Metode Penelitian dan Pelaksanaan Aktivitas II

30 Tipe pertumbuhan tanaman F 1 digolongkan menurut klasifikasi menjadi enam tipe Gambar 3, yaitu Procumbent 1 cabang menjalar, Procumbent 2 cabang dan batang utama menjalar, Decumbent 1 cabang menjalar dengan ujung sedikit keatas, Decumbent 2 cabang menjalar dengan pertengahan cabang menuju ke atas, Decumbent 3 cabang lateral menuju ke atas, dan Erect cabang lateralnya tegak. Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu tipe pertumbuhan kacang tanah. Dalam penelitian ini tipe pertumbuhan merupakan karakter kualitatif. Tipe pertumbuhan tanaman F 1 ditentukan berdasarkan perbandingan dengan tipe pertumbuhan tetua jantan dan tetua betina. Gambar 3. Tipe pertumbuhan kacang tanah Sumber : ICRISAT dan IBPGR 1992 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Efisiensi Keberhasilan Hibridisasi Buatan

Keberhasilan suatu hibridisasi buatan dapat dilihat satu minggu setelah dilakukan penyerbukan. Pada hibridisasi buatan kacang tanah, teknik dan waktu emaskulasi serta pengaruh tetua pada hasil penyerbukan buatan telah dilaporkan bervariasi 38 –70 tergantung pada teknik yang digunakan dan efisiensi operator Halim et al., 1980 dalam Lim dan gumpil, 1984. Pengamatan efisiensi keberhasilan hibridasasi ditunjukkan pada Tabel 9. Tabel 9. Tingkat keberhasilan hibridisasi buatan. Tetua Betina Tetua jantan ∑ bunga yang disilangkan ∑ ginofor ∑ polong yang dihasilkan Ratio JGJB Ratio JPJG Ratio JPJB Bima NC 7 56 12 7 21 58 13 Talam KSR-3 19 5 2 26 40 11 Jerapah KSR-3 44 5 3 11 60 7 Gajah KSR-3 37 10 4 27 40 11 Kelinci KSR-3 44 3 1 7 33 2 Rata-rata 40 7 3 18 46 9 Keterangan: JG = Jumlah ginofor yang dihasilkan, JB = Jumlah bunga yang dihasilkan, JP = Jumlah polong yang dihasilkan. 32 4.1.1 Ratio JGJB Berdasarkan Tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa ratio jumlah ginofor yang dihasilkan dibagi dengan jumlah bunga yang disilangkan Ratio JGJB tertinggi terdapat pada populasi Gajah x KSR 3 sebesar 27. Sedangkan ratio JGJB terendah terdapat pada populasi Kelinci x KSR 3 yaitu sebesar 7. 4.1.2 Ratio JPJG Berdasarkan Tabel 1 bahwa ratio jumlah polong yang dihasilkan dibagi dengan jumlah ginofor yang dihasilkan Ratio JPJG tertinggi terdapat pada populasi Jerapah x KSR 3 sebesar 60. Sedangkan ratio JPJG terendah terdapat pada populasi Kelinci x KSR 3 sebesar 33. 4.1.3 Ratio JPJB Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa ratio jumlah polong yang dihasilkan dibagi dengan jumlah bunga yang disilangkan Ratio JPJB tertinggi terdapat pada populasi Bima x NC 7 sebesar 13, sedangkan ratio JPJB terendah terdapat pada populasi Kelinci x KSR 3 yaitu sebesar 2.

4.2 Aksi Gen yang Mengendalikan Karakter Tipe Pertumbuhan

Perbedaan tipe pertumbuhan kacang tanah dapat dengan mudah dibedakan secara visual antara tipe tegak varietas unggul nasional dengan tipe setengah menjalar dan menjalar NC 7 dan KSR 3. Sebagian besar lini atau genotipe KSR 3 atau NC 7 kacang tanah tumbuh setengah menjalar atau menjalar sedangkan varietas unggul nasional tumbuh tegak. 83 tipe pertumbuhan F 1 pada populasi Bima x 33 NC 7 identik dengan tetua C yaitu setengah menjalar Gambar 4. Pada populasi Gajah x KSR 3 71 memiliki tipe pertumbuhan F 1 berbeda dengan tetua A maupun C yaitu setengah menjalar, pada populasi Jerapah x KSR 3, Talam x KSR 3, dan Kelinci x KSR 3 100 memiliki tipe pertumbuhan F 1 juga berbeda dengan tetua A maupun C yaitu setengah menjalar Gambar 5−8. Berdasarkan hasil evaluasi karakter tipe pertumbuhan F 1 , aksi gen yang mengendalikan karakter tipe pertumbuhan setengah menjalar dominan terhadap tipe pertumbuhan tegak Tabel 10. A B C Gambar 4. Tipe pertumbuhan tanaman tetua betina Bima, F 1 Bima x NC 7, dan Tetua jantan NC 7 A. Tetua betina Bima menunjukkan pertumbuhan tegak B. F 1 Bima x NC 7 menunjukkan pertumbuhan setengah menjalar C. Tetua jantan NC 7 menunjukkan pertumbuhan setengah menjalar