Kebiasan Sarapan, Status Gizi, Status Kesehatan dan Daya Tahan Jantung Paru Lansia Peserta Senam Terpadu Lansia di Kota Bogor

1

KEBIASAAN SARAPAN, STATUS GIZI, STATUS KESEHATAN
DAN DAYA TAHAN JANTUNG PARU LANSIA PESERTA SENAM
TERPADU LANSIA DI KOTA BOGOR

NILAM BETARINA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ABSTRACT
NILAM BETARINA. Breakfast Habits, Nutritional Status, Health Status and Heart
and Lung Endurance of The Participants of Elderly Exercises Activity in Bogor.
Supervised by CLARA M KUSHARTO
Elderly is the last phase of human life cycle, in this phase occurred many
changes physically and mentally (Soejono et al. 2000). Breakfast and exercise
can contribute energy to increase heart and lung endurance. The study aimed to

identify breakfast habits, nutritional status, health status and heart and lung
endurance of the participants of elderly exercises activity in Bogor. Cross
sectional study was applied in this study. A total number of 30 elderly exercises
activity in Lembaga Lanjut Usia Indonesia (LLI), Bogor was actively participated
in this study. The study showed that 66.7% elderly always do breakfast. In terms
of nutritional status of both groups (male and female), 60.0% belongs to normal
category, obese 36.7% and underweight 3.3%. The health status between male
and female elderly are considered high but the female’s medium heart and lung
endurance status is much higher than the male respondents. Statistical analysis
by Spearman correlation test showed that there was no significant relationship
exist between breakfast habits with nutritional status, breakfast habits with heart
and lung endurance, and health status with heart and lung endurance (p>0.05),
but nutritional status with heart and lung endurance showed significant
relationship (p0.05). Makanan sarapan pada lansia laki-laki dapat
memberikan kontribusi energi (30.1%), protein (27.8%), kalsium (84.9%), fosfor
(37,7%), vitamin A (17.2%) dan vitamin C (2.6%) terhadap asupan total.
Sedangkan pada lansia perempuan makanan sarapan menyumbangkan
kontribusi energi (29.5%), protein (24.6%), kalsium (98.2%), fosfor (38.3%),
vitamin A (16.4%) dan vitamin C (1.5%). Uji beda Independent Sample t-Test
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan protein

makanan sarapan pada lansia laki-laki dan perempuan (p0.05). Sebagian besar lansia (66.7%) mengalami lebih dari satu
jenis keluhan dalam satu bulan terakhir. Keluhan kesehatan yang ditanyakan
pada penelitian ini antara lain sering buang air besar, susah buang air kecil,
pegal-pegal, pusing, sering buang air kecil, tangan/kaki kesemutan dan
gatal/alergi. Jenis penyakit infeksi yang paling banyak diderita lansia adalah
influenza dengan persentase pada lansia laki-laki 30.0% dan 18.2% pada lansia
perempuan sedangkan penyakit non infeksi yang paling banyak diderita oleh
lansia adalah hipertensi dan diabetes. Lama sakit lansia (33.3%) adalah 1-3 hari
dengan frekuensi sakit 1 kali/bulan. Uji beda Independent Sample t-Test
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara lama sakit,
frekuensi sakit, dan status kesehatan pada lansia laki-laki dan perempuan
(p>0.05). Tindakan pengobatan yang dipilih lansia yaitu melalui rumah sakit
(58.3%) merupakan persentase tertinggi.
Nilai VO2 max lansia (56.7%) termasuk dalam kategori sedang. Lansia
perempuan dengan nilai VO2 max sedang (68.8%) lebih tinggi dibandingkan
dengan laki-laki (42.9%). Uji beda Independent Sample t-Test menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai VO2 max lansia laki-laki
dan perempuan (p0.05). Terdapat hubungan yang signifikan pada uji
korelasi Spearman status gizi dengan daya tahan jantung paru (p65 tahun
50-64 tahun

>65 tahun
2250
2050
1750
1600
60
60
50
45
800
800
800
800
600
600
600
600
600
600
500

500
9
9
75
75

Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII (2004)

Kecukupan gizi usia lanjut berbeda dengan usia muda karena pada usia
lanjut terjadi perubahan fisiologis dan psikososial sebagai akibat dari proses
menua (Depkes 2003). Pada dasarnya tidak ada jenis makanan yang spesifik
untuk lansia. Namun untuk menentukan jenis diet pada lansia harus

11

memperhatikan kondisi kesehatan, penurunan kemampuan mencerna makanan,
serta perubahan selera makan (Wirakusumah 2000).
Energi
Manusia memerlukan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang
pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat,

lemak dan protein suatu bahan makanan yang menentukan nilai energinya.
Keseimbangan energi dicapai apabila energi yang masuk kedalam tubuh melalui
makanan

sama

dengan

energi

yang

dikeluarkan.

Kekurangan

energi

menyebabkan berat badan kurang dan berat badan seharusnya (ideal),
sedangkan kelebihan energi akan diubah menjadi lemak tubuh sehingga terjadi

kegemukan. Satuan energi dinyatakan dalam unit panas atau kalori (Almatsier
2006).
Energi yang dibutuhkan lansia berbeda dengan energi yang dibutuhkan
oleh dewasa karena perbedaan aktivitas fisik yang dilakukan. Selain itu, energi
juga dibutuhkan oleh lansia untuk menjaga sel-sel maupun organ-organ dalam
tubuh agar bisa tetap berfungsi dengan baik walaupun fungsinya tidak sebaik
seperti saat masih muda (Fatmah 2010).
Protein
Protein adalah substansi kimia dalam makanan yang terbentuk dari
serangkaian atau rantai-rantai asam amino. Protein dalam makanan di dalam
tubuh akan berubah menjadi asam amino yang sangat berguna bagi tubuh yaitu
untuk membangun dan memelihara sel, seperti sel otot, tulang, enzim dan sel
darah merah. Bagi lansia asupan protein total yang dibutuhkan manusia akan
menurun sesuai dengan perubahan usia seseorang. Hal ini terkait dengan
penurunan fungsi sel-sel tubuh manusia. Akan tetapi ada beberapa sumber yang
menyatakan bahwa kebutuhan asupan protein cenderung tetap karena proses
regenarasi tubuh akan terus berlajan sesuai laju regenerasi sel yang terjadi
(Fatmah 2010).
Bahan makanan hewan merupakan sumber protein yang baik, dalam
jumlah maupun mutu seperti telur, susu, daging, unggas, ikan dan kerang.

Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, seperti tahu dan
tempe serta kacang-kacangan lainnya. Kacang kedelai merupakan sumber
protein nabati yang mempunyai mutu tertinggi (Almatsier 2006).

12

Vitamin
Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Vitamin A
esensial untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup. Usia tidak
meningkatkan kebutuhan vitamin A dan tidak menurunkan absopsinya. Bahkan
hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa absorpsi dan penyimpanan vitamin A
pada usia lanjut lebih efisien daripada usia muda (Whitney & Rolfes 1999 diacu
dalam Almatsier et al. 2011). Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan
tubuh pada manusia yang berpengaruh dalam pencegahan kanker, terutama
kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, payudara dan kantung kemih serta
berperan dalam pencegahan dan penyembuhan penyakit jantung. Selain itu,
vitamin A berperan dalam pertumbuhan sel, perkembangan tulang dan sel epitel
dalam pertumbuhan gigi (Almatsier 2006).
Sumber vitamin A yang sudah terbentuk (performed) hanya terdapat pada
pangan hewani seperti hati, minyak hati ikan, kuning telur sebagai sumber

utama. Sayuran terutama berdaun hijau dan buah berwarna kuning-jingga
mengandung karetenoid provitamin A (Gibson 2005). Kekurangan atau kelebihan
vitamin A akan menimbulkan efek samping atau penyakit. Kelebihan vitamin A
akan menyebabkan toksisitas dan jarang terjadi pada usia lanjut, sedangkan
kekurangan vitamin A akan menyebabkan respons kekebalan yang menurun
(sering terkena penyakit infeksi), terhambatnya perkembangan mental dan yang
lebih parah adalah terjadinya xeroftalmia (Fatmah 2010).
Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh, sebagai koenzim
atau kofaktor. Pada lansia, vitamin C bermanfaat menghambat berbagai
penyakit. Fungsinya antara lain meningkatkan kekebalan tubuh, melindungi dari
serangan kanker, melindungi arteri, meremajakan dan memproduksi sel darah
putih, mencegah katarak, memperbaiki kualitas sperma, dan mencegah penyakit
gusi (Fatmah 2010). Kekurangan vitamin C dapat menimbulkan berbagai
penyakit yaitu pemulihan luka yang lambat, kulit kasar, irita