Stock Split Signaling Theory

saham yang beredar menjadi lebih sedikit tetapi terjadi peningkatan pada nilai nominal per lembar sahamnya Ayodha, 2012. Kieso dan Weygandt 1993 dalam Subiyanti 2010 mengatakan alasan perusahaan melakukan stock split yaitu: 1. Untuk menyesuaikan harga pasar saham perusahaan pada tingkat dimana individu dapat lebih banyak menginvestasikan dananya pada saham tersebut. 2. Untuk menyebarkan atau memperluas pemegang saham dengan meningkatkan jumlah saham yang beredar dengan nilai pasar yang dapat dijangkau. 3. Untuk menguntungkan pemegang saham yang ada dengan memberi kesempatan pada mereka untuk mengambil manfaat dari suatu penyesuaian pasar yang tidak sempurna setelah stock split. Stock split biasanya dilakukan pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi, sehingga akan mengurangi kemampuan para investor untuk membelinya. Dengan adanya stock split diharapkan daya beli investor meningkat terutama untuk investor kecil, membuat saham lebih likuid untuk diperdagangkan.

2.1.3. Signaling Theory

Teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Sinyal adalah suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan Brigham dan Houston, 2001. Asumsi dari Signaling Theory bahwa manajemen mempunyai informasi yang akurat tentang nilai perusahaan yang tidak diketahui oleh investor luar mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan dan manajemen selalu meningkatkan keuntungan. Berdasarkan Signaling Theory, peristiwa stock split dapat memberikan sinyal positif karena manajemen yang memiliki informasi yang lengkap tentang kondisi perusahaan yang sebenarnya menginformasikannya kepada investor yang kurang banyak memiliki informasi mengenai kondisi perusahaan. Asimetry informasi akan terjadi jika manajemen tidak secara penuh menyampaikan semua informasi yang diperoleh tentang semua hal yang dapat mempengaruhi perusahaan ke pasar. Maka pada umumnya pasar akan merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal yang tercermin dari perubahan harga saham Schweitzer, 1989 dalam Ayodha, 2012. Baker dan Powell 1993 dalam Rahayu 2006 menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan sinyal atau informasi kepada investor mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang. Meningkatnya likuiditas setelah stock split dapat muncul akibat semakin besarnya kepemilikan saham dan jumlah transaksi. Pada tingkat asimetri tertentu antara manajer dan investor, manajer kemungkinan besar akan mengambil keputusan pemecahan saham agar investor dapat menerima informasi yang menguntungkan. Keputusan melakukan pemecahan saham yang dilakukan oleh manajemen perusahaan ternyata merupakan suatu keputusan yang mahal, karena semakin tingginya tingkat komisi saham dan menurunnya harga saham, sehingga mengakibatkan bertambahnya biaya yang dikeluarkan manajemen perusahaan yang melakukan kebijakan pemecahan saham. Stock split sebaiknya dilakukan oleh perusahaan yang memiliki prospek yang baik dan kinerja yang bagus. Perusahaan yang mencoba memberikan sinyal stock split tetapi tidak didukung dengan prospek dan kinerja yang baik akan berdampak negatif bagi perusahaan tersebut karena akan berdampak pada biaya yang timbul akibat stock split Boedi dan Lindharta, 2011.

2.1.4. Trading Range Theory

Trading Range Theory menyatakan bahwa pemecahan saham akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Teori ini menyatakan bahwa harga saham yang terlalu tinggi overprice menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan. Saham-saham yang tidak likuid tersebut akan mempersempit gerak investor dalam berinvestasi, selain itu saham tidak likuid akan merugikan investor karena saham-saham tersebut tidak mudah diinvestasikan. Bagi emiten, likuiditas saham sangat penting karena saham yang tidak likuid akan berakibat dikeluarkannya saham tersebut dari pasar modal delisting. Pemecahan saham menyebabkan harga saham menjadi tidak terlalu tinggi, sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi. Marwata 2001 dalam Setiyanto 2006 menyatakan bahwa pemecahan saham merupakan upaya manajemen untuk menata kembali harga saham pada rentang harga tertentu. Teori ini juga menyatakan bahwa manajemen perusahaan memutuskan untuk melakukan stock split karena didorong oleh perilaku praktisi pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan stock split dapat menjaga harga saham tidak terlalu mahal, dimana saham dipecah karena ada batas harga yang optimal untuk saham dan untuk meningkatkan daya beli investor sehingga tetap banyak orang yang mau memperjualbelikannya, yang pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham.

2.1.5. Likuiditas Saham

Likuiditas saham merupakan ukuran jumlah transaksi saham di pasar modal dalam periode tertentu. Semakin tinggi frekuensi transaksi maka semakin tinggi likuiditas saham, ini berarti saham tersebut semakin diminati oleh para investor dan hal tersebut akan tingkat harga saham yang bersangkutan. Reilly dan Brown 1997 dalam Rahdiansyah 2010 menyatakan bahwa faktor penentu dari likuiditas saham sehubungan dengan surat berharga sangat tercermin dalam data perdagangan pasar dan faktor yang terpenting dari likuiditas itu adalah jumlah uang dari lembar saham yang diperdagangkan. Peristiwa stock split adalah suatu aksi yang dilakukan oleh perusahaan dimana memuat informasi yang diasumsikan akan mempengaruhi keputusan jual beli yang dilakukan investor, yang pengaruh tersebut dapat dilihat dalam aktivitas perdagangan saham. Perubahan pada volume perdagangan akan terlihat bila aksi tersebut mempengaruhi preferensi para investor dalam keputusan investasinya. Tingkat likuiditas suatu saham merupakan salah satu faktor yang menentukan nilai saham suatu perusahaan. Semakin cepat suatu efek dapat berubah menjadi uang maka semakin tinggi likuiditasnya. Dengan demikian likuiditas saham ditentukan oleh apakah saham tersebut mudah diperjualbelikan dalam jangka waktu singkat dan diminati investor. Salah satu daya tarik agar suatu saham

Dokumen yang terkait

Analisis variabilitas return dan likuiditas saham sebelum dan sesudah stock split di Bursa Efek Jakarta

0 2 137

ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH PERISTIWA STOCK SPLIT

0 10 50

ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH PENGUMUMAN REVERSE STOCK SPLIT PADA ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH PENGUMUMAN REVERSE STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 14

ANALISIS ABNORMAL RETURN SAHAM, LIKUIDITAS SAHAM, DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM Analisis Abnormal Return Saham, Likuiditas Saham, dan Volume Perdagangan Saham Sebelum dan Sesudah Pemecahan Saham (Stock Split)(Pada Perusahaan Go Publik yang Terdaftar di Bu

0 2 18

ANALISIS ABNORMAL RETURN SAHAM, LIKUIDITAS SAHAM, DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH Analisis Abnormal Return Saham, Likuiditas Saham, dan Volume Perdagangan Saham Sebelum dan Sesudah Pemecahan Saham (Stock Split)(Pada Perusahaan Go Publik

2 21 15

ANALISIS PERBEDAAN LIKUIDITAS DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 8

ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN RETURN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH MELAKUKAN STOCK SPLIT DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008-2010.

0 0 6

Analisis Likuiditas Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 0 19

ANALISIS KINERJA SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 19

ANALISIS PERBANDINGAN LIKUIDITAS SAHAM PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT - repository UPI S MBS 1203681 Title

0 0 3