Pengaruh Kombinasi Ekstrak Daun Katuk (Sauropus androgynus (L.)Merr.) dan Domperidon Terhadap Involusi Uterus Mencit Menyusui.
vii
ABSTRAK
PENGARUH KOMBINASI EKSTRAK DAUN KATUK (Sauropus
androgynus (L.) Merr.) DAN DOMPERIDON TERHADAP INVOLUSI
UTERUS MENCIT MENYUSUI
Eva Rosali Agustina, 2014 ; Pembimbing I : Lusiana Darsono, dr., M.Kes. Pembimbing II : Khie Khiong, dr., S.Si., M.Si.,
M.Pharm.Sc., PhD., PA(K).
Latar Belakang : Angka kematian ibu diperkirakan 359/100.000 kelahiran
hidup periode 2008-2012. Penyebab langsung kematian ibu terbesar adalah pendarahan (28%). Pendarahan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kontraksi uterus/ involusi uterus. Pemberian ekstrak daun katuk meningkatkan ekspresi gen yang mengkode prolaktin dan oksitosin. Proses ini terkait konsentrasi papaverin dalam ekstrak daun katuk, papaverin sebagai vasodilator dapat membantu meningkatkan aliran darah sehingga sirkulasi oksitosin meningkat. Oksitosin menstimulasi aktivitas elektrikal dan kontraktilitas myometrium uterus dengan menyebabkan sel myoepitelial berkontraksi dan berinvolusi.
Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah mengukur berat uterus mencit menyusui
yang diberi ekstrak daun katuk dan domperidon.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik
sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terhadap 60 ekor mencit menyusui betina Swiss webster dan dibagi menjadi 2 grup (A dan B) tiap grup 5 kelompok. Kelompok I kontrol negatif (KN) diberi aquadest, kelompok II kontrol positif diberi moloco 0,12 mg/hari, kelompok III diberi ekstrak daun katuk 0,04 gram/hari, kelompok IV diberi ekstrak daun katuk 0,2 gram/hari, kelompok V diberi kombinasi ekstrak daun katuk 0,04 gram/hari dan domperidon 0,026 mg/hari. Perlakuan pada grup A dilakukan selama 3 hari dan grup B selama 12 hari. Data berat uterus dianalisis dengan ANAVA, dilanjutkan dengan Uji Tukey
HSD.
Hasil : Hasil penelitian pada grup A kelompok III, IV, V berbeda sangat
bermakna dibandingkan kontrol positif dan negatif (p<0,01). Tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara berat uterus (p>0,05) pada kelompok kontrol negatif dan kontrol positif. Pada grup B kelompok kontrol negatif berbeda sangat bermakna dengan kelompok kontrol positif, III, IV, V (p<0,01). Sedangkan antara kelompok kontrol positif dengan kelompok III, IV, V tidak terdapat perbedaan bermakna antara berat uterus (p>0,05).
Simpulan : Kombinasi esktrak daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.)
dan domperidon mempercepat involusi uterus mencit menyusui.
(2)
viii ABSTRACT
COMBINED EFFECT OF SWEET LEAVES (Sauropus androgynus (L.) Merr.) EXTRACT AND DOMPERIDONE TOWARDS LACTATING
MICE’S UTERINE INVOLUTION
Eva Rosali Agustina, 2014 ; 1st Tutor : Lusiana Darsono, dr., M.Kes. 2nd Tutor : Khie Khiong, dr., S,Si., M.Si.,
M.Pharm.Sc.,PhD., PA(K).
Background : Maternal mortality is estimated 359 / 100,000 live births between 2008 and 2012. The most common cause is uterine bleeding (28%). Uterine bleeding is influenced by a lot of factor and one of them is uterine contraction or uterine involution. Sweet leaves extract increases the expression of gene that encodes prolactin and oxytocin. This process is related to the concentration of papaverine in sweet leaves extract. Papaverine as vasodilators can increase the blood flow so the circulation of oxytocin increases. Oxytocin stimulates the electrical activity and uterine myometrium contractility by causing the myoepithelial cells to contract and involuting.
Aim : to measure uterine weight of lactating mice which are given sweet leaves extract and domperidone.
Methods : Completely randomize design true experimental laboratory which
divided 60 female swiss webster lactating mice into 2 big groups (A and B) each consisting 5 group. Group I (negative control) was given aquadest, group II (positive control) was given moloco 0.12 mg / day, group III was given sweet leaves extract 0.04 grams/day, group IV was given sweet leaves extract 0.2 grams/day, group V was given a combination of sweet leaves extract 0.04 grams/day and domperidone 0,078 mg/day. Treatment in group A and B were given for 3 days and 12 days respectively. Uterine weight data were analyzed by ANOVA, followed by Tukey HSD test.
Result : The result of this study showed that on big group A there are highly significant differences between group III, IV, V and group I, II (p<0,01). There is no significant difference between group I and group II (p>0,05). On big group B, group I is highly significant different from group II, III, IV, V (p<0,01). However, there is no significant difference between group II and group III, IV, V (p>0,05).
Conclusion: The combination of sweet leaves (Sauropus androgynus (L.)
Merr.) extract and domperidone accelerates uterine involution of lactating mice.
(3)
ix
DAFTAR ISI
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
PERSETUJUAN PUBLIKASI ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 3
1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 3
1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Uterus ... 6
2.2 Proses Persalinan ... 8
2.3 Masa Nifas ... 9
2.4 Involusi Uterus ... 10
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kontraksi Uterus ... 13
2.6 Fisiologi Laktasi ... 14
(4)
x
2.8 Efek Oksitosin Terhadap Organ ... 18
2.8.1 Sistem Reproduksi Wanita ... 18
2.8.2 Sisten Reproduksi Pria ... 19
2.8.3 Organ Perifer Lain ... 20
2.9 Galaktogogum ... 21
2.9.1 Metoklopramid ... 22
2.9.2 Domperidon ... 22
2.9.3 Daun Katuk ... 23
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat, Bahan dan Subjek Penelitian ... 27
3.1.1 Alat Dan Bahan Penelitian ... 27
3.1.2 Subjek Penelitian ... 27
3.1.3 Waktu Dan Tempat Penelitian ... 28
3.2 Metode Penelitian ... 28
3.2.1 Desain Penelitian ... 28
3.2.2 Variabel Penelitian ... 28
3.2.3 Perhitungan Jumlah Sampel ... 29
3.2.4 Prosedur Kerja ... 30
3.2.5 Cara Pemeriksaan ... 32
3.2.6 Metode Analisis ... 33
3.2.7 Aspek Etik ... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 35
4.1.1 Grafik Berat Uterus Mencit ... 35
4.1.2 Uji ANAVA Satu Arah Hari Ke-3 ... 36
4.1.3. Uji ANAVA Satu Arah Hari Ke-12 ... 37
4.2 Pembahasan ... 38
(5)
xi
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ... 41
5.2 Saran ... 41
DAFTAR PUSTAKA ... 42
LAMPIRAN ... 47
(6)
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Komposisi ASI dan susu sapi menurut Hall (2010) ... 16
4.3. Uji ANAVA satu arah pada data hari ke-3 ... 34
4.2. Hasil multiple comparisons untuk Tukey’s HSD pada data hari ke-3 ... 34
4.3. Uji ANAVA satu arah pada data hari ke-12 ... 35
(7)
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Anatomi uterus (Drake, et al., 2005) ... 5 2.2. Proses involusi uterus, Sagittal T2-weighted fast-spin echo magnetic
resonance images ... 10
2.3. Refleks ejeksi ASI (Tortora & Derrickson, 2012) ... 14 4.1 Grafik Rerata Berat Uterus Mencit ... 33
(8)
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Perhitungan Dosis Bahan Uji Dan Pembanding Lampiran 2 : Tabel Data Berat Uterus Mencit
Lampiran 3 : Grafik Berat Uterus Mencit
Lampiran 4 : Hasil Uji Statistik Berat Uterus Mencit Lampiran 5 : Dokumentasi
(9)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian ibu diperkirakan 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup untuk periode 2008-2012 (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Proporsi penyebab langsung kematian ibu adalah pendarahan 28%,
eklampsia 24%, infeksi 11%, komplikasi masa nifas 8%, dan partus macet/distosia 5% (Depkes RI, 2008). Perdarahan Postpartum Primer yaitu perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan postpartum primer adalah atonia uteri. Etiologi atonia uteri dapat karena faktor intrinsik yaitu kegagalan dari kontraksi myometrium atau karena faktor ekstrinsik (Datta, 2004). Obat yang digunakan untuk mengontrol perdarahan postpartum/postpartum haemmoragic (PPH) berada dalam kategori obat-obatan uterotonika. Obat ini merangsang kontraksi otot rahim, membantu mengendalikan PPH, contohnya oksitosin, methylergonovine, carboprost, misoprostol (Yiadom, 2012).
Involusi uterus adalah mengecilnya kembali rahim setelah persalinan kembali ke bentuk asal (Suparyanto, 2010). Ada 3 proses yang menyebabkan involusi uterus; pertama kontraksi uterus, kedua autolisis, ketiga proliferasi dan regenerasi epitel. Oksitosin menstimulasi aktivitas elektrikal dan kontraktilitas myometrium uterus dengan menyebabkan sel myoepithelial berkontraksi dan berinvolusi dengan cara berikatan pada reseptor oksitosin di myometrium (Blackburn, 2013). Prolaktin dan oksitosin adalah hormon yang berperan penting dalam laktasi. Prolaktin merupakan hormon utama dalam produksi ASI. Prolaktin dihasilkan oleh kelenjar hipofisis bagian anterior. Oksitosin berasal dari kelenjar hipofisis. Saat bayi menghisap susu, oksitosin dilepaskan sebagai respon stimulasi puting susu. Oksitosin berpengaruh pada pengeluaran susu “milk ejection/ milk let down”. Selain itu, oksitosin juga menyebabkan kontraksi uterus (Lawrence,
(10)
2
2011). Beberapa jenis tanaman yang dikonsumsi oleh ibu menyusui dipercaya oleh masyarakat dapat digunakan untuk meningkatkan produksi ASI. Salah satu tanaman tersebut adalah Sauropus androgynus (L.) Merr., yang juga dikenal sebagai sayur katuk di Indonesia. Pemberian ekstrak daun katuk meningkatkan ekspresi gen yang mengkode prolaktin serta oksitosin secara signifikan dalam otak tikus BALB/C (Soka et al., 2011). Pemberian ekstrak dan fraksi daun katuk dapat mempengaruhi involusi uterus tikus (Sari, 2011). Proses ini terkait dengan konsentrasi papaverin dalam ekstrak S. androgynus, di mana papaverin yang bekerja sebagai vasodilator dapat membantu meningkatkan aliran darah sehingga sirkulasi oksitosin meningkat. Selain tanaman herbal, sebuah penelitian menjelaskan bahwa obat-obatan yang dapat digunakan untuk menambah produksi ASI adalah domperidon dan metoklorpramid. Kedua obat golongan anti emetik tersebut merupakan antagonis dopamin dan diketahui berperan dalam meningkatkan kadar prolaktin melalui mekanisme tersebut. Domperidon merupakan satu-satunya galaktogogum yang telah teruji melalui uji klinis dengan randomisasi, double-blinded dengan kontrol placebo. Meskipun demikian, penggunaannya sebagai galaktogogum atau untuk indikasi apapun belum diizinkan oleh FDA, sekalipun telah direkomendasikan oleh the American Academy of Pediatrics (AAP) sebagai galaktogogum (The Academy of Breastfeeding Medicine, 2011).
Berdasarkan hal-hal di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh kombinasi daun katuk dan domperidon terhadap involusi uterus mencit menyusui.
(11)
3
Apakah kombinasi daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) dan domperidon dapat mempercepat involusi uterus mencit.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian adalah mengetahui efek kombinasi daun katuk dan domperidon terhadap involusi uterus mencit yang menyusui.
Tujuan penelitian adalah mengukur berat uterus mencit menyusui yang diberi ekstrak daun katuk dan domperidon.
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
Manfaat akademis adalah menambah wawasan kepada pembaca mengenai efek galaktogogum dari kombinasi daun katuk dan domperidon.
Manfaat praktis adalah mengetahui khasiat kombinasi daun katuk dan domperidon yang berefek galaktagogum dan diharapkan dapat diterapkan di masyarakat.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.5.1 Kerangka Pemikiran
Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing-masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu refleks prolaktin dan refleks letdown. Faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang adenohipofise (hipofise anterior) sehingga mengeluarkan prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adenohipofise, rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke neurohipofise (hipofise posterior) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel mioepitelium. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat dari alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang untuk selanjutnya
(12)
4
mengalir melalui duktus laktiferus masuk kemulut bayi (Breast Feeding
Indonesia, 2013).
Galaktogogum adalah obat atau zat yang dapat digunakan untuk membantu menginisiasi, memelihara, dan menambah sintesis ASI. Galaktogogum umumnya telah digunakan untuk meningkatkan produksi ASI. Saat ini, galaktogogum yang tersedia adalah semua antagonis dopamin dan akan meningkatkan kadar prolaktin. Beberapa obat galaktogogum yang tersedia adalah domperidon, metoklorpamid dan herbal (The Academy of Breastfeeding Medicine Protocol Committee, 2011).
Sauropus androgynus (L). Merr., juga dikenal sebagai katuk, “star gooseberry”, atau “sweet leaf’” yang mengandung provitamin A, Carotinoid, Vitamin B dan C, protein dan mineral(Nahak & Sahu, 2010). Daun katuk mengandung steroid dan polifenol yang dapat meningkatkan kadar prolaktin. Pada pemberian daun katuk ditemukan peningkatan kadar hormon steroid adrenal. Kadar prolaktin yang tinggi akan meningkatkan, mempercepat dan memperlancar produksi ASI (Melinda Hospital, 2013). Soka et. al., tahun 2011, menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun katuk meningkatkan ekspresi gen yang mengkode prolaktin serta oksitosin secara signifikan dalam otak tikus BALB/C. Proses ini terkait dengan konsentrasi papaverin dalam ekstrak S. androgynus, di mana papaverin yang bekerja sebagai vasodilator dapat membantu meningkatkan aliran darah sehingga sirkulasi oksitosin meningkat.
Penelitian pada tikus membuktikan bahwa 631,6 mg ekstrak daun katuk memberikan efek sebagai galaktogogum. Penelitian pada manusia membuktikan efek galaktogogum daun katuk pada dosis 900 mg/hari (Sa’roni, 2004). Domperidon adalah suatu antagonis dopamin yang dipakai sebagai pengobatan dispepsia postprandial kronik, esofagitis refluks dan emesis. Domperidon dipakai sebagai galaktogogum pertama kali dilaporkan tahun 1983. Zat ini meningkatkan prolaktin serum pada wanita menyusui dan tidak menyusui (Panjaitan, 2013).
Ada 3 proses yang menyebabkan involusi uterus, pertama kontraksi uterus, kedua autolisis, ketiga proliferasi dan regenerasi epitel (Blackburn, 2013). Ada 2 mekanisme kontraksi myometrium, kontraksi oleh ion kalsium dan kontraksi oleh hormon. Melalui aliran darah, oksitosin diangkut menuju uterus yang dapat
(13)
5
menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut (Breast Feeding Indonesia, 2013).Oksitosin menstimulasi aktivitas elektrikal dan kontraktilitas myometrium uterus dengan menyebabkan sel myoepithelial berkontraksi dan berinvolusi dengan cara berikatan pada reseptor oksitosin di myometrium (Blackburn, 2013).
1.5.2 Hipotesis Penelitian
Kombinasi ekstrak daun katuk dan domperidon mempercepat involusi uterus pada mencit.
(14)
55
RIWAYAT HIDUP
Nama : Eva Rosali Agustina
NRP : 110057
Tempat dan tanggal Lahir : Purwokerto, 12 Agustus 1993
Alamat : Jl. Cibogo no.24 Bandung
Riwayat Pendidikan :
o Tahun 1999, lulus TK Bhayangkari, Wangon. o Tahun 2005, lulus SD Santo Yosep, Purwokerto. o Tahun 2008, lulus SMP Susteran, Purwokerto. o Tahun 2011, lulus SMA Santa Angela, Bandung.
o Tahun 2011 – sekarang, mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung.
(15)
PENGARUH KOMBINASI EKSTRAK DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DAN DOMPERIDON TERHADAP INVOLUSI UTERUS MENCIT
MENYUSUI
COMBINED EFFECT OF SWEET LEAVES (Sauropus androgynus (L.) Merr.) EXTRACT AND DOMPERIDONE TOWARDS LACTATING MICE’S UTERINE
INVOLUTION
Lusiana Darsono.1, Khie Khiong.2, Eva Rosali A.3
1Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha,
2Bagian Biologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha,
3Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha
Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia
ABSTRAK
Angka kematian ibu diperkirakan 359/100.000 kelahiran hidup periode 2008-2012. Penyebab langsung kematian ibu terbesar adalah pendarahan (28%). Pendarahan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kontraksi uterus/ involusi uterus. Pemberian ekstrak daun katuk meningkatkan ekspresi gen yang mengkode prolaktin dan oksitosin. Papaverin dalam ekstrak daun katuk sebagai vasodilator dapat membantu meningkatkan aliran darah sehingga sirkulasi oksitosin meningkat. Oksitosin menstimulasi aktivitas elektrikal dan kontraktilitas myometrium uterus menyebabkan sel myoepitelial berkontraksi dan berinvolusi. Tujuan penelitian ini adalah mengukur berat uterus mencit menyusui yang diberi ekstrak daun katuk dan domperidon.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terhadap 60 ekor mencit menyusui betina Swiss webster dan dibagi menjadi 2 grup (A dan B) tiap grup 5 kelompok. Kelompok I kontrol negatif (KN) diberi aquadest, kelompok II kontrol positif diberi moloco 0,12 mg/hari, kelompok III diberi ekstrak daun katuk 0,04 gram/hari, kelompok IV diberi ekstrak daun katuk 0,2 gram/hari, kelompok V diberi kombinasi ekstrak daun katuk 0,04 gram/hari dan domperidon 0,026 mg/hari. Perlakuan pada grup A dilakukan selama 3 hari dan grup B selama 12 hari. Data berat uterus dianalisis dengan ANAVA, dilanjutkan dengan Uji Tukey HSD.
Hasil penelitian pada grup A kelompok III, IV, V berbeda sangat bermakna dibandingkan kontrol positif dan negatif (p<0,01). Tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara berat uterus (p>0,05) pada kelompok kontrol negatif dan kontrol positif. Pada grup B kelompok kontrol negatif berbeda sangat bermakna dengan kelompok kontrol positif, III, IV, V (p<0,01). Sedangkan antara kelompok kontrol positif dengan kelompok III, IV, V tidak terdapat perbedaan bermakna antara berat uterus (p>0,05).
Kombinasi esktrak daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) dan domperidon mempercepat involusi uterus mencit menyusui.
(16)
ABSTRACT
Maternal mortality is estimated 359 / 100,000 live births between 2008 and 2012. The most common cause is uterine bleeding (28%). Uterine bleeding is influenced by a lot of factor and one of them is uterine contraction or uterine involution. Sweet leaves extract increases the expression of gene that encodes prolactin and oxytocin. Papaverine in sweet leaves extract as vasodilators can increase the blood flow so the circulation of oxytocin increases. Oxytocin stimulates the electrical activity and uterine myometrium contractility by causing the myoepithelial cells to contract and involuting.
To measure uterine weight of lactating mice which are given sweet leaves extract and domperidone.
Completely randomize design true experimental laboratory which divided 60 female swiss webster lactating mice into 2 big groups (A and B) each consisting 5 group. Group I (negative control) was given aquadest, group II (positive control) was given moloco 0.12 mg / day, group III was given sweet leaves extract 0.04 grams/day, group IV was given sweet leaves extract 0.2 grams/day, group V was given a combination of sweet leaves extract 0.04 grams/day and domperidone 0,078 mg/day. Treatment in group A and B were given for 3 days and 12 days respectively. Uterine weight data were analyzed by ANOVA, followed by Tukey HSD test. The result of this study showed that on big group A there are highly significant differences between group III, IV, V and group I, II (p<0,01). There is no significant difference between group I and group II (p>0,05). On big group B, group I is highly significant different from group II, III, IV, V (p<0,01). However, there is no significant difference between group II and group III, IV, V (p>0,05).
The combination of sweet leaves (Sauropus androgynus (L.) Merr.) extract and domperidone accelerates uterine involution of lactating mice.
Keywords : Sauropus androgynus (L.) Merr., domperidone, involution, uterine
PENDAHULUAN
Angka kematian ibu diperkirakan 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup untuk periode 2008-2012.1 Perdarahan Postpartum Primer yaitu perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan postpartum primer adalah atonia uteri. Etiologi atonia uteri dapat karena faktor intrinsik yaitu kegagalan dari kontraksi myometrium atau karena faktor ekstrinsik.2 Obat yang digunakan untuk mengontrol perdarahan postpartum/postpartum haemmoragic (PPH) berada dalam kategori obat-obatan uterotonika. Obat ini merangsang kontraksi otot rahim, membantu
mengendalikan PPH, contohnya oksitosin,
methylergonovine, carboprost,
misoprostol.3
Involusi uterus adalah mengecilnya kembali rahim setelah persalinan kembali ke bentuk asal.4 Ada 3 proses yang menyebabkan involusi uterus; pertama kontraksi uterus, kedua autolisis, ketiga proliferasi dan regenerasi epitel. Oksitosin menstimulasi aktivitas elektrikal dan kontraktilitas myometrium uterus dengan menyebabkan sel myoepithelial berkontraksi dan berinvolusi dengan cara berikatan pada reseptor oksitosin di myometrium.6
Prolaktin dan oksitosin adalah hormon yang berperan penting dalam laktasi. Prolaktin merupakan hormon utama
(17)
dalam produksi ASI. Prolaktin dihasilkan oleh kelenjar hipofisis bagian anterior. Oksitosin berasal dari kelenjar hipofisis. Saat bayi menghisap susu, oksitosin dilepaskan sebagai respon stimulasi puting susu. Oksitosin berpengaruh pada
pengeluaran susu “milk ejection/ milk let down”. Selain itu, oksitosin juga menyebabkan kontraksi uterus.5 Beberapa jenis tanaman yang dikonsumsi oleh ibu menyusui dipercaya oleh masyarakat dapat digunakan untuk meningkatkan produksi ASI. Salah satu tanaman tersebut adalah Sauropus androgynus (L.) Merr., yang juga dikenal sebagai sayur katuk di Indonesia.8 Pemberian ekstrak daun katuk meningkatkan ekspresi gen yang mengkode prolaktin serta oksitosin secara signifikan dalam otak tikus BALB/C.11 Pemberian ekstrak dan fraksi daun katuk dapat mempengaruhi involusi uterus tikus.7 Proses ini terkait dengan konsentrasi papaverin dalam ekstrak S. androgynus, di mana papaverin yang bekerja sebagai vasodilator dapat membantu meningkatkan aliran darah sehingga sirkulasi oksitosin meningkat.11 Selain tanaman herbal, sebuah penelitian menjelaskan bahwa obat-obatan yang dapat digunakan untuk menambah produksi ASI adalah domperidon dan metoklorpramid. Kedua obat golongan anti emetik tersebut merupakan antagonis dopamin dan diketahui berperan dalam meningkatkan kadar prolaktin melalui mekanisme tersebut. Domperidon
merupakan satu-satunya galaktogogum yang telah teruji melalui uji klinis dengan randomisasi, double-blinded dengan kontrol placebo. Meskipun demikian, penggunaannya sebagai galaktogogum atau untuk indikasi apapun belum diizinkan oleh FDA, sekalipun telah direkomendasikan oleh the American Academy of Pediatrics (AAP) sebagai galaktogogum.11
BAHAN DAN CARA
Penelitian ini menggunakan ekstrak daun katuk dosis 0,04 gram/hari dan 0,2 gram/hari. Domperidon dengan dosis 0,078 mg/hari. Penelitian ini menggunakan hewan coba mencit galur Swiss webster berumur 8 minggu postpartum yang sudah pernah melahirkan 1 kali sebanyak 60 ekor. Dibedakan menjadi 2 grup (tiap grup 5 kelompok), yaitu grup A dan grup B. Grup A ekstrak daun katuk dan domperidon diberikan sampai hari ke-3 postpartum sedangkan grup B diberikan sampai hari ke 12 postpartum. Hari ke-4 dan 13 mencit dikorbankan dan uterus ditimbang. Pengambilan sampel uterus dilakukan dengan pembedahan.
Analisis Data
Analisis statistik dilakukan dengan ANAVA dengan α = 0,05 menggunakan program komputer SPSS.
(18)
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4.1. Uji ANAVA satu arah pada data hari ke-3.
Jumlah Kuadrat db
Rerata
Kuadrat F Sig. Diantara
Kelompok 0,205 4 0,051 27,601 0,000 Dalam
Kelompok 0,046 25 0,002 Total 0,251 29
Uji ANAVA satu arah menunjukkan nilai F hitung sebesar 27,601, lebih besar dibandingkan F tabel 0,05 sebesar 2,76, sehingga hasil tes sangat signifikan (p=0,000). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara setidaknya dua kelompok yang diuji.
Tabel 4.3. Uji ANAVA satu arah pada data hari ke-12.
Jumlah Kuadrat db
Rerata
Kuadrat F Sig. Diantara
kelompok 0,507 4 0,127 11,325 0,000 Dalam
kelompok 0,280 25 0,011 Total 0,786 29
Uji ANAVA satu arah menunjukkan nilai F hitung sebesar 11,325, lebih besar dibandingkan F tabel 0,05 sebesar 2,76, sehingga hasil tes sangat signifikan (p=0,000). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara setidaknya dua kelompok yang diuji.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara kelompok daun katuk dosis 1 (kelompok III) dan dosis 2 (kelompok IV) dengan kelompok kontrol negatif pada hari ke-3 dan hari ke-12. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, daun katuk mengandung papaverin yang dapat meningkatkan sekresi oksitosin dalam darah8 sehingga meningkatkan kontraksi uterus. Oksitosin
berkontribusi dalam meningkatkan kontraksi uterus sehingga terjadi kompresi pembuluh darah endometrium serta nekrosis jaringan endometrium.12 Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh daun katuk terhadap involusi uterus menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna antara kontrol negatif dengan pemberian ekstrak etanol daun katuk.10 Perbedaan antara hasil penelitian tersebut dengan hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan perbedaan konsentrasi zat aktif dalam ekstrak etanol daun katuk dengan ekstrak daun katuk, serta lebih panjangnya durasi pengukuran pada penelitian ini (12 hari) dibandingkan penelitian sebelumnya (5 dan 10 hari). Pada kelompok kombinasi daun katuk dan domperidon (kelompok V) juga menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dengan kelompok kontrol negatif pada hari ke-3 dan hari ke-12. Domperidon adalah suatu antagonis dopamin yang dipakai sebagai pengobatan dispepsia postprandial kronik, esofagitis refluks dan emesis. Domperidon dipakai sebagai galaktogogum pertama kali dilaporkan tahun 1983. Zat ini meningkatkan prolaktin serum pada wanita menyusui dan tidak menyusui.13 Domperidon merupakan satu-satunya galaktogogum yang telah teruji melalui uji klinis dengan randomisasi, double-blinded dengan kontrol placebo. Meskipun demikian, penggunaannya sebagai galaktogogum atau untuk indikasi apapun belum diizinkan oleh FDA, sekalipun telah direkomendasikan oleh the American Academy of Pediatrics (AAP) sebagai galaktogogum.11 Antara kelompok III, IV, dan V tidak terdapat perbedaan bermakna, hal ini menunjukkan ketiga kelompok ini memiliki efektifitas yang sama.
SIMPULAN
Kombinasi ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) dan
(19)
domperidon mempercepat involusi uterus mencit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014, April 28). Diunduh Mei 7, 2014, dari http://www.depkes.go.id/article/print /201404300001/jadilah-kartini- indonesia-yang-tidak-mati-muda- pencanangan-kampanye-peduli-kesehatan-ibu-2014.html (Depkes RI, 2008).
2. Datta, S. (Ed.). (2004). Anesthetic and Obstetric Management of High Risk Pregnancy (3 ed.). New York, USA: Springer-Verlag.
3. Yiadom, M. Y. (2012, May 2). Emedicine. (P. L. Dyne, Editor) Diunduh 21 Januari, 2014, dari
Medscape :
http://emedicine.medscape.com/articl e/796785.
4. Suparyanto. (2010). Diunduh 28 Desember, 2013, dari http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/07/kon sep-involusi-uteri.html.
5. Lawrence, R. (2011). Breastfeeding :A Guide for The Medical Profession. Maryland Hts, Missouri: Elsevier Mosby.
6. Blackburn, S. T. (2012). Maternal, Fetal, and Neonatal Physiology: A
Clinical Perspective (4th ed.). Philadelphia, PA: Saunders-Elsevier. 7. Sari, R. M. (2011). Pengaruh
Pemberian Ekstrak dan Fraksi Daun Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr) terhadap Involusi Uterus Tikus (Rattus norvegicus). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
8. The Academy of Breastfeeding Medicine. (2011). ABM Protocol #9: Use of galactogogues in initiating or augmenting maternal milk supply. Diunduh 7 Agustus, 2014, dari http://www.bfmed.org/Media/Files/Pr
otocols/Protocol%209%20-%20English%201st%20Rev.%20Jan% 202011.pdf
9. Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, & Spong. (2010). Williams Obstetrics (23rd ed.). New York, NY: The McGraw-Hill Companies. 10. Panjaitan, E. (2013). Diunduh 2
Januari, 2014, dari Indonesian Pediatric Soceity:
http://idai.or.id/public- articles/klinik/asi/laktogogue-seberapa-besar-manfaatnya.html 11. Soka, S., Wiludjaja, J., & Marcella.
(2011). The Expression of Prolactin and Oxytocin Genes in Lactating BALB/C Mice Supplemented with Mature Sauropus androgynus Leaf Extracts. International Conference on Food Engineering and Biotechnology , 9, 291-295.
(20)
42
DAFTAR PUSTAKA
Assinder, S. J., Rezvani, A., & Nicholson, H. D. (2002). Oxytocin promotes spermiation and sperm transfer in the mouse. International Journal of
Andrology , 25 (1), 19-26.
Betzold, C. M. (2010). Galactagogues. Journal of Midwifery and Women’s Health
, 49 (2), 151-154.
Blackburn, S. T. (2012). Maternal, Fetal, and Neonatal Physiology: A Clinical
Perspective (4th ed.). Philadelphia, PA: Saunders-Elsevier.
Brogden, R. N., Carmine, A. A., Heel, R. C., Speight, T. M., & Avery, G. S. (1982). Domperidone. Drugs , 24 (5), 360-400.
Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, & Spong. (2010). Williams
Obstetrics (23rd ed.). New York, NY: The McGraw-Hill Companies.
Datta, S. (Ed.). (2004). Anesthetic and Obstetric Management of High Risk
Pregnancy (3 ed.). New York, USA: Springer-Verlag.
Drake, R. L., Vogl, W., & Mitchell, A. W. (2005). Gray's Anatomy for Students. Toronto, Ontario, Canada: Elsevier Churchill Livingstone.
Flint, A. P., & Sheldrick, E. L. (1982). Ovarian secretion of oxytocin is stimulated by prostaglandin. Nature , 297, 587-588.
Frayne, J., & Nicholson, H. D. (1998). Localization of oxytocin receptors in the human and macaque monkey male reproductive tracts: evidence for a physiological role of oxytocin in the male. Molecular Human
Reproduction , 4, 527-532.
Gabbe, S. G., Niebyl, J. R., & Simpson, J. L. (2007). Obstetrics: Normal and
(21)
43
Geenen, V., Kecha, O., Brilot, F., Charlet, R. C., & Martens, H. (1999). The thymic repertoire of neuroendocrine-related self antigens: biological role in T-cell selection and pharmacological implications.
Neuroimmunomodulation , 6, 115-125.
Gimpl, G., & Fahrenholz, F. (2001). The Oxytocin Receptor System: Structure, Function, and Regulation. Physiological Reviews , 81 (2), 629-683.
Globinmed. (2011). Diunduh 22 September, 2014, dari Global Information Hub
On Integrated Medicine:
http://www.globinmed.com/index.php?option=com_content&view=article &id=62865:sauropus-androgynus-l-merr&catid=383:s
Globinmed. (2011). Sauropus Androgynus. Diunduh August 7, 2014, dari Global Information Hub on Integrated Medicine Web site: http://www.globinmed.com/index.php?option=com_content&view=article &id=85262:sauropus-androgynus&catid=721:s
Hall, J. E. (2010). Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology (12th ed.). Philadelphia, PA: Saunders-Elsevier.
Kasai, Y., Tsutsumi, O., Taketani, Y., Endo, M., & Iino, M. (1995). Stretch-induced enhancement of contractions in uterine smooth muscle of rats.
Journal of Physiology , 486, 373-384.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014, April 28). Dipetik Mei 7,
2014, dari http://www.depkes.go.id/article/print/201404300001/jadilah- kartini-indonesia-yang-tidak-mati-muda-pencanangan-kampanye-peduli-kesehatan-ibu-2014.html
Lactation & Breastfeeding Clinic. (n.d.). Diunduh 20 Januari, 2014, dari
http://breastfeedingindonesia.wordpress.com/2013/07/28/fisiologi-laktasi-dan-menyusui/
Lawrence, R. (2011). Breastfeeding :A Guide for The Medical Profession. Maryland Hts, Missouri: Elsevier Mosby.
(22)
44
Lee, K. K., Choi, W. S., Yum, K. S., Song, S. W., Ock, S. M., Park, S. B., et al. (2012). Efficacy and Safety of Human Placental Extract Solution on Fatigue: A Double-Blind, Randomized, Placebo-Controlled Study.
Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine .
MacArthur, C., Glazener, C., Wilson, P., & al, e. (2006). Persistent urinary incontinence and delivery mode history: A six-year longitudinal study.
British Journal of Obstetrics and Gynecology , 113, 218.
McCann, S. M., Antunes-Rodriguez, J., Jankowski, M., & Gutkowska, J. (2002). Oxytocin, vasopressin and atrial natriuretic peptide control body fluid homeostasis by action on their receptors in brain, cardiovascular system and kidney. Progress in Brain Research , 139, 309-328.
Mescher, A. L. (2013). Junqueira's Basic Histology (13th ed.). New York, NY: McGraw-Hill.
Mueller, A., Siemer, J., Schreiner, S., Hoffmann, I., Binder, H., Beckmann, M. W., et al. (2006). Role of estrogen and progesterone in the regulation of uterine peristalsis: results from perfused non-pregnant swine uteri. Human
Reproduction , 21 (7), 1863-1868.
Nahak, G., & Sahu, R. K. (2010). Free Radical Scavenging Activity of Multivitamin Plant (Sauropus androgynus L.Merr.). Researcher , 6.
Neville, M. C. (1998). Oxytocin and Milk Ejection. Diunduh 15 Agustus, 2014, dari The National Institute of Health Biology of the Mammary Gland Web site: http://mammary.nih.gov/reviews/lactation/Neville002/
Neville, M. C., McFadden, T. B., & Forsyth, I. (2002). Hormonal Regulation of Mammary Differentiation and Milk Secretion. Journal of Mammary Gland
Biology and Neoplasia , 7 (1), 49-66.
Padmavathi, P., & Rao, M. P. (1990). Nutritive value of Sauropus androgynus leaves. Plant Foods for Human Nutrition , 40 (2), 107-113.
(23)
45
Panjaitan, E. (2013). Diunduh 2 Januari, 2014, dari Indonesian Pediatric Soceity:
http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/laktogogue-seberapa-besar-manfaatnya.html
Petersson, M. (2002). Cardiovascular Effects of Oxytocin. Progress in Brain
Research , 139, 281-288.
Rukmana, R., & Harahap, I. M. (2014). Katuk : Potensi Dan Manfaatnya. Yogyakarta: Kanisius.
Sari, R. M. (2011). Pengaruh Pemberian Ekstrak dan Fraksi Daun Katuk
(Sauropus androgynus (L.) Merr) terhadap Involusi Uterus Tikus (Rattus norvegicus). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Sa'roni, Sadjimin, T., Sja'bani, M., & Zulaela. (2004). Effectiveness of The
Sauropus androgynus (L.) Merr. Leaf Extract In Increasing Mother's Breast Milk Production.
Selvi, S., & Bashker, A. (2012). Phytochemical Analysis and GC-MS profiling in the leaves of Sauropus androgynus (l) MERR. International Journal of
Drug Development and Research , 4 (1), 162-167.
Sharman, A. (1953). Postpartum regeneration of the human endometrium. Journal
of Anatomy , 87 (1).
Smith, H. S., Cox, L. R., & Smith, B. R. (2012). Dopamine receptor antagonists.
Annals of Palliative Medicine , 1 (2).
Soka, S., Wiludjaja, J., & Marcella. (2011). The Expression of Prolactin and Oxytocin Genes in Lactating BALB/C Mice Supplemented with Mature Sauropus androgynus Leaf Extracts. International Conference on Food
Engineering and Biotechnology , 9, 291-295.
Standring, S. (2008). Gray's Anatomy: The Anatomical Basis for Clinical Practice (40th ed.). London: Elsevier Churchill-Livingstone.
(24)
46
Sugihara, M., Makino, T., Nakazawa, K., Motoyama, S., & Iizuka, R. (1989). Human placental oxytocin and its increase by prostaglandin E2 and F2 alpha. PubMed .
Suparyanto. (2010). Diunduh 28 Desember, 2013, dari http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-involusi-uteri.html
The Academy of Breastfeeding Medicine. (2011). ABM Protocol #9: Use of
galactogogues in initiating or augmenting maternal milk supply. Diunduh
7 Agustus, 2014, dari
http://www.bfmed.org/Media/Files/Protocols/Protocol%209%20-%20 English201st%20Rev.%20Jan%202011.pdf
Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2012). Tortora Principles of Anatomy and
Physiology (13 ed.). Hoboken, NJ: John Wiley and Sons, Inc.
Verhoeff, A., Garfield, R. E., Ramondt, J., & Wallenburg, H. (1986). Electrical and mechanical uterine activity and gap junctions in estrogen-treated oophorectomized sheep. American Journal of Obstetrics and Gynecology ,
155 (6), 1192-1196.
Wei, L. S., Wee, W., Siong, J. Y., & Syamsumir, D. F. (2011). Characterization of antimicrobial, antioxidant,anticancer properties and chemical composition of Sauropus androgynus. Acta Medica Lituanica , 18 (1), 12-16.
Yiadom, M. Y. (2012). Emedicine. (P. L. Dyne, Editor) Diunduh 21 Januari, 2014, dari Medscape : http://emedicine.medscape.com/article/796785
(1)
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014, April 28). Diunduh
Mei 7, 2014, dari
http://www.depkes.go.id/article/print /201404300001/jadilah-kartini- indonesia-yang-tidak-mati-muda- pencanangan-kampanye-peduli-kesehatan-ibu-2014.html (Depkes RI, 2008).
2. Datta, S. (Ed.). (2004). Anesthetic and Obstetric Management of High Risk Pregnancy (3 ed.). New York, USA: Springer-Verlag.
3. Yiadom, M. Y. (2012, May 2). Emedicine. (P. L. Dyne, Editor) Diunduh 21 Januari, 2014, dari
Medscape :
http://emedicine.medscape.com/articl e/796785.
4. Suparyanto. (2010). Diunduh 28 Desember, 2013, dari http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/07/kon sep-involusi-uteri.html.
5. Lawrence, R. (2011). Breastfeeding :A Guide for The Medical Profession. Maryland Hts, Missouri: Elsevier Mosby.
6. Blackburn, S. T. (2012). Maternal, Fetal, and Neonatal Physiology: A
Merr) terhadap Involusi Uterus Tikus (Rattus norvegicus). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
8. The Academy of Breastfeeding Medicine. (2011). ABM Protocol #9: Use of galactogogues in initiating or augmenting maternal milk supply. Diunduh 7 Agustus, 2014, dari http://www.bfmed.org/Media/Files/Pr
otocols/Protocol%209%20-%20English%201st%20Rev.%20Jan% 202011.pdf
9. Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, & Spong. (2010). Williams Obstetrics (23rd ed.). New York, NY: The McGraw-Hill Companies. 10. Panjaitan, E. (2013). Diunduh 2
Januari, 2014, dari Indonesian
Pediatric Soceity:
http://idai.or.id/public- articles/klinik/asi/laktogogue-seberapa-besar-manfaatnya.html 11. Soka, S., Wiludjaja, J., & Marcella.
(2011). The Expression of Prolactin and Oxytocin Genes in Lactating BALB/C Mice Supplemented with Mature Sauropus androgynus Leaf Extracts. International Conference on Food Engineering and Biotechnology , 9, 291-295.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Assinder, S. J., Rezvani, A., & Nicholson, H. D. (2002). Oxytocin promotes spermiation and sperm transfer in the mouse. International Journal of
Andrology , 25 (1), 19-26.
Betzold, C. M. (2010). Galactagogues. Journal of Midwifery and Women’s Health
, 49 (2), 151-154.
Blackburn, S. T. (2012). Maternal, Fetal, and Neonatal Physiology: A Clinical
Perspective (4th ed.). Philadelphia, PA: Saunders-Elsevier.
Brogden, R. N., Carmine, A. A., Heel, R. C., Speight, T. M., & Avery, G. S. (1982). Domperidone. Drugs , 24 (5), 360-400.
Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, & Spong. (2010). Williams
Obstetrics (23rd ed.). New York, NY: The McGraw-Hill Companies.
Datta, S. (Ed.). (2004). Anesthetic and Obstetric Management of High Risk
Pregnancy (3 ed.). New York, USA: Springer-Verlag.
Drake, R. L., Vogl, W., & Mitchell, A. W. (2005). Gray's Anatomy for Students. Toronto, Ontario, Canada: Elsevier Churchill Livingstone.
Flint, A. P., & Sheldrick, E. L. (1982). Ovarian secretion of oxytocin is stimulated by prostaglandin. Nature , 297, 587-588.
Frayne, J., & Nicholson, H. D. (1998). Localization of oxytocin receptors in the human and macaque monkey male reproductive tracts: evidence for a physiological role of oxytocin in the male. Molecular Human
Reproduction , 4, 527-532.
Gabbe, S. G., Niebyl, J. R., & Simpson, J. L. (2007). Obstetrics: Normal and
(3)
Geenen, V., Kecha, O., Brilot, F., Charlet, R. C., & Martens, H. (1999). The thymic repertoire of neuroendocrine-related self antigens: biological role in T-cell selection and pharmacological implications.
Neuroimmunomodulation , 6, 115-125.
Gimpl, G., & Fahrenholz, F. (2001). The Oxytocin Receptor System: Structure, Function, and Regulation. Physiological Reviews , 81 (2), 629-683.
Globinmed. (2011). Diunduh 22 September, 2014, dari Global Information Hub
On Integrated Medicine:
http://www.globinmed.com/index.php?option=com_content&view=article &id=62865:sauropus-androgynus-l-merr&catid=383:s
Globinmed. (2011). Sauropus Androgynus. Diunduh August 7, 2014, dari Global Information Hub on Integrated Medicine Web site: http://www.globinmed.com/index.php?option=com_content&view=article &id=85262:sauropus-androgynus&catid=721:s
Hall, J. E. (2010). Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology (12th ed.). Philadelphia, PA: Saunders-Elsevier.
Kasai, Y., Tsutsumi, O., Taketani, Y., Endo, M., & Iino, M. (1995). Stretch-induced enhancement of contractions in uterine smooth muscle of rats.
Journal of Physiology , 486, 373-384.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014, April 28). Dipetik Mei 7,
2014, dari http://www.depkes.go.id/article/print/201404300001/jadilah- kartini-indonesia-yang-tidak-mati-muda-pencanangan-kampanye-peduli-kesehatan-ibu-2014.html
Lactation & Breastfeeding Clinic. (n.d.). Diunduh 20 Januari, 2014, dari
http://breastfeedingindonesia.wordpress.com/2013/07/28/fisiologi-laktasi-dan-menyusui/
Lawrence, R. (2011). Breastfeeding :A Guide for The Medical Profession. Maryland Hts, Missouri: Elsevier Mosby.
(4)
Lee, K. K., Choi, W. S., Yum, K. S., Song, S. W., Ock, S. M., Park, S. B., et al. (2012). Efficacy and Safety of Human Placental Extract Solution on Fatigue: A Double-Blind, Randomized, Placebo-Controlled Study.
Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine .
MacArthur, C., Glazener, C., Wilson, P., & al, e. (2006). Persistent urinary incontinence and delivery mode history: A six-year longitudinal study.
British Journal of Obstetrics and Gynecology , 113, 218.
McCann, S. M., Antunes-Rodriguez, J., Jankowski, M., & Gutkowska, J. (2002). Oxytocin, vasopressin and atrial natriuretic peptide control body fluid homeostasis by action on their receptors in brain, cardiovascular system and kidney. Progress in Brain Research , 139, 309-328.
Mescher, A. L. (2013). Junqueira's Basic Histology (13th ed.). New York, NY: McGraw-Hill.
Mueller, A., Siemer, J., Schreiner, S., Hoffmann, I., Binder, H., Beckmann, M. W., et al. (2006). Role of estrogen and progesterone in the regulation of uterine peristalsis: results from perfused non-pregnant swine uteri. Human
Reproduction , 21 (7), 1863-1868.
Nahak, G., & Sahu, R. K. (2010). Free Radical Scavenging Activity of Multivitamin Plant (Sauropus androgynus L.Merr.). Researcher , 6.
Neville, M. C. (1998). Oxytocin and Milk Ejection. Diunduh 15 Agustus, 2014, dari The National Institute of Health Biology of the Mammary Gland Web site: http://mammary.nih.gov/reviews/lactation/Neville002/
Neville, M. C., McFadden, T. B., & Forsyth, I. (2002). Hormonal Regulation of Mammary Differentiation and Milk Secretion. Journal of Mammary Gland
Biology and Neoplasia , 7 (1), 49-66.
Padmavathi, P., & Rao, M. P. (1990). Nutritive value of Sauropus androgynus leaves. Plant Foods for Human Nutrition , 40 (2), 107-113.
(5)
Panjaitan, E. (2013). Diunduh 2 Januari, 2014, dari Indonesian Pediatric Soceity:
http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/laktogogue-seberapa-besar-manfaatnya.html
Petersson, M. (2002). Cardiovascular Effects of Oxytocin. Progress in Brain
Research , 139, 281-288.
Rukmana, R., & Harahap, I. M. (2014). Katuk : Potensi Dan Manfaatnya. Yogyakarta: Kanisius.
Sari, R. M. (2011). Pengaruh Pemberian Ekstrak dan Fraksi Daun Katuk
(Sauropus androgynus (L.) Merr) terhadap Involusi Uterus Tikus (Rattus norvegicus). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Sa'roni, Sadjimin, T., Sja'bani, M., & Zulaela. (2004). Effectiveness of The
Sauropus androgynus (L.) Merr. Leaf Extract In Increasing Mother's Breast Milk Production.
Selvi, S., & Bashker, A. (2012). Phytochemical Analysis and GC-MS profiling in the leaves of Sauropus androgynus (l) MERR. International Journal of
Drug Development and Research , 4 (1), 162-167.
Sharman, A. (1953). Postpartum regeneration of the human endometrium. Journal
of Anatomy , 87 (1).
Smith, H. S., Cox, L. R., & Smith, B. R. (2012). Dopamine receptor antagonists.
Annals of Palliative Medicine , 1 (2).
Soka, S., Wiludjaja, J., & Marcella. (2011). The Expression of Prolactin and Oxytocin Genes in Lactating BALB/C Mice Supplemented with Mature Sauropus androgynus Leaf Extracts. International Conference on Food
Engineering and Biotechnology , 9, 291-295.
Standring, S. (2008). Gray's Anatomy: The Anatomical Basis for Clinical Practice (40th ed.). London: Elsevier Churchill-Livingstone.
(6)
Sugihara, M., Makino, T., Nakazawa, K., Motoyama, S., & Iizuka, R. (1989). Human placental oxytocin and its increase by prostaglandin E2 and F2 alpha. PubMed .
Suparyanto. (2010). Diunduh 28 Desember, 2013, dari http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-involusi-uteri.html
The Academy of Breastfeeding Medicine. (2011). ABM Protocol #9: Use of
galactogogues in initiating or augmenting maternal milk supply. Diunduh
7 Agustus, 2014, dari
http://www.bfmed.org/Media/Files/Protocols/Protocol%209%20-%20 English201st%20Rev.%20Jan%202011.pdf
Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2012). Tortora Principles of Anatomy and
Physiology (13 ed.). Hoboken, NJ: John Wiley and Sons, Inc.
Verhoeff, A., Garfield, R. E., Ramondt, J., & Wallenburg, H. (1986). Electrical and mechanical uterine activity and gap junctions in estrogen-treated oophorectomized sheep. American Journal of Obstetrics and Gynecology ,
155 (6), 1192-1196.
Wei, L. S., Wee, W., Siong, J. Y., & Syamsumir, D. F. (2011). Characterization of antimicrobial, antioxidant,anticancer properties and chemical composition of Sauropus androgynus. Acta Medica Lituanica , 18 (1), 12-16.
Yiadom, M. Y. (2012). Emedicine. (P. L. Dyne, Editor) Diunduh 21 Januari, 2014, dari Medscape : http://emedicine.medscape.com/article/796785