Kombinasi Skim Yang Terlibat Dalam Two Step Intermediation

39 bertambahnya UKM baru, pertambahan struktur modal dari UKM yang sudah ada, transfer konsep dari pembelajaran di dalam asistensi dan penyertaan modal serta bertambahnya tenaga kerja dalam sebuah institusi usaha. 6. Dalam seluruh kegiatan perbankan dengan dana zakat ini, diharapkan agar perbankan melakukan perhitungan dengan tepat bagian-bagian dan jumlah modal yang harus dikembalikan dan bagian modal yang tidak perlu di kembalikan. Pengembalian atas modal ini diperbolehkan dengan pertimbangan sebuah bentuk penanaman tanggung jawab dan mencegah penyalahgunaan dana untuk hal yang tidak produktif. 7. Dengan demikian, hasil akhir yang diharapkan dalam Two Step Intermediation ini adalah terciptanya kemandirian usaha yang mengarah kepada pembentukan Muzakki-muzakki baru dan terciptanya kondisi yang menguntungkan UKM untuk akhirnya terverifikasi sebagai perusahaan yang Bankable. 8. Dengan kondisi Mustahik yang telah bergeser menjadi UKM, diharapkan agar perusahaan UKM tersebut akan mendapatkan dana lanjutan dari perbankan yang akan diambil dari dana pebankan itu sendiri sebagai sebuah intermediasi dana kepada perusahaan.

c. Kombinasi Skim Yang Terlibat Dalam Two Step Intermediation

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, Two Step Intermediation adalah sebuah sistem yang terdiri dari beberapa skim yang dipadukan menjadi sebuah sistem tunggal yang padu dan koheren. Masing-masing skim akan membawa karakteristiknya yang dasar, hanya saja karakteristik dasar tesebut akan “melebur” dalam karakteristik dasar Two Step Intermediation. Dalam hal ini, Two Step Intermediation merupakan kombinasi dari 2 buah format orientasi utama produk perbankan syariah yaitu: Kombinasi dari skim yang berorientasi Sosial Tabarru’ dengan skim yang berorientasi laba Syirkah Tijarah . Dengan demikian, pada prinsipnya sistem ini merupakan kontekstualisasi dari skim Qardh Dana 40 Kebajikan pada perbankan syariah dengan menyuntikkan unsur-unsur akad laba. Hal ini merupakan sebuah ijtihad, karena Skim Qardh tersebut dalam pembiayaan perbankan syariah adalah sebuah keistimewaan dan hanya dapat dikumpulkan melalui bagian modal yang dialokasikan khusus ataupun dari dana zakat, infaq dan shadaqah Zulkifli, 2003 ataupun dari sumber-sumber non-halal parbankan syariah. Karena merupakan sebuah bentuk kombinasi, Skim yang terlibat dalam sistem ini sebetulnya tidak dapat dimonopoli dengan bentuk-bentuk yang tetap serta monoton. Hanya saja, pada intinya skim yang di butuhkan adalah skim yang mampu mengakomodir dana pinjaman sosial, pinjaman syariah konvensional dalam kerja sama UKM, dan memenuhi prinsip kehati-hatian atas dana zakat yang dikelola serta dana pihak ketiga lain dalam perbankan itu sendiri. Dalam hal ini, kombinasi dari skim yang terlibat akan sangat terpengaruh dengan 3 buah bentuk utama pembiayaan dalam Two Step Intermediation. 3 buah bentuk utama itu adalah : 1 Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang berorientasi transfer perangkat produksi kepada Mustahik. Pembiayaan ini juga terbagi 2 yaitu, a Pembiayaan yang berupa penyerahan 100 dana yang akan dikelola penuh oleh Mustahik dan; b Pembiayaan yang berupa penyertaan modal kepada UKM sehingga Mustahik akan menjadi pemilik modal secara bersama-sama dengan pemilik UKM. Dalam hal ini, selain mendapatkan share bagi hasil dari keuntungan UKM, Mustahik juga akan mendapatkan transfer konsep dan kemampuan tehnis dalam pengelolaan perusahaan. Dalam bentuk pembiayaan ini, hubungan kerja akan terjadi secara langsung antara bank dengan Mustahik. Skim Yang Terlibat : Skim yang dapat dipakai dalam pembiayaan produktif ini adalah skim :  Qardh: Perbankan dapat memberikan pinjaman dengan model ini dengan disertai pengawasan yang melekat dan pendampingan 41 terhadap Muzakki terutama agar dana yang diperoleh tidak mengalami deviasi manfaat.  Rahn: Dalam Two Step Intermediation, perbankan dapat saja, bila mungkin, mengambil jaminan dari Mustahik atas dana yang diberikan. Hal ini akan mengurangi resiko atas dana yang diberikan sekaligus memberi tanggung jawab lebih besar atas kegiatan-kegiatan mustahik.  Wakalah: Wakalah ini dapat dipakai Dalam Two Step Intermediation,dengan cara: penyertaan dana Muwakkil zakat pada sebuah UKM yang sehat, Mustahik akan diberi amanat untuk bersama-sama mengelola UKM tersebut atas nama Perbankan Wakil. Dalam hal ini, perbankan dapat menyusutkan kepemilikan perbankan pada UKM tersebut dengan membuat schedule pelunasan yang disepakati bersama. 2 Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang berorientasi bantuan keuangan dan transfer kemampuan serta konsep. Pada pembiayaan model ini, perbankan akan menitipkanmemberikanmeminjamkan dana zakat kepada UKM yang telah mapan. Disaat yang sama, UKM akan di diikat dengan kerja sama untuk menyerap Mustahik kedalam penambahan kebutuhan kerjanya. Hal ini akan berjalan sampai jangka waktu tertentu yang mekanismenya ditentukan atau dimusyawarahkan bersama atau hingga adanya keputusan apakah Mustahik tersebut akan diserap kedalam kerja atau akan memulai usahanya sendiri. Pembiayaan jenis ini akan di bedakan dari dana produktif , karena tipe Mustahik jenis ini sama sekali tidak memiliki kemampuan atau karena mereka pada saat ini memiliki prioritas kebutuhan akan konsumsi minimal yang sangat tinggi. Bila mereka dilibatkan dalam proses kerja yang produktif, dikhawatirkan akan menjadi beban untuk UKM yang bersangkutan atau menempatkan bank pada kondisi sangat beresiko. Skim yang terlibat: Skim yang dapat dipakai dalam pembiayaan bagian ini adalah skim : 42  Mudharabah Al Muqayyadah: pada prinsipnya, Mudharabah Al Muqayyadah ini adalah kontrak kerja bagi hasil dimana Mudharib akan diikat dengan persyaratan tertentu oleh perbankan tentang jenis, bentuk ataupun metode pengelolaannya. Dengan adanya ikatan dengan Mudharib ini, perbankan dapat menentukan syarat-syarat pemakaian modal. Misalnya: Perbankan A akan memberikan dana kepada B dengan syarat B hanya boleh mengelola uang tersebut pada investasi-investasi yang kemungkinan ROI-nya 30 . Pemakaian sistem ini dalam penyaluran dana Zakat dimungkinkan dan tidak tergolong akad yang dilarang karena menyangkut fihak yang berbeda, bukan fihak yang sama. Perbankan dapat memakai dana zakat untuk penyertaan pada UKM yang sehat dengan akad Mudharabah Al Muqayyadah untuk memperkecil resiko dan memungkinkan pemberian syarat-syarat. Pada prakteknya, perbankan akan meminta UKM untuk menyerap tenaga kerja yang berasal dari mustahik agar dapat memiliki kemampuan dan pemahaman manajerial. Selain itu, mustahik juga akan mendapatkan bantuan keuangan yang rutin dan lebih pasti dari bagian gaji pegawai UKM. Dari sisi UKM, dana zakat inipun akan sedikit demi sedikit mengalami penurunan jumlah karena bagaimanapun dana zakat ini harus dilunasi.  Wadiah Yad ‘Ad-dhamanah: skim ini sebenarnya sama dengan skim Mudharabah , hanya saja bedanya pada Mudharabah pihak Mudharib diikat dengan perjanjian bagi hasil atau keuntungan, pada skim Wadiah Yad ad Dhamanah ini pihak yang menyimpan dana dana Mustawda’ tidak terikat dengan kewajiban untuk memberikan bagian hasil kerja. Hal ini dikarenakan pada prinsipnya Wadiah Yad ‘Ad-dhamanah adalah sebuah mekanisme titipan dari perbankan selaku muwaddi’ kepada UKM selaku mustawda’ 43  Musyarakah: mekanisme musyarakah ini juga sebetulnya sama dengan mekanisme mudharabah. Yang membedakannya hanyalah reisiko yang harus ditanggung bersama antara Bank dengan nasabah.  Qardh: skim dana qardh, dalam hal ini tidaklah berfungsi sebagai dana produktif ataupun penyertaan. Dana qardh ini betul-betul akan diberikan kepada pihak yang membutuhkan untuk tujuan-tujuan yang sangat mendesak dan karena sebab yang sangat penting. Dalam konteks ini, memberikan bantuan transfer alat produksi atau kemampuan justru tidak produktif karena yang terjadi adalah sesuatu yang krusial dan tidak bisa ditunda lagi misalnya: bantuan keuangan kepada keluarga miskin yang anggota keluarganya sakit parah dan harus segera dirawat. Pemberian qardh untuk kasus seperti ini sangat dianjurkan karena keluarga miskin itu dapat diqiaskan sebagai gharim orang yang berhutang. Bila pada pembiayaan produktif yang terlibat secara langsung adalah Bank dengan Mustahik. Maka dalam pembiayaan bagian ini, yang akan terlibat hubungan secara langsung adalah Perbankan dengan UKM. Mustahik adalah fihak yang akan merasakan imbas dari hubungan tersebut, tapi tidak secara langsung kecuali dalam kasus pemberian qardh 3 Pembiayaan Sertifikasi, yaitu pembiayaan kepada Mustahik jenis tertentu yang berhak mendapatkan dana zakat bukan karena kemiskinannya Fakir-miskin atau karena kebutuhannya yang mendesak seperti : Budak Riqab , Berhutang Gharim , tetapi karena sesuatu hal yang memang menyebabkan ia berhak untuk mendapatkan bagian dana zakat. Dengan sertifikasi, ia dapat mencairkan uang zakat itu kapan saja ia membutuhkannya. Golongan mustahik jenis ini dapat saja dari golongan Amil zakat Amilin , Fi sabilillah, orang yang baru masuk Islam Muallafatul Qulubuhum , atau musafir Ibn Sabil . Pada prinsipnya, sertifikasi dana ini 44 ditujukan untuk mustahik yang tidak berada dalam kondisi sangat mendesak kebutuhannya terhadap dana zakat tersebut. Dalam hal ini, jenis-jenis mustahik dapat saja terkontekstualisasi mengikuti perkembangan zaman selama substansinya sesuai dengan prinsip 8 asnaf. Skim yang terlibat: Skim yang dapat dipakai dalam pembiayaan bagian ini adalah skim :  Qardh : sertifikasi qardh dalam hal ini dilakukan oleh perbankan yang menyangkut mustahik jenis tertentu yang berhak atas dana zakat. Sertifikasi ini dapat ditawarkan dalam kondisi tertentu dimana mustahik tidak dalam kondisi yang sangat mendesak untuk mempergunakan dana tersebut. Dalam Two Step Intermediation, perbankan juga dapat bertindak sebagai pengambil alih hutang nasabah dengan memberikan sertifikat kepada pemilik piutang yang mana sertifikat itu dapat dicairkan sewaktu-waktu. Dalam memberikan jaminan tersebut, perbankan dapat menerbitkan sertifikat yang akan jatuh tempo pada saat tertentu sepanjang umur hutang. Dalam sertifikasi dana, tidak menutup kemungkinan akan menghasilkan sejumlah uang yang menganggur dalam pool dana Qardh yang berasal dari dana zakat yang disertifikasikan tetapi belum dicairkan. Bila dana tersebut dapat dikelola dengan benar dengan memperhatikan jangka waktu jatuh tempo dan kemungkinan- kemungkinan lain yang berkaitan dengan penangguhan pencairan, maka surplus yang berasal zakat ini sebetulnya dapat dipergunakan untuk kegiatan pembiayaan hasan lainnya.

d. Prosedur Akuntansi Dalam Two Step Intermediation