Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Bekatul (Stabilized Rice Bran) pada UPT F-Technopark IPB

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA
BEKATUL (STABILIZED RICE BRAN) PADA UPT
F-TECHNOPARK IPB

MONA INAYAH PRATIWI

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan
Pengembangan Usaha Bekatul (Stabilized Rice Bran) pada UPT F-Technopark
IPB adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, April 2013
Mona Inayah Pratiwi
NIM H24090081

ABSTRAK
MONA INAYAH PRATIWI. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Bekatul
(Stabilized Rice Bran) pada UPT F-Technopark IPB. Dibimbing oleh FARIDA
RATNA DEWI.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengembangan usaha bekatul
UPT F-Technopark IPB dilihat dari aspek finansial dan aspek non finansial,
menganalisis sensitivitas kelayakan usaha bekatul, serta menentukan harga pokok
produksi bekatul. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara aspek
finansial dan non finansial pengembangan usaha bekatul layak untuk
dikembangkan. Berdasarkan hasil analisis kriteria investasi didapatkan NPV
sebesar Rp133.278.943, IRR sebesar 33,54%, Net B/C sebesar 1,61, rata-rata BEP
sebesar Rp78.068.404 dan PBP selama 2 tahun 4 bulan 20 hari. Hasil analisis
sensitivitas pada skenario 1 menunjukkan bahwa usaha ini tetap layak pada
penurunan penerimaan penjualan hingga 15%. Pada skenario 2 usaha ini tetap

layak pada penurunan penerimaan penjualan hingga 11% dan kenaikan biaya
variabel hingga 11%. Pada skenario 3 menunjukkan bahwa usaha ini tetap layak
pada penurunan kadar kandungan bekatul dari bahan baku (dedak) atau rendemen
sebesar 21%. Harga pokok produksi bekatul yang didapatkan dari hasil
perhitungan adalah Rp4.944,43 per unit.
Kata kunci: analisis kelayakan usaha, analisis sensitivitas, full costing, process
costing, stabilized rice bran

ABSTRACT
MONA INAYAH PRATIWI. Feasibility Studies of Stabilized Rice Bran at UPT
F-Technopark IPB. Supervised by FARIDA RATNA DEWI.
The purpose of this research is to analyze the business development of
stabilized rice bran case studies at UPT F-Technopark IPB that views from
financial aspects and non-financial aspects, analyze the sensitivity of business
against the most influential variables, and calculating the cost of production. The
results of this research indicate that views from financial and non-financial
aspects, business development of stabilized rice bran is feasible to
developed. Based on calculations of investment criteria analysis, NPV is
Rp133.278.943, IRR is 33,54%, Net B/C is 1,61, average of BEP is Rp78.068.404
and PBP is 2 year 4 months 20 days. The results of sensitivity analysis in scenario

1 shows that the business is still feasible on sales revenue decreased by 15%. In
scenario 2 shows that the business is still feasible on sales revenue decreased to
11% and an increase in variable costs by up to 11%. In scenario 3 shows that the
business is still feasible on rendement decreased by 21%. Cost of production
obtained from the calculation is Rp4.944,43 per unit.
Keywords: feasibility study, full costing, process costing, sensitivity analysis,
stabilized rice bran

RINGKASAN
MONA INAYAH PRATIWI. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Bekatul
(Stabilized Rice Bran) pada UPT F-Technopark IPB. Dibimbing oleh FARIDA
RATNA DEWI.
Usaha bekatul berpotensi untuk dikembangkan menjadi suatu usaha yang
lebih besar, karena bekatul dapat dikembangkan sebagai bahan pangan alternatif.
Saat ini F-Technopark belum melakukan studi kelayakan usaha terhadap produk
bekatul yang diproduksinya. Agar pengembangan usaha bekatul ini dapat berjalan
dengan baik, maka perlu dilakukan penelitian tentang Analisis Kelayakan
Pengembangan Usaha Bekatul (Stabilized Rice Bran) pada UPT F-Technopark
IPB dengan pertimbangan-pertimbangan dari berbagai aspek, baik itu dari aspek
pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek

hukum, aspek sosial dan ekonomi, aspek lingkungan serta aspek finansial.
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Menganalisis pengembangan usaha
bekatul (stabilized rice bran) F-Technopark IPB dilihat dari aspek pasar dan
pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek hukum, aspek
sosial dan ekonomi, aspek lingkungan, serta aspek finansial, (2) Menganalisis
sensitivitas (tingkat kepekaan) kelayakan usaha bekatul (stabilized rice bran)
terhadap variabel yang dianggap paling berpengaruh, (3) Menetapkan harga
pokok produksi bekatul (stabilized rice bran) menggunakan metode full costing
dengan pengumpulan biaya produksi menggunakan metode process costing.
Penelitian ini dilakukan di UPT F-Technopark IPB. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif
dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan, wawancara langsung
dengan pihak manajemen, serta penyebaran kuesioner untuk melihat preferensi
konsumen terhadap produk bekatul. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini
berupa informasi dari fungsi yang terkait dengan kelayakan pengembangan usaha,
gambaran umum perusahaan dan informasi lain yang berkaitan dengan
perusahaan. Data sekunder juga didapatkan dari literatur atau buku-buku serta
sumber lain yang mendukung penelitian yang dilakukan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa secara aspek non finansial usaha bekatul layak untuk dikembangkan. Hasil

dari analisis kriteria investasi yaitu, NPV sebesar Rp133.278.943, IRR sebesar
33,54%, Net B/C sebesar 1,61, rata-rata nilai BEP dalam rupiah sebesar
Rp78.068.404, rata-rata nilai BEP dalam unit sebesar 7.807 unit, dan PBP selama
2 tahun 4 bulan 20 hari. Hasil analisis sensitivitas pada skenario 1 menunjukkan
bahwa usaha ini tetap layak pada penurunan penerimaan hingga 15%. Pada
skenario 2, usaha ini tetap layak pada penurunan penerimaan hingga 11% yang
diiringi dengan kenaikan biaya variabel hingga 11%. Pada skenario 3
menunjukkan bahwa usaha ini tetap layak pada penurunan kadar kandungan
bekatul (rendemen) sebesar 21%. Hasil tersebut menyatakan bahwa secara aspek
finansial pengembangan usaha bekatul layak untuk dikembangkan dan cukup
sensitif terhadap penurunan penerimaan, kenaikan biaya variabel yang disertai
penurunan penerimaan, dan penurunan kadar kandungan bekatul. Harga pokok
produksi bekatul yang ditetapkan dengan metode full costing dan dengan
pengumpulan biaya produksi dengan metode process costing adalah Rp4.944,43.

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA
BEKATUL (STABILIZED RICE BRAN) PADA UPT
F-TECHNOPARK IPB

MONA INAYAH PRATIWI


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Bekatul (Stabilized Rice
Bran) pada UPT F-Technopark IPB
Nama
: Mona Inayah Pratiwi
NIM
: H24090081


Disetujui oleh

Farida Ratna Dewi, SE, MM
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan
Pengembangan Usaha Bekatul (Stabilized Rice Bran) pada UPT F-Technopark
IPB ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan
Januari 2013 sampai dengan Maret 2013. Penulisan skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Sarjana, Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Melalui prakata ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Slamet
Budijanto, M.Agr beserta staf UPT F-Technopark IPB yang telah membantu
selama pengumpulan data. Selain itu, ungkapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, teman-teman Manajemen IPB 46,
teman-teman satu bimbingan, teman-teman UF, teman-teman 21, teman-teman
Centre of Management 2011-2012 atas doa dan dukungannya.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penulis juga memohon maaf apabila masih terdapat kekurangan dalam penulisan
karya ilmiah ini.

Bogor, April 2013
Mona Inayah Pratiwi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2


Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

3

Tinjauan Teoritis

3


Tinjauan Penelitian Terdahulu

4

METODE PENELITIAN

4

Kerangka Pemikiran Penelitian

4

Penentuan Lokasi

5

Teknik Pengumpulan Data

5

Metode Pengolahan dan Analisis Data

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Gambaran Umum UPT F-Technopark

8

Gambaran Umum Usaha

9

Analisis Kelayakan Usaha

9

Analisis Sensitivitas

19

Penetapan Harga Pokok Produksi

20

Implikasi Manajerial

21

SIMPULAN DAN SARAN

22

Simpulan

22

Saran

22

DAFTAR PUSTAKA

23

LAMPIRAN

24

RIWAYAT HIDUP

33

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Rincian biaya investasi
Rincian biaya variabel
Rincian biaya tetap
Sumber pembiayaan investasi dan modal kerja
Rincian proyeksi produksi
Rincian proyeksi pendapatan
Hasil analisis kriteria investasi
Analisis sensitivitas skenario 1
Analisis sensitivitas skenario 2
Analisis sensitivitas skenario 3
Penetapan harga pokok produksi

16
16
17
17
17
18
18
19
19
20
20

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran penelitian
2 Tahapan proses produksi bekatul
3 Struktur organisasi UPT F-Technopark

5
13
14

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Laporan laba rugi usaha
Laporan arus kas
Arus kas pada skenario 1
Arus kas pada skenario 2
Arus kas pada skenario 3

24
25
26
28
31

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Mendengar kata bekatul mungkin sebagian orang langsung mengaitkannya
dengan bahan untuk pakan ternak. Namun tim F-Technopark Fakultas Teknologi
Pertanian IPB telah mengombinasikan agar bekatul ini dapat diterima masyarakat.
Bekatul yang distabilkan menjadi stabilized rice bran (SRB) dengan mesin
ekstruder dan dikemas dengan aluminium foil ternyata tahan terhadap kerusakan
dan dapat bertahan selama enam bulan hingga satu tahun. Di samping itu, SRB
juga dapat dijadikan campuran bahan makanan yang lezat. Bekatul dapat
dicampur dengan gula dan bubuk cokelat untuk meningkatkan citarasanya. Selain
itu, bekatul dapat dikembangkan menjadi cookies (rice bran cookies), sereal
sarapan (rice bran cereal) dan bubur instan (rice bran porridge). Bekatul yang
merupakan hasil samping dari penggilingan padi ini mengandung sejumlah nutrisi
yang luar biasa menyehatkan seperti karbohidrat, serat, vitamin B kompleks,
protein, tiamin, niasin, lemak tidak jenuh tinggi, tokoferol, dan tokotrienol
(Auliana, 2011).
F-Technopark merupakan UPT Kerjasama yang berhubungan dengan
akademik, ekspektasi, dan kompetensi utama Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. F-Technopark IPB merupakan suatu unit yang bertujuan
untuk mengembangkan dan meningkatkan daya saing UKM Agroindustri melalui
kerja sama dan pendanaan dari pemerintah terkait, sehingga unit ini memang tidak
menonjolkan sifat komersil layaknya unit usaha lainnya yang berorientasi untuk
mendapatkan keuntungan yang besar. Pihak F-Technopark IPB saat ini hanya
menitipkan produk bekatulnya ke “Serambi Botani”, yaitu sebuah gerai toko
herbal yang menjual aneka produk atau hasil buah tangan IPB.
Suatu usaha baik dalam skala kecil ataupun besar sebaiknya dilakukan
studi kelayakan usaha yang akan digunakan untuk mengetahui apakah usaha
tersebut layak atau tidak layak untuk dikembangkan. Usaha bekatul berpotensi
untuk dikembangkan menjadi suatu usaha yang lebih besar, karena bekatul dapat
dikembangkan sebagai bahan pangan alternatif. Hal ini juga didukung oleh
bergesernya filosofi makan, di mana makan saat ini tidak hanya untuk
mengenyangkan tetapi juga memperhatikan tingkat kesehatan. Saat ini FTechnopark belum melakukan studi kelayakan usaha terhadap produk bekatul
yang diproduksinya. Agar pengembangan usaha bekatul ini dapat berjalan dengan
baik, maka perlu dilakukan penelitian tentang Analisis Kelayakan Pengembangan
Usaha Bekatul (Stabilized Rice Bran) pada UPT F-Technopark IPB dengan
pertimbangan-pertimbangan dari berbagai aspek, baik itu dari aspek pasar dan
pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek hukum, aspek
sosial dan ekonomi, aspek lingkungan serta aspek finansial.

2
Perumusan Masalah
Usaha bekatul berpotensi untuk dikembangkan menjadi unit usaha yang
lebih besar. Namun F-Technopark saat ini hanya menjual produk bekatulnya pada
satu gerai toko herbal saja yaitu Serambi Botani. Oleh karena itu, perlu dilakukan
analisis kelayakan pengembangan usaha karena saat ini F-Technopark belum
melakukan studi kelayakan terhadap produk bekatul. Berdasarkan kondisi tersebut
maka dapat disusun permasalahan yang akan diteliti, yaitu :
1. Bagaimana pengembangan usaha bekatul (stabilized rice bran) F-Technopark
IPB dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek
manajemen, aspek hukum, aspek sosial dan ekonomi, aspek lingkungan, serta
aspek finansial?
2. Bagaimana analisis sensitivitas (tingkat kepekaan) kelayakan usaha bekatul
(stabilized rice bran) terhadap variabel yang dianggap paling berpengaruh?
3. Bagaimana penetapan harga pokok produksi bekatul (stabilized rice bran)
menggunakan metode full costing dengan pengumpulan biaya produksi
menggunakan metode process costing?

Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis pengembangan usaha bekatul (stabilized rice bran) FTechnopark IPB dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan
teknologi, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial dan ekonomi, aspek
lingkungan, serta aspek finansial.
2. Menganalisis sensitivitas (tingkat kepekaan) kelayakan usaha bekatul
(stabilized rice bran) terhadap variabel yang dianggap paling berpengaruh.
3. Menetapkan harga pokok produksi bekatul (stabilized rice bran)
menggunakan metode full costing dengan pengumpulan biaya produksi
menggunakan metode process costing.

Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan
dan dasar pengambilan keputusan bagi pelaksanaan dan pengembangan usaha
bagi pihak manajemen UPT F-Technopark. Penelitian ini juga dapat menjadi
acuan bagi investor dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi
pada usaha bekatul. Bagi kalangan akademis, hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai data dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemudian
bagi masyarakat yang ingin menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
analisis kelayakan pengembangan usaha, dapat menggunakan hasil penelitian ini
sebagai bahan rujukan.

3
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di UPT FTechnopark IPB yang menghasilkan produk bekatul dengan melakukan
wawancara pada pihak manajemen dan melakukan pengumpulan data-data yang
berhubungan dengan analisis kelayakan pengembangan usaha. Untuk membatasi
pembahasan dan untuk menghindari kesalahan persepsi dalam memahami
penelitian ini, penulis membatasi pembahasannya hanya pada analisis kelayakan
pengembangan usaha produk bekatul UPT F-Technopark IPB dan penetapan
harga pokok produksi bekatul menggunakan metode full costing dengan
pengumpulan biaya produksi menggunakan metode process costing.

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Teoritis
Pengertian Studi Kelayakan Bisnis
Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang
tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat
dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang
maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya rencana peluncuran
produk baru (Umar, 2009). Studi kelayakan bisnis menurut Subagyo dalam
Suliyanto (2010) adalah penelitian yang mendalam terhadap suatu ide bisnis
tentang layak atau tidaknya ide tersebut untuk dilaksanakan.

Aspek dalam Studi Kelayakan Bisnis dan Analisis Sensitivitas
Analisis pada aspek pasar dan pemasaran dilakukan untuk mengetahui besar
pasar yang akan dimasuki, struktur pasar, peluang pasar yang ada, prospek pasar
di masa yang akan datang serta strategi pemasaran yang harus dilakukan. Analisis
aspek teknis dan teknologi bertujuan untuk mengetahui segi pembangunan proyek
dan segi implementasi rutin bisnis secara teknis dapat dilaksanakan atau tidak, dan
aspek teknologi yang akan digunakan. Aspek manajemen mempelajari tentang
manajemen dalam masa pembangunan usaha dan manajamen dalam masa operasi.
Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan dan
mempelajari jaminan-jaminan yang dapat disediakan bila ingin melakukan
pinjaman. Dilihat dari aspek sosial dan ekonomi, usaha yang layak adalah usaha
yang dapat memberikan dampak positif seperti meningkatkan pendapatan
masyarakat, memberikan pemasukan untuk pemerintah dan menyediakan sarana
dan prasarana yang dibutuhkan. AMDAL merupakan analisis mengenai dampak
lingkungan yang harus dilakukan agar kualitas lingkungan hidup tidak rusak
dengan beroperasinya proyek-proyek industri (Umar, 2009). Selanjutnya pada
aspek finansial, alat ukur yang digunakan berdasarkan kriteria investasi dapat
dilakukan melalui pendekatan Net Present Value, Internal Rate of Return, Benefit
Cost Ratio, Break Even Point, dan Payback Period.

4
Analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap
ketidakpastian. Tujuan analisis ini adalah menilai perubahan yang akan
ditunjukkan oleh hasil analisis kelayakan suatu kegiatan usaha apabila terjadi
perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat.

Tinjauan Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan
beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti lain. “Analisis
Kelayakan Pengembangan Usaha Batik Bogor pada UKM Batik Tradisiku Bogor”
merupakan judul penelitian yang dilakukan oleh Amelia Putri Saadiah. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan pengembangan usaha UKM Batik
Tradisiku, menganalisis sensitivitas UKM Batik Tradisiku terhadap perubahan
yang terjadi, serta menganalisis perbandingan usaha pada kondisi normal dan
dengan pengembangan. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan analisis
kriteria investasi diperoleh NPV sebesar Rp778.901.000, IRR sebesar 41,97%,
Net B/C sebesar 3,729, Gross B/C sebesar 1,174, PI sebesar 6,341, dan PBP
selama 3 tahun 9 bulan. Pada hasil kriteria investasi pada saat kondisi normal
tanpa pengembangan diperoleh nilai NPV sebesar Rp222.947.000, IRR sebesar
23,9%, Net B/C sebesar 1,804, Gross B/C sebesar 1,057, PI sebesar 2,774, dan
PBP selama 4 tahun 11 bulan 22 hari. Hasil analisis switching value menunjukkan
bahwa tingkat sensitivitas usaha terhadap kenaikan pada kondisi pengembangan
adalah 23,29% dan 18,12% pada saat kondisi normal. Penelitian berikutnya
dilakukan oleh Syarif (2011) dengan judul penelitian “Analisis Kelayakan Usaha
Produk Minyak Aromatik Merek Flosh (Studi Kasus Di UKM Marun
Aromaterapi), Bogor”. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis tingkat
kelayakan pengembangan usaha dan menganalisis tingkat kepekaan pada Marun
Aromaterapi. Penelitian ini menghasilkan nilai NPV yang positif yaitu sebesar
Rp659.100.845, IRR sebesar 79,50%, Net B/C sebesar 2,50, BEP Rp133.149.038,
dan PBP 1,25 tahun. Hasil analisis sensitivitas dengan skenario peningkatan biaya
variabel 10% menunjukkan usaha ini menjadi tidak layak.
Kekhasan penelitian dari penelitian-penelitian sebelumnya adalah produk
yang menjadi objek penelitian ini merupakan produk baru, penulis melakukan
survei lapang kepada konsumen dengan menyebarkan kuesioner untuk
menggambarkan preferensi konsumen terhadap produk bekatul, dan dalam
penelitian ini juga dilakukan perhitungan harga pokok produksi bekatul.

METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran Penelitian
Penelitian ini dilakukan di UPT F-Technopark yang menghasilkan produk
bekatul (stabilized rice bran). Analisis secara kualitatif dilakukan pada aspek

5
pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek hukum,
aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan (AMDAL). Analisis secara
kuantitatif dilakukan pada aspek finansial. Berdasarkan hasil analisa tersebut
dapat diketahui usaha bekatul ini layak atau tidak untuk terus dikembangkan.
Skema kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar1.
UPT F-Technopark Institut Pertanian Bogor
Analisis Kelayakan Usaha Bekatul (Stabilized Rice Bran)

Aspek non Finansial:
1) Aspek pasar dan pemasaran
2) Aspek teknis dan teknologi
3) Aspek manajemen
4) Aspek hukum
5) Aspek sosial dan ekonomi
6) Aspek lingkungan

Aspek Finansial:
1) Kriteria investasi (NPV,
IRR, Net B/C, BEP, dan
PBP)
2) Analisis sensitivitas
3) Penetapan harga pokok
produksi

Layak

Tidak

Pengembangan usaha

Evaluasi rencana usaha

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Penentuan Lokasi
Penelitian ini dilakukan di UPT F-Technopark IPB yang terletak di
Dramaga, Bogor. Penelitian dilakukan selama tiga bulan, yaitu sejak bulan Januari
2013 sampai dengan bulan Maret 2013.

Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari hasil
pengamatan dan wawancara langsung dengan pihak manajemen F-Technopark
yaitu dengan melakukan kunjungan ke kantor. Sebagai tambahan, data primer
juga diperoleh dengan menyebarkan kuesioner yang diberikan kepada responden
untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap produk bekatul. Dalam

6
penelitian ini, responden yang digunakan adalah para pengunjung “Serambi
Botani”. Hasil kuesioner ini digunakan untuk memperkuat hasil analisis kelayakan
pengembangan usaha bekatul khususnya pada aspek pasar dan pemasaran.
Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah data berupa informasi dari
fungsi yang terkait dengan kelayakan pengembangan usaha (laporan keuangan),
gambaran umum perusahaan dan informasi lain yang berkaitan dengan
perusahaan. Data sekunder juga didapatkan dari literatur atau buku-buku serta
sumber lain yang mendukung penelitian yang dilakukan.
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dikumpulkan dengan
menggunakan teknik antara lain: (1) dokumentasi yang digunakan untuk
mengumpulkan data seperti laporan keuangan yang akan digunakan untuk
menganalisis kelayakan usaha bekatul F-Technopark, (2) wawancara yang
dilakukan secara langsung kepada tim manajemen F-Technopark, (3) observasi
yang digunakan untuk mendapatkan data yang belum terungkap melalui teknik
dokumentasi, (4) kuesioner yang diajukan oleh peneliti untuk mengetahui respon
dari konsumen mengenai preferensi mereka terhadap produk bekatul.

Metode Pengolahan dan Analisis Data
Agar data yang dikumpulkan dapat bermanfaat, maka harus dianalisis
terlebih dahulu sehingga dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.
Hasil dari pengolahan data ini diinterpretasikan secara deskriptif untuk
menggambarkan kelayakan usaha tersebut. Adapun analisis yang digunakan
adalah sebagai berikut:
1. Analisis kualitatif
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu menjelaskan
usaha bekatul yang diproduksi oleh F-Technopark layak atau tidak untuk
dikembangkan. Adapun aspek-aspek yang digunakan dalam analisis deskriptif
kualitatif adalah aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek
manajemen, aspek hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan.
Penulis juga mengidentifikasi karakteristik dan proses pengambilan keputusan
konsumen bekatul dengan menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui
preferensi konsumen terhadap produk bekatul. Hasil analisis preferensi
konsumen ini akan memperkuat analisis kelayakan pengembangan usaha pada
aspek pasar dan pemasaran.
2. Analisis kuantitatif
Alat analisis yang digunakan adalah analisis kriteria investasi yang terdiri dari
NPV, IRR, Net B/C, PBP, BEP dan analisis sensitivitas dengan bantuan
software Microsoft Excel 2007. Alat analisis ini akan menjelaskan kelayakan
usaha produk bekatul.
a. Analisis kriteria investasi
1) Metode NPV
Rumus:
CFt
n
NPV =

- I0
t=1
t
( 1 + K)

7
dimana:
CFt
= aliran kas pertahun pada periode t
I0
= investasi awal pada tahun 0
K
= suku bunga (discount rate)
Kriteria:
jika NPV > 0, maka usaha layak
jika NPV < 0, maka usaha tidak layak
jika NPV = 0, maka usaha tidak untung ataupun rugi
2) Metode IRR
Rumus:
���1
(i2 – i1)
IRR = i1+
���1−���2
dimana:
NPV1
= NPV positif
NPV2
= NPV negatif
i1
= discount rate yang menghasilkan NPV positif
i2
= discount rate yang menghasilkan NPV negatif
Kriteria:
IRR discount rate, maka usaha layak
IRR discount rate, maka usaha tidak layak
3) Metode Net B/C
Rumus:
�− �

(Bt – Ct) > 0
�=1 (1+�)�
Net B/C =
�−


(Bt – Ct) < 0
�=1 (1+�)�

dimana :
Bt
= Manfaat pada tahun t
Ct
= Biaya pada tahun t
i
= Discount rate (%)
t
= Tahun
Kriteria:
Net B/C > 1, maka usaha layak
Net B/C < 1, maka usaha tidak layak
4) Metode Break Even Point
Rumus:
Biaya Tetap
BEP
=
Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit
5) Metode Payback Period
Rumus:
Nilai Investasi
x 1 tahun
PBP
=
Kas Masuk Bersih
Kriteria:
PBP < periode maksimum, maka usaha layak
PBP > periode maksimum, maka usaha tidak layak
b. Analisis sensitivitas
Analisis sensitivitas dalam penelitian ini menggunakan metode switching
value yaitu mencari nilai maksimal dari perubahan variabel yang
mempengaruhi usaha. Dengan demikian, analisis sensitivitas tersebut

8
dapat membantu manajemen untuk menentukan pengembangan usaha
bekatul layak atau tidak untuk dikembangkan.
c. Penetapan harga pokok produksi
Metode penetapan harga pokok produksi adalah cara menghitung unsurunsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Metode penetapan harga
pokok produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah full costing
dengan pengumpulan biaya produksi menggunakan metode process
costing. Harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari
unsur biaya produksi berikut ini:
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja langsung
Biaya overhead pabrik variabel
Biaya overhead pabrik tetap
Harga pokok produksi

xxx
xxx
xxx
xxx +
xxx

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum UPT F-Technopark
F-Technopark merupakan UPT Kerjasama yang berhubungan dengan
akademik, ekspektasi, dan kompetensi utama Fakultas Teknologi Pertanian
(FATETA), Institut Pertanian Bogor. F-Technopark terletak di Jl. Puspa No.1
Kampus IPB Dramaga Bogor. Pendirian F-Technopark berawal dari ide
pengembangan bisnis cerdas untuk mewadahi kiprah sumberdaya manusia yang
dimiliki oleh Fakultas Teknologi Pertanian IPB dalam mengomersialisasikan
temuan teknologi khususnya yang menyangkut bidang teknologi pertanian ke
dunia industri. F-Technopark melakukan kegiatan riset dan pengembangan produk
ataupun proses, serta mengembangkan dan meningkatkan daya saing UKM
(Usaha Kecil Menengah) Agroindustri melalui kerja sama dan pendanaan dari
pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah terkait. Di samping sumber daya
manusia dengan berbagai bidang keahlian dan ditunjang oleh pengalaman
melakukan riset baik di dalam maupun di luar negeri, F-Technopark didukung
juga oleh tersedianya fasilitas fisik yang lengkap dan modern dalam bentuk
laboratorium, ruang kuliah dan pelatihan, perpustakaan, bengkel, pilot-plant,
farming model serta fasilitas pusat penelitian yang terkait yang ada di lingkungan
FATETA. Adapun visi, misi, dan tujuan UPT F-Technopark IPB akan dipaparkan
dibawah ini.
Visi:
Techno park yang bermutu internasional dalam upaya industrialisasi pertanian
dengan menerapkan komersialisasi teknologi melalui pengembangan bisnis cerdas.
Misi:
1. Meningkatkan upaya diseminasi temuan teknologi dan kemampuan FATETA
sebagai mitra kerja bagi industri, pemerintah dan masyarakat luas.

9
2. Membangun jaringan bisnis dengan berbagai kelembagaan baik di dalam
maupun di luar negeri.
Tujuan:
1. Mengembangkan teknologi yang tepat sasaran untuk penguatan teknologi
UKM Agroindustri untuk mendukung pengembangan Agroindustri pedesaan.
2. Mengingkatkan kualitas Sumber Daya Manusia pelaku UKM Agroindustri
dalam rangka meningkatkan daya saing UKM Agroindustri.
3. Meningkatkan technical skill, entrepreneurial skill mahasiswa, khususnya di
bidang Agroindustri.

Gambaran Umum Usaha
Usaha yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah usaha bekatul
(stabilized rice bran). Bekatul adalah bagian luar dari beras yang terlepas menjadi
serbuk halus pada proses penggilingan beras. Beras yang saat ini kita konsumsi
sudah terlalu bersih sehingga nutrisi yang terkandung di dalamnya sudah banyak
yang terbuang. Sebagian besar masyarakat hanya menggunakan bekatul sebagai
pakan ternak. Namun pada kenyataannya, bekatul memiliki kandungan nutrisi
yang lebih tinggi dari beras dan berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai
pangan alternatif yang bermanfaat bagi kesehatan. Salah satu produk yang
dihasilkan oleh UPT F-Technopark IPB adalah bekatul yang diolah dengan
teknologi high temperature short time (HTST) dengan tween screw extruder,
sehingga meminimalkan kerusakan komponen aktif yang dikandungnya. Untuk
bahan baku produk ini adalah bekatul dari beras organik atau fresh rice bran tanpa
campuran bahan baku lainnya. Bekatul yang diproduksi oleh F-Technopark ini
sudah terjamin keamanan dan kehigienisannya, serta dapat bertahan hingga
kurang lebih satu tahun tanpa bahan pengawet. Berdasarkan hal tersebut, produk
bekatul F-Technopark memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan produk
bekatul hasil olahan industri lainnya. Saat ini F-Technopark hanya menitipkan
produk bekatulnya pada “Serambi Botani” yaitu gerai toko herbal yang menjual
aneka produk atau hasil buah tangan IPB.

Analisis Kelayakan Usaha
Dalam penelitian ini aspek-aspek yang dilihat adalah aspek pasar dan
pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek hukum, aspek
sosial dan ekonomi, aspek lingkungan (AMDAL) serta aspek finansial. Berikut
akan dipaparkan hasil dari analisis kelayakan usaha bekatul dari berbagai aspek.

Aspek Pasar dan Pemasaran
a. Kecenderungan Permintaan dan Penawaran
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh peneliti, permintaan akan
produk bekatul masih terbilang sedikit karena masih banyak masyarakat yang

10
belum mengetahui manfaat dan kegunaan dari produk ini. Selama ini FTechnopark memproduksi bekatul hanya untuk memenuhi pesanan dari
“Serambi Botani” dan hampir tidak pernah memproduksi bekatul untuk
persediaan. Penawaran produk bekatul sama dengan permintaannya karena FTechnopark hanya memproduksi bekatul sesuai dengan pesanan.
b. Pangsa Pasar (Market Share) dan Persaingan
Pasar yang belum diraih oleh pengusaha bekatul masih terbilang luas
karena masih banyak masyarakat yang belum disentuh oleh pengusaha bekatul.
Hal ini disebabkan oleh kurangnya edukasi tentang manfaat kesehatan dan
kandungan gizi yang dapat diberikan oleh bekatul, serta promosi bekatul yang
masih sangat minim (belum booming). Berdasarkan hasil survei lapang yang
peneliti lakukan dengan menyebarkan kuesioner dan melakukan wawancara
ke beberapa konsumen Serambi Botani, dapat disimpulkan bahwa masih
banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang bekatul, manfaatnya, dan
cara mengonsumsinya agar bisa lebih lezat di lidah. Bahkan masih banyak
masyarakat yang menganggap bahwa bekatul hanya sebagai produk untuk
pakan ternak dan tidak untuk dikonsumsi.
Usaha ini sangat berpotensi untuk dikembangkan, dilihat dari
manfaatnya yang sangat baik untuk kesehatan dan juga ketersediaan bahan
baku bekatul yang berlimpah dan berbanding lurus dengan produksi beras.
Selain produk utama berupa beras sebesar 60-66%, penggilingan padi selama
ini menghasilkan produk samping berupa bekatul antara 8-12%. Menurut data
dari Badan Pusat Statistik, untuk tahun 2012 produksi beras kurang lebih 69
juta ton yang berarti padi yang digiling berkisar 115 juta ton, sehingga bekatul
yang dihasilkan pada tahun 2012 adalah 9,2-12,5 juta ton. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa ketersediaan bahan baku bekatul sangat memadai
untuk dijadikan suatu peluang usaha dan jumlahnya akan meningkat seiring
dengan meningkatnya produksi beras. Menurut data yang diperoleh dari
Badan Pusat Statistik, untuk tahun 2011 persentase penduduk yang
menggunakan obat herbal adalah 23,63%. Selanjutnya, pengeluaran rata-rata
per kapita per bulan untuk kelompok makanan di Indonesia tahun 2011 adalah
51,08%, dari angka tersebut yang merupakan pengeluaran rata-rata per kapita
per bulan pada kelompok makanan padi-padian adalah sebesar 9,14%. Dari
data tersebut, usaha bekatul masih memiliki peluang untuk meraih pangsa
pasar yang lebih luas yaitu penduduk yang menggunakan obat herbal untuk
menjaga kesehatannya dan penduduk yang mengonsumsi makanan padipadian seperti sereal. Pesaing dari produk bekatul F-Technopark masih
terbilang sedikit karena belum banyak pengusaha yang melihat adanya
peluang untuk mengembangkan usaha tersebut. Produk bekatul F-Technopark
masih lebih unggul dari pesaingnya karena produk yang dihasilkan merupakan
bekatul yang berasal dari beras organik dan diolah dengan proses ekstrusi.
c. STP (Segmentation, Targeting, Positioning)
Segmentasi pasar perlu dilakukan mengingat di dalam suatu pasar
terdapat banyak pembeli yang memiliki keinginan dan kebutuhan yang
berbeda. F-Technopark menentukan segmentasi pasarnya berdasarkan
psikografis yaitu gaya hidup. Dari segmentasi tersebut kemudian FTechnopark menetapkan pasar sasaran yaitu masyarakat yang memiliki gaya
hidup sehat. Penetapan market positioning sangat penting untuk membangun

11
dan mengomunikasikan keunggulan bersaing produk yang dihasilkan ke
dalam benak konsumen. F-Technopark memosisikan produknya sebagai
produk bekatul organik yang sehat, higienis dan berkualitas.
d. Bauran Pemasaran (4P)
Setelah menetapkan segmentasi, pasar sasaran, dan posisi pasar, maka
hal terpenting selanjutnya adalah menetapkan strategi bauran pemasaran atau
biasa disebut marketing mix. Produk bekatul dikemas dengan alumunium foil
dan kemudian dikemas kembali dengan dus agar tahan terhadap kerusakan dan
tahan tembusan air. Dalam kemasan bekatul dicantumkan informasi seperti
nama produsen, kode produksi, tanggal kadaluarsa, kandungan, manfaat, dan
cara konsumsi. Harga yang ditetapkan oleh F-Technopark untuk setiap dus
150 gram bekatul adalah Rp10.000. Penentuan harga tersebut didasarkan pada
biaya penggunaan bahan baku, upah tenaga kerja, dan keuntungan yang ingin
diperoleh. Strategi harga yang dilakukan oleh F-Technopark adalah
menetapkan harga awal produk setinggi-tingginya dengan tujuan meciptakan
brand image produk yang memiliki kualitas yang tinggi, atau biasa disebut
dengan strategi skimming pricing.
UPT F-Technopark yang menjadi tempat produksi bekatul terletak di
Jl. Puspa No.1 Kampus IPB Dramaga Bogor. Untuk saluran distribusi, FTechnopark tidak menggunakan saluran distribusi langsung, melainkan
menggunakan jasa perantara, yaitu gerai toko herbal “Serambi Botani”.
Strategi promosi yang dilakukan oleh F-Technopark sampai saat ini masih
melalui word of mouth. Terbukti dari hasil survei kepada konsumen yang
dilakukan oleh peneliti. Sebagian besar konsumen bekatul mempromosikan
kembali produk tersebut setelah membeli dan banyak pula konsumen yang
mendapatkan informasi tentang produk bekatul ini dari keluarga dan teman
mereka. Selain itu, F-Technopark juga mempromosikan produknya melalui
pameran-pameran seperti Expo tentang IPB dan lainnya. Saat ini dalam
menjual produknya, F-Technopark hanya membuka diri untuk menjalin
kerjasama dengan unit bisnis yang memang tertarik untuk memasarkan dan
menjual produk hasil olahan F-Technopark.
e. Preferensi Konsumen Terhadap Produk Bekatul
Peneliti telah melakukan survei lapang ke gerai toko herbal “Serambi
Botani” dengan membagikan kuesioner dan melakukan wawancara kepada
beberapa konsumen produk bekatul. Dari beberapa konsumen yang menjadi
responden peneliti, sebagian besar membeli bekatul bukan di toko “Serambi
Botani”, melainkan di supermarket dan toko herbal yang lain. Ada juga
beberapa pelanggan yang membeli produk bekatul langsung di tempat
pembuatan bekatul. Konsumen bekatul umumnya masyarakat berusia 36-50
tahun dan lebih dari 50 tahun. Sebagian besar konsumen produk bekatul ini
adalah masyarakat yang memiliki pendapatan diatas Rp7 juta per bulan.
Dari survei tersebut dapat diketahui bahwa konsumen mengenali
kebutuhan untuk mengonsumsi produk bekatul didominasi dengan motivasi
pencegahan dari penyakit, pengobatan untuk penyakit yang diderita dan
pengganti sereal. Manfaat lain yang dicari oleh konsumen bekatul adalah
untuk menurunkan berat badan dan terlihat lebih awet muda. Sebagian besar
konsumen mendapatkan informasi tentang produk bekatul dari keluarga dan
teman mereka. Namun beberapa konsumen mendapatkan informasi tersebut

12
dari majalah kesehatan, internet, dokter atau therapist. Konsumen
mempertimbangkan pembelian berdasarkan manfaat tertentu dari solusi
produk. Pada umumnya konsumen merencanakan terlebih dahulu apabila akan
membeli produk bekatul. Konsumen merasa puas dengan produk bekatul yang
mereka konsumsi, dan sebagian besar konsumen menyatakan tidak akan
beralih jika terjadi kenaikan harga pada batas yang wajar karena khasiatnya
yang memang baik untuk kesehatan.

Aspek Teknis dan Teknologi
a. Lokasi Usaha
Lokasi usaha ditentukan dengan mempertimbangkan kemudahan akses
bagi para tim manajemen yang merupakan perwakilan dari setiap departemen
di Fakultas Teknologi Pertanian untuk mengelola unit ini. Selain itu, lokasi
yang berada di dalam kampus menjadi pilihan yang tepat bagi F-Technopark
karena tenaga kerja langsung yang digunakan adalah pegawai kampus IPB
yang berprofesi sebagai petugas kebersihan yang bekerja paruh waktu. Setelah
pegawai tersebut menyelesaikan pekerjaannya sebagai petugas kebersihan
kampus, mereka dapat langsung ke F-Technopark untuk membantu proses
produksi. Sarana dan prasarana yang disediakan di tempat tersebut juga sangat
memadai. Berbagai mesin dan peralatan sudah menggunakan teknologi yang
cukup baik (semi-automatic) dan sudah terjamin kehigienisannya.
b. Teknologi Produksi
Teknologi yang digunakan pada proses pembuatan bekatul ini adalah
teknologi high temperature short time (HTST) dengan tween screw extruder.
Keuntungan proses ekstrusi di antaranya adalah produktivitas tinggi, tekstur
produk yang sangat halus, serta biaya dan pemakaian energi per satuan
produksi proses ekstrusi rendah. Produk bekatul yang diproduksi oleh FTechnopark memiliki mutu produk yang tinggi dan kerusakan gizinya rendah
karena bahan baku dimasak pada suhu tinggi dalam jangka waktu yang pendek
sehingga efeknya menyerupai efek suhu ultra-tinggi.
c. Bahan Baku Produksi
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan produk ini adalah
lapisan sebelah dalam dari butiran padi (bekatul) yang berasal dari beras
organik. Bekatul adalah hasil samping penggilingan padi. F-Technopark
memperoleh bahan baku tersebut dari petani di daerah Karawang. Mereka
sengaja memilih untuk membeli bahan baku di Karawang karena kualitas padi
disana sangat baik, sehingga F-Technopark dapat menghasilkan produk
bekatul yang berkualitas tinggi. Bekatul memiliki sifat mudah “tengik”
sebagai akibat dari peruraian lemak menjadi komponen sederhana seperti
asam lemak dan peroksida oleh lipase yang terkandung di dalamnya. Oleh
karena itu bahan baku harus segera diolah dengan menggunakan teknologi
ekstrusi agar produk bekatul tidak “tengik” dan dapat bertahan lama sampai
kurang lebih satu tahun. Bahan baku dan bekatul yang sudah diolah disimpan
di dalam ruangan bersuhu dingin (ruangan ber-AC).
d. Standar Operasional dan Mutu Produk
Standar operasional yang diterapkan kepada tenaga kerja langsung
adalah kewajiban mengenakan seragam lab, masker, serta sarung tangan

13
(glove karet). Mereka juga harus mandi dan mencuci bersih tangan terlebih
dahulu sebelum melakukan proses produksi. F-Technopark sangat menjaga
mutu produknya sehingga bahan baku yang dipilih adalah bekatul dari beras
organik dengan kualitas yang sangat baik. Agar bahan baku bekatul tetap fresh
atau tidak bau “tengik”, maka setiap bahan baku yang baru datang segera
diolah.
e. Proses Produksi
Adapun tahapan proses produksi bekatul adalah seperti yang terlihat
pada Gambar 2.
Penimbangan
bahan baku

Pengemasan

Proses penyangraian kontinu
dengan mesin ekstrusi
Proses penyaringan
dengan mesin
vibrating screen

Pendinginan

Gambar 2 Tahapan proses produksi bekatul
1. Penimbangan Bahan Baku
Tahap pertama adalah menimbang bahan baku yang akan diproduksi.
Hanya sekitar 25% dari bahan baku yang dapat dihasilkan menjadi bekatul
yang siap dikonsumsi (stabilized rice bran).
2. Penyangraian Kontinu
Bahan baku yang telah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam mesin
penyangrai kontinu. Mesin ini yang akan mengolah bahan baku menjadi
produk bekatul dengan teknologi high temperature short time. Kapasitas
mesin ini adalah 15 kilogram per jam dan 80 kilogram per hari.
3. Pendinginan
Setelah bekatul disangrai secara kontinu oleh mesin penyangrai kontinu,
bekatul perlu didinginkan terlebih dahulu sebelum dilakukan penyaringan.
4. Penyaringan
Apabila bekatul sudah didinginkan, langkah selanjutnya adalah melakukan
penyaringan dengan menggunakan mesin vibrating screen. Proses
penyaringan ini dilakukan agar tekstur dari bekatul menjadi sangat halus
dan mudah larut ketika akan dikonsumsi.
5. Pengemasan
Setelah melalui proses penyaringan selanjutnya bekatul dikemas dalam
kantung alumunium foil dan kemudian dikemas kembali ke dalam dus.
Setiap dus berisi lima kantung alumunium foil dengan berat 30 gram per
kantungnya. Apabila bekatul tidak langsung dikemas, maka disimpan
terlebih dahulu ke dalam plastik bening besar yang ditutup rapat dan
disimpan di dalam ruangan bersuhu dingin.

Aspek Manajemen
Saat ini F-Technopark dipimpin oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Slamet
Budijanto, M.Agr, yaitu Direktur Utama F-Technopark, dan dibantu oleh tiga

14
Wakil Direktur yang masing-masing terdiri dari perwakilan setiap Departemen
yang berada di Fakultas Teknologi Pertanian IPB. F-Technopark memiliki dua
karyawan administrasi dan lima karyawan produksi. Adapun struktur organisasi
F-Technopark ditunjukkan pada Gambar 3.
DIREKTUR

WAKIL DIREKTUR

ADMINISTRASI

SUA Rosela Kering

SUA RTD

SUA Beras Analog

SUA Bekatul

Gambar 3 Struktur organisasi UPT F-Technopark
Dalam proses produksi bekatul, F-Technopark hanya melibatkan dua
orang tenaga kerja langsung. Karyawan hanya bekerja pada hari senin sampai
dengan jumat, itu artinya karyawan hanya bekerja 20 hari dalam satu bulan.
Sistem perekrutan karyawan tidak melalui proses yang formal dan tidak
mensyaratkan tingkat pendidikan dan keterampilan yang tinggi. Seluruh karyawan
diberikan pelatihan terlebih dahulu sehingga dapat melakukan proses produksi
dengan baik dan benar. Sistem kompensasi di F-Technopark adalah sistem
bulanan yaitu Rp800.000 per bulan. Deskripsi pekerjaan untuk masing-masing
posisi juga sudah ditentukan dengan jelas. Direktur bertanggung jawab atas proses
perencanaan, implementasi, dan evaluasi serta memastikan berjalannya peraturan
dan kebijakan yang sesuai dengan tujuan F-Technopark. Wakil direktur bertugas
membantu Direktur dalam menjalankan seluruh tugasnya. Karyawan administrasi
bertanggung jawab atas seluruh kegiatan administrasi dan keuangan FTechnopark. Karyawan produksi bertugas untuk melakukan proses produksi mulai
dari pengadaan bahan baku sampai pengemasan produk serta membersihkan
mesin dan ruangan setelah produksi selesai dilakukan. Produktivitas sumber daya
manusia di F-Technopark sudah cukup baik, tetapi untuk karyawan produksi
masih sangat memerlukan motivasi yang tinggi. Menurut hasil wawancara dengan
direktur F-Technopark, para karyawan yang bekerja di bagian produksi terkadang
hanya memiliki semangat kerja yang tinggi jika direktur melakukan pengawasan
langsung terhadap pekerjaan mereka. Penelitian dan pengembangan dilakukan
oleh direkturnya sendiri, yaitu Bapak Slamet yang selalu melakukan penelitian
untuk terus menciptakan inovasi terhadap produk-produk F-Technopark.

Aspek Hukum
Unit Pelaksana Teknis F-Technopark merupakan UPT Kerjasama yang
berdiri di bawah naungan Direktorat Bisnis dan Kemitraan Institut Pertanian
Bogor dan merupakan salah satu unit pelaksana teknis yang tergabung dalam

15
Satuan Usaha Akademik (SUA) IPB. Pelaksanaan kegiatan operasional FTechnopark dilakukan berdasarkan peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan
yang ditetapkan oleh Direktorat Bisnis dan Kemitraan IPB.

Aspek Ekonomi dan Sosial
Dilihat dari aspek ekonomi, F-Technopark telah memberikan dampak
positif terhadap perekonomian masyarakat khususnya pegawai IPB karena FTechnopark telah memberikan kesempatan kepada mereka untuk meningkatkan
pendapatannya dengan menjadi karyawan produksi di F-Technopark. Pada aspek
sosial, dampak yang diberikan oleh F-Technopark adalah meningkatkan
kesejahteraan bagi masyarakat dengan memberikan lapangan pekerjaan,
membantu pemerintah dalam mengurangi jumlah pengangguran yang ada dan
membawa dampak positif dengan membantu pemerintah dalam meningkatkan
daya saing UKM Agroindustri.

Aspek Dampak Lingkungan (AMDAL)
Usaha bekatul ini tidak menghasilkan limbah yang berbahaya terhadap
lingkungan. Limbah yang dihasilkan hanya hasil dari penyaringan bekatul yang
teksturnya kasar dan biasanya dijual atau diberikan kepada pengumpul yang
membutuhkan bekatul untuk dijadikan pakan ternak.

Aspek Finansial
a. Asumsi untuk Analisis Keuangan
Analisis keuangan memerlukan beberapa penetapan asumsi untuk
menilai kelayakan usaha. Asumsi ini diperoleh berdasarkan kajian terhadap
unit usaha bekatul yaitu F-Technopark dan beberapa informasi yang diperoleh
dari pustaka. Adapun asumsi tersebut merujuk pada:
1. Periode analisis adalah 5 tahun, hari kerja per bulan adalah 20 hari dan
bulan kerja per tahun adalah 12 bulan.
2. Harga seluruh input diasumsikan tetap dan perubahan yang terjadi
diperhitungkan dalam analisis sensitivitas. Harga bahan baku adalah
Rp3.300 per kilogram, harga tersebut sudah termasuk ongkos kirim.
3. Produksi bekatul sebanyak 2.000 dus per bulan dengan harga jual
Rp10.000 untuk setiap dus 150 gram.
4. Kadar kandungan bekatul dari bahan baku (dedak) yang dapat dijadikan
stabilized rice bran sebesar 25%. Dalam proses produksi diasumsikan
tidak terdapat cacat produk sehingga persentase cacat produk adalah 0%.
5. Penyusutan menggunakan metode garis lurus.
6. Sumber modal yang digunakan adalah modal yang bersumber dari kredit
sebesar 70% dan modal sendiri sebesar 30%. Jangka waktu kredit untuk
investasi adalah 5 tahun dan untuk modal kerja adalah 1 tahun.
7. Suku bunga yang dijadikan dasar dalam perhitungan analisis kelayakan
adalah 12,45%, angka ini didasarkan pada rata-rata suku bunga kredit dari
tiga bank besar di Indonesia yaitu Bank Mandiri, BRI dan BNI.

16
8. Pajak yang digunakan adalah PPh Badan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008 yang berlaku untuk tahun 2010 dan seterusnya
yang mendapatkan fasilitas pengurangan tarif apabila peredaran bruto
tidak lebih dari Rp4,8 miliar yaitu 12,5%.
9. Faktor-faktor yang akan diteliti dalam analisis sensitivitas adalah
penurunan penerimaan, kenaikan biaya variabel yang disertai dengan
penurunan penerimaan, serta penurunan rendemen bekatul.
b. Biaya Investasi
Tabel 1 Rincian biaya investasi
Komponen biaya
Perizinan
Bangunan (m2)
Tanah (m2)
Mesin penyangrai
kontinu (unit)
Mesin vibrating
screen (unit)
Air conditioner (unit)
Mobil pick up (unit)

Harga

Jumlah

Umur

Nilai

Nilai sisa

perolehan
(Rp)

biaya (Rp)

ekonomis
(tahun)

penyusutan
(Rp)

akhir periode
(Rp)

1
42
53

2.200.000
1.500.000
150.000

2.200.000
63.000.000
7.950.000

10

2.100.000

10.500.000
7.950.000

1

30.000.000

30.000.000

10

1.000.000

5.000.000

1
1
1

20.000.000
2.500.000

20.000.000
2.500.000

10
5

666.667
450.000

3.333.333
0

94.000.000

94.000.000
219.650.000

8

3.000.000
7.216.667

9.000.000
35.783.333

Jumlah
fisik

Jumlah

Sumber : Data diolah, 2013

Tabel 1 diatas merupakan rincian biaya investasi pada usaha bekatul.
Biaya investasi yang dibutuhkan di antaranya adalah biaya perizinan, biaya
bangunan, biaya tanah, biaya mesin penyangrai kontinu (ekstruder), biaya
mesin vibrating screen, biaya investasi air conditioner, serta biaya investasi
mobil pick up. Total biaya investasi yang dibutuhkan adalah Rp219.650.000.
Nilai sisa yang dihasilkan pada akhir periode usaha ini sebesar Rp35.783.333.
dapat dilihat pada Tabel 1.
c. Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah
bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Biaya operasional
terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel terdiri dari biaya
bahan baku, biaya overhead pabrik lainnya, biaya bahan pengemasan, dan
biaya tenaga kerja langsung. Biaya tetap terdiri dari biaya tenaga kerja tetap,
biaya listrik, biaya telepon, biaya ATK dan biaya pemeliharaan. Total biaya
variabel dan biaya tetap per tahun adalah Rp105.875.600 dan Rp26.574.000
seperti yang terlihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2 Rincian biaya variabel
Komponen biaya
Bahan baku
Dedak (kg)
Overhead pabrik lainnya
Masker (buah)
Glove karet (buah)
Plastik besar (buah)
Bahan pengemasan
Alumunium foil (kg)
Kardus (dus)
Pad stempel (buah)
Stempel tanggal (buah)
Tinta permanen (botol)
Tenaga kerja langsung
Produksi dan pengemas (orang)
Total biaya variabel

Sumber : Data diolah, 2013

Biaya per

Jumlah biaya

satuan (Rp)

per tahun (Rp)

1.200