkan secara jelas mengenai prosedur penanganan kecelakaan kerja di PT. Hi-Lex Indonesia, berikut dapat diterangkan dalam gambar 4.1 sebagai berikut:


(40)

30

Gambar 4.1 Flow Chart Prosedur Penanganan Kecelakaan di PT. Hi-Lex Indonesia

Sumber : PT. Hi-Lex Indonesia

Surat jaminan dan laporan kecelakaan kerja N

Rawat inap

Memberikan perawatan secara intensif

Membuat surat jaminan dan laporan

Finish Start

Terjadi kecelakaan kerja Berikan bantuan dan evakuasi korban

Melaporkan kejadian segera Verifikasi korban dan TKP Membawa korban ke klinik terdekat Perawatan dan pemeriksaan korban

Luka berat

N

Tenaga Medis Personalia dan

Section Head

Y

Melanjutkan pekerjaan Mengantar korban ke rumah dan meminta maaf Y

Proses PIC

Pekerja/Korban

Leader/Foreman

Rekan Kerja

Personalia

Personalia Tenaga Medis dan Personalia Tenaga Medis dan Personalia Tenaga Medis


(41)

31

Berikut adalah penjelasan dari flow chart prosedur penanganan kecelakaan kerja yang ada di PT. Hi-Lex Indonesia :

1. Kecelakaan kerja disebuah perusahaan bisa terjadi kapanpun dan oleh siapapun di lingkungan kerja. Kecelakaan kerja ini disebabkan oleh beberapa penyebab langsung, yaitu:

a. Perilaku tidak aman (Unsafe Actions)

Perilaku tidak aman ini mencakup diantaranya seperti:

1) Bekerja atau mengoperasikan tanpa kewenangan

2) Gagal memperingatkan

3) Gagal mengamankan

4) Beroperasi pada kecepatan yang salah 5) Membuat alat pengaman tidak berfungsi

6) Menggunakan alat yang rusak

7) Memakai Alat Pelindung Diri secara tidak benar

8) Memuat, menempatkan dan mengangkat secara salah

9) Posisi tidak aman

10) Memelihara/servis alat dalam keadaan beroperasi 11) Bercanda dan main-main

12) Mabuk alkohol atau obat

13) Menggunakan alat secara salah 14) Gagal mengikuti prosedur

b. Keadaan tidak aman (Unsafe Conditons)

Hal-hal yang juga memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja salah satunya adalah keadaan yang tidak aman, seperti:

1) Pelindung/pembatas yang tidak memadai

2) Alat pelindung tak memadai atau salah 3) Peralatan, sarana, atau material yang rusak 4) Ruang kerja sempit atau terbatas


(42)

32

5) Kurangnya sistem peringatan

6) Bahaya kebakaran dan ledakan

7) Buruknya kebersihan/kerapihan 8) Kebisingan dan paparan radiasi

9) Temperatur ekstrem dan ventilasi tidak memadai 10) Penerangan kurang atau kelebihan

11) Lingkungan tidak aman

2. Pada saat terjadinya kecelakaan kerja, tindakan yang diberikan oleh rekan korban/saksi mata adalah Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan/PPPK/P3K (First Aid) kepada korban sebelum pertolongan yang diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan lainnya. Salah satu tindakan P3K yang paling utama adalah hindari kepanikan dan menenangkan korban apabila masih shock.

3. Rekan kerja atau atasan lapangan langsung melaporkan kejadian tersebut kepada bagian Personalia dan Section Head melalui telepon. Nomor telepon yang dapat dihubungi untuk PT. Hi-Lex Indonesia pada saat terjadi kecelakaan kerja yaitu (021) 5522331 atau pada nomor extension 205, 139 atau 169. Hal itu dilakukan agar korban segera dievakuasi. Apabila kecelakaan kerja terjadi di luar jam kerja Day Shift (lembur/malam hari), rekan kerja melaporkan kepada Security dengan nomor extension 148 untuk menggantikan tugas Personalia.

4. Bagian Personalia dan Section Head menuju ke lokasi tempat kejadian perkara (TKP) untuk memastikan kecelakaan kerja (verifikasi) dan melakukan rekonstruksi kecelakaan kerja setelah mendapat laporan dari rekan kerja atau atasan korban dengan


(43)

33

cara mencatat data pribadi korban dan jenis kecelakaan yang menimpa korban.

Jenis-jenis insiden kecelakaan kerja yang kerap terjadi di lingkungan kerja, misalnya:

a. Menabrak/membentur (struck against) b. Terpukul/tertabrak (struck by)

c. Jatuh dari tempat yang lebih tinggi (fall to bellow) d. Jatuh di tempat yang datar (fall on same level) e. Terperangkap masuk (caught in)

f. Terperangkap pada sesuatu (caught on) g. Terjepit (caught between)

h. Kontak dengan (contact with) tenaga listrik, panas, dingin, radiasi, asam, bising, B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) i. Beban berlebihan (overload)

j. Kegagalan mesin atau peralatan (equipment failure) k. Bocor ke lingkungan (environmental release)

5. Personalia mendampingi korban dan mempersiapkan kendaraan perusahaan untuk proses evakuasi korban yang dibawa ke klinik terdekat untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Hal ini dilakukan untuk menghindari potensi luka akibat kecelakaan kerja lebih parah pada saat di TKP.

6. Setibanya di klinik, tenaga medis mengambil tindakan lebih lanjut sesuai jenis kecelakaan yang menimpa korban. Korban dirawat dan diperiksa untuk mengetahui seberapa parah kecelakaan kerja yang dialami. Klinik yang menjadi rujukan awal PT. Hi-Lex Indonesia adalah Klinik Metta Medika.


(44)

34

7. Apabila hasil dari pemeriksaan tenaga medis menyatakan bahwa korban hanya mengalami luka ringan, maka korban diijinkan untuk kembali bekerja. Namun bila korban mengalami luka berat, maka korban harus segera dirujuk ke Rumah Sakit yang telah bekerjasama dengan PT. Hi-Lex Indonesia dengan menggunakan kendaraan perusahaan.

Beberapa rumah sakit yang bekerjasama dengan PT. Hi-Lex Indonesia adalah RS. Usada Insani, RS. Mayapada, RS. Sari Asih, RS. Hermina Tangerang, RS. Hermina Daan Mogot, RS. Hermina Depok, RS. Melati, RS. Qadr, RS. Bethsaida dan RS. Siloam.

8. Personalia akan menemani korban ke rumah sakit rujukan untuk proses administrasi. Hasil dari pemeriksaan dokter menyatakan bahwa korban tidak perlu dirawat inap, maka Personalia akan mengantarkan korban pulang ke rumah dan memberikan penjelasan serta permohonan maaf kepada keluarga korban atas kecelakaan kerja yang telah terjadi.

Namun, apabila hasil pemeriksaan dokter menyatakan bahwa korban diharuskan untuk rawat inap, maka rumah sakit akan menyediakan ruangan ICU (Intensive Care Unit) bagi korban untuk dilakukan opname (rawat inap).

9. Pada saat korban atau pasien diopname, pihak medis atau dokter memberikan perawatan lebih lanjut kepada korban secara intensif dengan peralatan khusus dan staf khusus untuk menanggulangi pasien dari penyakit dan trauma akibat kecelakaan kerja yang dialaminya.


(45)

35

10. Surat jaminan pengobatan dibuat untuk korban yang dirawat inap agar dapat segera diambil tindakannya oleh pihak medis. Surat jaminan dapat diterbitkan oleh Personalia apabila pihak rumah sakit yang telah bekerjasama dengan perusahaan menghubungi langsung ke bagian Personalia dengan cara mengirimkan surat jaminan pengobatan tersebut melalui fax atau email. Namun ada pula keluarga korban yang langsung mendatangi perusahaan untuk meminta dibuatkan surat jaminan pengobatan tersebut dan menyerahkan kepada pihak rumah sakit secara langsung.

Surat jaminan tersebut berisikan data-data, seperti: a. Nama karyawan

b. NIK (Nomor Induk Karyawan) c. Divisi/bagian

d. Kelas, yaitu pelayanan di Rumah Sakit yang diminta perusahaan untuk merawat korban sesuai dengan kelasnya, seperti Kelas 1, Kelas 2 dan Kelas 3. Pembagian kelas tersebut ditentukan berdasarkan masa kerja karyawan di perusahaan. Kelas 1 diisi oleh level Staff Up, Kelas 2 diisi oleh karyawan yang memiliki masa kerja lebih dari 13 tahun, dan Kelas 3 diisi oleh karyawan yang memiliki masa kerja dibawah 13 tahun.

Sedangkan laporan kecelakaan kerja dibuat oleh atasan lapangan korban untuk menjelaskan kronologi kejadian kecelakaan kerja secara rinci supaya dapat mengambil tindakan perbaikan pada kecelakaan kerja tersebut. Laporan kecelakaan harus dibuat paling lambat 2 hari setelah kejadian kecelakaan kerja. Atasan lapangan korban akan mendapatkan form kecelakaan kerja dari Personalia dengan mengisi data-data pada laporan kecelakaan kerja tersebut.


(46)

36 4.2 Kendala Perusahaan dalam Menjalankan Prosedur Penanganan

Kecelakaan Kerja

Tidak selamanya dalam kegiatan prosedur penanganan kecelakaan kerja di PT. Hi-Lex Indonesia berjalan sesuai dengan kondisi yang diinginkan. Banyak kendala yang sering terjadi, diantaranya:

1. Kurangnya pengetahuan karyawan dalam menggunakan alat-alat kerja sesuai dengan SOP yang berlaku. Alat-alat kerja tersebut seperti Forklift, Gerinda, Kabel Rol dan konektor, Zinc Plating, Drilling, Cutting Wheel, Press Machine, dan Tangga Lipat.

2. Kecelakaan kerja di dunia kerja kerap terjadi. Tindakan awal yang diberikan oleh rekan kerja yang melihat kejadian tersebut adalah memberikan Pertolongan Pertama Pada Kecelekaan (P3K). Namun, masih banyak karyawan yang kurang memahami P3K.

Kotak P3K yang tersedia di lapangan sangat minim dan obat atau perlengkapan yang tersedia pun masih kurang lengkap. Sehingga menyulitkan karyawan untuk menolong korban.

3. Pentingnya komunikasi dalam dunia kerja sehingga apabila terjadi kecelakaan kerja dapat ditangani dengan cepat. Menghubungi pihak Personalia terkadang mengalami kesulitan karena nomor extension Personalia sibuk. Hal itu dapat memperlambat proses penanganan korban.

4. Rekonstruksi kecelakaan sering mengalamai kendala karena hanya korban yang tahu persis apa yang terjadi dan mengapa dapat terjadi kecelakaan kerja (kronologis).


(47)

37

5. Dalam proses evakuasi korban ke Klinik, kendaraan perusahaan dibutuhkan secepatnya agar korban dapat segera ditangani oleh

pihak medis. Namun, minimnya kendaraan perusahaan

menghambat proses evakuasi tersebut.

6. Apabila hasil pemeriksaan dokter atau pihak medis yang menyatakan bahwa korban harus dirawat inap, maka kendala yang kerap dihadapinya yaitu ketidaksesuaian Kelas rawat inap yang diinginkan oleh korban/keluarga korban dengan Kelas rawat inap yang telah ditentukan oleh perusahaan berdasarkan masa kerja korban. Hal tersebut juga dapat mengakibatkan pihak medis mengalami kesulitan dalam mengambil tindakan lebih lanjut. 7. Pada proses pengiriman surat jaminan pengobatan untuk korban

ke rumah sakit melalui fax, sering mengalami kesulitan karena kurangnya mesin fax serta mesin fax yang sudah berumur lama di perusahaan tersebut, sehingga harus mengantri dengan karyawan yang lain. Terganggunya jaringan internet pada komputer juga dapat menghambat proses pengiriman surat jaminan pengobatan melalui email.

Tidak hanya itu saja yang menjadi kendala saat proses pengiriman surat jaminan pengobatan, kurangnya informasi seperti nomor fax rumah sakit yang akan dituju juga memperlambat proses pengiriman. Padahal surat jaminan pengobatan harus segera dikirimkan agar pihak medis dapat mengambil tindakan.

8. Kesulitan atasan lapangan korban dalam membuat laporan kecelakaan kerja disebabkan karena minimnya informasi terhadap kecelakaan kerja yang terjadi (kronologis kecelakaan) sehingga membuat laporan kecelakaan kerja terlambat untuk


(48)

38

diserahkan ke Personalia. Dengan terlambatnya laporan kecelakaan kerja tersebut sekaligus mampu menghambat proses tindakan yang akan diambil untuk perbaikan.

4.3 Solusi terhadap Pemecahan Masalah/Kendala

Adapun beberapa solusi yang diharapkan dapat memecahkan kendala yang muncul dalam menjalankan prosedur penanganan kecelakaan kerja di PT. Hi-Lex Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Sebelum karyawan diterima di perusahaan, calon karyawan diwajibkan mengikuti training selama 3 (tiga) bulan. Dalam training tersebut karyawan akan diberikan penjelasan mengenai cara kerja dan alat-alat yang digunakannya saat bekerja sesuai dengan SOP.

Personalia dan Section Head akan menilai calon karyawan yang cepat menguasai materi dan alat kerjanya. Maka dari itu, training selama 3 (tiga) bulan ini harus dijelaskan dan dipraktekan secara benar agar karyawan dapat menguasai cara kerja alat-alat yang akan digunakan. Sehingga mampu meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja akibat alat kerja.

Memberikan penerangan atau penyuluhan sebelum bekerja agar karyawan mengetahui dan menaati peraturan-peraturan, lebih berhati-hati, tidak mengikuti prosedur yang salah dan memahami prosedur, serta menyadari bahaya/risiko juga termasuk dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

2. Sering diadakannya pelatihan/training mengenai pentingnya penanganan kecelakaan kerja untuk level Leader Up. Seperti


(49)

39

lokasi kotak P3K, cara penggunaan alat-alat P3K dan tindakan

P3K. Leader Up akan menyampaikan kepada bawahannya

masing-masing sehingga seluruh karyawan dapat mempraktekan P3K apabila kecelakaan kerja terjadi.

3. Perusahaan wajib memfasilitasi karyawan dengan APD sesuai kebutuhan kerja karyawan. Hal ini sangat penting agar karyawan merasa aman saat bekerja dan mencegah kecelakaan kerja karena APD lengkap.

4. Komunikasi menjadi faktor utama untuk mempercepat proses

penanganan kecelakaan kerja. Apabila nomor extension

Personalia sibuk, dapat menghubungi Resepsionis untuk

disambungkan ke nomor Handphone Personalia yang

bersangkutan agar proses evakuasi korban dapat segera ditangani.

5. Pemasangan CCTV di area kerja sangat penting agar mempermudah proses rekonstruksi kecelakaan kerja karena dalam kecelakaan kerja hanya korban yang tahu persis kejadiannya.

6. Apabila kendaraan perusahaan tidak tersedia saat terjadinya kecelakaan kerja, Personalia meminjam kendaraan milik Koperasi agar korban dapat segera dievakuasi.

7. Pemotongan gaji per bulan milik korban dilakukan apabila terjadinya ketidaksesuaian Kelas rawat inap yang diinginkan pihak korban dengan Kelas rawat inap yang telah ditentukan oleh perusahaan agar korban dapat segera ditangani.


(50)

40

8. Karena divisi Personalia tidak mempunyai mesin fax, maka dalam pengiriman surat jaminan pengobatan melalui fax sehingga harus mengefax melalui mesin fax di divisi lain yang memiliki mesin fax. Mesin fax yang sudah lama sebaiknya diganti agar tidak menghambat proses pengiriman. Apabila mesin fax di Rumah Sakit yang dituju mengalami gangguan, kita dapat meminta nomor fax lain yang dapat dihubungi serta pengecekan jaringan internet secara berkala juga perlu dilakukan agar proses penanganan tidak terhambat.

9. Memperbanyak safety signs di area tempat kerja sangat penting dilakukan agar karyawan selalu ingat akan potensi bahaya yang mungkin akan dihadapinya.


(51)

BAB V

PENUTUP

Pada bab terakhir dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis akan menarik beberapa kesimpulan serta saran yang mungkin bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja PT. Hi-Lex Indonesia.

5.1 Kesimpulan

Untuk penanganan prosedur penanganan kecelakaan kerja yang ada dan diterapkan oleh perusahaan pada umumnya sudah berjalan dengan baik, hal ini ditunjukkan dengan adanya keseimbangan dan keselarasan penanganan aktifitas-aktifitas divisi internal yang konsekuen terhadap prosedur yang telah dibuat. Permasalahan yang terjadi pada saat berlangsungnya proses penanganan kecelakaan kerja dan hal lainnya diselesaikan dengan berpedoman pada prosedur dan standar yang ditentukan terlihat dengan sistem kerja yang rapih dan sesuai aturan kerja. Pihak yang terlibat pada prosedur penanganan kecelakaan kerja ini antara lain HRD & GA Division, Section Head Division dan pihak medis.

Kendala-kendala yang dihadapi dalam penanganan prosedur penanganan kecelakaan kerja meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Kurang menguasai alat-alat kerja, minimnya kotak P3K, jaringan internet kurang mendukung, lingkungan kerja yang kurang kondusif dan mesin fax yang sudah tua.

b. Jam kerja yang tidak normal, kurang lengkapnya Alat Pelindung Diri (APD), kurang berkomunikasi, minimnya fasilitas kendaraan perusahaan, keterlambatan pengiriman surat jaminan pengobatan dan laporan kecelakaan kerja.


(52)

42

c. Kurangnya informasi tentang kecelakaan kerja pada saat akan melakukan rekonstruksi kecelakaan.

d. Kesalahan pengetikan atau human error pada saat membuat surat jaminan pengobatan.

Adapun beberapa solusi yang diharapkan dapat memecahkan kendala yang muncul dalam prosedur penanganan kecelakaan kerja di PT. Hi-Lex Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan produktifitas kerja dengan melakukan training tentang pekerjaan yang akan dikerjakan.

b. Ketepatan waktu dalam pengiriman surat jaminan

pengobatan agar proses penanganan segera dilakukan oleh pihak medis.

c. Melakukan pemeriksaan alat-alat atau mesin kerja serta menciptakan lingkungan kerja yang kondusif secara berkala. d. Melengkapi kekurangan yang terdapat pada APD dan memperbanyak safety signs di area tempat kerja yang berbahaya.

5.2 Saran

Adapun beberapa saran yang diberikan dalam pemecahan masalah/kendala yang muncul dalam prosedur penanganan kecelakaan kerja di PT. Hi-Lex Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Memberikan training terhadap karyawan baru untuk menguasai

pekerjaan yang akan dikerjakannya dengan menjelaskan dan mempraktekan alat-alat atau mesin kerja yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini dinilai dapat meminimalisir terjadinya tingkat kecelakaan kerja.


(53)

43

2. Menyediakan kotak P3K yang sesuai kebutuhan dan lokasi penempatan kotak P3K mudah ditemukan karyawan dan

memberikan training tentang penggunaan alat-alat P3K

sehingga korban mampu segera ditangani dengan melakukan medis dasar di TKP.

3. Lebih ditingkatkan kembali kerjasama dalam hal penyampaian informasi kecelakaan kerja antar divisi terkait dengan divisi HRD & GA agar tidak terjadi missing communication.

4. Memberikan penerangan atau penyuluhan sebelum bekerja agar karyawan mengetahui dan menaati peraturan-peraturan atau SOP, lebih berhati-hati, tidak mengikuti prosedur yang salah dan memahami prosedur, serta menyadari bahaya/risiko juga termasuk dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, Jaenudin. Manajemen Perkantoran & Bisnis. Jakarta: Lentera Ilmu Cendekia, 2012.

Farida, Vida Hasna. Menerapkan Keselamatan, Kesehatan, Keamanan Kerja, dan Lingkungan Hidup (K3LH). Bandung: Arfindo Raya, 2010.

Gunawan, F. A. dan Waluyo. Risk Based Behavioral Safety (Membangun

Kebersamaan untuk Mewujudkan Keunggulan Operasi). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2015.

Herlambang, Susatyo. Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit. Yogyakarta: Gosyen Publishing, 2016.

Ihsan, Maulana. Prinsip Dasar dan Analisa Kecelakaan Kerja. Bogor: Ghalia, 2011.

Umam, Khaerul. Manajemen Perkantoran (Referensi untuk Para


(55)

BIODATA

Nama : Idha Maysyaroh

Tempat, tanggal lahir : Tangerang, 10 Mei 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Nama orang tua

1. Nama Bapak : Sukirno

2. Nama Ibu : Sutiyah

Pendidikan

1. Perguruan Tinggi : Politeknik LP3I Jakarta (2016) a. Program Studi : Administrasi Bisnis

b. Konsentrasi : Administrasi Perkantoran

c. Kampus : Cimone

2. SMA : SMA Negeri 1 Kabupaten Tangerang (2013)

3. SMP : SMP Negeri 1 Balaraja (2010)

4. SD : SD Negeri Merak II (2007)

Pengalaman Kerja

Staf HRD & GA : PT. Hi-Lex Indonesia, Tangerang

(Agustus 2015 – Maret 2016)

Staf Logistic Service : PT. Kobe Boga Utama, Tangerang

(Mei 2015 – Agustus 2015)

Tangerang, Juni 2016 Penulis


(56)

(57)

(58)

(59)

(60)

(61)

(62)

(63)

(64)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)