Potensi Reduksi Emisi Gas Rumah Kaca GRK

Nilai TS diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung di laboratorium. Metode pengujian TS dan VS adalah sebagai berikut: 1. Homogenkan limbah inlet dan limbah outlet 2. Siapkan cawan petri yang bersih dan sudah ditimbang W 3. Masukkan kedua jenis limbah ke dalam cawan petri sebanyak 25 ml, masing- masing 3 kali ulangan, timbang W 1 . 4. Masukkan ke dalam oven pada suhu 85˚C selama 40 jam. 5. Setelah 40 jam, ambil cawan petri + residu dan masukkan ke dalam desikator, setelah dingin lalu ditimbang W 2 . 6. Bakar cawan petri + residu menggunakan tanur furnace pada suhu 550˚C hingga menjadi abu, kurang lebih 35 menit. 7. Keluarkan cawan petri + abu dari furnace lalu masukkan ke dalam desikator, diamkan hingga suhu normal lalu timbang W 3 . TS dan VS dihitung dengan menggunakan rumus berikut: Total Solid TS = W 2 – W ............................ 27 Kadar abu TFS = W 3 – W .............................28 Total Volatile Solid VS = TS – TFS .............................29 Nilai TS yang dikalikan dengan produksi kotoran basah sapi, akan menunjukkan nilai kotoran kering limbah biogas. Nilai tersebut akan dikonversi setara dengan jumlah pupuk kimia N,P, dan K yang mampu direduksi. Selanjutnya nilai penurunan emisi GWP dari reduksi NPK akan ditunjukkan setara CO 2 dan N 2 O.

3.4.4 Pengukuran Derajat Keasaman PH

Pengukuran PH dilakukan menggunakan alat PH meter jenis HM 50G. Prosedur pengukuran sesuai dengan SNI 06-6989.11-2004 mengikuti metode berikut ini: 1. Lakukan kalibrasi alat PH meter dengan larutan penyangga. 2. Keringkan elektroda dengan kertas tisu selanjutnya bilas dengan air suling. 3. Siapkan limbah pada gelas ukur 500 ml, isi setengah penuh. 4. Celupkan elektroda ke dalam sampel uji hingga PH meter menunjukkan pembacaan yang tetap. 5. Catat hasil pembacaan pada tampilan PH meter.

3.4.5 Pengukuran COD

Chemical Oxygen Demand COD atau nilai kebutuhan oksigen kimiawi limbah merupakan jumlah oksidan Cr 2 O 7 2- yang bereaksi dengan contoh uji dan dinyatakan sebagai mg oksigen untuk setiap 1000 mL contoh uji. Jumlah oksidan yang dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen oksigen O 2 mgL diukur secara spektofotometri sinar tampak menggunakan HACH DR 4000 spektrofotometer. Pengukuran COD dilakukan sesuai dengan standar SNI 06-6989.2-2004. Contoh uji sampel limbah biogas memiliki nilai COD yang tinggi, sehingga dilakukan pengenceran terlebih dahulu sebelum pengujian. Sebelum masuk ke dalam metode pengukuran COD, terlebih dahulu dibuat larutan pencernadigestion solution pada kisaran konsentrasi tinggi dan larutan pereaksi asam sulfat. Cara pembuatan yaitu: 1. Larutan pencerna digestion solution pada kisaran konsentrasi tinggi. Tambahkan 10,216 g K 2 Cr 2 O 7 yang telah diringkan pada suhu 150˚C selama 2 jam ke dalam 500 mL air suling. Tambahkan 167 mL H 2 SO 4 pekat dan 33,3 g HgSO 4 . Larutkan, dan dinginkan pada suhu ruang dan encerkan sampai 1000 mL. 2. Larutan pereaksi asam sulfat Tambahkan serbuk atau kristal Ag 2 SO 4 teknis ke dalam H 2 SO 4 pekat dengan perbandingan 5,5 g Ag 2 SO 4 untuk tiap satu kg H 2 SO 4 pekat. Biarkan satu sampai dua jam sampai larut, aduk. Prosedur pengujian COD dilakukan dengan tahapan berikut ini: 1. Homogenkan sampel uji limbah kotoran sapi outlet dan inlet. 2. Cuci tabung refluks dan tutupnya dengan H 2 SO 4 20 sebelum digunakan. 3. Encerkan sampel uji sebanyak 25 kali pengenceran. Caranya dengan mengambil campuran homogen limbah sebanyak 4 mL lalu dicampurkan dengan aquades hingga 100 mL. Aduk hingga homogen. 4. Pipet 2,5 mL contoh uji dan tambahkan 1,5 mL larutan pencerna dan tambahkan larutan pereaksi asam sulfat sebanyak 3,5 mL ke dalam tabung. 5. Tutup tabung dan kocok perlahan hingga homogen. 6. Letakkan tabung pada pemanas yang telah dipanaskan pada suhu 150˚C, refluks dilakukan selama 2 jam. 7. Setelah 2 jam dinginkan tabung berisi contoh uji. 8. Masukkan tabung berisi contoh uji satu per satu ke dalam alat spektrofotometer. 9. Catat pembacaan nilai COD.

3.5 Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan perhitungan potensi penurunan biogas skala rumah tangga dengan menggunakan persamaan 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, dan 23 dan ditampilkan dalam bentuk grafik dan tabel

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Kinerja Digester • Tingkat biodegradasi limbah berdasarkan nilai TS, VS dan COD adalah senilai 38,62, 30,69, dan 50,02 . • Biogas sebesar 1.543 Liter dihasilkan per hari, dengan kandungan metana, karbondioksida dan nitrogen sebesar 53,61, 31,35 dan 15,04 . 2. Nilai reduksi GWP • GWP sebuah reaktor biogas skala rumah tangga sebesar 7.314,3 kg CO 2 setara dengan penghematan LPG sebanyak 240,7 kg per tahun. Ampas slurry sebanyak 6.482,4 kg kering digunakan sebagai pupuk organik setara dengan kandungan 90,8 kg N, 71,3 kg P, dan 51,9 kg K • GWP potensial di Provinsi Lampung dengan memanfaatkan 775.900 ekor sapi dan kerbau sebagai pengisi 193.975 unit reaktor biogas skala rumah tangga adalah sebesar 1,4 juta ton setara CO 2 senilai dengan 17,73 target penurunan emisi GRK sektor pertanian nasional.

5.2 Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya : 1. Reaktor biogas skala rumah tangga memiliki potensi besar dalam upaya penurunan GRK nasional dan penghematan bahan bakar fosil untuk kesejahteraan masyarakat. Namun beberapa kendala di lapangan seperti masalah pengelolaan dan perawatan reaktor yang kurang baik serta pengisian reaktor yang tidak disiplin membuat produktivitas reaktor dan popularitas biogas menurun. Dibutuhkan rekayasa sosial untuk meningkatkan kembali pamor biogas di mata masyarakat. 2. Modal pembuatan digester biogas tergolong mahal. Mengingat sebagian besar petani Lampung memiliki penghasilan yang kecil, maka dibutuhkan dukungan pemerintah untuk pembangunan digester skala rumah tangga DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2007. Briefing Food and Climate Change. http:www.foe.co.uk 08 Februari 2012. Abubakar, B.S.U dan Ismail, N. 2012. Anaerobic Digestion of Cow Dung For Biogas Production. ARPN Journal of Engineering and Applied Science. Vol. 7 No.2, Februari 2012. Agus, R. dan Rudy, S.. 2008. Global Warming, Mengancam Keselamatan Planet Bumi. http:www.ekologi.litbang.depkes.go.id 11 April 2012. Astutiningtyas, E. 2010. Kemiskinan Energi, Fakta dan Solusi. IESR. Jakarta. Bird, L dan Sumner, J. 2011. Using Renewable Energy Purchses to Achieve Institutional Carbon Goal: A Review of Current Practices and Considerations. Technical Report of National Energy Laboratory. Colorado. Burke, D. A. 2001. Dairy Waste Anaerobic, Digestion Handbook. Olympia, WA. Environmental Energy Company. BPS Lampung, 2012. Lampung Dalam Angka Lampung in Figures 2011. BPS – Provinsi Lampung. Cahyani, D. 2012. Proses Pengolahan dan Pemanfaatan Limbah Cair Tapioka Pada Industri Tepung Tapioka Rakyat ITTARA PD. Semangat Jaya Lampung. Laporan PU. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Cengel, Y. 1997. Heat Transfer A Practical Approach. Mc-Graw Hill. University of Nevada.