Kesejahteraan Masyarakat Dan Kerjasama Antar Daerah

f. asas profesionalitas; g. asas akuntabilitas; h. asas efisiensi; dan i. asas efektifitas. 2 Dalam menyelenggarakan pemerintahan, Pemerintah menggunakan asas desentralisasi, tugas pembantuan, dan dekonsentarasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 3 Dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah pemerintahan daerah menggunakan asas otonomi dan tugas pembantuan. Berdasarkan ketentuan sebagaimana tersaebut di atas jelaslah bahwa asas penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam pelaksanaanya adalah menggunakan asas otonomi dan tugas pembantuan.

2.3. Kesejahteraan Masyarakat Dan Kerjasama Antar Daerah

Desentralisasi politik, administratif dan fiskal adalah penyerahan kekuasaan, kewenangan, sumberdaya, keuangan dan tanggungjawab dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Pemerintah daerah mempunyai “hak” jika berhadapan dengan pusat, sebaliknya ia mempunyai “tanggungjawab” mengurus barang-barang publik untuk dan kepada rakyat. Secara teoretis tujuan antara desentralisasi adalah menciptakan pemerintahan yang efektif-efisien, membangun demokrasi lokal dan menghargai keragaman lokal. Tujuan akhirnya adalah menciptakan kesejahteraan rakyat. 46 46 Sutoro Eko, Menuju Kesejahteraan Rakyat Melalui Rute Desentralisasi, sutoroireyogya.org 31 Di Indonesia, desentralisasi dan otonomi daerah telah berjalan sejak 1999, setelah daerah menunggu dan menuntut otonomi dan keadilan selama beberapa dekade. Selama tujuh tahun terakhir daerah menikmati bulan madu otonomi daerah, yakni bergulat dengan keleluasaan daerah, keragaman lokal dan “pesta” demokrasi lokal. Daerah terus-menerus sibuk melakukan penataan kelembagaan secara internal, sekaligus bertempur dengan pusat yang mereka nilai tidak rela menjalankan otonomi daerah. Harapan dan tuntutan masyarakat yang melambung tinggi. Di tempat lain kalangan aktivis dan organisasi masyarakat sipil menyambut otonomi daerah dengan cara berbicara tentang demokrasi lokal, transparansi, akuntabilitas, partisipasi dan pemberdayaan rakyat. Mereka terus- menerus melakukan kajian dan kritik terhadap buruknya penyelenggaraan otonomi daerah. Tetapi pada saat yang sama, publik bahkan orang awam terus bertanya jika tidak bisa disebut kecewa apa relevansi otonomi daerah dan demokrasi lokal bagi kesejahteraan rakyat. 47 Negara merupakan aktor pertama dan utama yang bertanggungjawab mencapai janji kesejahteraan. Pemerintah daerah, sebagai representasi negara, dapat menggandeng swasta sektor kedua untuk memacu pertumbuhan ekonomi sekaligus memfasilitasi elemen-elemen masyarakat lokal dalam menggerakkan ekonomi rakyat untuk menciptakan pemerataan. Pertumbuhan dan pemerataan itu merupakan dua skema untuk membangun kemakmuran. Di sisi lain pemerintah daerah dapat melancarkan reformasi pelayanan publik dan kebijakan pembangunan sosial untuk mencapai kesejahteraan sosial. Pelayanan publik 47 Ibid, hal 1 32 yang paling dasar adalah pendidikan dan kesehatan, sementara pengurangan kemiskinan merupakan aksi mendasar dalam kebijakan sosial. Menurut Besley desentralisasi juga relevan dengan agenda pengurangan kemiskinan ke dalam dua alternatif: technocratic atau institutional. Yang pertama menekankan target dan menyelidiki bentuk program yang mencoba untuk mengarahkan sumberdaya-sumberdaya yang terbatas kepada rakyat miskin. Pendekatan kedua mencatat, bahwa rakyat miskin kekurangan kekuasaan politik powerless, dan bahwa ketidakcakapan administratif dan penyakit korupsi mengganggu penyelenggaraan pelayanan pemerintah. Oleh karena itu pengurangan kemiskinan memerlukan pengembangan institusi, dan perubahan struktur politik, perbaikan tata pemerintahan, dan perubahan sikap terhadap rakyat miskin. 48 Desentralisasi mungkin memfasilitasi bentuk program technocratic yang lebih efektif, seperti mempermudah penargetan daerah, memperkuat akuntabilitas birokrasi, dan peningkatan pengelolaan program pengurangan kemiskinan. Desentralisasi juga dapat menawarkan kerangka kerja legal dan bertindak sebagai sebuah alat pendekatan institusi terhadap pengurangan kemiskinan., seperti halnya desentralisasi meningkatkan kekuasaan politik empowerment rakyat miskin melalui partisipasi yang meningkat. Agusman Effendi mengemukakan : Pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi yang menjadi penggerak utama di dalam wilayah tersebut. Indonesia sebagai negara kepulauan, masing- 48 Ibid, hal 3 33 masing memiliki karakter berupa potensi dan kendala. Perbedaan potensi dan kendala ini turut menentukan kegiatan ekonomi utama di masing-masing wilayah. Dengan demikian, masing-masing wilayah memiliki kegiatan ekonomi utama yang berbeda. 49 Menurut Dunn Willian Keberhasilan pembangunan manusia yang akan berimplikasi terhadap pertumbuhan ekonomi dan demokrasi, juga tidak lepas`dari kajian analisis kebijakan. Namun penggunaan berbagai methode untuk mendapatkan informasi dan argumen yang masuk akal tidak menjadi jaminan bahwa hasil analisis kebijaksanaan akan digunakan oleh para pengambil kebijaksanaan. Analisis kebijaksanaan pada dasarnya merupakan proses kognitif, sementara pembuatan kebijaksanaan merupakan proses politik. Banyak faktor selain metodologi yang menentukan apakah suatu analisis kebijaksaan akan dimanfaatkan oleh pengambil kebijaksanaan, seperti struktur kekuasaan politik, fisibilitas politik dan alternatif kebijaksaan yang disarankan serta karakteristik dari mengambil keputusan itu sendiri. 50 Namun demikian, Mustopadidjaja berpendapat apapun keputusan politik yang diambil, tentu harus mengarah pada upaya perwujudan good governance. Upaya mewujudkan good governance hanya dapat dilakukan apabila terjadi keseimbangan alligment peran-peran kekuasaan yang dimainkan oleh setiap ranahdomain yang ada dalam governance. State, sebagai unsur pertama, memainkan peran menjalankan peran menciptakan lingkungan politik dan hukum 49 Ketut Janapria, Kerjasama Antar Daerah Dalam Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Bali dan Nusa Tenggara, Makalah Seminar Nasional ”Pulang Kampung”Alumni Dalam Rangka Dies Natalies Ke-41 Fakultas Pertanian, Unram, 2008, hal 24 50 Ibid, hal 25 34 yang kondusif bagi unsur-unsur lain dalam governance. Private sector sebagai unsur kedua, menciptakan lapangan kerja dan pendapatan. Society, unsur ketiga, berperan menciptakan interaksi sosial, ekonomi dan politik. 51 Pengembangan wilayah merupakan suatu upaya untuk mendorong terjadinya perkembangan wilayah secara harmonis melalui pendekatan yang bersifat komperhensif mencakup aspek fisik, ekonomi, sosial dan budaya. Menurut Ruchyat Deni Djakapermana 2004, pada dasarnya pendekatan pengembangan wilayah digunakan untuk lebih mengefisienkan pembangunan, dan konsepsi ini terus berkembang disesuaikan dengan tuntutan waktu, teknologi dan kondisi wilayah. Dengan mengutip beberapa sumber, ia menyebutkan : banyak cara untuk mengembangkan wilayah mulai dari konsep pembangunan sektoral, Basic Need Approach” “Development poles” poles de croissance yang digagas oleh F.Perroux 1955, “growth center” yang digagas oleh Friedman 1969 sampai dengan pengaturan ruang secara terpadu sinergi antara pemanfaatan SDA, SDM dan lingkungan hidup. 52 Pada prinsipnya penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka desentralisasi dan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi telah diberikan ruang yang cukup untuk melaksanakan kerjasama antardaerah yang didasarkan atas prinsip efisiensi dan efektivitas. Pengelolaan kerjasama antardaerah tersebut dapat dilaksanakan oleh badan pengelola yang pengaturan dan pembentukannya dapat diatur dengan keputusan bersama antardaerah 51 Ibid, hal 26 52 Ibid 35 tersebut. Pemerintah pusat dapat menyediaan pelayanan publik tersebut, jika daerah belumtidak melakukan kerjasama antar daerah. Kerjasama akan terjadi ketika pihak yang berkerjasama mendapatkan keuntungan dari kerjasama tersebut simbiose mutualisme atau paling tidak ada pihak yang diuntungkan tetapi tidak ada pihak yang dirugikan simbiose komensalisme. Karena itu, bentuk kerjasama itu juga dipengaruhi keunggulan komparatif kepemilikan sumber dan keunggulan kompetitif efisiensi. Kerjasama akan saling menguntungkan jika terjadi kesesuaian pada kedua keunggulan tersebut antarapihak yang bekerjasama. Sebaliknya sifat saling menggantikan substitution memunculkan persaingan competition antarpihak, sehingga bentuk kerjasamanya adalah spesialisasi yang merupakan kesepakatan antar pihak. Kerjasama antar daerah tersebut dapat juga dilakukan dalam rangka pengelolaan urusan pemerintahan yang memberikan dampak lintasdaerah, Dengan demikian masyarakat akan mendapatkan manfaat yang sebesar besarnya dari pengelolaan urusan pemerintahan secara bersama. Beberapa substansi penting yang diatur dalam pasal 2 PP 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah, antara lain : Kerjasama daerah dilakukan dengan prinsip: efesiensi, efektivitas, sinergi, saling menguntungkan, kesepakatan bersama, itikad baik, mengutamakan kepentingan nasional dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kesamaan kedudukan, transparansi, keadilan dan kepastian hukum. Sedangkan pasal 4 mengatur tentang Obyek kerja sama daerah adalah 36 seluruh urusan pemerintahan yang telah menjadi kewenangan daerah otonomi dan dapat berupa penyediaan pelayanan publik. Dalam pasal 5 PP 50 Tahun 2007 bahwa kerja sama daerah dituangkan dalam bentuk perjanjian kerja sama : 1 Dalam rangka membantu kepala daerah melakukan kerja sama dengan daerah lain yang dilakukan secara terus menerus atau diperlukan waktu paling singkat 5 lima tahun, kepala daerah dapat membentuk badan kerja sama. 2 Badan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bukan perangkat daerah. Sedangkan dalam pasal 24 di atur mengenai : 1 Pembentukan dan susunan organisasai badan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan dengan keputusan kepala daerah. 2 Badan kerja sama sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 mempunyai tugas : a membantu melakukan pengelolaan, monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kerja sama, b memberikan masukan dan saran kepada kepala daerah masing-masing mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan apabila ada permasalahan; c melaporkan pelaksanaan tugas kepada kepala daerah masing-masing, Untuk biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas badan kerja sama menjadi tanggung jawab bersama kepala daerah yang melakukan kerja sama pasal 25. 37

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1.Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang hendak dicapai agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat secara umum untuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Republik Indonesia DPD RI sehingga penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar pengambilan kebijakan dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah yang dapat mensejahterakan masyarakat serta membangun kerjasama antar daerah di Indonesia. Selain tujuan khusus yang hendak dicapai tersebut juga diharapkan dapat bermanfaat secara khusus untuk memberikan informasi yang baru kepada pengamat dan pengajar dibidang hukum pemerintahan daerah khususnya mengenai otonomi daerah. Tujuan khusus dari penelitian ini juga memiliki tujuan untuk jangka pendek dan jangka panjang yang antara lain : a. Tujuan Jangka Pendek : Memberikan masukan kepada Pemerintah melalui Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia DPD RI mengenai format otonomi daerah yang dapat mensejahterakan masyarakat serta membangun kerjasama antar daerah di Indonesia. b. Tujuan Jangka Panjang : 38