b. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk
menjadi lunak dan homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi dan inflamasi.
c. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang paling mudah
dipakai dan dihilangkan dari kulit. d.
Dasar salep yang cocok, yaitu dasar salep yang kompatibel secara fisika dan kimia dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak
boleh merusak atau menghambat aksi terapi dari obat yang mampu melepas obatnya pada daerah yang diobati.
e. Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar
salep padat atau cair pada pengobatan Anief, 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi efek absorpsi obat dalam salep oleh
kulit adalah: 1.
Segi fisiologi: keadaan kulit, luas daerah pemakaian, banyaknya pemakaian, letak pemakaian dan lama pemakaian.
2. Keadaan hidrasi pada stratum corneum.
3. Temperatur kulit.
4. Adanya pelarut yang dapat campur atau melarut dalam stratum corneum.
5. Konsentrasi obat Anief, 1986.
2.4 Krim
Krim didefinisikan sebagai “cairan kental atau emulsi setengah padat baik bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air” yang mengandung satu atau
lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai dan
mengandung air tidak kurang dari 60. Krim biasanya digunakan sebagai emolien atau pemakaian obat pada kulit Syamsuni, 2006.
Istilah krim secara luas digunakan dalam farmasi dan industri kosmetik, dan banyak produk dalam perdagangan disebut krim tetapi tidak sesuai dengan
definisi. Kebanyakan hasil produksi yang nampaknya seperti krim tetapi tidak mempunyai dasar dengan jenis emulsi, biasanya disebut krim.
Banyak dokter dan pasien lebih suka pada krim daripada salep, untuk satu hal, umunya mudah menyebar rata dan dalam hal krim dari emulsi jenis minyak
dalam air lebih mudah dibersihkan daripada kebanyakan salep Ansel, 1989. Sediaan krim memiliki konsistensi relatif cair yang diformulasikan sebagai
emulsi air dalam minyak AM atau minyak dalam air MA. Tipe AM mudah kering dan rusak. Zat pengemulsi sama dengan emulgator.
Krim dapat dipergunakan sebagai vehikulum bahan pengisi zat berkhasiat, antara lain antibiotika, antiseptika, kemoterapetika, analgetika,
laksatif, vitamin, dan lain-lain Jas, 2007.
2.5 Kulit
Kulit merupakan suatu organ besar yang berlapis-lapis, dimana pada orang dewasa beratnya kira-kira delapan pon, tidak termasuk lemak. Kulit menutupi
permukaan lebih dari 20.000 cm
2
dan mempunyai bermacam–macam fungsi dan kegunaan. Kulit berfungsi sebagai pembatas terhadap serangan fisika dan kimia
Lachman, dkk., 1994. Kulit dibentuk dari tumpukan tiga lapisan berbeda yang berturutan dari
luar ke dalam yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis yang tersusun atas pembuluh darah dan pembuluh getah bening, ujung-ujung syaraf dan lapisan
jaringan dibawah kulit yang berlemak atau yang disebut hipodermis. Kulit mempunyai aneksa, kelenjar keringat, dan kelenjar sebum glandula sebaceous
yang berasal dari lapisan hipodermis atau dermis Aiache, dkk., 1993. Epidermis merupakan lapisan epitel, tebal rata-rata 200
μm, dengan sel-sel yang berdiferensiasi bertahap dari bagian yang lebih dalam menuju ke permukaan
dengan proses keratinisasi. Epidermis dibedakan atas 2 bagian: lapisan malfigi yang hidup, menempel pada dermis, dan lapisan tanduk yang tersusun atas
sekumpulan sel-sel mati yang mengalami keratinisasi Aiache, dkk., 1993. Sel-sel epidermis ini disebut keratinosit. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai
bagian tubuh, yang paling tebal 1 milimeter, misalnya pada telapak kaki dan telapak tangan, dan lapisan yang tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada
kelopak mata, pipi, dahi, dan perut Tranggono dan Latifah, 2007. Stratum corneum merupakan sawar kulit pokok terhadap kehilangan air.
Lapisan sel mati berkeratin sangat hidrofil dan mengembang bila tercelup air, hal ini menjaga permukaan kulit tetap halus dan lentur. Hilangnya stratum corneum
akan menyebabkan penguapan, kekurangan komponen sel, dan penetrasi substansi asing Anief, 1997.
Dermis merupakan jaringan penyangga berserat dengan ketebalan rata-rata 3-5 mm, peranan utamanya adalah sebagai pemberi nutrisi pada epidermis.
Berdasarkan tinjauan kualitatif dan susunan ruang serabut kolagen dan elastin, dermis terdiri atas dua lapisan anatomik yaitu lapisan papiler jaringan kendor yang
terletak tepat di bawah epidermis, dan lapisan retikuler pada bagian dalam yang merupakan jaringan penyangga yang padat. Anyaman pembuluh darah dan
pembuluh getah bening terletak pada daerah papiler dengan kedalaman 100-200
μm. Hipodermis dan jaringan penyangga kendor, mengandung sejumlah kelenjar lemak juga mengandung glomelurus kelenjar keringat Aiache, dkk., 1993.
Gambar 2.1 Struktur kulit Tortora, 1986
2.6 Luka