Dampak Respon Lingkungan Berbelanja Terhadap Perilaku Pembelian Impulsif Pada Blossom Factory Outlet

(1)

ii By Iyan Hardiyan

Tutor by : Raeny Dwisanty, SE., M.Si

Business in this globalization era has became a challenge for every business world to increase their performance and the business’ quality to hold them in a big competition. The way to take over the market share is by depending our customer. Every entrepreneurs are faced with a harder life challenge in operating their business to survive their company and they can develop their business which has been operated for a longtime. And if this situation is connected with the customer buying behavior , so the company have to pay attention the other environment. The capability of spending money make a person feel to have a power. Sometimes the customer doesn’t feel uncertainly with their decision in buying a product and asking for a help from the other person to choose about the product which want to be bought. The research of this study are: (1) to assess the responses of respondent regarding Blossom Factory Outlet store environment . (2) to assess the impulsive buying behavior of Blossom Factory Outlet. (3) to know how big about the impact of store environment toward impulsive buying behavior at Blossom Factory Outlet

The method which is used in this research is descriptive and verification methods with a sample of 100 people who are the visitors of Blossom Factory Outlet, and using linear regression analysis to determine the mathematical model, the product moment correlation analysis (pearson) for calculating the level of closeness of relationship, determination analysis to know about the effect. the author use SPSS 13.0 version for windows to facilitate in the data processing.

The results of this research can be found with a simple linear regression equation is Y = 93.894 + 1.499 X. The correlation between store environment with Impulsive buying behavior is strong and has a positive relationship. The magnitude of store environment impact toward the impulsive buying behavior is 43.9% and the balance of 56.1% was influenced by the other factors which are not examined by author such as (1)The product price which is demanded, (2) Service quality for the consumer , (3) intense competition in the same business world. Thus the better store environment will increasingly impact on the level of impulsive buying behavior .


(2)

i Oleh Iyan Hardiyan

Di bawah Bimbingan Raeny Dwisanty SE.,M.Si

Dunia bisnis di era globalisasi ini menjadi sebuah tantangan bagi setiap dunia usaha untuk meningkatkan kinerja dan kualitas bisnisnya agar dapat bertahan dalam persaingan yang terus meningkat. Salah satu cara agar dapat merebut pangsa pasar tersebut adalah dengan mempertahankan pelanggan yang ada. Para pengusaha dihadapkan pada tantangan hidup yang lebih berat dalam menjalankan usahanya agar dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan serta mampu mengembangkan usaha-usaha yang telah dikelolanya. Dan jika dihubungkan dengan perilaku pembelian konsumen maka pihak perusahaan harus memperhatikan lingkungan sekitarnya. Kemampuan untuk menghabiskan uang membuat seseorang merasa berkuasa. Kadang konsumen merasa tidak yakin dengan keputusannya dalam membeli produk tertentu dan meminta bantuan dari pihak lain untuk menentukan produk apa yang harus dibeli. Tujuan penelitian ini yaitu: ( 1 ) untuk mengetahui tanggapan responden mengenai respon lingkungan berbelanja yang ada di Blossom Factory Outlet.( 2 ) untuk mengetahui perilaku pembelian impulsif di Blossom Factory Outlet.( 3) untuk mengetahui seberapa besar dampak respon lingkungan berbelanja terhadap perilaku pembelian impulsif di Blossom Factory Outlet.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dan verifikatif dengan sampel sebanyak 100 orang yang merupakan pengunjung Blossom Factory Outlet, serta menggunakan analisis regresi linier sederhana untuk mengetahui model matematis, analisis korelasi product moment (pearson) untuk menghitung tingkat keeratan hubungan, analisis determinasi untuk mengetahui pengaruhnya. penulis menggunakan software SPSS for windows versi 13.0. untuk memudahkan dalam proses pengolahan data.

Hasil dari penelitian ini dapat diketahui bahwa persamaan regresi linier sederhana yaitu Y = 39,894 + 1,499. korelasi antara respon lingkungan berbelanja dengan perilaku pembelian impulsif adalah kuat dan memiliki hubungan yang positif. Besarnya dampak respon lingkungan berbelanja terhadap perilaku pembelian impulsive sebesar 43,9% dan sisanya sebesar 56,1% dipengaruh dari faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis seperti (1) harga produk yang ditawarkan, (2) tingkat pelayanan terhadap konsumen, (3) Persaingan yang semakin ketat dalam bisnis yang sama. Dengan demikian semakin baik respon lingkungan berbelanja akan semakin berdampak terhadap perilaku pembelian impulsif


(3)

THE IMPACT OF STORE ENVIRONMET RESPONSE TOWARD IMPULSIVE BUYING AT BLOSSOM FACTORY OUTLET (survey to The

Customers of Blossom Factory Outlet) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Sidang Guna Menempuh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh : Iyan Hardiyan

21206108

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(4)

vi LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN MOTTO ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN ... ... ... ………... ………... ... ... i ii iii vi x xiii xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah... 6

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 6

1.2.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Maksud Penelitian ... 6

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitan... ... 7

1.4.1 Kegunaan Praktis... ... 7

1.4.1.1 Bagi Perusahaan ... 7

1.4.1.2 Bagi Pihak Lain ... 7

1.4.2 Kegunaan Akademis... 7

1.4.2.1 Pengembangan Ilmu ... 7


(5)

vii

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka ... 9

2.1.1 Pergeseran Paraadigma Pemasaran ... 9

2.1.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen ... 12

2.1.1.2 Respon Lingkungan Berbelanja ... 12

2.1.1.3 Pembelian Impulsif ... 15

2.1.1.3.1 Pengertisan Pembelian Impulsif ... 15

2.1.1.3.2 Karakteristik Pembelian Impulsif ... 16

2.1.1.3.3 Tipe-Tipe Pembelian Impulsif ... 16

2.1.1.4 Pengaruh Lingkungan Berbelanja Terhadap Kegiatan Impulsif ... 21

2.2 Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis ... 23

2.2.1 Kerangka Pemikiran ... 23

2.2.2 Hipotesis ... 25

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 26

3.2 Metode Penelitian... 27

3.2.1 Desain Penelitian ... 28

3.2.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian... 31

3.2.3 Metode Penarikan Sampel... 35

3.2.3.1 Populasi ... 35

3.2.3.2 Sampel ... 35

3.2.4 Jenis dan Metode Pengumpulan Data... 37

3.2.4.1 Jenis Data ... 37

3.2.4.2 Metode Pengumpulan Data ... 37


(6)

viii

3.2.5.1.1.2 Uji Realibilitas ... 43

3.2.5.1.2 Analisis Deskriptif ... 45

3.2.5.1.3 Analisis Verifikatif ... 47

3.2.5.1.3.1 Analisis Regresi Liniar Sederhana. ... 48

3.2.5.1.3.2 Analisis Koefisien Korelasi Product Moment Method (Pearson) ... 49

3.2.5.1.3.3 Analisis Koefisien Determinasi. 50

3.2.5.2 Perancangan Hipotesis... . 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... ... 54

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan... ... 54

4.1.2 Struktur Organisasi Blossom Factory Outlet... ... 56

4.1.3 Deskripsi Jabatan Blossom Factory Outlet... 56

4.1.4 Aspek Perusahaan... ... 59

4.2 Pembahasan... ... 59

4.2.1 Identitas Responden... ... 59

4.2.2 Dampak Respon Lingkungan Berbelanja terhadap Perilaku Pembelian Implsif pada Blossom Factory Outlet... ... 94

4.2.2.1 Analisis Verifikatif... ... 94

4.2.2.1.1 Analisis Regresi Linier Sederhana ... 94

4.2.2.1.2 Analisis Koefisien Product Moment Method (Pearson)... . 100

4.2.2.1.3 Analisis Koefisien Determinasi... 102


(7)

ix BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan... ... 106 5.2 Saran... ... 107

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(8)

(Survei pada Pelanggan Blossom Factory Outlet)

Dengan hormat,

Sehubungan dengan kegiatan penyusunan skripsi, saya melakukan penelitian yang berjudul :

“Dampak Respon Lingkungan Berbelanja Terhadap Perilaku Pembelian Impulsif Pada Blossom Factory Outlet (Survei pada Pelanggan Blossom

Factory Outlet)”.

Berdasarkan hal tersebut, maka saya mohon anda dapat meluangkan waktu untuk mengisi daftar kuesioner yang terlampir.

Tujuan dari penyebaran kuesioner ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai seberapa besar kekuatan Respon Lingkungan Berbelanja Terhadap Perilaku Pembelian Impulsif pada konsumen Blossom Factory Outlet.

Informasi yang anda berikan akan sangat membantu dalam penelitian ini. Oleh karena itu, besar harapan saya bahwa anda dapat memberikan informasi yang sebenarnya.

Atas kerjasama dan waktu anda untuk mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya

Iyan Hardiyan

Nim. 21206108 Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi


(9)

A. Petunjuk Pengisian :

Berilah tanda checklist ( √ ) pada salah satu jawaban

Profil Responden 1. Jenis Kelamin :

Pria Wanita

2. Status :

Menikah

Belum Menikah

3. Usia :

Kurang dari 20 tahun 31 – 40 tahun 20 – 30 tahun Lebih dari 40 tahun

4. Pekerjaan anda pada saat ini :

Pelajar atau mahasiswa

Ibu rumah tangga

Wiraswasta Lainnya

Pegawai negeri

5. Jumlah penghasilan anda perbulan :

Kurang dari Rp 500.000 Rp 1.100.000 – Rp 2000.000 Rp 500.000 – Rp 1.000.000 Lebih dari Rp 2.000.000

6. Dari mana anda mengetahui atau mengenal produk X :

TV Teman atau kerabat


(10)

B. Dampak respon lingkungan berbelanja terhadap perilaku pembelian impulsif Petunjuk Pengisisn : Berilah tanda ( √ ) pada kolom jawaban yang menurut

anda paling sesuai Keterangan : SS : Sangat Setuju

S : Setuju

CS : Cukup Setuju TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Bagan I. Mengenai dampak respon lingkungan berbelanja (Variabel X) PERNYATAAN

NO Kesenangan (pleasure) SS S CS TS STS

A1. Saya merasa nyaman dengan suasana berbelanja yang tenang.

A2. Saya merasa nyaman dengan keleluasaan berbelanja.

A3. Saya merasa puas dengan pemberian diskon secara besar-besaran.

A4. Saya merasa santai pada saat berbelanja. PERNYATAAN

NO Kegairahan (arousal) SS S CS TS STS

A5. Saya merasa tertarik terhadap suasana lingkungan berbelanja yang memberikan program promosi pada produk.

A6. Saya merasa lebih bersemangat berbelanja karena adanya diskon besar-besaran.

A7. Rasa ingin tahu saya sangat kuat untuk mengamati produk-produk yang ditawarkan di lingkungan berbelanja.

PERNYATAAN

NO Dominasi (dominance) SS S CS TS STS

A8. Saya merasa dipengaruhi oleh suasana lingkungan berbelanja.

A9. Saya dipandu oleh suasana lingkungan berbelanja dalam melakukan pembelian.


(11)

B10. Saya merasakan sejumlah urgensi mendesak untuk membeli sesuatu yang tidak saya rencanakan dalam belanja kali ini

B11. Dalam belanja kali ini saya melihat sejumlah produk yang ingin saya beli, meskipun itu tidak termasuk dalam daftar belanja saya

B12. Saya tidak merasakan adanya urgensi kuat untuk melakukan pembelian yang tidak direncanakan selama berbelanja kali ini

B13. Dalam belanja kali ini saya merasakan urgensi mendadak untuk membeli sesuatu

POSITIVE AFFECT B14. Saya merasa gembira sewaktu berbelanja B15. Saya merasa antusias sewaktu berbelanja B16. Saya merasa bangga sewaktu berbelanja B17. Saya merasa bersemangat sewaktu berbelanja

NEGATIVE AFFECT B18. Saya merasa tertekan sewaktu berbelanja B19. Saya merasa bingung sewaktu berbelanja B20. Saya merasa lekas marah sewaktu berbelanja

MELIHAT-LIHAT FACTORY OUTLET B21. Persentase waktu yang saya gunakan untuk

melihat-lihat selama belanja kali ini sangatlah tinngi

B22. B23.

Saya hanya sekedar melihat-lihat selama belanja kali ini

Saya membeli item yang direncanakan KENIKMATAN BERBELANJA B24. Berbelanja hanyalah menghabiskan waktu


(12)

menyenangkan

B27. Berbelanja bukan meruppakan salah satu kegiatan favorit saya

KETERSEDIAAN WAKTU

B28. Saya memilih waktu tertentu untuk berbelamja kali ini

B29. B30.

Saya tidak tergesa-gesa sewaktu berbelanja kali ini

Adanya tekanan waktu

KETERSEDIAAN UANG

B31. Saya tidak merasa mampu membeli barang yang tidak direncanakan selama berbelanja kali ini

B32. Anggaran saya sangat ketat untuk belanja kali ini

B33. Saya merasa bahwa saya memiliki cukup uang lebih untuk belanja kali ini sehingga saya dapat berbelanja secara royal jika saya menjumpai sesuatu yang benar-benar saya suka

KECENDERUNGAN PERILAKU IMPULSIF

B34. B35. B36.

Pembelian yang tidak dimaksudkan

Timbul keinginan untuk perilaku impulsif ketika berbelanja

Tingkat spontanitas

IMPULSIVITAS B37.

B38.

Urgensi spontan untuk membeli Ketidaktahanan untuk tidak membeli


(13)

108

DAFTAR PUSTAKA

Engel, Blackwell, dan Miniard. 1994. Perilaku Konsumen. Jakarta: Binarupa Aksara

Fandy Tjiptono, dkk, 2004. Marketing Scales. Yogyakarta: Andi.

Harun Al Rasyid, 1994. Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Bandung: Universitas Padjadjaran.

Hatane Semuel, 2005. Respons Lingkungan Berbelanja Sebagai Stimulus Pembelian Tidak Terencana pada Toko Serba Ada (Toserba) (Studi Kasus Carrefour Surabaya). Jurnal manajemen & kewirausahaan, vol. 7, no. 2, september 2005: 152-170

Husein Umar, 2007. Riset Perilaku Konsumen, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Jaya Negara, Danes, 2002. The Relationship between Shopping Environment and Shopping Behavior: An Approach to Structural Equation Modelling. Sinrem I, 29 Juni: 305.

Kotler, Philip, 2000. Marketing Management, The Millenium 1st Edition. Prentice Hall, New Jersey.

Kotler, Philip, 2003. Manajemen Pemasaran,. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Lee, Julie Anne, 2002. The Influence of Culture on Consumer Impulsive Buying Behavior. Journal of ConsumerPsychology, 12(2), 163–176


(14)

109

Muhammad Ali Tirmizi, Kashif-Ur-Rehman, M. Iqbal Saif, 2009. Suatu Studi Empiris terhadap Perilaku Pembelian Impulsive Konsumen di Pasar Lokal. European Journal of Scientific Research ISSN 1450-216X Vol.28 No.4 (2009), pp.522-532

Rook, 1987. “The Impulse Buying”. The Journal of Consumer Research, Vol.14. No.2, http://www.jstor.org/stable/248941.

Schiffman, Leon.G. dan Kanuk, Leslie. 2002. Perilaku Konsumen. Jakarta : PT. Indeks

Simamora, Bilson, 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta Ujang Sumarwan, 2004. Perilaku Konsumen. Bogor: Ghalia Indonesia

Umi Narimawati, 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia: Aplikasi Contoh dan Perhitugannya. Agung Media, Jakarta


(15)

1. DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Iyan Hardiyan

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 19 Juni1988 Jenis Kelamin : Laki – Laki

Agama : Islam

alamat : Jl. Kopo No 350 Margahayu Bandung

Telepon : (022) 5412532

2. RIWAYAT PENDIDIKAN

1994 - 2000 : MI Al-Haq

2000 - 2003 : MTs Al-Haq

2003 - 2006 : SMAN 4 Bandung

2006 - Sekarang : Terdaftar sebagai Mahasiswa di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung


(16)

iii Assalammu’alaikum, Wr. Wb.,

Alhamdulillahi rabbil„alamin, dengan segala kerendahan hati, penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas izin, rahmat serta hidayahNya, penulisan Laporan Penelitian yang berjudul “DAMPAK RESPON

PERILAKU BERBELANJA TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN

IMPULSIF DI BLOSSOM FACTORY OUTLET” dapat diselesaikan.

Maksud dan tujuan dari penyusunan laporan Penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan jenjang Strata I pada Program Studi Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia Bandung.

Menyadari bahwa kesempurnaan tidak pernah tercapai secara ideal, penyusunan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati menerima segala saran dan kritik dari semua pihak yang sifatnya membangun demi penyempurnaan tugas selanjutnya.

Menyadari bahwa tanpa bantuan dan dorongan dari pihak tertentu, akan mendapatkan kesulitan dalam penyelesaian Laporan Penelitian. Dalam kesempatan ini, maka berkesempatan untuk mengucapkan terima kasih atas bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian pembuatan Laporan Penelitian ini, yaitu :

1. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.


(17)

iv

Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Ibu Lita Wulantika, SE., M.Si., selaku Koordinator penelitian Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

5. Ibu Raeny Dwisanty, SE., M.Si., selaku dosen Pembimbing, yang telah meluangkan waktunya serta memberikan bimbingan dalam menyusun Laporan Penelitian ini.

6. Bapak Rizky Zulfikar, SE., M.Si., selaku dosen Penguji 1 (Satu) 7. DR. Rosgandika Mulyana, Ir., DEA, selaku dosen Penguji 2 (Dua) 8. Ibu Windy Novianty.SE selaku dosen wali penulis.

9. Seluruh Staf Dosen dan Sekretariat Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

10. Pihak Blossom Factory Outlet yang telah memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian di Factory Outlet tersebut

11. Keluarga tercinta, untuk kakak dan adik-adikku, saudara-saudaraku yang memberikan do‟a dan dorongan moral sehingga terselesaikannya laporan penelitian ini.

12. Untuk sahabat-sahabat saya, Ade, Irvan, Charry, Ifman, Nuni, Kristin, Erma, Ahmad yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.


(18)

v

diberikan kemudahan dalam menghadapi setiap hal di dunia ini.

Semoga laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Bandung, Juli 2010 Penulis,

Iyan Hardiyan 21206108


(19)

(20)

1

1.1 Latar Belakang

Dunia bisnis di era globalisasi ini menjadi sebuah tantangan bagi setiap dunia usaha untuk meningkatkan kinerja dan kualitas bisnisnya agar dapat bertahan dalam persaingan seperti saat ini. Perubahan seperti teknologi, ekonomi dan kondisi situasi pasar makin terlihat nyata hampir di setiap sektor industri. Salah satu cara agar dapat merebut pangsa pasar tersebut adalah dengan mempertahankan pelanggan yang ada

Perubahan ekonomi dan kondisi sosial tersebut telah merubah pula sikap dan tingkah laku konsumen. Pemilihan akan produk telah menjadi posisi tertinggi dalam pemasaran, konsumen tidak lagi hanya mengharapkan kualitas yang tinggi dari produk itu sendiri, tetapi juga manfaat yang akan mereka terima dari produk tersebut.

Para pengusaha dihadapkan pada tantangan hidup yang lebih berat dalam menjalankan usahanya agar dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan serta mampu mengembangkan usaha-usaha yang telah dikelolanya. Untuk bisa bertahan perusahaan harus benar-benar memahami konsumen, sehingga produk yang ditawarkan perusahaan dapat dinikmati dan pada akhirnya konsumen merasa puas pada produk tersebut.

Bandung sebagai kota fashion di Indonesia banyak menghadirkan berbagai industri pakaian yang tidak ketinggalan zaman. Indistri pakaian tersebut salah satunya adalah Factory Outlet. Factory Outlet adalah toko yang dimiliki suatu perusahaan atau pabrik yang menjual produk perusahaan atau pabrik tersebut, menghentikan


(21)

perdagangan, membatalkan order dan kadang-kadang menjual barang kualitas nomor satu.

Banyaknya barang impor dengan harga yang murah dan kualitas yang baik sangat mempengaruhi masyarakat untuk berkunjung dan membeli produk yang dipasarkan di Factory Outlet tersebut. Para pengunjung berusaha untuk tidak ketinggalan zaman dengan mengikuti perkembangan trend berpakaian pada saai itu, sehingga para pemilik Factory Outlet dituntut untuk menciptakan suasana tempat belanja yang nyaman, produk yang mampu bersaing dengan industri serupa, serta mengeluarkan model-model yang yang tidak ketinggalan zaman.

Kebutuhan dan keinginan konsumen akan barang dan jasa berkembang terus dan mempengaruhi perilaku belanja produk. Upaya perusahaan mengefektifkan strategi pemasaran dilakukan melalui riset perilaku konsumen. Hasil riset akan berguna untuk memperbaiki strategi produk, harga, dan program periklanan yang meyakinkan pelanggan. Pemilik Factory Outlet dapat mencoba memanfaatkan impuls atau keinginan mendadak yang berhubungan dengan kebutuhan dasar untuk kepuasan sesaat yang biasanya dialami oleh keluarga yang meluangkan waktunya untuk berbelanja di akhir pekan. Ketika sebuah keluarga tengah mengunjungi sebuah Factory Outlet, mereka selalu memperhatikan setiap produk yang dipasarkan di Factory Outlet tersebut. Jika salah seorang di antara anggota keluarga tersebut ada yang membeli pakaian dan sebagainya, maka secara tidak langsung mungkin akan mempengaruhi keinginan anggota keluarga yang lain untuk melakukan kegiatan yang sama meskipun sebelumnya tidak ada niat untuk berbelanja di tempat tersebut. Peristiwa ini bisa dengan mudah dipahami dengan bantuan dua prinsip atau pengaruh sebagai sebuah


(22)

bagian dari review psikologis dari literatur, yang menerjemahkan impuls sebagai konsekuensi dari prinsip atau pengaruh yang bertentangan ini. Prinsip kesenangan berhubungan dengan kepuasan segera yang dirasakan oleh konsumen sedangkan prinsip kenyataan berhubungan dengan kepuasan tertunda. Selalu ada pertentangan diantara dua kekuatan yang digambarkan sebagai prinsip di dalam diri pembeli ketika mereka memasuki suatu toko dengan niat untuk membeli. Sebagai konsekuensi impuls berhubungan dengan perilaku mengatasi mereka karena biasanya impuls sulit untuk menolak dan melibatkan pengalaman menyenangkan yang telah direncanakan

Penjelasan di atas menunjukan Bandung dapat menjadi pasar potensial bagi para pengusaha yang ingin melakukan bisnis fashion. Persaingan yang sangat ketat pada bisnis ini pasti akan terjadi dengan semakin meningkatnya jumlah pengusaha yang mempunyai bisnis serupa, tetapi para pengusaha tersebut dapat melakukan berbagai hal untuk menjaga perusahaanya tetap mampu bersaing dengan pengusaha yang lain.

Blossom Factory Outlet berdiri sejak tahun 2000 di Bandung dengan memiliki sembilan cabang di lima kota besar. Factory Outlet ini selalu mengupayakan untuk memberikan pelayanan yang baik dengan memberikan harga yang terjangkau namun tetap menjaga kualitas produk yang dipasarkan, selain itu tempatnya yang nyaman dan strategis dapat memuaskan konsumen yang datang untuk membeli produk di Factory outlet tersebut.

Blossom harus selalu mengubah strategi dalam memasarkan produknya. Mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli di Perusahaan mereka semakin diperlukan di dalam persaingan dengan perusahaan lainnya. Namun perusahaan sering melupakan faktor lain yang mempengaruhi konsumen untuk berbelanja di Factory


(23)

Outlet mereka yaitu faktor lingkungan eksternal yang mempengaruhi konsumen untuk melakukan perilaku pembelian impulsif

Perilaku pembelian impulsif didefinisikan sebagai pembelian tanpa rencana yang bercirikan bahwa pengambilan keputusan tersebut relatif cepat dan timbul prasangka subjektif dalam keinginan untuk segera memiliki suatu barang. Biasanya dalam melakukan keputusan pembelian konsumen sangat memperhatikan lingkungan sekitarnya dan juga perasaan dalam hati mereka. Dari survey awal yang dilakukan terhadap konsumen Blossom Factory Outlet diperoleh informasi bahwa ada sebagian orang yang berpikiran bahwa materi dapat membuat orang tersebut merasa nyaman, tidak sedikit dari pelanggan Blossom Factory Outlet yang menghabiskan uangnya demi untuk membuat dirinya merasa nyaman dan senang, dari perasaan nyaman tersebut timbul rasa senang, puas, dan bersemangat karena materi yang dimiliki dan usaha untuk menghabiskannya, sehingga kemampuan untuk menghabiskan uang tersebut membuat seseorang merasa nyaman dan merasakan sesuatu yang lebih dari orang lain meski kadang mereka merasa tidak yakin dengan keputusannya dalam membeli produk tertentu dan meminta bantuan dari pihak lain untuk menentukan produk apa yang harus dibeli.

Tidak sedikit dari pelanggan Blossom Factory Outlet yang disibukkan oleh kegiatan sehari-hari mereka baik itu kesibukan dari pekerjaan mereka, pendidikan, ataupun masalah lain yang sedang dihadapi para pelanggan. Untuk mengatasi masalah tersebut, ada yang meluangkan waktunya untuk berbelanja ataupun sekedar melihat-lihat untuk menghilangkan kejenuhan mereka. Menurut Semuel (2005), sebagian orang menganggap kegiatan belanja dapat menjadi alat untuk menghilangkan stres, atau


(24)

menghabiskan uang dapat mengubah suasana hati seseorang. Keadaan lingkungan eksternal berpengaruh pada perilaku konsumen yang menyebabkan manajemen pemasaran dituntut untuk selalu mengetahui perilaku konsumen diwaktu yang akan datang. Perilaku konsumen mencerminkan mengapa seorang konsumen membeli dan bagaimana seorang konsumen tersebut memilih dan membeli suatu produk. Dengan mengkaji perilaku konsumen, perusahaan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen terhadap keputusan pembelian.

Ada dua aspek eksternal yang mempengaruhi pengambilan konsumen yaitu aspek pemasaran perusahaan dan aspek lingkungan sosial budaya. Banyak faktor eksternal yang mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan pembelian. Faktor eksternal tersebut terdiri dari budaya, lingkungan sosial, demografis, dan individu.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang akan dituangkan dakam skripsi dengan judul : ”Dampak Respon Respon Lingkungan Berbelanja Terhadap Perilaku Pembelian Impulsif di Blossom Factory Outlet


(25)

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Penulis membatasi permasalahan yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini. Adapun identifikasi permasalahan ini antara lain:

1. Kegiatan belanja dapat menjadi alat untuk menghilangkan stres

2. Kemampuan untuk menghabiskan uang membuat seseorang merasa nyaman. 3. Persaingan dengan Factory Outlet lain yang ada di kota Bandung

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dirumuskankan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tanggapan responden mengenai dampak respon lingkungan berbelanja yang ada di Blossom Factory Outlet.

2. Bagaimana perilaku pembelian impulsif di Blossom Factory Outlet .

3. Seberapa besar dampak respon lingkungan berbelanja terhadap perilaku pembelian impulsif di Blossom Factory Outlet.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah mengumpulkan data dan informasi yang akan digunakan untuk menganalisis dampak respon lingkungan berbelanja terhadap perilaku pembelian impulsif


(26)

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun yujuan yang ingin dicapai dala penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. untuk mengetahui tanggapan responden mengenai respon lingkungan berbelanja

yang ada di Blossom Factory Outlet.

2. untuk mengetahui perilaku pembelian impulsif di Blossom Factory Outlet.

3. untuk mengetahui seberapa besar dampak respon lingkungan berbelanja terhadap perilaku pembelian impulsif di Blossom Factory Outlet.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis 1.4.1.1 Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak Blossom Factory Outlet, jika terdapat hubungan antara respon lingkungan berbelanja dan perilaku pembelian impulsif

1.4.1.2 Pihak Lain

Kiranya penelitian ini dapat dijadikan sebagai wacana dan bahan pertimbangan bagi pihak lain yaitu masyarakat, khususnya mengenai respon lingkungan berbelanja dan perilaku pembelian impulsif.

1.4.2 Kegunaan Akademis 1.4.2.1 Pengembangan Ilmu


(27)

Diharapkan dapat memberikan sumbangan baru untuk kemajuan ilmu pengetahuan dibidang manajemen, khususnya manajemen pemasaran yang memperkenalkan materi mengenai respon lingkungan berbelanja dan perilaku pembelian impulsive

1.4.2.2 Bagi Penulis

Penelitian ini dapat berguna untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan sebagai sarana untuk mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang telah didapat dikursi kuliah.

1.4.2.3 Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran dan bahan referensi untuk peneliti selanjutnya dengan bidang kajian yang sama.

1.5 Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Blossom Factory Outlet, yang beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 112 Bandung. Adapun waktu pelaksanaan di mulai pada bulan Maret sampai dengan Juli 2010, dengan kegiatan sebagai berikut :

Table 1.1 Waktu penelitian

Keterangan

Bulan

Maret April Mei Juni Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pengajuan Proposal

Pelaksanaan Penelitian Pengumpulan Data Pengolahan & Analisis Data


(28)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Pergeseran Paradigma Pemasaran

Perubahan cepat dalam teknologi informasi telah mengubah budaya sebagian besar masyarakat dunia, terutama yang tinggal di perkotaan. Masyarakat di seluruh dunia telah mampu melakukan transaksi ekonomi dan memperoleh informasi dalam waktu singkat berkat teknologi satelit dan komputer. Pemerintah dan perusahaan-perusahaan besar mampu memperoleh kekuasaan melalui kekuatan militer dan pengaruh ekonomi. Bahkan perusahaan trans-nasional mampu menghasilkan budaya global melalui pasar komersiil global. Perubahan budaya lokal dan sosial akibat revolusi informasi ini tidak dapat dielakkan. Masyarakat perkotaan yang memiliki akses terhadap informasi merupakan kelompok masyarakat yang langsung terkena pengaruh budaya global. Akses informasi dapat diperoleh melalui media massa cetak maupun elektronik, internet, dan telepon.

Di dalam kehidupan sehari-hari perilaku konsumen sangat penting. Terutama hal yang mencakup apa yang mereka beli, mengapa mereka membeli, kapan mereka membeli, di mana mereka membeli, seberapa sering mereka membeli, dan sebarapa sering mereka menggunakannya. Perilaku konsumen


(29)

menyangkut masalah keputusan yang diambil seseorang dalam persaingannya dan penentuan untuk mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa.

Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka membeli. Pemasar dapat mempelajari apa yang dibeli konsumen untuk mencari jawaban atas pertanyaan mengenai apa yang mereka beli, dimana dan berapa banyak, tetapi mempelajari mengenai alasan tingkah laku konsumen bukan hal yang mudah, jawabannya seringkali tersembunyi jauh dalam benak konsumen.

Pengertian perilaku konsumen seperti diungkapkan oleh Mowen, (2002) yaitu studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan, barang, jasa, pengalaman serta ide-ide”. Selanjutnya, perilaku konsumen (consumer behavior) dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan menentukan kegiatan-kegiatan tertentu.

Dari pengertian di atas maka pengertian prilakun konsumen dapat disimpulkan yaitu perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan dan hubungan sosial yang dilakukan oleh konsumen perorangan, kelompok maupun organisasi untuk menilai, memperoleh dan menggunakan barang-barang serta jasa


(30)

melalui proses pertukaran atau pembelian yang diawali dengan proses pengambilan keputusan yang menentukan tindakan-tindakan tersebut.

Dalam memahami perilaku konsumen perlu dipahami siapa konsumen, sebab dalam suatu lingkungan yang berbeda akan memiliki penelitian, kebutuhan, pendapat, sikap dan selera yang berbeda. Selain proses terjadinya keputusan pembelian, wacana lain tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen adalah penting bagi pemasar.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen adalah faktor situasional, psikologis, marketing mix, dan sosial budaya. Faktor situasional meliputi lingkungan sosial, lingkungan fisik, dampak sementara, dan keadaan sebelumnya. Faktor psikologis meliputi motivasi, persepsi pembelajaran, sikap dan psikologiapik. Faktor marketing mix meliputi produk, harga, promosi, dan distribusi, sedangkan faktor sosial dan budaya meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas, sosial dan budaya.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor situasional, psikologis, marketing mix, dan sosial budaya. Faktor situasional meliputi lingkungan sosial, lingkungan fisik, dampak sementara, dan keadaan sebelumnya. Faktor psikologis meliputi motivasi, persepsi pembelajaran, sikap dan psikologiapik. Faktor marketing mix meliputi produk, harga, promosi, dan distribusi. Sedangkan faktor sosial dan budaya meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas, sosial dan budaya.


(31)

2.1.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen

Pengertian perilaku konsumen menurut John Mowen dan Michael Minor (2002:28), yaitu sebagai berikut :

“Perilaku konsumen adalah bidang studi yang menginvestigasi proses pertukaran melalui individu dan kelompok mana yang memperoleh, mengkonsumsi, dan mendisposisi barang, jasa, ide, serta pengalaman”. Penulis dapat menyimpulkan bahwa perilaku konsumen merupakan suatu proses memilih, membeli, menggunakan dan menilai suatu produk yang bersifat dinamis mengikuti trend dan perkembangan zaman dan dapat dipengaruhi oleh segelintir individu atau kelompok dalam persepsi maupun keputusan pembelian pada suatu produk dengan melibatkan interaksi dan kognisi, serta perilaku dan kejadian sekitar.

Perilaku konsumen merupakan hal terpenting yang harus dipelajari terus oleh pihak pemasar guna mengetahui dan mengkaji apa yang sedang dibutuhkan dan diinginkan pihak konsumen. Setelah perusahaan mengetahui apa yang ada dibenak konsumen pada suatu produk, maka perusahaan harus menyusun strategi untuk menciptakan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen supaya produk tersebut diterima pasar dengan tangan terbuka sehingga mendatangkan pendapatan bagi perusahaan.

2.1.1.2 Respon Lingkungan Berbelanja

Mehrabian dan Russell dalam Semuel (2005) menyatakan bahwa respon afektif lingkungan atas perilaku pembelian dapat diuraikan oleh 3 (tiga) variabel yaitu:


(32)

1. Kesenangan (pleasure) mengacu pada tingkat dimana individu merasakan baik, penuh kegembiraan, bahagia yang berkaitan dengan situasi tersebut. Kesenangan (pleasure) diukur dengan penilaian reaksi lisan ke lingkungan (menyenangkan sebagai lawan tidak menyenangkan, puas sebagai lawan tidak puas, dan santai sebagai lawan bosan).

2. Kegairahan (arousal) mengacu pada tingkat dimana seseorang merasakan siaga, digairahkan, atau situasi aktif. Kegairahan (arousal) secara lisan dianggap sebagai laporan responden, seperti pada saat dipengaruhi, ditentang, atau diperlonggar (bergairah sebagai lawan tenang, hirukpikuk sebagai lawan sepi).

3. Dominasi (dominance) ditandai dengan laporan responden yang merasa dikendalikan sebagai lawan mengendalikan, mempengaruhi sebagai lawan dipengaruhi, terkendali sebagai lawan diawasi, dan otonomi sebagai lawan dipandu.

Menurut Negara dalam Semuel (2005), keputusan pembelian dapat didasari oleh faktor individu konsumen yang cenderung berperilaku afektif, yaitu kesenangan (pleasure) mengacu pada tingkat dimana individu merasakan baik, penuh kegembiraan, bahagia, atau puas dalam suatu situasi; kegairahan (arousal) mengacu pada tingkat dimana individu merasakan tertarik, siaga atau aktif dalam suatu situasi; dan dominasi (dominance) ditandai oleh perasaan yang direspon konsumen saat mengendalikan atau dikendalikan oleh lingkungan. Perilaku ini kemudian membuat konsumen memiliki pengalaman belanja, yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: hedonic shooping value, resources expenditure dan utilitarian shooping value. Hedonic shooping value


(33)

mencerminkan potensi pembelian dan nilai emosi dari pembelian tersebut; resources expenditure digunakan untuk menaksir waktu pengeluaran, sumber pengeluaran, dan interaksi sosial, utilitarian shooping value mencerminkan kegiatan pembelian dengan suatu mentalitas pekerjaan (Negara, 2002).

Pengalaman belanja dikelompokkan menjadi tiga dimensi, yaitu : Hedonic Shooping Value mencerminkan instrumen yang menyajikan secara langsung manfaat dari suatu pengalaman dalam melakukan pembelanjaan, seperti: kesenangan, hal-hal baru, Utilitarian Shooping Value adalah nilai yang mencerminkan instrumen dari manfaat belanja, seperti contoh: memperoleh beberapa barang tertentu dan Resources Expenditure digunakan untuk menaksir waktu, dana pengeluaran, dan interaksi sosial yang diluangkan untuk belanja. Resources expenditure merupakan variabel mediator respons lingkungan belanja dan pengalaman belanja.

Hasil riset sebelumnya menyatakan bahwa konsumen pleasure dan arousal mempunyai keterkaitan terhadap variabel kepuasan. Pembelanja (shopper) dengan kategory relatif pleasure tinggi berhubungan dengan pernyataan kepuasan pelanggan yang tinggi. Lebih lanjut, konsumen mengevaluasi pengalaman belanja melalui dua dimensi yang mewakili bagaimana berharganya waktu yang diluangkan untuk belanja.

Utilitarian value atau nilai ekstrinsik merefleksikan instrumen keuntungan dari kegiatan belanja tersebut, sedangkan Hedonic value atau nilai intrisik yang lebih merefleksikan pengalaman keuntungan yang dinyatakan langsung sebagai


(34)

pengalaman belanja. Beberapa penelitian menemukan konsumen pleasure berhubungan positip dengan utilitarian shoping value dan konsumen arousal berhubungan positip dengan hedonic shoping value, yang menjadikan lingkungan toko sebagai tempat yang menarik untuk menghabiskan waktu luang. Hasil sebelumnya juga menyatakan bahwa kepuasan konsumen secara positif berhubungan terhadap dorongan hati untuk membeli atau belanja yang tidak direncanakan (impulsive buying).

2.1.1.3 Pembelian Impulsif

2.1.1.3.1 Pengertian Pembelian Impulsif

Menurut Kacen, J. & Lee (2002), impulse buying (pembelian yang tidak terencana) diartikan sebagai tindakan pembelian yang dilakukan tanpa melakukan pertimbangan terlebih dahulu. Pembelian impulsif juga didefinisikan sebagai pembelian tanpa rencana yang bercirikan (1) pengambilan keputusan yang relatif cepat (2) prasangka subjektif dalam keinginan untuk segera memiliki suatu barang” (Rook, 1987). Pembelian impulsif juga merupakan perilaku belanja yang berlebih, kurang terencana serta tak tertahankan dibandingkan dengan perilaku belanja terencana. Konsumen yang sangat impusif cenderung tidak memikirkan sesuatu, gampang tertarik terhadap sesuatu, dan menginginkan kepuasan segera. Konsumen semacam ini seringkali tidak terlalu memperhatikan akibat negatif yang mungkin timbul akibat tindakan yang mereka lakukan


(35)

2.1.1.3.2 Karakteristik Pembelian Impulsif

Kacen, J. & Lee (2002) juga menyatakan bahwa impulse buying mempunyai sejumlah karakteristik sebagai berikut :

a. Adanya perasaan yang berlebihan akan ketertarikan dari produk yang dijual

b. Adanya perasaan untuk segera memiliki produk yang dijual c. Mengabaikan segala konsekuensi dari pembelian sebuah produk d. Adanya perasaan puas

e. Adanya konflik yang terjadi antara pengendalian dengan kegemaran di dalam diri orang tersebut (Kacen, J. & Anne Lee, J).

Pelanggan yang sering melakukan pembelian secara impulsive sring kali mempunyai perhatian yang sangat rendah terhadap potensi terjadinya dampak negative sebagai hasil tindakan yang merka lakukan

2.1.1.3.3 Tipe-Tipe Pembelian Impulsif

Pembelian tidak terencana (impulse buying) dapat diklasifikasikan dalam empat tipe yaitu planned impulse buying, reminded impulse buying, suggestion impulse buying, dan pure impulse buying.

a. Pure Impulse Buying merupakan pmbelian secara impulse yang dilakukan karena adanya luapan emosi dari konsumen sehingga melakukan pembelian terhadap produk di luar kebiasaan pembeliannya.


(36)

b. Reminder Impulse Buying merupakan pembelian yang terjadi karena konsumen tiba-tiba teringat untuk melakukan pembelian produk tersebut. Dengan demikian konsumen telah pernah melakukan pembelian sebelumnya atau telah pernah melihat produk tersebut dalam iklan.

c. Suggestion Impulse Buying merupakan pembelian yang terjadi pada saat konsumen melihat produk, melihat tata cara pemakain atau kegunaannya, dan memutuskan untuk melakukan pembelian. Suggestion impulse buying dilakukan oleh konsumen meskipun konsumen tidak benar-benar membutuhkannya dan pemakainnya masih akan digunakan pada masa yang akan dating.

d. Planned Impulse Buying merupakan pembelian yang terjadi ketika konsumen membeli produk berdaasarkan harga special dan produk-produk tertentu. Konsumen

Berdasarkan Beatty dan Ferrel dalam Fandy Tjiptono (2004:213) menjelaskan bahwa hasil riset tentang faktor penentu pembelian impulsif. Hasil riset ini menghasilkan skala pengukuran yang mengukur pembelian impulsif, yaitu:

1) Urgensi untuk membeli

Menurut Rook (1987:193) urgensi untuk membeli dipicu oleh konfrontasi visual dengan produk, namun hasrat berbelanja tidak selalu bergantung pada stimulasi visual langsung.


(37)

2) Efek positif (positive affect)

Menurut Freud dalam Rook (1987:190) Psikonanalisis yang menggambarkan kendali hasrat sebagai hal yang dibutuhkan secara social yang melahirkan prinsip kepuasan yang mendorong gratifikasi yang segera namun dinyatakan sebagai seorang yang bereaksi pada kecenderungan prinsip kenyataan terhadap kebebasan rasional

3) Efek negatif (Negatif affect)

Menurut Rook (1987: 195) reaksi atau pun konsekwensi negatif yang diakibatkan dari kurang kendali terhadap hasrat dalam berbelanja. Dan membiarkan hasrat belanja memandu konsumen ke dalam masalah yang lebih besar. Misalnya rasa penyesalan yang dikaitkan dengan masalah financial, rasa kecewa dengan membeli produk berlebihan, dan hasrat berbelanja telah memanjakan rencana (non-keuangan).

4) Melihat-lihat toko

Menurut Hatane (2005:145) sebagian orang menganggap kegiatan belanja dapat menjadi alat untuk menghilangkan stress, dan kepuasan konsumen secara positif berhubungan terhadap dorongan hati untuk membeli atau belanja yang tidak terencanakan.

5) Kenikmatan berbelanja

Menurut LaRose dalam Semuel Hatane (2006:108) adalah sikap pembeli atau pembelanja yang berhubungan dengan memperoleh kepuasan, mencari, bersenang dan bermain, selain melakukan pembelian, diukur sebelum mengikuti perlakuan. Sedangkan menurut Rook (1987: 194) kesenangan belanja merupakan


(38)

pandangan bahwa pembelian impulsif sebagai sumber kegembiraan individu. Hasrat ini datang tiba-tiba dan memberikan kesenangan baru yang tiba-tiba. 6) Ketersediaan waktu

Menurut Babin et.al., dalam Semuel Hatane (2005:145) faktor-faktor internal yang terbentuk dalam diri seseorang akan menciptakan suatu keyakinan bahwa lingkungan toko merupakan tempat yang menarik untuk menghabiskan waktu luang.

7) Ketersediaan uang

Menurut Semuel Hatane (2005:145) sebagian orang menghabiskan uang dapat mengubah suasana hati seseorang berubah secara signifikan, dengan kata lain uang adalah sumber kekuatan.

8) Kecenderungan pembelian impulsif.

Menurut Stern dalam Semuel Hatane (2006: 107) adalah tingkat kecenderungan partisipan berperilaku untuk membeli secara spontan, dan tiba-tiba atau ingin membeli karena mengingat apa yang pernah dipikirkan, atau secara sugesti ingin membeli, atau akan direncanakan untuk membeli.

Beberapa penelitian memperlihatkan pengaruh keadaan suasana hati dan emosi konsumen terhadap perilaku pembelian impulsif. Suasana hati positif konsumen bisa menghasilkan pembelian impulsif konsumen dibandingkan dengan suasana hati yang sedang negatif, walaupun pembelian impulsif terjadi di luar kedua suasana hati tersebut. Suasana hati positif konsumen berhubungan dengan keinginan untuk berbelanja secara impulsif, sementara pembelian impulsif konsumen yang impulsif menurut lebih terikat emosi dibandingkan yang bukan pembeli. Ada hubungan yang positif antara kesenangan yang dirasakan konsumen pada saat berada di lingkungan


(39)

belanja dengan perilaku pembelian impulsif. Setiap penelitian tersebut menyatakan bahwa perasaan senang akan meningkatkan pengeluaran tanpa rencana.

Karakteristik hasrat ingin berbelanja bercirikan tindakan yang berlebihan dan berhubungan dengan pencarian sensasi serta kebutuhan psikologis dalam mengatur tingkat dorongan yang tinggi. Literatur mengenai pembelian impulsif, kesenangan diri serta pembelian impulsif menyoroti peranan citra sosial yang ada serta pernyataan identitas diri dalam keputusan berbelanja. Pembelian impulsif lebih cenderung seperti hal yang melambangkan diri idaman serta berlebih dan hal tersebut dipengaruhi oleh kategori sosial seperti gender. Mereka berpendapat bahwa wanita menilai kepemilikan suatu barang sebagai pemenuhan emosi serta untuk alasan yang beorientasikan hubungan, sementara pria lebih menilai kepemilikan suatu barang berdasarkan fungsi dan kegunaannya. Hasil dari penelitian tersebut mendukung hipotesa mereka yakni: Pria lebih mementingkan alasan personal (kemandirian) dalam hal berbelanja sementara wanita lebih pada alasan identitas sosial (hubungan).

Kecenderungan pembelian impulsif seorang individu juga berhubungan dengan karakteristik demografis seperti usia konsumen. Berdasarkan contoh umum orang dewasa di Amerika ditemukan adanya suatu hubungan kebalikan antara usia dan pembelian impulsif secara keseluruhan. Namun, hubungan tersebut merupakan sesuatu yang non-monotonik – antara usia 18 hingga 39 tahun, hasrat untuk berbelanja sedikit meningkat dan kemudian menurun. Hasil tersebut sesuai bahwa konsumen di bawah usia 35 tahun lebih memiliki pembelian impulsif yang tinggi dibandingkan dengan mereka yang berusia di atas 35 tahun. Penelitian mengenai karakter keimpulsifan seseorang menunjukan


(40)

bahwa individu yang lebih muda memiliki nilai yang lebih tinggi dalam ukuran keimpulsifan dibandingkan dengan individu yang lebih tua karena keimpulsifan berhubungan dengan kemunculan emosi, maka ditemukan bahwa hubungan antara usia dan keimpulsifan seseorang sesuai dengan penelitian tentang emosi dan pengaturan emosi. Penelitian menunjukan bahwa individu yang lebih tua menunjukan pengaturan emosi yang lebih baik dibandingkan dengan individu yang lebih muda. Dari penemuan tersebut dinyatakan bahwa semakin berumur, konsumen semakin belajar untuk mengatur kecenderungan pembelian impulsif mereka.

2.1.1.3 Pengaruh Respon Lingkungan Berbelanja Terhadap Perilaku Impulsif

Penelitian ini merujuk pada riset sebelumnya tentang lingkungan belanja

hubungannya dengan perilaku pembelian (Negara, 2002). Pada riset tersebut terungkap bahwa pleasure-arousal-dominance dimodelkan sebagai suatu variable exogenous (variabel yang bukan variabel tidak bebas di dalam berbagai persamaan model stuktural).Resources expenditure, hedonic shooping value, utilitarian shooping value, dan impulsive buying dimodelkan sebagai variabel endogenous (variabel yang muncul sebagai variabel tidak bebas setidaknya dalam satu persamaan sebuah model stuktural).

Purba (2008), melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Respon Lingkungan Berbelanja Terhadap Pembelian Tidak Terencana (Impulsive Buying) pada Hypermart Sun Plaza Medan.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari faktor respon lingkungan berbelanja, yang terdiri dari


(41)

pleasure, arousal, dan dominance terhadap pembelian tidak terencana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pleasure, arousal, dan dominance berpengaruh terhadap pembelian tidak terencana (impulsive buying). Variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap pembelian tidak terencana (impulsive buying) pada konsumen Hypermart Sun Plaza Medan adalah variabel pleasure.

Semuel (2005), melakukan penelitian yang berjudul “Respon Lingkungan Berbelanja Sebagai Stimulus Pembelian Tidak Terencana pada Toko Serba Ada (Toserba) di Carrefour Surabaya.” Variabel respons lingkungan belanja, yang terdiri dari pleasure, arousal, dan dominance. Penelitian ini juga menggunakan variabel pengalaman belanja hedonic shopping value, resources expenditure, dan utilitarian shopping value sebagai mediator respons lingkungan belanja terhadap pembelian tidak terencana. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa variabel respons lingkungan belanja, yang terdiri dari pleasure, arousal, dan dominance berpengaruh terhadap pembelian tidak terencana (impulsive buying). Variabel dominance berpengaruh positif terhadap pembelian tidak terencana (impulsive buying). Terungkap juga bahwa variabel pengalaman belanja resources expenditure merupakan variabel mediator antara respons lingkungan belanja dan variabel pengalaman belanja lainnya, serta berpengaruh negatif terhadap pembelian tidak terencana (impulsive buying).


(42)

2.2 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.2.1 Kerangka Pemikiran

Sifat manusia cenderung konsumtif, yang berarti bahwa konsumen selalu mengkonsumsi produk atau jasa sepanjang waktu. Perilaku konsumtif ini muncul selain dikarenakan untuk pemenuhan kebutuhan yang sangat beragam, tetapi juga untuk mengikuti trend yang berkembang di pasar. Oleh karena itu, para pemasar harus dapat memahami keinginan dan kebutuhan konsumen tersebut, serta trend yang sedang berlaku agar dapat menciptakan dan mengembangkan strategi pemasarannya untuk memenangkan persaingan di pasar. Setiap strategi pemasaran yang ditetapkan oleh pemasar akan berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Menurut Kotler dan Armstrong (2003:203), perilaku konsumen dapat dipahami melalui rangsangan pemasaran dan lingkungan yang masuk kesadaran pembeli serta karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusannya yang kemudian menghasilkan keputusan pembelian tertentu.

Peneliti konsumen dan pemasaran selama periode empat puluh tahun telah mencoba untuk menyerap konsep pembelian impuls dan mendefinisikan istilah ini dalam perspektif mereka sendiri, di mana beberapa temuan penelitian didiskusikan di sini.

Dalam satu penelitian, pembelian impuls didefinisikan sebagai suatu pembelian yang tidak direncanakan. Dalam penelitian lain oleh Rook (1987) dilaporkan bahwa pembelian impuls itu biasanya terjadi ketika seorang konsumen merasakan satu motivasi kuat yang berubah menjadi suatu keinginan untuk membeli satu komoditas dengan segera. Beatty dan Ferrell (1998) mendefinisikan


(43)

pembelian impuls sebagai pembelian seketika/spontan yang tidak mempunyai tujuan atau rencana sebelumnya untuk membeli komoditas tersebut.

Menurut Negara dalam Semuel (2005), keputusan pembelian dapat didasari oleh faktor individu konsumen yang cenderung berperilaku afektif, yaitu kesenangan (pleasure) mengacu pada tingkat dimana individu merasakan baik, penuh kegembiraan, bahagia, atau puas dalam suatu situasi; kegairahan (arousal) mengacu pada tingkat dimana individu merasakan tertarik, siaga atau aktif dalam suatu situasi; dan dominasi (dominance) ditandai oleh perasaan yang direspon konsumen saat mengendalikan atau dikendalikan oleh lingkungan.

Keputusan pembelian yang dilakukan belum tentu direncanakan, terdapat pembelian yang tidak direncanakan (impulsive buying) akibat adanya rangsangan lingkungan belanja. Implikasi dari lingkungan belanja terhadap perilaku pembelian mendukung asumsi bahwa jasa layanan fisik menyediakan lingkungan yang mempengaruhi perilaku konsumen, dihubungkan dengan karakteristik lingkungan konsumsi fisik (Bitner, et.al., dalam Semuel, 2005).

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka konseptual dibuat secara sistematis dalam penelitian, yaitu respon lingkungan berbelanja yang terdiri dari kesenangan (pleasure), kegairahan (arousal), dan dominasi (dominance) mempunyai pengaruh terhadap pembelian tidak terencana (impulsive buying) pada konsumen.


(44)

Gambar 2.1

Dampak Lingkungan Berbelanja Terhadap Perilaku Pembelian Impulsif

2.2.2 Hipotesis

Menurut sugiyono (2009:64) Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya. Oleh karena itu, hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Respon lingkungan berbelanja berdampak terhadap perilaku pembelian impulsif pada pelanggan Blossom Factory Outlet”.

Respon lingkungan berbelanja

Indikator :

1. Kesenangan (pleasure) 2. Kegairahan (arousal) 3. Dominasi (dominance)

Sumber : Mehrabian dan Russell dalam Semuel (2005)

Perilaku Impulsif

Indikator :

1. Urgensi untuk membeli 2. Positive affect

3. Negative affect

4. Melihat-lihat factory outlet 5. Kenikmatan berbelanja 6. Ketersediaan waktu 7. Ketersediaan uang 8. Kecenderungan perilaku

impulsif

Sumber: Beatty dan Ferrel dalam

Fandy Tjiptono,dkk (2004:215) Semuel


(45)

26 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan suatu permasalahan yang dijadikan sebagai topik penulisan dalam rangka menyusun suatu laporan. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data – data yang berkaitan dengan objek penelitian tersebut yang berjudul “Dampak Respon Lingkungan Berbelanja Terhadap Perilaku Pembelian Impulsif”.

Di dalam penelitian ini, penulis mengemukakan dua variabel yang akan diteliti. Adapun variabel yang akan diteliti di dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel independent (variabel bebas), yaitu variabel yang menjadi sebab terjadinya atau terpengaruhnya variabel dependent (variabel tidak bebas). Variabel independent (variabel X) dalam penelitian ini adalah respon lingkungan berbelanja

2. Variabel dependent (variabel tidak bebas), yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel independent. Variabel dependent (variabel Y) dalam penelitian ini adalah perilaku pembelian impulsif.

respon lingkungan berbelanja merupakan faktor penyebab, sedangkan perilaku pembelian impulsif merupakan faktor akibat. Penelitian ini dilakukan pada pelanggan.


(46)

3.2. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu teknik atau suatu cara untuk mencari, memperoleh, mengumpulkan, atau mencatat data, baik berupa data primer maupun data sekunder yang dapat digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah atau penelitian dan kemudian menganalisis faktor faktor yang berhubungan dengan pokok pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran atas data yang diproleh.

Penelitian ini dilakukan dengan melihat peranan respon lingkungan berbelanja dengan perilaku pembelian impulsif yang didapat dari penyebaran kuisioner kepada para responden. Untuk itu peneliti menggunakan metode survai Explanatory. Menurut Husein Umar (2002:76) Survai Explanatory yaitu: “Survai yang digunakan untuk menjelaskan hubungan kausal antara dua variabel melalui pengujian hipotesis. Survey dilakukan dengan cara mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data”.

Dalam pelaksanaannya, penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dan penelitian verifikatif yang dijelaskan melalui pengumpulan data di lapangan.

1. Penelitian Deskriptif

Menurut Umi Narimawati (2008:21) ialah “menggambarkan atau menguraikan hasil penelitian melalui mengungkapkan berupa narasi, grafik maupun gambar”.

Metode ini digunakan untuk menjawab tujuan penelitian (1) mengenai respon lingkungan berbelanja , (2) mengetahui perilaku pembelian impulsif.


(47)

2. Penelitian Verifikatif

Menurut Umi Narimawati (2008:21) ialah “pengujian hipotesis penelitian melalui alat analisis statistik”.

Metode ini digunakan untuk menjawab tujuan penelitian (3) mengetahui dampak respon lingkungan berbelanja terhadap perilaku pembelian impulsif.

3.2.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam melakukan penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat.

Menurut sugiyono (2008:18), menjelaskan proses penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sumber masalah 2. Rumusan masalah

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesis

5. Metode penelitian

6. Menyusun instrument penelitian. 7. Kesimpulan


(48)

Berdasarkan proses penelitian yang dijelaskan diatas, maka desain pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Sumber masalah

Peneliti menentukan masalah masalah sebagai fenomena untuk dasar penelitian.

2. Perumusan masalah

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabanya melalui pengumpulan data. Proses penemuan masalah merupakan tahap penelitian yang paling sulit karena tujuan penelitian ini adalah menjawab masalah penelitian sehingga suatu penelitian tidak dapat dilakukan dengan baik jika msalah tidak dirumuskan secara jelas. Rumusan masalah atau pertanyaan penelitian akan mempengaruhi pelaksanaan tahap selanjutnya didalam tahap penelitian. Pada penelitian ini masalah masalah dirumuskan melalui suatu pertanyaan, yang akan diuji dengan cara menguji hipotesis. 3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (hipotesis) maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan msalah dan berfikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan juga sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhinya criteria pengetahuan yang rasional.


(49)

4. Pengajuan hipotesis

Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat dalam penelitian ini adalah respon lingkungan berbelanja berpengaruh terhadap perilaku pembelian impulsif

5. Metode penelitian

Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode penelitian yang sesuai, pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat ketelitian data yang diharapkan dan konsisten yang dikehendaki. Sedangkan pertimbangan praktis adalah tersedianya dana, waktu, dan kemudahan yang lain. Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah survey dengan teknik analisis statistic deskriptif dan verifikatif.

6. Menyusun instrument penelitian

Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrument penelitian. Instrument ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrument pada penelitian ini berbentuk kuisioner, untuk pedoman wawancara dan observasi. Sebelum instrument digunakan untuk pengumpulan data, maka instrument penelitian harus terlebih dahulu diuji validitas dan reabilitasnya. Dimana validitas digunakan untuk mengukur kemampuan sebuah alat ukur dan reabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana pengukuran tersebut dapat dipercaya. Setelah data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji


(50)

hipotesis yang diajukan dengan teknik statistika tertentu. Pada penelitian ini peneliti mengunakan analisis regresi linier sederhana, koefisien korelasi pearson (hubungan antara variabel X dan Y), dan untuk menguji peran respon lingkungan berbelanja (variabel X) dengan dengan perilaku pembelian impulsif (variabel Y) digunakan koefisien determinasi.

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah. Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.

3.2.2 Operasional Variabel Penelitian

Operasional variable merupakan proses penguraian variabel penelitian kedalam sub variabel, dimensi, indicator sub variable, dan pengukuran. Adapun syarat penguraian operasional variable dilakukan bila dasar konsep dan indikator masing masing variable sudah jelas, apabila belum jelas secara konseptual maka perlu dilakukan analisis factor.

Sesuai dengan judul penulis, mengenai dampak respon lingkungan berbelanja terhadap perilaku pembelian impulsif, maka konsep variabel yang akan diteliti ada 2 yaitu;


(51)

a. Respon lingkungan berbelanja (X) merupakan Independent Variabel b. Perilaku pembelian impulsif (Y) merupakan Dependent Variabel

Untuk dapat memperlancar pengumpulan data dan pengumpulanya, maka masing masing variable dan sub variabelnya dalam penelitian ini akan didefinisikan secara rinci untuk dijabarkan kedalam masing masing indikator serta skala pengukuranya.

Table 3.1 Operasional Variabel

Variabel Indikator Ukuran Sumber Skala Kode

1 2 3 4 5 6

Respon lingkungan berbelanja ( Variabel X ) Merupakan

 Kesenangan (pleasure)

 Perasaan nyaman dengan suasana berbelanja yang tenang.

 Perasaan nyaman dengan keleluasaan berbelanja.

 Perasaan puas dengan pemberian diskon besar-besaran.

 Perasaan santai dalam berbelanja.

Pelanggan Ordinal A1

A2

A3 A4


(52)

 Kegairahan (arousal)

 Perasaan tertarik terhadap suasana lingkungan berbelanja yang memberikan program promosi pada produk.

 Perasaan lebih bersemangat berbelanja karena adanya diskon besar-besaran.

 Rasa ingin tahu yang kuat terhadap produk-produk yang ditampilkan.

Pelanggan Ordinal A5

A6 A7  Dominasi (dominance)  Pembeli dipengaruhi oleh suasana lingkungan berbelanja.

 Pembeli dipandu oleh suasana lingkungan berbelanja dalam melakukan pembelian.

Pelanggan Ordinal A8

A9

Perilaku pembelian impulsif ( variabel Y) “Pembelian tanpa rencana” yang bercirikan “(1) pengambilan keputusan yang relatif cepat (2) prasangka subjektif dalam keinginan untuk segera memiliki suatu barang”

 Urgensi untuk membeli

 Urgensi membeli

 Daftar belanja

 Perasaan yang kuat

 Urgensi yang mendadak

Pelanggan Ordinal B10 B11 B12 B13

 Efek positif  Rasa gembira

 Tingkat antusias

 Rasa bangga

 Rasa bersemangat

Pelanggan Ordinal B14 B15 B16 B17

 Efek negatif  Rasa tertekan

 Rasa bingung

 Rasa marah

Pelanggan Ordinal B18 B19 B20


(53)

(Rook &

Gardner, 1993, p. 3; lihat juga Rook, 1987; Rook & Hoch, 1985).

 In-Store Browsing

 Persentase waktu

 Hanya sekedar melihat-lihat

 Item yang

direncanakan

Pelanggan Ordinal B21 B22 B23  Kenikmatan berbelanja  Menghabiskan waktu

 Kegiatan di waktu senggang

 Tingkat kesenangan

 Tingkat kefavoritan

Pelanggan Ordinal B24 B25 B26 B27  Ketersediaan waktu

 Waktu tertentu

 Tingkat ketergesa-gesaan

 Tekanan waktu

Pelanggan Ordinal B28 B29 B30  Ketersediaan uang  Kemampuan membeli

 Tingkat anggaran belanja

 Kelebihan uang

Pelanggan Ordinal B31 B32 B33  Kecenderungan pembelian impulsif

 Pembelian yang tidak dimaksudkan

 Pembelian yang tidak direncakanan

 Tingkat spontanitas

Pelanggan Ordinal B34 B35 B36

 Impulsivitas  Urgensi spontan untuk membeli

 Ketidaktahanan untuk tidak membeli

Pelanggan Ordinal B37 B38


(54)

3.2.3 Metode Penarikan Sampel 3.2.3.1 Populasi

Populasi menurut sugiyono (2009:80) adalah sebagai berikut: “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan penjelasan di atas, dalam penelitian ini sasaran populasi yang akan dipilih adalah pelanggan Blossom Factory Outlet dengan jumlah pengunjung pada bulan Maret sebanyak 7450 pengunjung.

3.2.3.2 Sampel

Pengertian sampel yang dijelaskan oleh Sugiyono (2009:81) adalah: “Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Sedangkan penetapan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus dari Slovin yaitu sebagai berikut:

� = �

1 +��² Keterangan :

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Tingkat kesalahan dalam meraih anggota sampel yang ditolerir (tingkat kesalahan yang diambil dalam sampling ini sebesar 10%).

Dengan menggunakan rumus tersebut ukuran sampel secara keseluruhan dapat dihitung sebagai berikut:


(55)

� = 7450 (1 + 7450(0.1)²)

� = 7450

(1 + 75.5(0.01)) � =7450

75.5

� = 98.67≈99

Jadi diketahui dari perhitungan ukuran sampel secara keseluruhan dengan tingkat kesalahan sebesar 10% adalah sebanyak 98.67% responden dibulatkan menjadi 100 responden.

Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik probability Sampling. Menurut Sugiyono (2009:84) Probability Sampling adalah “Teknik pengambilan sampel yang memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel ”.

Dengan teknik pengambilan sampel random (Random sampling). Teknik penentuan sampel, berdasarkan secara acak, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel.


(56)

3.2.4 Jenis dan Metode Pengumpulan Data 3.2.4.1 Jenis Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang berhubungan dengan dampak respon lingkungan berbelanja terhadap perilaku pembelian impulsif. Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data primer merupakan data yang didapat secara langsung dari sumber sumber

pertama baik dari individu maupun kelompok. Data primer ini diperoleh melalui wawancara dan penyebaran kuisioner kepada responden yang telah melakukan pembelian.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan, baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Data ini diperoleh melalui informasi dari perusahaan mengenai gambaran perusahaan serta informasi lain yang dapat mendukung Penelitian.

3.2.4.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: a. Studi lapangan

Yaitu suatu rangkaian penelitian yang dilakukan secara langsung untuk mendapatkan data primer. Data primer ini selanjutnya akan dianalisis dan dibahas untuk mengambil kesimpulan. Teknik yang diambil dalam penelitian lapangan adalah :


(57)

 Observasi adalah pengumpulan data melalui pengamatan dan pencataan oleh pengumpul data terhadap gejala/peristiwa yang diselidiki pada objek penelitian.

 Wawancara, penulis melakukan wawancara dengan staff perusahaan untuk memperoleh gambaran umum tentang dampak respon lingkungan berbelanja terhadap perilaku pembelian impulsif dan untuk memperoleh data data yang diperlukan.

 Penyebaran angket (kuisioner) yaitu pengumpulan data dengan menyebarkan seperangkat daftar pertanyaan untuk mengetahui tanggapan responden tentang dampak respon lingkungan berbelanja terhadap perilaku pembelian impulsif.

b.Studi Dokumentasi

Yaitu mempelajari dukumen dokumen yang ada di perusahaan yang berkenaan dengan masalah yang diteliti, seperti dokumen mengenai sejarah perkembangan perusahaan, struktur organisasi perusahaan sebagainya yang menunjang penelitian.

3.2.5 Metode Analisis dan Perancangan Uji Hipotesis 3.2.5.1 Metode Analisis

Sebelum data di analisis, terlebih dahulu dilakukan pengolahan data. Setelah data terkumpul melalui kuesioner maka langkah selanjutnya adalah melakukan tabulasi, yaitu memberikan nilai (scoring) sesuai dengan sistem yang ditetapkan. Scoring dilakukan dengan menggunakan skala likert 5 – 4 – 3 – 2 – 1.


(58)

dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Akan tetapi sebelum melakukan pengolahan data, penulis terlebih dahulu melakukan uji kualitas data dengan pengujian validitas dan realibitas.

Data yang diperoleh sebagai hasil penyebaran dari kuesioner bersifat ordinal, maka agar analisis dapat dilanjutkan maka skala pengukurannya harus dinaikkan ke skala pengukuran yang lebih tinggi, yaitu skala pengukuran interval agar dapat diolah lebih lanjut. Untuk itu maka digunakan Method of Succesive Interval (MSI) dari Thurstone dalam Harun Al Rasyid (1996:33), yang pada dasarnya adalah suatu prosedur untuk menempatkan setiap objek ke dalam interval. Adapun langkah-langkah dalam melakukan tranformasi menurut Harun Al Rasyid adalah sebagai berikut:

a. Menentukan frekuensi tiap responden (berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan, hitung berapa banyak responden yang menjawab skor 1-5 untuk setiap pertanyaan).

b. Menentukan proporsi setiap responden yaitu dengan cara membagi frekunsi dengan jumlah sampel.

c. Menentukan proporsi secara berurutan untuk setiap responden sehingga diperoleh proporsi kumulatif yang dianggap menyebar mengikuti sebaran normal baku.

d. Menentukan nilai Z untuk masing-masing proporsi kumulatif yang dianggap menyebar mengikuti sebaran normal baku.

e. Menghitung Scale Of Value (SV) untuk masing-masing proporsi responden, dengan rumus:


(59)

Scale Of Value =

lim

-lim

lim

-lim

ower areaunderl pper

areaunderu

pper densityatu ower

Densityatl

Keterangan:

Density at lower limit = Kepadatan Batas Bawah

Density at upper lim = Kepadatan Batas Atas

Area under lower limit = Daerah di Bawah Batas Bawah

Area under upper limit = Daerah di Bawah Batas Atas

f. Mengubah Scale Of Value(SV) terkecil menjadi sama dengan satu (1) dan mentrasformasikan masing-masing skala menurut perubahan skala terkecil sehingga diperoleh Transformed Scale Of Value (TSV) dengan rumus YSV

1 SVmin

Pada prinsipnya, menaikkan data dari skala ordinal menjadi data interval merupakan hal yang relatif mudah, namun karena setiap atribut harus dinaikkan satu per satu, maka pekerjaan ini menjadi rumit dan membosankan karena membutuhkan ketelitian dan waktu yang relatif lama. Untuk mengatasi masalah ini, peneliti menggunakan program MSI pada Ms.Excel yang digunakan untuk mentransformasikan dari data ordinal menjadi data interval.

3.2.5.1.1 Uji Kualitas Data

Kesimpulan jawaban yang berupa jawaban atau pemecahan masalah penelitian dibuat berdasarkan hasil proses pengujian data yang meliputi : pemilihan, pengumpulan dan analisis data. Ada dua konsep untuk mengukur kualitas data yaitu validitas dan reliabilitas artinya suatu penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang bisa jika datanya kurang reliabel dan kurang


(60)

valid, sedangkan kualitas data penelitian ditentukan oleh kualitas instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data.

3.2.5.1.1.1 Uji Validitas

Uji validitas bertujuan untuk menguji sejauh mana alat ukur, dalam bentuk kuisioner mengukur apa yang hendak diukur. Dengan menggunakan rumus korelasi produk-moment pearson,guna menghitung korelasi antara masing masing pertanyaan dengan skor total. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pertanyaan mana yang valid dan mana yang tidak valid. Dirumuskan :

∑� � −(∑ �∑ ) =

�∑ � − ∑ � × {�∑ − ∑ } Dimana :

r xy : Koefisien korelasi Pearson antara item instrument yang akan digunakan dengan variabel yang bersangkutan

Xi : Skor tiap-tiap item instrument yang akan digunakan Y : Skor semua item instrument dalam variabel tersebut n : Jumlah responden


(61)

Untuk uji validitas item tersebut digunakan program SPSS 13.0 for windows. Pengujian statistika mengacu pada kriteria :

r hitung > rkritis(rtabel) maka valid.

r hitung < rkritis(rtabel) maka tidak valid

Tabel 3.2

Rekapitulasi Hasil Validitas Variabel X

Variabel Item

Pertanyaan

Validitas Koefisien

Validitas Titik

Kritis Kesimpulan

X

1 0,760 0,300 Valid

2 0,736 0,300 Valid

3 0,844 0,300 Valid

4 0,777 0,300 Valid

5 0,820 0,300 Valid

6 0,672 0,300 Valid

7 0,764 0,300 Valid

8 0,777 0,300 Valid


(62)

Tabel 3.3

Rekapitulasi Hasil Validitas Variabel Y

Variabel Item Pertanyaan Validitas Koefisien Validitas Titik

Kritis Kesimpulan

Y

1 0,639 0,300 Valid

2 0,418 0,300 Valid

3 0,464 0,300 Valid

4 0,429 0,300 Valid

5 0,372 0,300 Valid

6 0,563 0,300 Valid

7 0,561 0,300 Valid

8 0,561 0,300 Valid

9 0,512 0,300 Valid

10 0,464 0,300 Valid

11 0,634 0,300 Valid

12 0,621 0,300 Valid

13 0,639 0,300 Valid

14 0,440 0,300 Valid

15 0,372 0,300 Valid

16 0,464 0,300 Valid

17 0,621 0,300 Valid

18 0,634 0,300 Valid

19 0,570 0,300 Valid

20 0,640 0,300 Valid

21 0,621 0,300 Valid

22 0,634 0,300 Valid

23 0,464 0,300 Valid

24 0,429 0,300 Valid

25 0,464 0,300 Valid

26 0,634 0,300 Valid

27 0,512 0,300 Valid

28 0,621 0,300 Valid

29 0,634 0,300 Valid

3.2.5.1.1.2 Uji Realibilitas

Uji reabilitas bertujuan untuk menunjukan sejauh mana hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulang dua kali atau lebih. Jadi dengan kata lain reabilitas adalah indek sejauh mana alat ukur dapat dipercaya dan diandalkan.


(1)

4.2.2.1.3 Analisis Koefisien Determinasi

Analisis Koefisien Determinasi dipergunakan untuk melihat besarnya kontribusi dampak respon lingkungan berbelanja terhadap pembelian impulsif dalam bentuk persen (%). Analisis ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

KD = r2 x 100%

Dimana :

KD = koefisien determinasi r` = koefisien korelasi

Sehingga:

KD = 0,6632 x 100% KD = 0,439 x 100% KD = 43,9%

Kesimpulan:

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan analisis koefisien determinasi diatas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Lingkungan berdampak terhadap Pembelian Impulsif sebesar 43,9 % yang menandakan dampak tersebut cukup berarti. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 56,1 % merupakan pengaruh dari faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis. Faktor-faktor tersebut kemungkinan


(2)

103

diantaranya adalah: (1) harga produk yang ditawarkan, (2) tingkat pelayanan terhadap konsumen, (3) Persaingan yang semakin ketat dalam bisnis yang sama.

4.2.2.1.4 Uji Hipotesis

Berdasarkan dari rancangan pengujian hipotesis yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t. Maksud pengujian hipotesis ini adalah untuk menentukan apakah hipotesis yang digunakan oleh penulis ditolak atau diterima. Untuk menguji apakah terdapat dampak respon lingkungan berbelanja terhadap perilaku pembelian impulsif, penulis melakukan pengujian hipotesis dengan langkah-langkah sebagai berikut : H0 : ρ = 0 : tidak ada dampak signifikan antara respon lingkungan berbelanja

terhadap pembelian impulsif.

H1 : ρ ≠ 0 : ada dampak signifikan antara respon lingkungan berbelanja

terhadap pembelian impulsif.

Penelitian kriteria berupa sampel sebanyak 100 orang yang digunakan

sebagai responden yang diamati dengan pada tingkat signifikan 5 % α = 0,05 dan

derajat kebebasan (df) = n-2 =100 – 2 = 98 dengan pengujian dua sisi sehingga dari data tersebut dapat diketahui bahwa t tabel = 1,658. Selanjutnya menentukan t hitung dengan menggunakan uji T. Maka hasil perhitungan pengujian hipotesi dapat

dilihat di bawah ini.

ℎ� �� = r

n−2 1− r2


(3)

ℎ� �� = 0,663

100−2 1− (0,663)2

ℎ� �� = 0,663

100−2 1−0,439

ℎ� �� = 0,663

98 0,561

ℎ� �� = 0,663

9,899495 0,748999332

ℎ� �� = 8,763

Gambar 4.4

Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan H0

Berdasarkan uji hipotesis diatas menunjukan bahwa nilai t hitung = 8,763

dimana nilai t tabel =1,984. Sehingga terbukti bahwa terdapat hubungan signifikan

antara pelaksanaan respon lingkungan berbelanja dengan pembelian impulsive. Maka H0 ditolak dan H1 diterima karena t hitung > t tabel atau 8,763 > 1,984. Hal ini

Sesuai dengan uji signifikansi dengan kriteria penolakan dan permintaan hipotesis Ho adalah sebagai berikut :

a. Jika t_hitung > t_tabel maka H0 ada pada daerah penolakan, berarti H1

diterima/terdapat dampak yang berarti.

b. Jika t_hitung < t_tabel maka H0 ada pada daerah penerimaan, berarti H1

ditolak/tidak terdapat dampak yang berarti.

-1,984 0 1,984 8,763

Daerah

penolakan Ho

Daerah

penolakan Ho


(4)

105

Berdasarkan dari tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui seberapa besar dampak respon lingkungan berbelanja terhadap pembelian impulsif, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan berbeelanjadengan pembelian impulsif. Berarti semakin baik respon lingkungan berbelanja akan memberikan dampak yang baik pula terhadap pembelian impulsif pada Blossom.


(5)

106

5.1 Kesimpulan

Berdasakan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Respon lingkungan berbelanja responden pada Blossom Factory Outlet termasuk dalam kategori baik. Hal ini bisa dilihat dari hasil hasil perhitungan, dengan skor total untuk respon lingkungan berbelanja adalah sebesar 3316 yang terletak antara rentang 2880 dan 3600 yang termasuk dalam rentang kategori baik. Dengan demikian, respon lingkungan berbelanja berada pada tingkat baik.

2. Perilaku pembelian impulsif pada pelanggan Blossom Factory Outlet termasuk dalam kategori cukup impulsif. Ini terlihat dari hasil perhitungan, skor total untuk perilaku pembelian impulsif adalah sebesar 9468 yang terletak dalam kategori baik yaitu antara rentang 7540 dan 9860.

3. Dari hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang kuat antara respon lingkungan berbelanja dengan perilaku pembelian impulsif, ini membuktikan bahwa respon lingkungan berbelanja berpengaruh pada perilaku pembelian impulsif. Dalam meningkatkan perilaku pembelian impulsif, respon lingkungan berbelanja berpengaruh sebesar 43,9%. Sedangkan sisanya 56,1% dipengaruhi oleh faktor lain.


(6)

107

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mengajukan beberapa saran untuk manajemen Blossom Factory Outlet, yaitu:

1. Perusahaan harus mencari informasi mengenai pelanggan dari dalam ruang toko dan mengembangkan menjadi stimulus terhadap perilaku pembelian produk. Dengan mengetahui respon lingkungan berbelanja para pelanggan, perusahaan dapat menentukan jenis fashion yang disukai masyarakat, sehingga pada ahirnya diharapkan dapat meningkatkan penjualan.

2. Kebutuhan konsumen akan barang dan jasa terus berkembang dan mempengaruhi perilaku belanja produk. Upaya perusahaan mengefektifkan strategi pemasaran dapat dilakukan melalui riset perilaku konsumen. Hasil riset akan berguna untuk memperbaiki strategi produk, harga, dan program periklanan yang meyakinkan pelanggan.

3. Konsumen cenderung tidak mau membeli pakaian yang di anggap ketinggalan zaman, mereka biasanya memilih pakaian yang sedang trend. Dengan banyaknya pilihan model pakaian yang sedang trend maka akan banyak konsumen yang datang dan berbelanja di Blossom.