Pengaruh Tingkat Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penerimaan Pajak Hiburan Kota Bandung.
ABSTRACT
Taxes collected from the public and businesses, basically used for the construction of economic infrastructure. Economic infrastructure is intended to support economic growth to impact on welfare of society. However, economy is not always in good condition, sometimes for certain interests government needs to issue a policy for example by lowering inflation that could affect the business activities. This government policy could have an impact on local tax revenues, especially revenues from the business sector. With this background, the research done to see the extent of inflation and economic growth effect on Bandung entertainment tax revenue either partially or simultaneously.
This study uses secondary data consist of inflation rate, economic growth and Bandung entertainment tax revenues during the year 2008-2013. Data analysis method used are multiple linear regression, hypothesis testing and coefficient of determination. Data processing using SPSS 20.0.
Analysis results showed that partially the rate of inflation and economic growth has negative impact and not significant on Bandung entertainment tax revenues. Simultaneously, the rate of inflation and economic growth does not affect the entertainment tax revenue the city of Bandung, with coefficient of determination 16.7% and the rest is influenced by other variables not examined.
(2)
viii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Pajak yang dipungut dari masyarakat dan pelaku usaha, pada dasarnya digunakan
untuk pembangunan prasarana ekonomi. Prasarana ekonomi tersebut
dimaksudkan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi sehingga berdampak pada kesejahteraan masyarakat luas. Namun, perekonomian tidak selalu dalam kondisi baik, terkadang untuk kepentingan tertentu pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan yang bisa berpengaruh pada dunia usaha contohnya dengan menurunkan inflasi. Kebijakan pemerintah tersebut bisa saja berdampak pada penerimaan pajak daerah terutama pemasukan dari sektor usaha. Dengan latar belakang tersebut, penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana pengaruh tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap penerimaan Pajak Hiburan Kota Bandung baik secara parsial maupun simultan.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang terdiri dari tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan penerimaan pajak hiburan Kota Bandung tahun 2008-2013. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda, uji hipotesis parsial dan simultan dan koefisien determinasi. Pengolahan data menggunakan bantuan program SPSS 20.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penerimaan pajak hiburan Kota Bandung. Secara simultan, tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak hiburan kota
Bandung, dengan nilai koefisien determinasi sebesar 16,7% dan sisanya
dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti.
Kata-kata kunci : penerimaan pajak hiburan, tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi.
(3)
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PENGESAHAN ... SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... KATA PENGANTAR ... ABSTRACT ... ABSTRAK ... DAFTAR ISI ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN ...
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1.2 Identifikasi Masalah ... ... 1.3 Tujuan Penelitian ... 1.4 Kegunaan Penelitian ...
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka ... 2.1.1 Pajak ... i ii iii iv vii viii ix xiii xiv xv 1 5 6 6 8 8
(4)
x Universitas Kristen Maranatha 2.1.1.1 Definisi Pajak ... 2.1.1.2 Fungsi Pajak ... 2.1.1.3 Asas Pemungutan Pajak ... 2.1.1.4 Cara Pemungutan Pajak ... 2.1.1.5 Sistem Pemungutan Pajak ... 2.1.1.6 Penggolongan Pajak ... 2.1.2 Pajak Daerah ... 2.1.2.1 Definisi Pajak Daerah ... 2.1.2.2 Jenis dan Objek Pajak Daerah ... 2.1.2.3 Tarif Pajak Daerah ... 2.1.3 Pajak Hiburan ... 2.1.3.1 Definisi Pajak Hiburan... 2.1.3.2 Objek Pajak Hiburan ... 2.1.3.3 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Hiburan ... 2.1.3.4 Dasar Pengenaan Pajak Hiburan ... 2.1.3.5 Tarif dan Cara Penghitungan Pajak Hiburan ... 2.1.4 Tingkat Inflasi ...
2.1.4.1 Definisi Inflasi ... 2.1.4.2 Jenis Inflasi ... 2.1.4.3 Dampak Inflasi ... 2.1.5 Pertumbuhan Ekonomi ...
2.1.5.1 Definisi Pertumbuhan Ekonomi... 2.1.5.2 Pentingnya Pertumbuhan Ekonomi ...
8 9 10 11 12 13 14 14 15 16 17 17 18 19 20 20 22 22 24 25 27 27 28
(5)
2.1.5.3 Faktor-Faktor Penunjang Pertumbuhan Ekonomi ... 2.2 Kerangka Pemikiran... 2.3 Pengembangan Hipotesis ...
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian... 3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 3.3 Definisi Operasional Variabel... 3.4 Jenis dan Sumber Data ... 3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 3.6 Uji Asumsi Klasik ...
3.6.1 Uji Outlier ... 3.6.2 Uji Normalitas ... 3.6.3 Uji Multikolinearitas ... 3.6.4 Uji Heteroskedastisitas ... 3.6.5 Uji Autokorelasi ... 3.7 Metode Analisis Data ... 3.7.1 Regresi Linear Berganda ... 3.7.2 Pengujian Hipotesis ... 3.7.3 Korelasi Ganda ... 3.7.4 Koefisien Determinasi ...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ... 29 32 33 35 35 36 38 38 39 39 40 40 41 41 42 42 43 44 46 47
(6)
xii Universitas Kristen Maranatha 4.1.1 Deskripsi Variabel Penelitian ... 4.1.2 Uji Asumsi Klasik ...
4.1.2.1 Uji Outliers ... 4.1.2.2 Uji Normalitas... 4.1.2.3 Uji Multikolinearitas ... 4.1.2.4 Uji Heteroskedastisitas ... 4.1.2.5 Uji Autokorelasi ... 4.1.3 Analisis Data ...
4.1.3.1 Regresi Linear Berganda ... 4.1.3.2 Uji Hipotesis Penelitian ... 4.1.3.3 Analisis Koefisien Determinasi ... 4.2 Pembahasan...
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ... 5.2 Saran ...
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI (CURRICULUM VITAE)
47 51 51 52 53 54 55 56 56 57 61 62
64 65
(7)
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1 Kerangka Pemikiran ...33
(8)
xiv Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1 Persentase Penerimaan Pajak Daerah Periode 2009-2013 ... Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ... Tabel 3.2 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... Tabel 4.1 Tingkat Inflasi Kota Bandung Tahun 2008-2013 ... Tabel 4.2 Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung Tahun 2008-2013 ...
Tabel 4.3 Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan Kota Bandung Tahun
2008-2013 ... Tabel 4.4 Data Tingkat Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, dan Realisasi
Penerimaan Pajak Hiburan Kota Bandung Tahun 2008-2013 ... Tabel 4.5 Hasil Statistik Deskriptif ... Tabel 4.6 Hasil Uji Outliers ... Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas ... Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas ... Tabel 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi ... Tabel 4.11 Hasil Regresi Linier Berganda ... Tabel 4.12 Hasil Statistik Uji t ... Tabel 4.13 Nilai Korelasi Parsial ... Tabel 4.14 Hasil Statistik Uji F ... Tabel 4.15 Hasil Pengaruh Simultan ...
4 37 45 47 48 48 49 49 52 53 54 55 55 56 58 59 60 61
(9)
DAFTAR LAMPIRAN
Hasil Olah Data SPSS 1. Statistik Deskriptif 2. Uji Outliers
3. Uji Normalitas
4. Uji Multikolinearitas 5. Uji Heteroskedastisitas
6. Uji Autokorelasi
(10)
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus
menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama (Waluyo, 2011:2).
Penghasilan negara berasal dari rakyatnya melalui pungutan pajak, dan/atau dari hasil kekayaan alam yang ada di dalam negara itu (natural resources). Dua sumber itu merupakan sumber yang terpenting dan memberikan penghasilan kepada negara. Penghasilan itu untuk membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti kesehatan rakyat, pendidikan, kesejahteraan, dan sebagainya. Jadi, dimana ada kepentingan masyarakat, disitu timbul pungutan pajak sehingga pajak adalah senyawa dengan kepentingan umum (Suandy, 2011:7).
Pajak yang mengalir dari masyarakat pada akhirnya kembali lagi untuk masyarakat. Hal ini erat kaitannya dengan kebijakan ekonomi yang mengarah pada dukungan pemenuhan kenaikan pendapatan masyarakat melalui distribusi
(11)
2
pendapatan. Dalam negara ekonomi yang menganut ekonomi bebas, semua orang ingin dapat memenuhi seluruh kebutuhan atau keinginan mereka. Ini semua dapat dicapai apabila pemerintah mampu menyediakan berbagai prasarana untuk menunjang pembangunan ekonomi. Prasarana ekonomi dapat berupa jalan, jembatan, pelabuhan, air, listrik, dan sebagainya. Apabila prasarana ekonomi tersebut kurang memadai otomatis perekonomian tidak dapat berkembang (Waluyo, 2011:4).
Prasarana ekonomi tersebut erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Tanpa pertumbuhan ekonomi, negara tidak dapat meningkatkan kesejahteraan warganya. Demikian pula, tanpa kesadaran membayar pajak, pemerintah tidak dapat meningkatkan prasarana ekonominya. Perlu diperhatikan bahwa pemerintah seringkali mengalami defisit anggaran, dan hal ini perlu diketahui pembayar pajak bahwa ekonomi nasional tidak selalu baik. Untuk melindungi suatu kepentingan, seringkali pemerintah harus melaksanakan kebijakan yang seolah-olah bertentangan dengan dunia usaha. Salah satu contohnya adalah pemerintah menurunkan inflasi, melakukan kontraksi moneter atau kebijakan uang ketat, sehingga tingkat bunga perbankan naik. Keadaan seperti ini tidak dapat dijadikan dalih atau alasan bagi Wajib Pajak untuk melalaikan kewajibannya (Waluyo 2011:4).
Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem otonomi daerah dimana pemerintah pusat memberikan wewenang pada pemerintah daerah untuk menjalankan rumah tangganya sendiri, hal ini sering disebut juga sebagai desentralisasi. Hal tersebut dapat dijelaskan melalui Undang-Undang Nomor 32
(12)
3
Universitas Kristen Maranatha Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang mengalami beberapa perubahan dalam isinya. Semenjak diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk mampu menggali potensi-potensi sumber pendapatan daerah untuk membiayai pelaksanaan pembangunan daerah dan membiayai belanja daerah (Fernando, 2015:2).
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan definisi pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah.
Pajak Daerah pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian yaitu pertama Pajak Provinsi yang terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. Yang kedua adalah Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, Pajak Parkir, dan Pajak lain-lain (Mardiasmo, 2009:13).
Secara keseluruhan, persentase realisasi penerimaan pajak daerah dalam beberapa tahun ke belakang cenderung mengalami peningkatan, seperti terlihat pada tabel berikut ini:
(13)
4
Tabel 1.1
Persentase Penerimaan Pajak Daerah Periode 2009-2013
Tahun Target Pajak Daerah Realisasi Pajak Daerah Persentase
2009 Rp 255.506.475.774 Rp 250.633.823.931 98,09%
2010 Rp 291.800.000.000 Rp 301.670.051.378 103,38%
2011 Rp 546.000.000.000 Rp 666.062.548.673 121,99%
2012 Rp 727.000.000.000 Rp 821.045.120.342 112,94%
2013 Rp 1.063.000.000.000 Rp 1.194.087.447.016 112,33%
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung Tahun 2015
Berdasarkan tabel tersebut, pada dasarnya realisasi penerimaan Pajak Daerah sudah mampu mencapai target. Realisasi penerimaan Pajak Daerah yang belum mencapai target hanya terjadi pada tahun 2009 dengan persentase penerimaan 98,09% dari target penerimaan Pajak Daerah. Sedangkan tahun-tahun sesudahnya mulai dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 sudah mampu melebihi target penerimaan Pajak Daerah. Persentase tertinggi penerimaan Pajak Daerah terjadi pada tahun 2011 yang mencapai 121,99%.
Untuk menentukan penerimaan pajak daerah memerlukan suatu perencanaan yang wajar dan objektif dalam arti tidak hanya berorientasi pada pencapaian penerimaan semata, akan tetapi juga harus melihat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi di dalam penentuan suatu target penerimaan pajak. Oleh karena itu perlu dikaji faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan pajak sehingga target yang dialokasikannya dapat teralisasi dengan baik sesuai dengan potensi yang ada. Misalnya melakukan pengkajian tentang pengaruh inflasi dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah terhadap penerimaan Pajak Daerah.
(14)
5
Universitas Kristen Maranatha Norbert Kevin Fernando (2015) melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Tingkat Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penerimaan Pajak
Restoran Kota Bandung” yang menyimpulkan bahwa Tingkat Inflasi (X1) dan
Pertumbuhan Ekonomi (X2) secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap Penerimaan Pajak Restoran (Y) yaitu sebesar 99,1%, sedangkan sisanya sebesar 0,9% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diamati di dalam penelitian ini. Pengujian secara parsial dengan tingkat signifikansi 5%, menyimpulkan bahwa Tingkat Inflasi (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan
Pajak Restoran (Y). Sedangkan Pertumbuhan Ekonomi (X2) berpengaruh
signifikan terhadap Penerimaan Pajak Restoran (Y).
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, Peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang faktor-faktor ekonomi yang dapat berpengaruh terhadap penerimaan Pajak Hiburan kota Bandung dengan mengambil judul “Pengaruh
Tingkat Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penerimaan Pajak Hiburan Kota Bandung.”
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti merumuskan beberapa identifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh tingkat inflasi terhadap penerimaan Pajak Hiburan Kota
Bandung?
2. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penerimaan Pajak
(15)
6
3. Bagaimana pengaruh tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi secara
simultan terhadap penerimaan Pajak Hiburan Kota Bandung?
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Seberapa besar pengaruh tingkat inflasi terhadap penerimaan Pajak Hiburan Kota Bandung.
2. Seberapa besar pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penerimaan Pajak Hiburan Kota Bandung.
3. Seberapa besar pengaruh tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi secara simultan terhadap penerimaan Pajak Hiburan Kota Bandung.
1.4Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian maka diharapkan hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Peneliti
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan peneliti tentang penerimaan Pajak Daerah, khususnya dalam menganalisis faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi penerimaan Pajak Hiburan Kota Bandung.
(16)
7
Universitas Kristen Maranatha 2. Akademisi
Membantu pembaca agar penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Pajak Daerah dan memahami penerapan-penerapan teori perkuliahan ke dalam praktek perpajakan yang sebenarnya.
3. Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat sebagai referensi bagi peneliti lainnya untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut.
(17)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penerimaan pajak hiburan kota Bandung sebesar 11,16 %. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi variabel tingkat inflasi yang bernilai negatif, dan nilai sig. variabel tingkat inflasi lebih besar dari 0,05.
2. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penerimaan pajak hiburan kota Bandung sebesar 38,9 %. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi variabel pertumbuhan ekonomi yang bernilai negatif, dan nilai sig. variabel pertumbuhan ekonomi lebih besar dari 0,05.
3. Tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh secara simultan terhadap penerimaan pajak hiburan kota Bandung sebesar 16,7 %. Tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi hanya mampu memprediksi penerimaan pajak hiburan kota Bandung sebesar 16,7 % sedangkan sisanya 83,3% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini.
(18)
65
Universitas Kristen Maranatha
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan sehubungan dengan kesimpulan penelitian, antara lain:
1. Besarnya pengaruh antar variabel yang dihasilkan pada penelitian ini sangat kecil, sehingga peneliti selanjutnya perlu mencari faktor-faktor yang mampu memprediksi penerimaan pajak hiburan secara signifikan.
2. Kedua variabel independen yang digunakan yaitu inflasi dan pertumbuhan ekonomi tidak mempengaruhi penerimaan pajak hiburan secara signifikan. Oleh karena itu, kedua variabel tersebut bisa dimasukkan ke dalam variabel moderator pada penelitian selanjutnya.
(19)
DAFTAR PUSTAKA
Fernando, Norbert Kevin. 2015. Pengaruh Tingkat Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penerimaan Pajak Restoran Kota Bandung. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Kristen Maranatha.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi Keempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Halim, Abdul. 2004. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Hartono, Jogiyanto. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Kelima. Cetakan Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi.
Meliala, T.S. dan Francisca Widianti Oetomo. 2012. Edisi 7. Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta: Semesta Media.
Murni, Asfia. 2009. Ekonomika Makro. Cetakan Kedua. Bandung: Refika Aditama.
Nasution, Rahmad Husein. 2014. Pengaruh Inflasi, Jumlah Wajib Pajak, dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kota Padang. Jurnal Akuntansi. Vol. 4, No. 1. Universitas Bung Hatta. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pajak Hiburan. Suandy, Erly. 2011. Hukum Pajak. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Cetakan Ke-4. Bandung: Alfabeta.
Sukirno, Sadono. 2010. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi 1. Cetakan ke-19. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suliyanto. 2006. Metode Riset Bisnis. Edisi II. Yogyakarta: Andi Offset.
Sunjoyo dkk. 2013. Aplikasi SPSS untuk Smart Riset. Cetakan Kedua. Bandung: Alfabeta.
(20)
Universitas Kristen Maranatha Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
(1)
Universitas Kristen Maranatha
3. Bagaimana pengaruh tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi secara simultan terhadap penerimaan Pajak Hiburan Kota Bandung?
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Seberapa besar pengaruh tingkat inflasi terhadap penerimaan Pajak Hiburan Kota Bandung.
2. Seberapa besar pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penerimaan Pajak Hiburan Kota Bandung.
3. Seberapa besar pengaruh tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi secara simultan terhadap penerimaan Pajak Hiburan Kota Bandung.
1.4Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian maka diharapkan hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Peneliti
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan peneliti tentang penerimaan Pajak Daerah, khususnya dalam menganalisis faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi penerimaan Pajak Hiburan Kota Bandung.
(2)
7
2. Akademisi
Membantu pembaca agar penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Pajak Daerah dan memahami penerapan-penerapan teori perkuliahan ke dalam praktek perpajakan yang sebenarnya.
3. Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat sebagai referensi bagi peneliti lainnya untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut.
(3)
64 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penerimaan pajak hiburan kota Bandung sebesar 11,16 %. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi variabel tingkat inflasi yang bernilai negatif, dan nilai sig. variabel tingkat inflasi lebih besar dari 0,05.
2. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penerimaan pajak hiburan kota Bandung sebesar 38,9 %. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi variabel pertumbuhan ekonomi yang bernilai negatif, dan nilai sig. variabel pertumbuhan ekonomi lebih besar dari 0,05.
3. Tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh secara simultan terhadap penerimaan pajak hiburan kota Bandung sebesar 16,7 %. Tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi hanya mampu memprediksi penerimaan pajak hiburan kota Bandung sebesar 16,7 % sedangkan sisanya 83,3% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini.
(4)
65
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan sehubungan dengan kesimpulan penelitian, antara lain:
1. Besarnya pengaruh antar variabel yang dihasilkan pada penelitian ini sangat kecil, sehingga peneliti selanjutnya perlu mencari faktor-faktor yang mampu memprediksi penerimaan pajak hiburan secara signifikan.
2. Kedua variabel independen yang digunakan yaitu inflasi dan pertumbuhan ekonomi tidak mempengaruhi penerimaan pajak hiburan secara signifikan. Oleh karena itu, kedua variabel tersebut bisa dimasukkan ke dalam variabel moderator pada penelitian selanjutnya.
(5)
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Fernando, Norbert Kevin. 2015. Pengaruh Tingkat Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penerimaan Pajak Restoran Kota Bandung. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Kristen Maranatha.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi Keempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Halim, Abdul. 2004. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Hartono, Jogiyanto. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Kelima. Cetakan Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi.
Meliala, T.S. dan Francisca Widianti Oetomo. 2012. Edisi 7. Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta: Semesta Media.
Murni, Asfia. 2009. Ekonomika Makro. Cetakan Kedua. Bandung: Refika Aditama.
Nasution, Rahmad Husein. 2014. Pengaruh Inflasi, Jumlah Wajib Pajak, dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kota Padang. Jurnal Akuntansi. Vol. 4, No. 1. Universitas Bung Hatta. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pajak Hiburan. Suandy, Erly. 2011. Hukum Pajak. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Cetakan Ke-4. Bandung: Alfabeta.
Sukirno, Sadono. 2010. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi 1. Cetakan ke-19. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suliyanto. 2006. Metode Riset Bisnis. Edisi II. Yogyakarta: Andi Offset.
Sunjoyo dkk. 2013. Aplikasi SPSS untuk Smart Riset. Cetakan Kedua. Bandung: Alfabeta.
(6)
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.